ACARA
I
SALINITAS
SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK
I.
TUJUAN
1.
Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan
tanaman.
2. Mengetahui
tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang berbeda.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekologi
adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya
dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani (“habitat”) dan logos (“ilmu”).
Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk
hidup maupun interaksi antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekologi,
kita memeplajari makhluk hidup sebagai kesatuan dengan lingkungannya (Rendra,
2009).
Menurut
Odum (1994), Ekologi adalah interaksi antara organisme dengan lingkungannya,
baik lingkungan yang sifatnya hidup (biotis) maupun lingkungan tak hidup
(abiotis). Lingkungan yang sifatnya hidup (biotis) yaitu organisme lain yang
berada disekitarnya baik sejenis maupun tak sejenis. Lingkungan tak hidup
(abiotis) yaitu lingkungan fisik, baik suhu, intensitas cahaya, angin, curah
hujan, dan lain sebagainya.
Air yang berada dalam tanah, permukaan
tanah, maupun air hujan mengandung garam-garam yang terlarut. Air yang baik bagi pertumbuhan tanaman
mengandung unsur-unsur yang bersifat pupuk, sedangkan pemberian air tidak
berkualitas akan mengakibatkan tanaman menjadi kurus dan lama-kelamaan akan
mati karena keracunan. Garam-garam yang larut dalam tanah merupakan unsur yang
essensial bagi pertumbuhan tanaman, tapi kehadiran larutan garam yang
berlebihan akan meracuni tanaman.
(Begum et al., 2010).
Salinitas
merupakan jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut. Konsentrasi
garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah, dan
komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk
mengetahii penyebaran massa air larutan sehingga penyebaran nilai-nilai
salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari
suatu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran
salinitas secara alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah
hujan, pengaliran air tawar ke laut secara langsung maupun lewat sungai dan
gletser, penguapan, arus laut, turbulensi percampuran, dan aksi gelombang (Huboyo dan Zaman, 2007).
Salinitas sering merupakan faktor pembatas
bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman karma
kadar garam yang tinggi, menurut Mengel dan Kirkby (1987) disebabkan oleh dua hal; pertama, menurunnya
potensial air pada media tumbuh menyebabkan penyerapan air oleh akar tanaman
sangat terbatas; kedua, akumulasi
ion-ion tertentu menyebabkan keracunan pada tanaman.
Tetapi yang lebih umum te jadi adalah kesukaran dalam penyerapan air. Berkurangnya
serapan air mempengaruhi proses fotosintesis, metabolisme karbohidrat, dan
pergerakan fotosintat dalam tanaman. Perubahan-perubahan tersebut dapat
berakibat bagi rendahnya hasil (Mapegau, 2006).
Salinitas alami merupakan fenomena yang terjadi di
bumi, dan evolusi dari kehidupan telah menghasilkan sejumlah organisme yang
tahan terhadap salinitas dan dapat berkembang di lingkungan yang salin. Umumnya
tumbuhan sensitif terhadap garam. Sehingga sebagian besar tumbuhan tidak
toleran terhadap kondisi salinitas yang permanen. Walaupun demikian, telah
terjadi perkembangan khusus pada beberapa famili tumbuhan sehingga toleran terhadap
kondisi salin. Umumnya tumbuhan yang toleran terhadap salinitas, berair banyak (Kramer,
1984).
III.
METODOLOGI
Praktikum
Dasar-dasar Ekologi acara I
yang berjudul Salinitas Sebagai Faktor Pembatas Abiotik ini dilaksanakan Pada
hari Selasa tanggal 16 April 2013 di Labolatorium Ekologi Tanaman,
Jurusan Budidaya pertanian,
Fakultas pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada percobaan ini alat-alat yang
dipergunakan antara lain timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk,
peralatan tanam, dan penggaris. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: tiga macam benih yaitu Padi(Oryza sativa), Timun (Cucumis sativus), dan kedelai (Glycine max) , polybag, NaCl teknis, pupuk
kandang dan kertas label.
Mula-mula
disiapkan polybag,balik polybag tersebut. Lalu isi polybag yang tersedia dengan
tanah sebanyak lebih kurang 3 kg. Krikil, akar-akar tanaman,dan kotoran lain
dibersihkan supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan kita tanam.
Biji-biji dipilih yang sehat dari 3 jenis tanaman yang diperlakukan . Setelah
itu dimasukan 5 biji yang sehat pada masing-masing polybag. Setelah itu di tanaman disiram dengan
air biasa setiap hari
selama 1 minggu. Setelah berumur 1 minggu bibit tanaman yang kita tanam
dijarangkan menjadi 2 tanaman setiap polybag dan pilih tanaman yang sehat. Lalu
buat larutan NaCl dengan konsentrasi 0
ppm,2000 ppm,dan 4000 ppm, gunakan aquades sebagai pembanding. Setiap perlakuan
diulang 3 kali. Masing-masing konsentrasi larutan garam dituang pada tiap-tiap
polybag sesuai perlakuan sampai kapasitas lapang. Volume larutan tiap-tiap
polybag harus sama. Tiap polybag diberi label sesuai dengan perlakuan dan ulangan. Adapun tujuan
pemberian label tersebut adalah agar mudah dibaca untuk mencegah tertukarnya dengan
perlakuan lain saat pengamatan. Pemberian larutan garam dilakukan setiap 2 hari
sekali sampai 7 kali pemberian
dan setiap selang hari tersebut tetap disiram dengan air biasa dengan volume
yang sama. Percobaan dilakukan sampai umur tanaman 21 hari. Setelah
21 hari dilakukan pemanenan. Pada waktu panen diusahakan agar akar tidak rusak
atau terpotong. Sampai pengamatan yang terakhir (pada hari ke 21) setiap 2 hari
sekali dilakukan pengamatan terhadap tinggi tanaman dari saat pemberian pertama
larutan garam. Pengamatan pada hari terakhir meliputi pengamatan tinggi tanaman, pengamatan
berat basah ,pengamatan berat kering, pengamatan panjang akar,dan abnormalitas
tanaman(klorosis pada daun dan sebagainya). Pada akhir percobaan,
dihitung rerata tiga ulangan pada tiap perlakuan dari seluruh data yang
terkumpul, dibuat grafik : a)
grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan
untuk masing-masing tanaman; b) Histogram panjang akar pada masing-masing
tanaman pada hari terakhir; c) Histogram bobot segar, dan bobot kering
masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.
IV.
HASIL
PENGAMATAN
A. TINGGI
TANAMAN
Padi (Oryza
sativa)
|
|
||||||||||
Tinggi Tanaman Padi Hari Ke-
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||||
kontrol
|
13,175
|
17,275
|
19,88
|
21,325
|
21,76667
|
22,36667
|
23,43333
|
||||
2000 ppm
|
12,64167
|
16,625
|
19,01
|
20,29167
|
21,875
|
22,55333
|
23,96667
|
||||
4000 ppm
|
12,78333
|
17,15833
|
19,81
|
21,14167
|
22,34167
|
23,03333
|
24,14167
|
||||
Kedelai
|
|
||||||||||
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman Kacang Panjang
Hari Ke-
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||||
0
ppm
|
17,64167
|
23,24167
|
29,34
|
35,1
|
43,425
|
53,6
|
58,7
|
||||
2000
ppm
|
18,43333
|
23,125
|
28,55
|
34,03333
|
41,28333
|
53,975
|
55,04167
|
||||
4000
ppm
|
16,53333
|
21,46667
|
27,12
|
30,8
|
38,35
|
46,525
|
46,70833
|
||||
Timun
|
|
||||||||||
Perlakuan
|
Tinggi
Tanaman Melon
Hari Ke-
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||||
0
ppm
|
9,908333
|
11,56667
|
13,15
|
17,73333
|
22,76667
|
27,6
|
32,35833
|
||||
2000
ppm
|
9,383333
|
10,98333
|
12,61
|
16,15833
|
19,98333
|
24,75
|
26,89167
|
||||
4000
ppm
|
8,283333
|
9,975
|
11,24
|
13,56667
|
18,44167
|
21,51667
|
24,75
|
||||
B JUMLAH DAUN
|
||||||||||||||
Perlakuan
|
Jumlah Daun Padi Hari Ke-
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||||||
0
ppm
|
2,166667
|
2,416667
|
2,833333
|
3,333333
|
3,333333
|
3,666667
|
3,75
|
|||||||
2000
ppm
|
2
|
2,333333
|
2,666667
|
3,166667
|
3,5
|
3,75
|
4
|
|||||||
4000
ppm
|
2,083333
|
2,333333
|
2,833333
|
3,333333
|
3,5
|
3,833333
|
3,833333
|
|||||||
Kedelai
|
||||||||||||||
Perlakuan
|
Jumlah
Daun Kedelai
Hari Ke-
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||||||
0
ppm
|
2,083333
|
2,333333
|
2,666667
|
3,5
|
4,166667
|
4,583333
|
4,916667
|
|||||||
2000
ppm
|
2
|
2,416667
|
3
|
3,916667
|
4,166667
|
4,583333
|
5,25
|
|||||||
4000
ppm
|
2,166667
|
2,333333
|
2,75
|
3,5
|
3,666667
|
4,416667
|
4,666667
|
|||||||
|
|
|
|
|
|
|
|
|||||||
|
|
|
Timun
|
|
|
|
|
|||||||
Perlakuan
|
Jumlah
Daun timun
Hari Ke-
|
|||||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
||||||||
0
ppm
|
1,166667
|
1,833333
|
2,333333
|
3,166667
|
3,75
|
4,166667
|
4,75
|
|||||||
2000
ppm
|
1
|
1,833333
|
2,083333
|
2,75
|
3,083333
|
3,583333
|
4,333333
|
|||||||
4000
ppm
|
1
|
1,666667
|
1,833333
|
2,75
|
3,166667
|
3,666667
|
4,333333
|
|||||||
|
||||||||||||||
C. PANJANG AKAR
TANAMAN
Padi
(Oryza sativa)
|
|||
Perlakuan
|
Panjang
Akar Padi (cm)
|
||
0
ppm
|
5,25833
|
||
2000
ppm
|
5,158333
|
||
4000
ppm
|
5,158333
|
||
Kedelai
|
|||
Perlakuan
|
Panjang
Akar Kedelai (cm)
|
||
0
ppm
|
12,375
|
||
2000
ppm
|
11,275
|
||
4000
ppm
|
11,89167
|
||
Timun
|
|||
Perlakuan
|
Panjang
Akar Melon (cm)
|
||
0
ppm
|
16,16667
|
||
2000
ppm
|
13,54167
|
||
4000
ppm
|
12,16667
|
||
D. BERAT BASAH,
BERAT KERING TANAMAN
Padi (Oryza sativa)
|
|||||
Perlakuan
|
0
ppm
|
2000
ppm
|
4000
ppm
|
||
BB(g)
|
0,183333
|
0,18583
|
0,1825
|
||
BK(g)
|
0,1825
|
0,115
|
0,095
|
||
Kedelai
|
|||||
Perlakuan
|
0
ppm
|
2000
ppm
|
4000
ppm
|
||
BB(g)
|
3,143333
|
2,530833
|
2,765
|
||
BK(g)
|
0,803333
|
0,613333
|
0,673333
|
||
Timun
|
|||||
Perlakuan
|
0
ppm
|
2000
ppm
|
4000
ppm
|
||
BB(g)
|
6,409167
|
5,443333
|
5,888333
|
||
BK(g)
|
0,901667
|
0,878333
|
0,850833
|
||
V.
PEMBAHASAN
Perkembangan
dan pertumbuhan suatu jenis tanaman ditentukan oleh beberapa faktor. Antara
lain adalah faktor pembatas, faktor pembatas adalah faktor yang tidak hanya
mengganggu dalam jumlah yang terlalu sedikit saja, tetapi juga dalam jumlah
yang terlalu banyak. Misalnya faktor air, panas, salinitas, dan lain-lain.
Hasil pengujian stress berulang-ulang diketahui bahwa lingkungan fisik abiotik
terlihat menekan perkembangan orgnisme hidup bila kehadirannya dalam jumlah
sangat sedikit/kurang atau sebaliknya.
Salinitas
merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi garam-garam terlarut dalam tanah dan
merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi dalam membangun pertanian di
dataran rendah. Kadar garam akan mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi
dalam hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Kondisi
salinitas tanah dapat mengurangi produktivitas terhadap pertumbuhan tanaman,
mengubah ketersediaan unsur hara dan dapat menyebabkan keracunan tanaman. Kadar
larutan garam yang tinggi meningkatkan tekanan osmose larutan tanah sehingga
ketersediaan air bagi tanaman akan berkurang. Penyiraman dengan air suling atau
air yang mengandung kadar garam rendah menghasilkan kematian bibit sangat
rendah dan selanjutnya kematian bibit bertambah dengan kenaikan salinitas.
Terkait
dengan salinitas, tanaman dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok halofit (
toleran terhadap salinitas tinggi ), mesofit ( toleran terhadap salinitas
sedang ), dan glikofit ( rentan terhadap salinitas ). Sedangkan faktor yang
menyebabkan salinitas antara lain letak yang dekat dengan laut, irigasi
berlebihan, kualiltas irigasi rendah, dan kapilaritas serta penguapan.
Pengaruh
faktor salinitas sebagai faktor pembatas pertumbuhan pada praktikum ini diamati
pada 3 jenis tanaman budidaya, yaitu padi (Oryza
sativa), mentimun (Curcumis sativus),
dan kedelai (Glycine
max). Ketiganya merupakan
tiga jenis tanaman yang memeiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap garam.
Tanaman merupakan organisme yang bersifat holofitik, artinya tanaman menyerap
makanan dalam bentuk larutan. Semakin banyak unsur yang terlarut ke dalam
larutan tersebut, maka viskositas larutan semakin besar. Kegagalan dalam
menyerap larutan makanan apabila viskositas (kekentalan) larutan makanan sama
atau lebih besar daripada viskositas cairan dalam tubuh tanaman.
Ancaman yang terjadi
akibat pengaruh salinitas dapat berupa stres primer dan stres sekunder. Stres
primer ditunjukkan dengan terjadinya kematian sel tanaman, sedangkan stres
sekunder ditunjukkan dengan terjadinya hambatan fisiologis dan plasmolisis pada
sel. Plasmolisis adalah terjadinya penyusutan dari sitoplasma dan penarikan
kembali membran plasa dari dinding sel ketika suatu sel tanaman kehilangan air,
biasanya terjadi dalam lingkungan yang hipertonik (Solomon et al., 2008). Kondisi garam yang tinggi di luar sel dapat
merangsang terjadinya proses keluarnya air dari sel melalui proses osmosis.
Osmosis terjadi karena sel berusaha untuk menyamakan konsentrasinya dengan
lingkungan, akibatnya sel kehilangan air dan mengalami plasmolisis.
Tanaman yang toleran dapat berhasil mengatasi stress
akibat salinitas antara lain dengan cara meningkatkan kadar zat yang bersifat
melindungi tanaman seperti ekstrosa atau gula total dan menekan kadar zat-zat
yang brsifat meracuni. Seperti leusin, isoleusin, NH3, tirosin,
metionin, fenil, alanin. Pertumbuhan tanaman di lingkungan yang salin
berhubungan langsung dengan ketahanan tanaman terhadap tekanan osmotik dan
keracunan oleh ion-ion spesifik seperti Na dan Cl. Tanaman yang ditanam pada
kondisi lingkungan yang berkadar garam tinggi akan banyak menyerap ion Na+,
Cl-, dan SO42-.
Grafik
1.1. Tinggi tanaman padi dalam cm
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa
garis antar tiap perlakuan salinitas saling berhimpitan. Dapat disimpulkan
bahwa pada tanaman padi, tinggi tanaman tidak terpengaruh oleh perlakuan
salinitas yang dilakukan baik dengan 2000 ppm maupun 4000 ppm. Ini kemungkinan
terjadi karena tanaman padi memiliki sifat toleransi terhadap salinitas tinggi
sehingga tanaman tersebut tidak terpengaruh oleh perlakuan salinitas tinggi.
Namun walaupun begitu, pada hari kedua sampai hari kelima terlihat bahwa
perlakuan o ppm mempunyai tinggi tanaman lebih besar dibandingkan perlakuan
lainnya. Oleh karena itu dinilai bahwa percobaan ini sesuai teori bahwa
salinitas tinggi dapat menghambat pertumbuhan.
Grafik
1.2. Tinggi tanaman kedelai
dalam cm
Pada
grafik ini terlihat bahwa garis antar tiap perlakuan berhimpit pada awalnya dan pada perlakuan 2000 ppm dan 4000 ppm
menurun perkembangannya , dapat diartikan bahwa perlakuan
salinitas yang berbeda pada tanaman kedelai
berpengaruhi terhadap tinggi tanaman
kacang. Walaupun perbedaan yang sangat kecil, pada perlakuan o ppm memiliki
tinggi tanaman paling besar pada saat pengamatan hari terakhir yaitu sekitar 58,7 cm yang dapat disimpulkan bahwa
tanaman kacang tanah akan lebih baik tumbuh di daerah yang tidak terlalu
salin(asin) karena daerah dengan salinitas tinggi dapat menghambat pertumbuhan
tanaman.
Grafik
1.3. Tinggi tanaman timun dalam cm
Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan tanaman
Timun pada berbagai perlakuan. Grafk menunjukkan pertumbuhan melon baru
mengalami perubahan yang signifikan dimulai pada hari keempat. Melon yang tidak
memperoleh perlakuan salinitas tumbuh dengan baik seperti yang terlihat pada
grafik. Pertumbuhannya cepat pada perlakuan tanpa salinitas. Namun pada tanaman
melon yang diberi salinitas, pertumbuhannya terbilang lambat. Dalam hal ini,
apabila percobaan dilanjutkan hingga hari yang lebih jauh, mungkin perbedaan
yang signifikan akan lebih terlihat, terutama pada melon dengan salinitas 4000
ppm yang pertumbuhannya kurang cepat.
Grafik
1.4. Jumlah daun tanaman padi
Pada grafik diatas adalah grafik yang
menunjukan jumlah daun tanaman padi pada berbagai perlakuan salinitas. Dari
grafik diperoleh grafik yang saling berhimpitan. Dari grafik diatas menunjukan
jumlah daun yang hampir sama. Dari grafik terlihat perlakuan kotrol 0 ppm dan
4000 ppm tidak berbeda jauh. Sedangkan jumlah daun paling banyak dimiliki olek
padi dengan perlakuan 2000 ppm walau hanya terpaut sedikit. Dari grafik diatas
pula dapat ditari kesimppulan bahwa salinitas tidak memberi pengaruh signifikan
kepada tanaman padi.
Grafik 1.5. Jumlah daun tanaman kacang
panjang
Pada grafik 1.5. ini kembali didapatkan grafik yang mirip dengan grafik
sebelumnya. Perlakuan salinitas 2000 ppm memiliki rerata jumlah daun yang paling banyak diantara
perlakuan lainnya. Dan dilihat berurutan bahwa jumlah rerata daun terbanyak
adalah perlakuan 2000
ppm>0 ppm>4000 ppm. Dalam
grafik ini pengaruh salinitas tidak terlalu signifikan.
Grafik
1.6. Jumlah daun tanaman timun
Pada grafik 1.6. ini terlihat bahwa garis
tiap perlakuan berhimpitan yang berarti bahwa perlakuan salinitas mempengaruhi
jumlah daun pada tanaman timun. Walaupun begitu rerata jumlah daun para
perlakuan 0 ppm paling tinggi yaitu 4,6 sedangkan pada perlakuan 2000 ppm perlakuan 4000 ppm sama 4,3. Walaupun perbedaan yang
dinilai sangat kecil dan mungkin tidak dapat mewakili, tapi saya tetap
menyatakan bahwa perlakuan 0 ppm mempunyai rerata jumlah daun terbanyak dan
dapat disimpulkan bahwa salinitas akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga
terjadi penurunan jumlah daun.
Histogram 1.1. Berat segar dan Berat kering Tanaman kontrol
Pada histogram perlakuan kontrol 0 ppm terlihat
bahwa perbandingan berat kering dan berat basah pada perlakuan kontrol. Padi memiliki berat segar dan berat kering
dibanding kedelai atau mentimun karena tanaman padi ini kecil. Dari histogram
diatas timun adalah tanaman yang paling banyak mengandung air.
Histogram 1.2. Berat segar dan Berat kering perlakuan 2000 ppm
Histogram kedua adalam
perbandingan berat segar dan berat kering dari perlakuan 2000 ppm. Dari histogram diatas diperoleh hasil yang sama
seperti histogram sebelumnya. Pada histogram ini padi memiliki berat segar dan
berat kering paling ringan, kemudian timun dan kedelai.
Histogram 1.3. Berat segar dan Berat kering tanaman timun
Histogram terakhir ini
adalah perbandingan berat segar dan berat kering dari perlakuan 4000 ppm. Hasil yang sama seperti pada 2
histogram sebelumnya. Dimana padi memiliki berat paling rendah. Dari semua
histogram berat basah dan berat kering diatas maka dapat disimpulkan bahwa
tanaman padi tidak terpengaruh oleh keadaan salinitas berlebih karena berat
segar maupun berat keringnya tidak berbeda jauh pada setiap perlakuan. Kedelai
dan timun adalah tanaman yang terengaruh keadaan salin, hal ini ditunjukan pada
berat kering perlakuan kontrol paling tinggi dibanding perlakuan lainnya.
Kemungkinan yang terjadi
adalah adanya kanopi yang terbentuk dari tanaman-tanaman lain yang ikut diuji.
Karena jarak dari tiap polybag sangat kecil sering terdapat sulur-sulur tanaman
lain yang menempel dan ada tanaman dari kelompok lain yang relatif lebih tinggi
menutupi tanaman yang diuji. Selain
karena cahaya yang terhalangi terjadinya persaingan dalam mendapatkan unsur
hara dan air juga berpengaruh.
Histogram 1.4. Panjang akar tanaman perlakuan 0 ppm
Dari histogram panjang akar tanaman padi di atas
dapat diketahui bahwa pada keadaan salinitas 0 ppm akar tanaman tumbuh
memanjang dengan optimum. Dari ke 3 tanaman tersebut padi memiliki panjang akar
paling pendek dan timun adalah yang paling panjang. Dalam perlakuan ini tidak
ada pengaruh salinitas. karena dalam tanah yang salin pertumbuhan akar tanaman
menjadi terhambat.
Histogram 1.5. Panjang akar tanaman perlakuan 2000 ppm
Histogram diatas adalah histogram dari perlakuan
2000 ppm. Dari histogram diatas pula dapat dilihat bahwa pada perlakuan 2000 ppm dan perlakuan 0
ppm memiliki hasil yang sama yaitu
padi menjadi tanaman yang memiliki akar paling pendek. Dibandingkan dengan perlakuan 0 ppm panjang
kedelai dan timun mengalami penurunan yang signifikan yang membuktikan pegaruh
salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
Histogram 1.6. Panjang akar tanaman perlakuan 4000 ppm
Pada histogram panjang
akar perlakuan 4000 ppm ini mirip
dengan 2 hisogram sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena padi adalah tanaman
yang kecil. Ketiga tanaman tersebut berbeda spesiesnya sehingga panjang akarnya
pun berbeda-beda. Karena rapatnya jarak tanam dan jarak polybag tiap
kelompok menyebabkan ruang tumbuh dari tanaman berkurang. Selain itu tanaman
yang lebih tinggi cenderung akan menjadi kanopi dan menutupi cahaya matahari
untuk tanaman yang lebih pendek.
Tanah yang salinitasnya tinggi menyebabkan tekanan
osmosis pada akar terganggu sehingga pertumbuhan akar terhambat. Tekanan
osmosis yang terganggu akan menghambat pertukaran ion yang diperlukan tanaman
untuk berkembang dan tumbuh. Pertukaran ion sangat diperlukan bagi tanaman
dalam proses metabolisme. Akar yang tidak berkembang baik membuat tanaman tidak
dapat menyerap unsur hara secara maksimal sehingga menghambat pertumbuhan
batang dan proses metabolisme tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi
termasuk tanaman glikofit yang pertumbuhannya rentan terhadap salinitas.
Dilihat darigrafik-grafik dan histogram diatas
padi adalah tanaman yang paling tahan terhadap salinitas. Timun adalah tanaman
yang terpengaruh oleh salinitas. Kedelai juga terpengaruh tetapi tidak terlalu
signifikan pengaruhnya.
V.
KESIMPULAN
1. Faktor pembatas adalah
faktor yang membatasi pertumbuhan makhluk hidup, bila terdapat dalam jumlah
yang minimum maupun maksimum pada habitat
makhluk hidup tersebut. Salah satu contohnya adalah tingkat salinitas tanah
bagi pertumbuhan tanaman.
2. Tingkat salinitas tanah berpengaruh
berbeda-beda antara satu tanaman dengan tanaman yang lain. Terkait dengan
salinitas, tanaman dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok halofit ( toleran
terhadap salinitas tinggi ), mesofit ( toleran terhadap salinitas sedang ), dan
glikofit ( rentan terhadap salinitas ).
3. Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa
tanaman padi (Oryza sativa) merupakan
contoh tanaman glikofit. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan contoh tanaman halofit. Tanaman timun (Curcumis
sativus)
DAFTAR PUSTAKA
Begum, F. Ahmed. I.M, Nessa. A. and Sultana W.
2010. The effect of salinity on seed quality of wheat. J. Bangladesh Agril.
Univ. 8 (1) : 19-22.
Huboyo, Haryono S dan Badrus
Zaman. 2007. Analisis sebaran temperatur dan salinitas air limbah PLTU-PLTGU
berdasarkan sistem pemetaan spasial (studi kasus : PLTU-PLTGU tambak lorok
semarang). Jurnal PRESIPITASI 3 :
40-45.
Kramer, D. 1994. Salinity Tolerance in Plants.
Environment Science and Technology, New York.
Mapegau. 2006. Pengaruh salinitas tanah terhadap
hasil dan distribusi bahan kering pada tanaman jagung kultivar selama fase
pengisisan biji. J. Agrivor 6 : 9-17.
Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders International
Education. Tokiyo
Marno. 2012. Pengertian Ekologi. < http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/EKOLOGI-DAN-ILMU-LINGKUNGAN.doc > diakses pada 19 April 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar