Selasa, 12 April 2016

Praktikum Dasar2 Ekologi ACARA I SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

ACARA I
SALINITAS SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS ABIOTIK

I.  TUJUAN
1.                  Mengetahui dampak salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
2.         Mengetahui tanggapan beberapa macam tanaman terhadap tingkat salinitas yang    berbeda.

II.                TINJAUAN PUSTAKA

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani (“habitat”) dan logos (“ilmu”). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekologi, kita memeplajari makhluk hidup sebagai kesatuan dengan lingkungannya (Rendra, 2009).
Menurut Odum (1994), Ekologi adalah interaksi antara organisme dengan lingkungannya, baik lingkungan yang sifatnya hidup (biotis) maupun lingkungan tak hidup (abiotis). Lingkungan yang sifatnya hidup (biotis) yaitu organisme lain yang berada disekitarnya baik sejenis maupun tak sejenis. Lingkungan tak hidup (abiotis) yaitu lingkungan fisik, baik suhu, intensitas cahaya, angin, curah hujan, dan lain sebagainya.
Air yang berada dalam tanah, permukaan tanah, maupun air hujan mengandung garam-garam yang terlarut. Air yang baik bagi pertumbuhan tanaman mengandung unsur-unsur yang bersifat pupuk, sedangkan pemberian air tidak berkualitas akan mengakibatkan tanaman menjadi kurus dan lama-kelamaan akan mati karena keracunan. Garam-garam yang larut dalam tanah merupakan unsur yang essensial bagi pertumbuhan tanaman, tapi kehadiran larutan garam yang berlebihan akan meracuni tanaman. (Begum et al., 2010).
Salinitas merupakan jumlah garam yang terlarut dalam satu kilogram air laut. Konsentrasi garam dikontrol oleh batuan alami yang mengalami pelapukan, tipe tanah, dan komposisi kimia dasar perairan. Salinitas merupakan indikator utama untuk mengetahii penyebaran massa air larutan sehingga penyebaran nilai-nilai salinitas secara langsung menunjukkan penyebaran dan peredaran massa air dari suatu tempat ke tempat lainnya. Penyebaran salinitas secara alamiah dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain curah hujan, pengaliran air tawar ke laut secara langsung maupun lewat sungai dan gletser, penguapan, arus laut, turbulensi percampuran, dan aksi gelombang (Huboyo dan Zaman, 2007).
Salinitas sering merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan dan hasil tanaman. Terganggunya pertumbuhan tanaman karma kadar garam yang tinggi, menurut Mengel dan Kirkby (1987)  disebabkan oleh dua hal; pertama, menurunnya potensial air pada media tumbuh menyebabkan penyerapan air oleh akar tanaman sangat terbatas; kedua, akumulasi
ion-ion tertentu menyebabkan keracunan pada tanaman. Tetapi yang lebih umum te jadi adalah kesukaran dalam penyerapan air. Berkurangnya serapan air mempengaruhi proses fotosintesis, metabolisme karbohidrat, dan pergerakan fotosintat dalam tanaman. Perubahan-perubahan tersebut dapat berakibat bagi rendahnya hasil (Mapegau, 2006).
Salinitas alami merupakan fenomena yang terjadi di bumi, dan evolusi dari kehidupan telah menghasilkan sejumlah organisme yang tahan terhadap salinitas dan dapat berkembang di lingkungan yang salin. Umumnya tumbuhan sensitif terhadap garam. Sehingga sebagian besar tumbuhan tidak toleran terhadap kondisi salinitas yang permanen. Walaupun demikian, telah terjadi perkembangan khusus pada beberapa famili tumbuhan sehingga toleran terhadap kondisi salin. Umumnya tumbuhan yang toleran terhadap salinitas, berair banyak (Kramer, 1984).

















III.                   METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Ekologi acara I yang berjudul Salinitas Sebagai Faktor Pembatas Abiotik ini dilaksanakan Pada hari Selasa tanggal 16 April 2013 di Labolatorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya pertanian, Fakultas pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Pada percobaan ini alat-alat yang dipergunakan antara lain timbangan analitik, gelas ukur, erlenmeyer, alat pengaduk, peralatan tanam, dan penggaris. Bahan-bahan yang digunakan antara lain: tiga macam benih yaitu Padi(Oryza sativa), Timun (Cucumis sativus), dan kedelai (Glycine max) , polybag, NaCl teknis, pupuk kandang dan kertas label.
Mula-mula disiapkan polybag,balik polybag tersebut. Lalu isi polybag yang tersedia dengan tanah sebanyak lebih kurang 3 kg. Krikil, akar-akar tanaman,dan kotoran lain dibersihkan supaya tidak mengganggu pertumbuhan tanaman yang akan kita tanam. Biji-biji dipilih yang sehat dari 3 jenis tanaman yang diperlakukan . Setelah itu dimasukan 5 biji yang sehat pada masing-masing polybag. Setelah itu di tanaman disiram dengan air biasa setiap hari selama 1 minggu. Setelah berumur 1 minggu bibit tanaman yang kita tanam dijarangkan menjadi 2 tanaman setiap polybag dan pilih tanaman yang sehat. Lalu buat larutan NaCl  dengan konsentrasi 0 ppm,2000 ppm,dan 4000 ppm, gunakan aquades sebagai pembanding. Setiap perlakuan diulang 3 kali. Masing-masing konsentrasi larutan garam dituang pada tiap-tiap polybag sesuai perlakuan sampai kapasitas lapang. Volume larutan tiap-tiap polybag harus sama. Tiap polybag diberi label sesuai dengan perlakuan dan ulangan. Adapun tujuan pemberian label tersebut adalah agar mudah dibaca untuk mencegah tertukarnya dengan perlakuan lain saat pengamatan. Pemberian larutan garam dilakukan setiap 2 hari sekali sampai 7 kali pemberian dan setiap selang hari tersebut tetap disiram dengan air biasa dengan volume yang sama. Percobaan dilakukan sampai umur tanaman 21 hari. Setelah 21 hari dilakukan pemanenan. Pada waktu panen diusahakan agar akar tidak rusak atau terpotong. Sampai pengamatan yang terakhir (pada hari ke 21) setiap 2 hari sekali dilakukan pengamatan terhadap tinggi tanaman dari saat pemberian pertama larutan garam. Pengamatan pada hari terakhir meliputi pengamatan tinggi tanaman, pengamatan berat basah ,pengamatan berat kering, pengamatan panjang akar,dan abnormalitas tanaman(klorosis pada daun dan sebagainya). Pada akhir percobaan, dihitung rerata tiga ulangan pada tiap perlakuan dari seluruh data yang terkumpul, dibuat grafik : a) grafik tinggi tanaman pada masing-masing konsentrasi garam vs hari pengamatan untuk masing-masing tanaman; b) Histogram panjang akar pada masing-masing tanaman pada hari terakhir; c) Histogram bobot segar, dan bobot kering masing-masing tanaman pada berbagai konsentrasi garam.
IV.             HASIL PENGAMATAN

A.    TINGGI TANAMAN
Padi (Oryza sativa)

Tinggi Tanaman Padi Hari Ke-

1
2
3
4
5
6
7

kontrol
13,175
17,275
19,88
21,325
21,76667
22,36667
23,43333

2000 ppm
12,64167
16,625
19,01
20,29167
21,875
22,55333
23,96667

4000 ppm
12,78333
17,15833
19,81
21,14167
22,34167
23,03333
24,14167


Kedelai


Perlakuan
Tinggi Tanaman Kacang Panjang Hari Ke-

1
2
3
4
5
6
7

0 ppm
17,64167
23,24167
29,34
35,1
43,425
53,6
58,7

2000 ppm
18,43333
23,125
28,55
34,03333
41,28333
53,975
55,04167

4000 ppm
16,53333
21,46667
27,12
30,8
38,35
46,525
46,70833


Timun


Perlakuan
Tinggi Tanaman Melon Hari Ke-

1
2
3
4
5
6
7

0 ppm
9,908333
11,56667
13,15
17,73333
22,76667
27,6
32,35833

2000 ppm
9,383333
10,98333
12,61
16,15833
19,98333
24,75
26,89167

4000 ppm
8,283333
9,975
11,24
13,56667
18,44167
21,51667
24,75


B JUMLAH DAUN


Perlakuan
Jumlah  Daun Padi Hari Ke-

1
2
3
4
5
6
7

0 ppm
2,166667
2,416667
2,833333
3,333333
3,333333
3,666667
3,75

2000 ppm
2
2,333333
2,666667
3,166667
3,5
3,75
4

4000 ppm
2,083333
2,333333
2,833333
3,333333
3,5
3,833333
3,833333






Kedelai

Perlakuan
Jumlah Daun Kedelai Hari Ke-

1
2
3
4
5
6
7

0 ppm
2,083333
2,333333
2,666667
3,5
4,166667
4,583333
4,916667

2000 ppm
2
2,416667
3
3,916667
4,166667
4,583333
5,25

4000 ppm
2,166667
2,333333
2,75
3,5
3,666667
4,416667
4,666667













Timun





Perlakuan
Jumlah Daun timun Hari Ke-

1
2
3
4
5
6
7

0 ppm
1,166667
1,833333
2,333333
3,166667
3,75
4,166667
4,75

2000 ppm
1
1,833333
2,083333
2,75
3,083333
3,583333
4,333333

4000 ppm
1
1,666667
1,833333
2,75
3,166667
3,666667
4,333333


C. PANJANG AKAR TANAMAN
Padi (Oryza sativa)

Perlakuan
Panjang Akar Padi (cm)
0 ppm
5,25833
2000 ppm
5,158333
4000 ppm
5,158333

Kedelai
Perlakuan
Panjang Akar Kedelai (cm)
0 ppm
12,375
2000 ppm
11,275
4000 ppm
11,89167

Timun
Perlakuan
Panjang Akar Melon (cm)
0 ppm
16,16667
2000 ppm
13,54167
4000 ppm
12,16667


D. BERAT BASAH, BERAT KERING TANAMAN
Padi (Oryza sativa)

Perlakuan
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm

BB(g)
0,183333
0,18583
0,1825

BK(g)
0,1825
0,115
0,095


Kedelai
Perlakuan
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm

BB(g)
3,143333
2,530833
2,765

BK(g)
0,803333
0,613333
0,673333


Timun

Perlakuan
0 ppm
2000 ppm
4000 ppm

BB(g)
6,409167
5,443333
5,888333

BK(g)
0,901667
0,878333
0,850833



















V.                PEMBAHASAN
Perkembangan dan pertumbuhan suatu jenis tanaman ditentukan oleh beberapa faktor. Antara lain adalah faktor pembatas, faktor pembatas adalah faktor yang tidak hanya mengganggu dalam jumlah yang terlalu sedikit saja, tetapi juga dalam jumlah yang terlalu banyak. Misalnya faktor air, panas, salinitas, dan lain-lain. Hasil pengujian stress berulang-ulang diketahui bahwa lingkungan fisik abiotik terlihat menekan perkembangan orgnisme hidup bila kehadirannya dalam jumlah sangat sedikit/kurang atau sebaliknya.
Salinitas merupakan keadaan dimana terjadi akumulasi garam-garam terlarut dalam tanah dan merupakan salah satu masalah yang sering dihadapi dalam membangun pertanian di dataran rendah. Kadar garam akan mempengaruhi proses fisiologi dan morfologi dalam hubungannya dengan keseimbangan air dalam tubuh tanaman. Kondisi salinitas tanah dapat mengurangi produktivitas terhadap pertumbuhan tanaman, mengubah ketersediaan unsur hara dan dapat menyebabkan keracunan tanaman. Kadar larutan garam yang tinggi meningkatkan tekanan osmose larutan tanah sehingga ketersediaan air bagi tanaman akan berkurang. Penyiraman dengan air suling atau air yang mengandung kadar garam rendah menghasilkan kematian bibit sangat rendah dan selanjutnya kematian bibit bertambah dengan kenaikan salinitas.
Terkait dengan salinitas, tanaman dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok halofit ( toleran terhadap salinitas tinggi ), mesofit ( toleran terhadap salinitas sedang ), dan glikofit ( rentan terhadap salinitas ). Sedangkan faktor yang menyebabkan salinitas antara lain letak yang dekat dengan laut, irigasi berlebihan, kualiltas irigasi rendah, dan kapilaritas serta penguapan.
Pengaruh faktor salinitas sebagai faktor pembatas pertumbuhan pada praktikum ini diamati pada 3 jenis tanaman budidaya, yaitu padi (Oryza sativa), mentimun (Curcumis sativus), dan kedelai (Glycine max). Ketiganya merupakan tiga jenis tanaman yang memeiliki pengaruh yang berbeda-beda terhadap garam. Tanaman merupakan organisme yang bersifat holofitik, artinya tanaman menyerap makanan dalam bentuk larutan. Semakin banyak unsur yang terlarut ke dalam larutan tersebut, maka viskositas larutan semakin besar. Kegagalan dalam menyerap larutan makanan apabila viskositas (kekentalan) larutan makanan sama atau lebih besar daripada viskositas cairan dalam tubuh tanaman. 
Ancaman yang terjadi akibat pengaruh salinitas dapat berupa stres primer dan stres sekunder. Stres primer ditunjukkan dengan terjadinya kematian sel tanaman, sedangkan stres sekunder ditunjukkan dengan terjadinya hambatan fisiologis dan plasmolisis pada sel. Plasmolisis adalah terjadinya penyusutan dari sitoplasma dan penarikan kembali membran plasa dari dinding sel ketika suatu sel tanaman kehilangan air, biasanya terjadi dalam lingkungan yang hipertonik (Solomon et al., 2008). Kondisi garam yang tinggi di luar sel dapat merangsang terjadinya proses keluarnya air dari sel melalui proses osmosis. Osmosis terjadi karena sel berusaha untuk menyamakan konsentrasinya dengan lingkungan, akibatnya sel kehilangan air dan mengalami plasmolisis.
            Tanaman yang toleran dapat berhasil mengatasi stress akibat salinitas antara lain dengan cara meningkatkan kadar zat yang bersifat melindungi tanaman seperti ekstrosa atau gula total dan menekan kadar zat-zat yang brsifat meracuni. Seperti leusin, isoleusin, NH3, tirosin, metionin, fenil, alanin. Pertumbuhan tanaman di lingkungan yang salin berhubungan langsung dengan ketahanan tanaman terhadap tekanan osmotik dan keracunan oleh ion-ion spesifik seperti Na dan Cl. Tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang berkadar garam tinggi akan banyak menyerap ion Na+, Cl-, dan SO42-.


Grafik 1.1. Tinggi tanaman padi dalam cm

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa garis antar tiap perlakuan salinitas saling berhimpitan. Dapat disimpulkan bahwa pada tanaman padi, tinggi tanaman tidak terpengaruh oleh perlakuan salinitas yang dilakukan baik dengan 2000 ppm maupun 4000 ppm. Ini kemungkinan terjadi karena tanaman padi memiliki sifat toleransi terhadap salinitas tinggi sehingga tanaman tersebut tidak terpengaruh oleh perlakuan salinitas tinggi. Namun walaupun begitu, pada hari kedua sampai hari kelima terlihat bahwa perlakuan o ppm mempunyai tinggi tanaman lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya. Oleh karena itu dinilai bahwa percobaan ini sesuai teori bahwa salinitas tinggi dapat menghambat pertumbuhan.
Grafik 1.2. Tinggi tanaman kedelai dalam cm
Pada grafik ini terlihat bahwa garis antar tiap perlakuan berhimpit pada awalnya dan pada perlakuan 2000 ppm dan 4000 ppm menurun perkembangannya , dapat diartikan bahwa perlakuan salinitas yang berbeda pada tanaman kedelai berpengaruhi terhadap tinggi tanaman kacang. Walaupun perbedaan yang sangat kecil, pada perlakuan o ppm memiliki tinggi tanaman paling besar pada saat pengamatan hari terakhir yaitu sekitar 58,7 cm yang dapat disimpulkan bahwa tanaman kacang tanah akan lebih baik tumbuh di daerah yang tidak terlalu salin(asin) karena daerah dengan salinitas tinggi dapat menghambat pertumbuhan tanaman.
Grafik 1.3. Tinggi tanaman timun dalam cm
Grafik di atas menunjukkan pertumbuhan tanaman Timun pada berbagai perlakuan. Grafk menunjukkan pertumbuhan melon baru mengalami perubahan yang signifikan dimulai pada hari keempat. Melon yang tidak memperoleh perlakuan salinitas tumbuh dengan baik seperti yang terlihat pada grafik. Pertumbuhannya cepat pada perlakuan tanpa salinitas. Namun pada tanaman melon yang diberi salinitas, pertumbuhannya terbilang lambat. Dalam hal ini, apabila percobaan dilanjutkan hingga hari yang lebih jauh, mungkin perbedaan yang signifikan akan lebih terlihat, terutama pada melon dengan salinitas 4000 ppm yang pertumbuhannya kurang cepat.

Grafik 1.4. Jumlah daun tanaman padi
Pada grafik diatas adalah grafik yang menunjukan jumlah daun tanaman padi pada berbagai perlakuan salinitas. Dari grafik diperoleh grafik yang saling berhimpitan. Dari grafik diatas menunjukan jumlah daun yang hampir sama. Dari grafik terlihat perlakuan kotrol 0 ppm dan 4000 ppm tidak berbeda jauh. Sedangkan jumlah daun paling banyak dimiliki olek padi dengan perlakuan 2000 ppm walau hanya terpaut sedikit. Dari grafik diatas pula dapat ditari kesimppulan bahwa salinitas tidak memberi pengaruh signifikan kepada tanaman padi.
Grafik 1.5. Jumlah daun tanaman kacang panjang
Pada grafik 1.5. ini kembali didapatkan grafik yang mirip dengan grafik sebelumnya. Perlakuan salinitas 2000 ppm memiliki rerata jumlah daun yang paling banyak diantara perlakuan lainnya. Dan dilihat berurutan bahwa jumlah rerata daun terbanyak adalah perlakuan 2000 ppm>0 ppm>4000 ppm. Dalam grafik ini pengaruh salinitas tidak terlalu signifikan.
Grafik 1.6. Jumlah daun tanaman timun
Pada grafik 1.6. ini terlihat bahwa garis tiap perlakuan berhimpitan yang berarti bahwa perlakuan salinitas mempengaruhi jumlah daun pada tanaman timun. Walaupun begitu rerata jumlah daun para perlakuan 0 ppm paling tinggi yaitu 4,6 sedangkan pada perlakuan 2000 ppm perlakuan 4000 ppm sama 4,3. Walaupun perbedaan yang dinilai sangat kecil dan mungkin tidak dapat mewakili, tapi saya tetap menyatakan bahwa perlakuan 0 ppm mempunyai rerata jumlah daun terbanyak dan dapat disimpulkan bahwa salinitas akan menghambat pertumbuhan tanaman sehingga terjadi penurunan jumlah daun.

Histogram 1.1. Berat segar dan Berat kering Tanaman kontrol

Pada histogram perlakuan kontrol 0 ppm terlihat bahwa perbandingan berat kering dan berat basah pada perlakuan kontrol.  Padi memiliki berat segar dan berat kering dibanding kedelai atau mentimun karena tanaman padi ini kecil. Dari histogram diatas timun adalah tanaman yang paling banyak mengandung air.

Histogram 1.2. Berat segar dan Berat kering perlakuan 2000 ppm

Histogram kedua adalam perbandingan berat segar dan berat kering dari perlakuan 2000 ppm. Dari histogram diatas diperoleh hasil yang sama seperti histogram sebelumnya. Pada histogram ini padi memiliki berat segar dan berat kering paling ringan, kemudian timun dan kedelai.

Histogram 1.3. Berat segar dan Berat kering tanaman timun
Histogram terakhir ini adalah perbandingan berat segar dan berat kering dari perlakuan 4000 ppm. Hasil  yang sama seperti pada 2 histogram sebelumnya. Dimana padi memiliki berat paling rendah. Dari semua histogram berat basah dan berat kering diatas maka dapat disimpulkan bahwa tanaman padi tidak terpengaruh oleh keadaan salinitas berlebih karena berat segar maupun berat keringnya tidak berbeda jauh pada setiap perlakuan. Kedelai dan timun adalah tanaman yang terengaruh keadaan salin, hal ini ditunjukan pada berat kering perlakuan kontrol paling tinggi dibanding perlakuan lainnya.
Kemungkinan yang terjadi adalah adanya kanopi yang terbentuk dari tanaman-tanaman lain yang ikut diuji. Karena jarak dari tiap polybag sangat kecil sering terdapat sulur-sulur tanaman lain yang menempel dan ada tanaman dari kelompok lain yang relatif lebih tinggi menutupi tanaman yang diuji. Selain karena cahaya yang terhalangi terjadinya persaingan dalam mendapatkan unsur hara dan air juga berpengaruh.
Histogram 1.4. Panjang akar tanaman perlakuan 0 ppm
Dari histogram panjang akar tanaman padi di atas dapat diketahui bahwa pada keadaan salinitas 0 ppm akar tanaman tumbuh memanjang dengan optimum. Dari ke 3 tanaman tersebut padi memiliki panjang akar paling pendek dan timun adalah yang paling panjang. Dalam perlakuan ini tidak ada pengaruh salinitas. karena dalam tanah yang salin pertumbuhan akar tanaman menjadi terhambat.
Histogram 1.5. Panjang akar tanaman perlakuan 2000 ppm
Histogram diatas adalah histogram dari perlakuan 2000 ppm. Dari histogram diatas pula dapat dilihat bahwa pada perlakuan 2000 ppm dan perlakuan 0 ppm memiliki hasil yang sama yaitu padi menjadi tanaman yang memiliki akar paling pendek. Dibandingkan dengan perlakuan 0 ppm panjang kedelai dan timun mengalami penurunan yang signifikan yang membuktikan pegaruh salinitas terhadap pertumbuhan tanaman.
Histogram 1.6. Panjang akar tanaman perlakuan 4000 ppm
Pada histogram panjang akar perlakuan 4000 ppm ini mirip dengan 2 hisogram sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena padi adalah tanaman yang kecil. Ketiga tanaman tersebut berbeda spesiesnya sehingga panjang akarnya pun berbeda-beda. Karena rapatnya jarak tanam dan jarak polybag tiap kelompok menyebabkan ruang tumbuh dari tanaman berkurang. Selain itu tanaman yang lebih tinggi cenderung akan menjadi kanopi dan menutupi cahaya matahari untuk tanaman yang lebih pendek.
Tanah yang salinitasnya tinggi menyebabkan tekanan osmosis pada akar terganggu sehingga pertumbuhan akar terhambat. Tekanan osmosis yang terganggu akan menghambat pertukaran ion yang diperlukan tanaman untuk berkembang dan tumbuh. Pertukaran ion sangat diperlukan bagi tanaman dalam proses metabolisme. Akar yang tidak berkembang baik membuat tanaman tidak dapat menyerap unsur hara secara maksimal sehingga menghambat pertumbuhan batang dan proses metabolisme tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman padi termasuk tanaman glikofit yang pertumbuhannya rentan terhadap salinitas.
Dilihat darigrafik-grafik dan histogram diatas padi adalah tanaman yang paling tahan terhadap salinitas. Timun adalah tanaman yang terpengaruh oleh salinitas. Kedelai juga terpengaruh tetapi tidak terlalu signifikan pengaruhnya. 





















V.                KESIMPULAN
1.      Faktor pembatas adalah faktor yang membatasi pertumbuhan makhluk hidup, bila terdapat dalam jumlah yang minimum maupun maksimum pada habitat makhluk hidup tersebut. Salah satu contohnya adalah tingkat salinitas tanah bagi pertumbuhan tanaman.
2.      Tingkat salinitas tanah berpengaruh berbeda-beda antara satu tanaman dengan tanaman yang lain. Terkait dengan salinitas, tanaman dibagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok halofit ( toleran terhadap salinitas tinggi ), mesofit ( toleran terhadap salinitas sedang ), dan glikofit ( rentan terhadap salinitas ).
3.      Berdasarkan pengamatan diketahui bahwa tanaman padi (Oryza sativa) merupakan contoh tanaman glikofit. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis) merupakan contoh tanaman halofit. Tanaman  timun (Curcumis sativus)























DAFTAR PUSTAKA


Begum, F. Ahmed. I.M, Nessa. A. and Sultana W. 2010. The effect of salinity on seed quality of wheat. J. Bangladesh Agril. Univ. 8 (1) : 19-22.

Huboyo, Haryono S dan Badrus Zaman. 2007. Analisis sebaran temperatur dan salinitas air limbah PLTU-PLTGU berdasarkan sistem pemetaan spasial (studi kasus : PLTU-PLTGU tambak lorok semarang). Jurnal PRESIPITASI 3 : 40-45.

Kramer, D. 1994. Salinity Tolerance in Plants. Environment Science and Technology, New York.

Mapegau. 2006. Pengaruh salinitas tanah terhadap hasil dan distribusi bahan kering pada tanaman jagung kultivar selama fase pengisisan biji. J. Agrivor 6 : 9-17.

Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders International Education. Tokiyo

Marno. 2012. Pengertian Ekologi. < http://marno.lecture.ub.ac.id/files/2012/02/EKOLOGI-DAN-ILMU-LINGKUNGAN.doc > diakses pada 19 April 2013.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar