Selasa, 26 April 2016

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN ACARA III PENGUKURAN KEHILANGAN AIR DI SALURAN


Description: Description: C:\Users\hapsaribka\Pictures\Logo+UGM++.jpg
Disusun Oleh:
                                              
                                              
                                              
                                              
                                              
                                                           
                                               Golongan/kelompok  :
                                               Asisten Praktikum      :

LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA III
PENGUKURAN KEHILANGAN AIR DISALURAN

ABSTRAKSI
Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian Acara 3 berjudul “Pengukuran Kehilangan Air di Saluran” dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Febuari 2016. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air di selokan/saluran.  Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mistar dan meteran serta weirs tipe Thompson, dengan menentukan dua titik pengamatan. Air yang mengalir dari kedua weirs diukur dan digunakan sebagai data (h). Kehilangan air yang terjadi erat hubungannya dengan efisiensi. Kehilangan air adalah selisih antara jumlah air yang diberikan dengan jumlah air yang digunakan. Hasil yang didapat kehilangan air lebih besar terjadi pada weirs yang berukuran lebih besar. Rata-rata kehilangan air pada weirs besar lebih besar dibandingkan dengan weirs kecil yaitu sebesar 1.0852 m3, sedangkan apabila menggunakan weirs kecil sebesar 0.0837 m3.Pengujian selanjutnya menggunakan F-Test dan T-Test, hasil menunjukkan bahwa penggunaan weirs besar dan kecil berbeda nyata.  Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air pada saluran antara lain karakteristik saluran (peluang terjadi rembesan atau bocoran), jenis tanah (ada tidaknya perkolasi) dan anasir iklim yang mempengaruhi evaporasi.

Kata kunci: kehilangan air, Weirs tipe Thompson


I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Air adalah hal vital yang harus selalu ada selama makhluk hidup masih ada di muka bumi ini. Tanpa air, makhluk hidup tidak akan mampu bertahan hidup dan melakukan aktivitas sehari-hari, tidak terkecuali tumbuhan. Dalam beberapa tahun ke depan, penggunaan air akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, seperti permintaan irigasi dari lahan pertanian, industri maupun rumah tangga yang semakin hari semakin banyak jumlahnya. Akan tetapi, hal itu tidak didukung oleh ketersediaan sumber air di bumi yang semakin besar. Ketersediaan sumber air di bumi justru semakin berkurang setiap harinya akibat kegiatan manusia yang semakin banyak.
Air tidak bisa dilepaskan dari kata pertanian karena tanpa air, pertanian tidak berarti apa-apa. Akan tetapi, jika pertanian kelebihan pasokan air, hal itu akan berdampak buruk terhadap perkembangan tanaman. Oleh karena itu, air juga dapat difungsikan sebagai indikator pertumbuhan tanaman karena kita tidak bisa menyamaratakan kebutuhan air setiap tanaman.
Air yang dibutuhkan untuk pertanian bergantung pada proses penyalurannya menuju lahan pertanian. Dalam prosesnya, air yang mengalir dapat berkurang jumlahnya, hal tersebut diakibatkan oleh kehilangan air dalam saluran. Kehilangan air dalam saluran selalu mendapat perhatian yang cukup besar. Kehilangan air tersebut tentunya akan mempengaruhi efisiensi pengairan. Dengan demikian, kehilangan air dalam saluran penting untuk diketahui karena berkaitan dengan efisiensi pengairan.
B.       Tujuan
Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air di selokan/saluran.
























II.      TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan salah satu hal yang paling penting bagi pembangunan pertanian. Air permukaan adalah sumber utama untuk pasokan air irigasi, namun tidak semua lahan pertanian dapat didukung dengan air irigasi teknis yang bersumber dari permukaan. Jumlah penggunaan air tanah terus meningkat yang pada gilirannya mempengaruhi keseimbangan akuifer. Air tanah merupakan sumber pasokan air sangat penting, terutama di daerah dengan musim kemarau yang panjang (Mintaria et al., 2013).
Menurut Arsyad (2010), irigasi berarti pemberian air kepada tanah untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertumbuhan tanaman. Tujuan irigasi adalah memberikan air kepada tanaman dalam jumlah yang cukup dan pada waktu yang diperlukan. Selain dari kegunaan untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, air irigasi mempunyai kegunaan lain, yaitu mempermudah pengolahan tanah, mengatur suhu tanah dan iklim mikro, mencuci tanah dari kadar garam atau asam yang tinggi, membersihkan kotoran dari selokan, dan menggenangi tanah untuk memberantas gulma dan hama serta penyakit tanaman. 
Air tersedia yang dibutuhkan oleh tanaman sudah menjadi hal yang langka. Hal tersebut mengakibatkan penggunaan air irigasi yang lebih efisien untuk menghasilkan keuntungan yang maksimum dan menjadikan air menjadi sumberdaya yang dapat diperbarui. Aplikasi irigasi yang tidak memadai akan berdampak pada stress tanaman terhadap kurangnya air serta penurunan hasil. Kelebihan pengaplikasian air irigasi juga akan berdampak negatif, hilangnya nutrisi yang dibutuhkan tanaman akibat leaching, runoff, dan erosi tanah (Odhiambo et al., 2011).
Kehilangan air yang terjadi erat hubungannya dengan efisiensi. Besaran efisiensi dan kehilangan air berbanding terbalik. Bila angka kehilangan air naik maka efisiensi akan turun dan begitu pula sebaliknya. Efisiensi irigasi menunjukkan angka daya guna pemakaian air yaitu merupakan perbandingan antara jumlah air yang digunakan dengan jumlah air yang diberikan. Sedangkan kehilangan air adalah selisih antara jumlah air yang diberikan dengan jumlah air yang digunakan. (Wusunahardja, 1991).
Terdapat bermacam-macam efisiensi dalam irigasi yaitu, efisiensi penyaluran air, efisiensi pemberian air, efisiensi penyimpanan air, dan efisiensi pengagihan air (Anonim, 2015).  Menurut Howell (2003) efisiensi penyaluran didefinisikan sebagai rasio antara air yang sampai pada tanaman atau lapangan (Vf) terhadap air yang didatangkan dari sumber irigasi (Vt). Efisiensi penyaluran dapat dirumuskan:
Efisiensi pemberian air berkaitan dengan penyimpanan air pada zona akar (Vs) dan dengan air yang disalurkan ke lapangan (Vf). Efisiensi pemberian air dirumuskan:
Efisiensi penyimpanan dapat dirumuskan:
dimana, Vrz merupakan air yang diperlukan pada zona perakaran menjelang pemberian air.
Besarnya kehilangan air pada saluran selain dipengaruhi oleh musim, jenis tanah, keadaan dan panjang saluran juga dipengaruhi oleh karateristik saluran. Sistem penyaluran air ke areal persawahan menggunakan saluran tanah, akan mengakibatkan rendahnya efesiensi pengairan. Pendugaan besarnya kehilangan air pada saluran merupakan langkah awal dalam usaha pcmanfaatan air secara efisien (Syarnadi, 1985).
Kehilangan air secara berlebihan perlu dicegah dengan cara peningkatan saluran menjadi permanen dan pengontrolan operasional sehingga debit tersedia dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan produksi pertanian dan taraf hidup petani. Kehilangan air yang relatif kecil akan meningkatkan efisiensi jaringan irigasi, karena efisiensi irigasi sendiri merupakan tolak ukur suksesnya operasi pertanian dalam semua jaringan irigasi (Bunganen, 2011).
Menurut Sumadiyono (2012), manfaat pengukuran efisiensi pada jaringan irigasi adalah :
1.        Untuk menghasilkan penggunaan air irigasi yang efisien di tingkat petani yang disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman.
2.        Untuk penelitian terapan dalam evaluasi tingkat efisiensi penggunaan air irigasi permukaan, misalnya rembesan/bocoran di saluran, debit yang diperlukan, panjang alur (furrow) dan sebagainya.
3.        Untuk keperluan iuran pelayanan air irigasi diperlukan alat ukur untuk menetapkan jumlah air yang telah digunakan dan besarnya iuran air yang harus dibayar oleh pemakai air tersebut.





























III.   METODOLOGI
Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian Acara 3 yang berjudul “Pengukuran Kehilangan Air di Saluran” dilaksanakan pada hari Jumat, 25 Febuari 2016. Praktikum ini dilaksanakan di kawasan kolam perikanan Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu, alat ukur berupa mistar dan meteran, weirs tipe Thompson, dan aliran selokan.
Praktikum ini dilaksanakan dengan tahapan yaitu, dua titik pengamatan ditentukan terlebih dahulu kemudian diukur jaraknya (dalam meter). Alat weirs dipasang pada masing-masing titik pengamatan, pemasangan diusahakan rapat dengan dinding dan dasar selokan sehingga air yang terhadang tidak bocor. Tinggi air yang mengalir diukur (h dalam meter) dari kedua weirs yang dipasang. Kemudian kehilangan air dihitung dengan menggunakan rumus:
dengan:Q= kehilangan air di saluran (m3/detik)
k = 0.85
ϕ = 90o
B = lebar weirs (cm)
h = ketinggian













IV.   HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Kehilangan Air dalam Saluran (m3)
Parameter
Ulangan 1
Ulangan 2
Ulangan 3
Besar
Kecil
Besar
Kecil
Besar
Kecil
Q1 hulu (m3)
0.0007719
0.0001077
0.0008626
0.0001182
0.0007719
0.0001236
Q2 hilir (m3)
0.0004938
0.0000931
0.0005350
0.0000716
0.0005636
0.0000885
Kehilangan air
0.0002781
0.0000438
0.0003276
0.0000466
0.0002082
0.0000351
Tabel 2. Kehilangan Air dalam Saluran (ym3/10 km)
Ulangan
Kehilangan air (m3/10 km)
Weirs Besar
Weirs Kecil
Ulangan 1
1.1123
0.0876
Ulangan 2
1.3103
0.0932
Ulangan 3
0.8330
0.0702
Rerata
1.0852
0.0837

Hasil Uji f
Hasil Uji t
F-Test Two-Sample for Variances

Variable 1
Variable 2
Mean
1.0851895
0.0836654
Variance
0.05750983
0.0001446
Observations
3
3
Df
2
2
F
397.777181
P(F<=f) one-tail
0.00250767
F Critical one-tail
19

F hit>Fcrit= unequal
t-Test: Two-Sample Assuming Unequal Variances

Variable 1
Variable 2
Mean
1.0851895
0.083665
Variance
0.0575098
0.000145
Observations
3
3
Hypothesized Mean Difference
0
Df
2
t Stat
7.224466
P(T<=t) one-tail
0.009313
t Critical one-tail
2.9199856
P(T<=t) two-tail
0.0186261
t Critical two-tail
4.3026527

t tabel = 2.145
t stat > t tabel = beda nyata





V.      PEMBAHASAN
Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian Acara 3 yang berjudul Pengukuran Kehilangan Air di Saluran bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air di selokan/saluran. Pengukuran kehilangan air di saluran dapat menggunakan weirs. Weirs adalah suatu bangunan ukur yang cukup praktis dan ekonomis dalam pengukuran debit asalkan tersedia head (energi hidrolik yang dinyatakan dalam satuan panjang (m)) yang cukup. Weirs diklasifikasikan menjadi ambang tajam (sharp crested weir/SCW) dan ambang lebar (broad crested weir/BCW). Yang termasuk ke dalam tipe BCW adalah misalnya Pintu Romijn. SCW dibagi menjadi:
a.       Sharp crested contracted weir (SCCW)
b.      Sharp crested suppressed weir (SCSW),
c.       Sharp crested and sharp sided trapezoidal (Cipolletti) weir
d.      Sharp sided 900 V-notch weir (Thompson)
Bentuk lain yang sering digunakan dalam irigasi adalah flume misalnya Parshall Flume. Keuntungan utama flume adalah tidak diperlukan head yang besar atau (untuk aliran cepat) (Kalsim et al., tth). Weirs tipe Thompson merupakan alat sederhana yang dapat menghasilkan pengukuran yang akurat. Alat inilah yang akan digunakan pada acara 3 Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian ini.
Pengamatan kehilangan air dilakukan pada dua saluran, saluran pertama yaitu dengan panjang titik pengamatan 2,5 m dan menggunakan weirs besar dengan lebar weirs 0,18 m. Saluran kedua yaitu dengan panjang titik pengamatan 5 m dan menggunakan weirs kecil dengan lebar weirs 0,135 m. Berdasarkan hasil pengamatan pada saluran pertama rata-rata kehilangan air sebesar 0.0002713 m3 dan pada saluran kedua sebesar 0.0000418 m3. Kedua hasil tersebut belum dapat dibandingkan dikarenakan panjang titik pengamatan yang berbeda, sehingga diperlukan perthitungan kehilangan air setiap 10 km untuk menyamakan panjang titik pengamatan dan diukur dengan weirs besar dan weirs kecil.
Menghitung kehilangan air setiap 10 km dihitung dengan menggunakan cara perbandingan sebagai berikut:
 =
Keterangan:
X1 = kehilangan air di saluran (m3)
X2 = kehilangan air di saluran setiap 10 km (m3)
Y1 = panjang titik pengamatan (m)
Y2 = panjang titik pengamatan setiap 10 km (m)
Setelah menghitung kehilangan air setiap 10 km dapat terlihat perbedaan hasil pengamatan dengan menggunakan weirs besar dan weirs kecil. Rata-rata kehilangan air pada weirs besar lebih besar dibandingkan dengan weirs kecil yaitu sebesar 1.0852 m3, sedangkan apabila menggunakan weirs kecil sebesar 0.0837 m3.
Menurut Sasmita et al. (2012), faktor terbesar yang mempengaruhi kehilangan air adalah debit saluran jika dibandingkan dengan faktor lain yaitu rembesan dan evaporasi. Selain itu menurut Syarnadi (1985), besarnya kehilangan air pada saluran selain dipengaruhi oleh musim, jenis tanah, keadaan dan panjang saluran juga dipengaruhi oleh karateristik saluran. Musim atau dalam lingkup luasnya adalah iklim berpengaruh pada kehilangan air di permukaan tanah. Anasir iklim yang berpengaruh di antaranya adalah temperatur dan curah hujan. Jenis tanah akan berpengaruh pada besar tidaknya perkolasi yang terjadi dalam tanah. Faktor-faktor pada karakteristik saluran meliputi ada tidaknya rembesan dan bocoran air pada saluran.
Pengujian hasil dilakukan dengan software microsoft office excel. Hasil uji f diperoleh hasil bahwa rata-rata kehilangan air memiliki varians yang tidak sama (unequal). Hasil uji f ini akan menentukan cara analisis untuk uji lanjut berikutnya yaitu uji t.  Pada hasil analisis unequal atau f hitung lebih besar dari f critical maka akan dilanjutkan dengan analisis uji t Two-Sample Assuming Unequal Variances. Hasil uji t menggunakan dengan t tabel= 2,145 menunjukkan pengukuran kehilangan air dengan weirs besar dan weirs kecil adalah berbeda nyata, yang berarti bahwa rata-rata kehilangan air antara penggunaan weirs besar dan weirs kecil berpengaruh nyata pada hasil pengamatan. Weirs kecil lebih baik dibandingkan dengan weirs besar karena memiliki efisiensi penggunaan airnya lebih besar (kehilangan air lebih kecil).  
Manfaat perhitungan kehilangan air di saluran irigasi adalah untuk dapat mengetahui efisiensi pengairan. Efisiensi pengairan dikenal dengan beberapa istilah efisiensi meliputi efisiensi penyaluran air, efisiensi pemberian air, efisiensi penyimpanan air, dan efisiensi pengagihan air. Menurut Sumadiyono (2012), manfaat pengukuran efisiensi pada jaringan irigasi adalah:
a.       Untuk menghasilkan penggunaan air irigasi yang efisien di tingkat petani yang disesuaikan dengan kebutuhan air tanaman.
b.      Untuk penelitian terapan dalam evaluasi tingkat efisiensi penggunaan air irigasi permukaan, misalnya rembesan/bocoran di saluran, debit yang diperlukan, panjang alur (furrow) dan sebagainya.
c.       Untuk keperluan iuran pelayanan air irigasi diperlukan alat ukur untuk menetapkan jumlah air yang telah digunakan dan besarnya iuran air yang harus dibayar oleh pemakai air tersebut.
Selain itu bermanfaat pula untuk membuat suatu rancangan bangunan irigasi yang efisien dan memecahkan berbagai persoalan terkait dengan saluran air.


VI.   KESIMPULAN
1.        Pengukuran kehilangan air pada saluran setiap 10 km dengan menggunakan weirs besar lebih besar dibandingkan dengan weirs kecil. Kehilangan air pada weirs besar yaitu 1.0852 m3, sedangkan kehilangan air pada weirs kecil sebesar0.0837 m3.
2.        Faktor-faktor yang mempengaruhi kehilangan air adalah karakteristik saluran (peluang terjadi rembesan atau bocoran), jenis tanah (ada tidaknya perkolasi) dan anasir iklim yang mempengaruhi evaporasi.
3.        Berdasarkan hasil uji t diperoleh menyatakan bahwa rata-rata kehilangan air antara penggunaan weirs besar dan weirs kecil berpengaruh nyata pada hasil pengamatan.
4.        Perhitungan kehilangan air di saluran irigasi bermanfaat untuk mengetahui efisiensi pengairan yang akan berkaitan langsung dengan aspek agronomi tanaman dan sosial ekonomi suatu usaha pertanian.




















DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2015. Pemberian Air dan Efisiensi Irigasi. <http://www.slideshare.net/naylarahmi7 /pemberian-airdanefisiensiirigasi>. Diakses tanggal 1 Maret 2016.

Kalsim, D. K., B. I. Setiawan, A. Sapei, Prastowo, Erizal. Tth. Perancangan Irigasi dan Drainase Interaktif Berbasis Teknologi Informasi. <http://web.ipb.ac.id/.> Diakses tanggal 04 Maret 2016.

Arsyad. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

Bunganaen, W. 2011. Analisis efisiensi dan kehilangan air pada jaringan utama Daerah Irigasi Air Sagu. Jurnal Teknik Sipil 1(1): 80 – 93.

Howell, T. A. 2003. Irrigation Efficiency. United States Departemen of Agriculture (USDA), Texas.

Mintaria, E., H. Purnaweni, T. R. Soeprobowati. 2013. Pengelolaan air tanah untuk irigasi berbasis masyarakat di Desa Pangkul Kecamatan Cambai kota Prabumulih. Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumber Alam dan Lingkungan: 123 – 129.

Odhiambo, L. O., W. L. Kranz, D. E. Eisenhauer. 2011. Irrigation efficiency and uniformity, and crop water use efficiency. Departemen of Biological Systems Engineering, University of Nebraska. Lincoln.

Sasmita, R., Khairul, Amri, Rena, Misliniyati. 2012. Analisis Kehilangan Air pada Saluran Sekunder, Studi Kasus di Kemumu, Bengkulu Utara. Fakultas Teknik. Universitas Bengkulu. Tesis.

Sumadiyono, A. 2012. Analisis efisiensi pemberian air di jaringan irigasi karau Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan ITB 1:1-22.

Syarnadi, A. 1985. Penelitian Kehilangan Air dan Perembesan Air pada Saluran Daerah Wai Seputih Lampung Tengah. Institut Pertanian Bogor. Bogor

Wusunahardja, P. J. 1991. Efisiensi dan kehilangan air irigasi. Jurnal Informasi Teknik 8: 89.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar