LAPORAN PRAKTIKUM
PASCA PANEN
HORTIKULTURA
ACARA I
MENGHITUNG INDEKS
SAMPAH HORTIKULTURA
Oleh:
Nama :
Andrew Budiherlando
Gol : C2/A
Asisten : 1. Bella Vyatrisa
2. Nurul Kumala Dewi
LABORATORIUM
HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH
MADA
2016
I.PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indeks
sampah merupakan proporsi bagian yang bermanfaat terhadap bagian keseluruhan
dari komoditas hortikultura. Ini menunjukkan seberapa besar manfaat dari suatu
komoditas. Indeks sampah buahan pada umumnya lebih besar daripada indeks sampah
sayuran. Hal tersebut dikarenakan karena sampah yang dihasilkan dari buah lebih
banyak daripada sayur. Contohnya yang terjadi pada buah durian yang memiliki
indeks sampah yang tinggi. Indeks sampah yang tinggi disebabkan karena durian
yang digunakan pada bagian pulp buahnya saja. Komoditas hortikultura dari
negara tropis pada umumnya lebih besar daripada dari negara subtropis. Nilai
indeks sampah dapat ditentukan oleh kebiasaan konsumen dan proses pengolahan
pada hasil komoditas hortikultura.
B. Tujuan
1.Mengetahui besarnya rasio bagian yang tidak dikonsumsi dengan seluruh bagian buahan dan sayuran
1.Mengetahui besarnya rasio bagian yang tidak dikonsumsi dengan seluruh bagian buahan dan sayuran
II. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia
merupakan wilayah tropis dan beriklim basah.Daerah tropis memungkinkan
tumbuhnya berbagai macam tumbuhan seperti buah,yaitu durian,duku,rambutan,dan
kelengkeng. Salah satu permasalahan di Indonesia dalam persaingan pasar
buah-buahan adalah kualitas mutu buah yang belum sesuai selera konsumen.Hanya
ada sedikit jenis buah yang menempati pasar swalayan atau pasar dunia.Hal
tersebut disebabkan penanganan pasca panen yang belum baik sehingga menyebabkan
mutu buah menjadi tidak sesuai kriteria(Sunarjono,2008).
Pengertian
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus, yang berarti
tanaman kebun dan cultura/colere, berarti budidaya, sehingga dapat diartikan
sebagai budidaya tanaman kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis
tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan,
kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan
distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.
Hortikultura
merupakan cabang dari ilmu agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan
pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga
(florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman herbal (biofarmaka),
dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel
atau mudah rusak karena segar.
Hortikultura
merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek
pertanian hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang
menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani komoditas hortikultura
yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi.
Bedasarkan
jenis tanaman yang dibudidayakan, pertanian hortikultura dapat dibagi menjadi
beberapa disiplin ilmu yang lebih spesifik, yaitu :
- Olericulture
adalah bagian hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman sayur.
- Pomology
adalah bagian hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman buah-buahan
- Floriculture
adalah bagian hortikultura yang mempelajari budidaya tanaman hias
- Landscape
horticulture adalah bagian hortilultura yang mempelajari pemanfaatan
tanaman hortikultura dalam penataan lingkungan.
- Apiary
(apikultura): bagian hortikultura yang mempelajari budidaya lebah madu.
Pada
umumnya komoditas hortikultura dimanfaatkan dalam keadaan masih hidup sehingga
perisibel (mudah rusak), dan air merupakan komponen penting dalam kualitas.
Ciri-ciri penting komoditas Hortikultura adalah:
1. Komoditas hortikultura (sebagian besar)
dipasarkan dalam keadaan hidup. Maksudnya sesuatu yang akan mati/rusak dan
tidak ada nilainya.
2. Komoditas hortikultura mudah rusak. Artinya
komoditas ini tidak dapat disimpan lama, harus segera dipasarkan dan
dikonsumsi.
3. Komoditas hortikultura diperdagangkan
dengan kandungan air tinggi dan meruah (voluminous). Artinya untuk pengangkutan
dan penggudangan memerlukan ruang yang luas. Transportasi lewat udara
memerlukan biaya yang tinggi karena kandungan air.
4. Kualitas adalah kata kunci pada komoditas
ini. Produk hortikultura yang tidak berkualitas tidak akan ada harganya.
5. Komoditas ini tidak dikonsumsi sebagai sumber
karbohidrat, tetapi sebagai sumber vitamain, mineral atau kesenangan. Sebagai
sumber kesenangan, maka sekali lagi kualitas merupakan hal yang sangat
penting.
6. Komoditas ini memerlukan penanganan pasca
panen yang baik. Ini merupakan konsekuensi dari tuntutan terhadap kualitas, dan
karena komoditas ini mudah rusak.
7. Komoditas ini biasanya memberikan pemasukan
yang baik. dimana, komoditas hortikultura di Indonesia seringkali diusahakan
dalam skala usaha yang sempit / kecil, tetapi memberikan hasil ekonomi yang
tinggi. Namun modal yang diperlukan untuk mengusahakan tanaman hortikultura
juga lebih banyak daripada tanaman agronomi.
Komoditas
hortikultura yaitu sayuran dan buah merupakan suatu hal yang menjadi kebutuhan
manusia.Hal tersebut dapat dibuktikan bahwa kedua hal tersebut memiliki banyak
manfaat sebagai bahan pangan dan obat.Menurut Zulkarnain(2009),sayuran
merupakan satu tanaman atau bagian tanaman yang memiliki banyak fungsi untuk
manusia.Sayuran dapat diklasifikasi menjadi lima,yaitu
A.Sayuran
akar,misalnya wortel,ubi jalar,dan singkong.
B.Sayuran batang,misalnya kentang,talas,dan kol.
C.Sayuran daun,misalnya bawang-bawangan,kubis,selada,dan bayam.
D.Sayuran Buah,misalnyatimun,terong,kacang-kacangan,gambas,tomat,dan pare.
E.Sayuran bunga atau tunas bunga muda seperti kubis,brokoli
F.Jamur seperti jamur merang, jamur kuping,dan jamur kayu.
B.Sayuran batang,misalnya kentang,talas,dan kol.
C.Sayuran daun,misalnya bawang-bawangan,kubis,selada,dan bayam.
D.Sayuran Buah,misalnyatimun,terong,kacang-kacangan,gambas,tomat,dan pare.
E.Sayuran bunga atau tunas bunga muda seperti kubis,brokoli
F.Jamur seperti jamur merang, jamur kuping,dan jamur kayu.
Buah merupakan perkembangan dari satu atau
lebih ovary pada bunga.Buah terdiri dari bagian-bagian seperti
pericarp,biji,jaringan plasenta,resptakel,dan sumbu tangkai bunga.Menurut
Zulkarnain(2009),klasifikasi buah adalah sebagai berikut
Berdasarkan jumlah ovari penyusun
1.Buah sederhana berdaging,misalnya tomat,apel,jeruk, dan anggur.
2.Buah sederhana tidak berdaging,misalnya kacang-kacangan,jagung,stroberi,nanas,semangka ,wortel,dan buah bunga matahari.
Penggolongan buah berdasarkan tipe pertumbuhan
1.Buah-buahan pohon,misalnya mangga,jeruk.duku,durian,rambutan,dan manggis.
2.Buah-buahan semak,misalnya salak dan nanas.
3.Buah-buahan berbatang basah,misalnya pisang dan papaya.
4.Buah-buahan berbatang merambat,misalnya semangka,melon,dan,markisa.
Berdasarkan jumlah ovari penyusun
1.Buah sederhana berdaging,misalnya tomat,apel,jeruk, dan anggur.
2.Buah sederhana tidak berdaging,misalnya kacang-kacangan,jagung,stroberi,nanas,semangka ,wortel,dan buah bunga matahari.
Penggolongan buah berdasarkan tipe pertumbuhan
1.Buah-buahan pohon,misalnya mangga,jeruk.duku,durian,rambutan,dan manggis.
2.Buah-buahan semak,misalnya salak dan nanas.
3.Buah-buahan berbatang basah,misalnya pisang dan papaya.
4.Buah-buahan berbatang merambat,misalnya semangka,melon,dan,markisa.
Salah satu
komoditas hortikultura yang memiliki arti penting adalah jeruk. Jeruk merupakan
buah yang digemari masyarakat baik sebagai buah segar maupun olahan. Sebagai
komoditas yang bernilai ekonomi tinggi pengembangan jeruk perlu mendapat
perhatian yang besar mengingat kontribusinya yang besar pada perekonomian
nasional. Produksi dan mutu jeruk dapat ditingkatkan melalui perbaikan
lingkungan dan tanaman(Indriyani dkk.,2002 cit.Simatupang,2009).
Kehilangan
hasil tanaman buah dan sayuran dapat berupa penurunan kuantitas maupun
kualitas. Penurunan kuantitas terjadi seperti penurunan bobot dan hilangnya
produk, baik sebagian ataupun seluruhnya, yang disebabkan oleh kerusakan atau
pembusukan. Kehilangan hasil karena penurunan kuantitas relatif mudah diamati.
Bentuk kehilangan hasil yang relatif sulit diamati adalah menurunnya kualitas,
seperti kerusakan tekstur, aroma, atau nilai gizi. Bentuk kehilangan yang lain
adalah kehilangan daya tumbuh dan penurunan nilai jual yang disebabkan oleh
turunnya harga. Kehilangan hasil dapat terjadi di lapangan atau di kebun,
di tempat pengepakan, tempat penyimpanan, selama pengangkutan, di pasar besar
atau pasar eceran. Kehilangan tersebut dapat terjadi karena fasilitas yang
kurang memadai, pengetahuan yang terbatas, manajemen yang tidak baik,
pasar yang tidak berfungsi, atau penanganan oleh petani yang kurang
hati-hati(Santoso dan Madya,2013).
III. METODE PELAKSANAAN
Praktikum
indeks sampah komoditas hortikultura dilaksanakan pada tanggal 08 Maret 2016 di
Laboratorium Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
pada pukul 13.30 WIB. Bahan yang digunakan meliputi 24 komoditas
hortikultura,yaitu anggur, jambu biji, kembang kol, ubi, kangkung, sawi, tomat,
sirsak, lobak, pare, srikaya, duku, nangka, rambutan, daun melinjo, daun
seledri, sawi hijau, semangka, buncis, Buah naga, manggis, belimbing, bawang
merah, dancabai rawit. Alat yang digunakan,meliputi pisau,timbangan,dan wadah.
Komoditas
yang telah tersedia masing-masing jenis disediakan sebanyak tiga ulangan.Bobot
keseluruhan(masing-masing komoditas ditimbang terlebih dahulu dan
dicatat.Bagian-bagian dari komoditas yang tidak biasa dikonsumsi dipisahkan
dengan pisau dan ditimbang secara terpisah dengan timbangan.Indeks sampah
komoditas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
Indeks Sampah(%)= (Bobot bagian yang tidak digunakan/Bobot
Keseluruhan) x 100 %
IV. HASIL PENGAMATAN
Indeks Sampah Sayuran
(%)
no
|
komoditas
|
indeks sampah (%)
|
1
|
kembang kol
|
53.14
|
2
|
kangkung
|
15.16
|
3
|
sawi
|
2.63
|
4
|
lobak
|
25.46
|
5
|
pare
|
0.89
|
6
|
daun melinjo
|
23.31
|
7
|
daun seledri
|
4.99
|
8
|
sawi hijau
|
55.94
|
9
|
buncis
|
6.78
|
10
|
bawang merah
|
11
|
11
|
cabai rawit
|
6.33
|
12
|
tomat
|
1.13
|
13
|
ubi
|
6.41
|
14
|
lobak
|
25.46
|
Indeks Sampah
Buah-Buahan (%)
no
|
komoditas
|
indeks sampah (%)
|
1
|
anggur
|
16.04
|
2
|
jambu biji
|
0.96
|
3
|
srikaya
|
73.56
|
4
|
duku
|
40.75
|
5
|
nangka
|
34.97
|
6
|
rambutan
|
56.03
|
7
|
buah naga
|
40.49
|
8
|
manggis
|
73
|
9
|
belimbing
|
0.49
|
10
|
semangka
|
50.22
|
V.PEMBAHASAN
Limbah pertanian adalah bagian tanaman pertanian diatas tanah
atau bagian pucuk, batang yang tersisa setelah dipanen atau diambil hasil
utamanya. Berdasarkan artinya pengertian limbah pertanian dapat diartikan
sebagai bahan yang dibuang di sektor pertanian. Beberapa contoh limbah
pertanian diantara lain adalah sabut dan tempurung kelapa, jerami dan dedak
padi, dan sebagainya. Limbah pertanian dapat diklasifikasikan ke dalam beberapa
jenis yaitu limbah pra panen dan saat panen serta limbah pasca panen.
Sedangkan limbah pasca panen itu juga terbagi menjadi limbah sebelum diolah dan
limbah setelah diolah atau sering dikenal dengan limbah industri pertanian.
Limbah padat lebih dikenal sebagai sampah yang seringkali tidak dikehendaki
kehadirannya karena tidak memiliki nilai ekonomis. Bila ditinjau secara
kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia Senyawa organik dan Senyawa
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
berdampak negatif terhadap lingkungan terutama bagi kesehatan manusia,
sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah. Tingkat bahaya
keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan karakteristiknya.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dijelaskan lebih lanjut mengenai indeks
limbah pada komoditi sayuran dan buah-buahan agar dapat mengetahui tentang
dampak dan pengaruh limbah terhadap proses kehidupan (Fantastico, 1986)
Indeks sampah
merupakan proporsi bobot buah atau sayur(hortikultura) yang tidak dimanfaatkan
terhadap bobot komoditas secara keseluruhan. Nilai indeks sampah menunjukkan
besarnya suatu manfaat pada hasil dari tanaman hortikultura. Pada penanganan pasca
panen hortikultura, nilai indeks sampah dapat menjadi parameter tingkat
keberhasilan pada komoditas tersebut. Indeks sampah pada masing-masing
komoditas tidak sama baik antar jenis ataupun varietas. Hal tersebut disebabkan
karena bobot sampah yang dihasilkan dan bobot utuh yang berbeda.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi indeks sampah adalah jenis varietas,bobot sampah,bobot
utuh,kebiasaan konsumen,dan proses pengolahan hasil komoditas.Pada
jenis,misalnya pada tomat dan durian.Kedua hal tersebut bebrbeda dalam hal
bobot utuh.Pada tomat,bobot sampah sangat ringan karena sampah buah tersebut
hanya pada kelopak atau tangkai,sedangkan pada durian bobot sampah sangat besar
karena bagian yang dimanfaatkan hanya pada bagian daging buah saja.Faktor
kebiasaan konsumen,misalnya ada konsumen yang memakan apel beserta kulitnya.Ada
konsumen yang membuang kulit dan biji apel dan hanya memakan daging buah.Tentu
saja hal tersebut mempengaruhi besarnya indeks sampah.Pada proses
pengolahan,misalnya ada pabrik yang menjadikan tomat utuh untuk bahan campuran
makanan.Selain itu,ada pabrik yang mengolah tomat hanya dijadikan sebagai
produksi benih.Hal tersebut menjadikan perbedaan yang kontras pada nilai indeks
sampah.
Nilai indeks
limbah sayuran ataupun buah-buahan sangat bergantung pada jenis komoditinya.
Hal ini sesuai dengan pendapat Noetjarto (2013), yang menyatakan bahwa tidak
semua komoditi memiliki indeks limbah yang lebih besar dibandingkan berat
bersih yang akan dikomsumsi dan yang akan dibuang (limbah) dari komoditi tersebut.
Limbah yang dihasilkan dari suatu komoditi
merupakan suatu sampah atau buangan yang tidak dapat dikomsumsi apabila tidak
di lakukan pengolahan terhadap limbah tersebut.Sampah atau limbah organik yang
dihasilkan dari buah-buahan dan sayuran merupakan sampah yang dapat di daur
ulang menjadi berbagai macam produk, contohnya yaitu pakan ternak, pupuk dan
lain-lain.
Histogram Indeks Sampah Buah(%)
Berdasarkan histogram di atas,buah Jambu Biji
dan Belimbing memiliki Indeks Sampah yang rendah. Hal tersebut disebabkan
karena pada pada buah tersebut bagian yang tidak digunakan hanya sedikit.Pada
buah tersebut bagian yang tidak bermanfaat hanya meliputi tangkai
buah,kelopak,kulit buah,dan biji pada buah. Bagian tangkai buah yang tidak
dimanfaatkan terdapat pada komoditas anggur, jambu biji, belimbing, duku,
rambutan, buah naga, dan manggis. Bagian kulit buah yang tidak digunakan
meliputi anggur, srikaya, duku, nangka, rambutan, buah naga, manggis, dan
semangka . Pada komoditas anggur, jambu biji, srikaya, duku, rambutan, manggis,
dan semangka, biji tidak dimanfaatkan. Srikaya, manggis semangka, dan rambutan
memiliki indeks sampah yang tinggi karena bagian yang tidak digunakan meliputi tangkai
buah, kulit buah, dan biji buah, yang tidak dikonsumsi.
Histogram Indeks Sampah Sayuran(%)
Pada komoditas sawi, pare, dan tomat memiliki
indeks sampah yang rendah. Hal tersebut disebabkan karena bagian yang tidak
dimanfaatkan hanya sedikit seperti tangkai dan kulit. Pada komoditas kembang
kol, sawi hijau, daun melinjo dan lobak memiliki indeks sampah yang tinggi
karena pada bagian batang, tangkai, dan kulitnya tidak dimanfaatkan.
Histogram Gabungan(Buah atau Sayur)(%)
Pada komoditas tomat, jambu biji, belimbing,
pare dan sawi memiliki indeks sampah yang rendah karena bagian yang tidak
dimanfaatkan hanya meliputi kulit buah dan biji(pepaya). Pada komoditas kembang
kol, sawi hijau, srikaya, rambutan manggis, buah naga, dan semangka memiliki
nilai indeks sampah yang tinggi karena ada bagian yang tidak digunakan meliputi
kulit buah yang tebal dan biji pada nangka dan kulit tebal pada semangka dan
nangka
VI. KESIMPULAN
Indeks sampah
merupakan nilai atau persentase yang merupakan perbandingan atau rasio antara
bagian buah atau sayuran yang tidak dikonsumsi dengan seluruh bagian buah atau
sayuran tersebut. Indeks sampah tertinggi dimiliki oleh kembang kol, sawi
hijau, srikaya, rambutan manggis, buah naga, dan semangka sedangkan indeks
sampah terendah dimiliki oleh tomat, jambu biji, belimbing, pare dan sawi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Kandungan Gizi yang Terdapat Pada
Sayuran . <http://www.carakhasiatmanfaat.com/artikel/kandungan-gizi-yang-terdapat-pada-sayuran.html>. Diakses tanggal 15
Maret 2016
Haerudin, Haerani. 2014. Indeks Limbah. Hasanuddii Press. Makassar
Nopiana,S.dan Siti Balkis.2011. Analisis Pendapatan pola tanam
beruntun tanaman hortikultura di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang
Kabupaten Kutai Kartanegara.EPP 8: 30-40
Santoso,M.B.dan Widyaiswara Madya.2013.Penanganan Pasca Panen
Hortikultura.< http://bbppbinuang.info/news11-penanganan-pasca-panen-hortikultura.html>.Diakses tanggal 23 Maret
2015.
Simatupang,Sortha. 2009. Karakterisasi dan
pemanfaatan plasma nutfah jerukin situ oleh masyarakat lokal
Sumatera Utara 15: 70-74.
Sunarjono,Hendro.2008.Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar
Swadaya,Depok.
Sudheer,K.P. dan V.Indira.2007.Post Harvest Technology of
Horticultural Crops.Jai Barat Printing Press,New Delhi.
Zulkarnain,2009.Dasar-Dasar Hortikultura.PT Bumi Aksara,Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar