Selasa, 12 April 2016

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR EKOLOGI ACARA II KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

ACARA 2
KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI FAKTOR PEMBATAS BIOTIK


I.       TUJUAN
1.      Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman.
2.      Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik.

II.    TINJAUAN PUSTAKA
            Definisi kompetisi sebagai interaksi antara dua atau banyak individu apabila suplai sumber yang diperlukan terbatas dalam hubungannya dengan permintaan organisme atau kualitas sumber bervariasi dan permintaan terhadap sumber yang berkualitas tinggi lebih banyak. Organisme mungkin bersaing jika masing-masing berusaha untuk mencapai sumber yang paling baik di sepanjang gradient kualitas atau apabila dua individu mencoba menempati tempat yang sama secara simultan. Sumber yang dipersaingkan oleh individu adalah tempat untuk hidup dan bereproduksi, contohnya makanan, oksigen, dan cahaya (Mc Noughton dan Wolf, 1990).
            Kompetisi adalah interaksi antara dua organisme yang berusaha untuk hal sama. Interaksi kompetisi biasanya interspesifik berpengaruh terhadap pertumbuhan dan proses bertahan hidup oleh dua atau lebih spesies populasi. Interaksi kompetisi biasanya melibatkan ruang lingkup, makanan, nutrisi, cahaya matahari, dan tipe-tipe lain dari interaksi. Kompetisi interspesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari satu populasi menggantikan yang lain (Odum,1994).
         Kompetisi terjadi apabila tanaman mencapai tingkat pertumbuhan tertentu dan akan semakin keras dengan pertambahan ukuran tanaman dengan umur. Kemampuan suatu tanaman dipengaruhi oleh kemampuan suatu organ yang melakukan kompetisi. Daun dan akar merupakan bagian yang berperan aktif dalam kompetisi. Akar yang memiliki luas permukaan lebar, daun yang banyak,lebar, dan tersebar diseluruh tubuh tanaman akan meningkatkan kompetisi, akibatnya kompetisi tanaman pun tinggi.(Fuller et al. ,1964)
      Dalam kompetisi gulma dapat menjadi kompetitor dan merupakan faktor pembatas penting bagi produktivitas kedelai. Besarnya tingkat kerugian akibat persaingan dengan gulma sangat bervariasi bergantung pada populasi dan macam spesies gulma yang ada. Gulma yang sering dijumpai termasuk kategori noxious weed (gulma berbahaya dan sangat merugikan) serta sulit dikendalikan oleh herbisida maupun penyiangan, yaitu alang-alang dan teki (Budi, 2009).
Penyebab utama kompetisi adalah diantara tanaman dari spesies yang sama. Akibat dari kompetisi ini terlihat pada perbedaan tinggi batang, jumlah daun, dan diameter lateral akar. Akibat dari kompetisi ini akan berpengaruh terhadap pembentukan karakter maupun dalam kemampuan untuk memproduksi buah. Tidak seperti tanaman yang berbeda spesies, tanaman yang sama spesiesnya memiliki kebutuhan yang sama antara yang satu dengan yang lain. Mereka tidak dapat dengan mudah mengatur kebutuhan mereka sendiri dari kebutuhan tanaman yang lain sesama spesies (Weafer & Cements, 1938).
         Secara garis besar interaksi intraspesies dan interspesies dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan. Dasar hubungan tersebut antara lain netralisme; mutualisme; parasitisme; predatorisme; kooperasi; komensalisme; antagonis; kompetisi. Kompetisi adalah bentuk hubungan yang terjadi akibat adanya keterbatasan sumber daya alam pada suatu tempat (Elfidasari, 2007).
      Kompetisi yang terjadi dapat dilihat pada tanaman tumpang sari. Kompetisi yang terjadi selain persaingan yang berlokasi di bawah tanah (unsur hara), juga terjadi di atas tanah seperti ruang tumbuh dan cahaya. Dengan bentuk kompetisi demikian tanaman akan mempertahankan hidupnya berusaha mencari cahaya yang lebih banyak secara vertikal yakni dengan mempertinggi batangnya. Akibatnya ada tanaman menjadi tinggi dengan kondisi penampakan agak lemah (sukulen). Kompetisi di bawah lapisan tanah juga terjadi seperti bentuk tajuk, banyaknya akar dan luas daerah penyerapan akar. Pertambahan jumlah daun pada tanaman sangat menguntungkan, karena dengan semakin banyak daun yang melakukan proses fotosintesis, dengan demikian akan semakin banyak karbohidrat yang dihasilkan sejauhpermukaan daun yang ada mampu menangkap cahaya matahari (Prasetyo,2007).
Competere adalah mencari atau mengejar sesuatu secara bersamaan oleh lebih dari satu jenis pencari. Salah satu bentuk interaksi antar tumbuhan yang saling memperebutkan sumber daya alam yang tersedia terbatas pada lahan dan waktu yang sama yang menimbulkan dampak negative terhadap pertumbuhan dan hasil salah satu jenis tumbuhan atau lebih misal: air, hara, cahaya, CO2, dan ruang tumbuh (Kastono, 2008).






III.       METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Ekologi Acara II, yaitu Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor Pembatas Biotik dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 25 Maret 2011 di rumah kaca, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat yang digunakan, yaitu: timbangan analitik, penggaris, peralatan tanam, dan oven. Bahan yang digunakan, yaitu: kacang panjang (Vigna sinensis), jagung (Zea mays), kacang tanah (Arachis hypogaea); polybag; pupuk kandang; kantong kert$as; kertas label.
Cara kerjanya, pertama-tama polybag disiapkan kemudian diisi dengan tanah sebanyak kurang lebih 3 kg. Bila ada kerikil, sisa-sisa akar tanaman lain, dan kotoran harus dihilangkan supaya tidak mengganggu perumbuhan tanaman. Lalu, dipilih biji yang sehat dari jenis tanaman yang diperlakukan. Selanjutnya, ditanam sejumlah biji ke dalam masing-masing polybag sesuai perlakuan: monokultur kacang tanah sebanyak 2, 4, dan 6 tanaman; polikultur kacang tanah-jagung sejumlah (1+1, 2+2, 3+3) tanaman; polikultur kacang tanah-kacang tunggak sejumlah (1+1, 2+2, 3+3) tanaman; masing-masing perlakuan diulang 3 kali. Kemudian, tiap polybag harus diberi label sesuai perlakuan dan ulangannya. Label harus mudah dibaca, untuk mencegah tertukarnya dengan perlakuan lain saat pengamatan. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai tanaman berumur 21 hari. Selanjutnya, dilakukan pemanenan. Setelah diamati, tanaman dikeringanginkan, dimasukkan ke kantong kertas dan dioven selama 80°C 2 hari sampai berat konstan. Pengamatan dilakukan setiap hari samapi hari ke-21 meliputi tinggi tanaman setiap 2 hari sekali (cm), berat segar tanaman untuk tiap polybag pada akhir pengamatan (gram), berat tiap polybag setelah dioven (gram). Pada akhir percobaan, dari seluruh data yang terkumpul dihitung rerata tiga ulangan pada tiap perlakuan. Selanjutnya, digambar grafik garis tinggi tanaman masing-masing perlakuan vs hari pengamatan, grafik berat segar dan berat kering tanaman masing-masing perlakuan vs hari pengamatan.








IV.               HASIL PENGAMATAN
A.    Monokultur kacang tanah
Tabel 2.1. tinggi tanaman monokultur kacang tanah
Perlakuan
Tinggi tanaman kacang tanah  cm hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
mono 2
1,675
5,95833
8,14167
10,4583
12,4583
14,23
17,7583
mono 4
1,299167
3,75
6,148617
8,8
11,825
13,25833
16,42333
mono 6
2,288389
4,485389
6,296661
8,041667
11,4655
12,2355
14,985
Tabel2.2.jumlahdauntanamanmonokulturkacangtanah
Perlakuan
Jumlah daun tanaman kacang tanah hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
mono 2
1,75
3,416667
4,416667
4,75
5,583333
6,03333
6,933333
mono 4
0,958333
1,916667
2,9
3,791667
4,875
5,208333
6,1
mono 6
1,572222
2,627222
3,374439
4,026661
4,665605
5,441606
5,781111
Tabel2.3.beratsegar (BS), berat kering (BK) dan panjang akar (PA) tanaman monokultur kacang tanah
Perlakuan
BS
BK
PA
mono2
4,534167
0,96
15,45483
mono 4
4,290417
0,872917
15,84283
mono 6
3,300611
0,932489
15,47606
B.     Polikultur kacang tanah vs kacang panjang
Tabel2.4. tinggi tanaman polikultur kacang tanah
Perlakuan
Tinggi Tanaman kacang tanah hari ke- (cm)
1
2
3
4
5
6
7
poli 1+1
0,916667
2
3,166667
4,5
6,85
9,98
11,65
poli 2+2
2,475
3,7
7,291667
9,2
11,29167
13,25
15,98
poli 3+3
2,6
4,416661
6,527222
8,61
10,33833
11,5345
13,84028
Tabel2.5.jumlah daun tanaman polikultur kacang tanah
Perlakuan
Jumlah Daun kacang tanah  hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
poli 1+1
0,666667
1,333333
1,833333
2,5
3,666667
4,791667
5,466667
poli 2+2
0,833333
2,455556
3,833333
4,583333
4,916667
5,083333
5,741667
poli 3+3
1,611106
2,432778
3,109994
3,499444
3,832783
4,383339
6,165


Tabel2.6.beratsegar (BS), berat kering (BK) dan panjang akar (PA) tanaman polikultur kacang tanah
Perlakuan
BS
BK
PA
Poli 1 (1+1)
3,831667
0,863333
11,65
Poli 1 (2+2)
2,924167
0,786667
15,98
Poli 1 ( 3+3)
2,668389
0,733333
13,84028
C.     Polikultur kacang tanah vs jagung
Tabel2.7.tinggitanamanpolikulturkacang tanah
Perlakuan
Tinggi tanaman kacang tanah  cm hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
poli 1+1
3,705
5,183333
8,875
11,00833
14,675
17,05833
21,14167
poli 2+2
1,933333
2,775
6,666667
8,733333
11,58333
13,91667
17,57167
poli 3+3
2,911111
4,515556
8,315556
11,055
14,98111
16,54667
19,71556
Tabel 2.8. jumlah daun tanaman polikultur kacang tanah
Perlakuan
Jumlah daun tanaman kacang tanah hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
poli 1+1
2
2,916667
4,5
5,166667
6,25
6,445
7,448333
poli 2+2
1,083333
1,75
3
3,583333
4,5
5,308333
5,583333
poli 3+3
1,333333
2,46
3,555556
4,488889
5,333334
5,725
6,25
2.9.Tabel berat segar (BS), berat kering (BK) dan panjang akar (PA) tanaman polikultur kacang tanah
Perlakuan
BS
BK
PA
Poli 2 (1+1)
4,74
1,09
21,14167
poli 2 (2+2)
3,779167
1,151667
17,57167
poli 2 (3+3)
2,913333
0,906667
19,71556










V.                PEMBAHASAN
            Dalam suatu ekosistem, komponen biotik, berupa komunitas makhluk hidup yang beragam yang saling berinteraksi satu sama lain. Keberadaan makhluk hidup yang berinteraksi satu sama lain, terutama dalam hal kebutuhan akan sesuatu inilah yang kemudian memunculkan sebuah istilah kompetisi. Kompetisi terjadi ketika dua atau lebih makhluk hidup bersaing untuk memperebutkan suatu hal yang sama yang jumlahnya terbatas, misalnya makanan, air, tempat tinggal, cahaya, dan lain-lain. Dampak dalam persaingan ini dapat menjadi hambatan organisme dalam hal pertumbuhan dan reproduksi. Misalnya, dalam suatu kebun, tanaman yang ditanam dengan tidak beraturan dapat terhambat pertumbuhannya karena cahaya matahari tidak mengenainya. Hal tersebut terjadi karena tanaman tersebut tumbuh terhalang oleh tanaman lain. Hal inilah yang kemudian menjadi hambatan bagi organisme untuk tumbuh dan berkembang. Kompetisi antar tanaman yang terjadi dalam dunia pertanian, dapat diantisipasi dengan beberapa cara, di antaranya adalah dengan penanaman menggunakan jarak tanam tertentu, atau polikultur dengan jenis tanaman tertentu, atau dengan cara pemangkasan daun dan ranting yang tidak produktif untuk mengurangi transpirasi.
Praktikum ini dilakukan untuk menunjukkan berbagai tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik yang diujikan dengan cara penanaman secara monokultur, yaitu pada tanaman kacang tanah, dan polikultur, yaitu dengan penanaman secara polikultur pada tanaman kacang tanah dengan kacang tunggak dan kacang tanah dengan jagung.



A.           Tinggi Tanaman
1.      Monokultur Kacang Tanah
           
Berdasarkan grafik tinggi tanaman, dapat dilihat bahwa pertumbuhan tinggi tanaman yang paling baik adalah pada monokultur dua tanaman. Hal ini terjadi karena dalam satu polybag hanya terdapat dua tanaman yang saling berkompetisi, sehingga dibandingkan dengan monokultur lainnya, persaingan yang terjadi pada monokultur dua tanaman lebih sedikit. Air, unsur hara, oksigen, serta cahaya matahari dapat diperoleh tanaman dalam jumlah yang cukup optimal karena kompetitor tidak terlalu banyak. Pada monokultur empat dan enam tanaman, dengan jarak tanam yang tidak teratur dan suplai air yang sama banyaknya dengan kedua monokultur, menyebabkan pertumbuhan kurang optimal. Hal ini dikarenakan tanaman yang tumbuh semakin tinggi akan berpengaruh menghalangi asupan cahaya untuk tanaman lain sehingga fotosintesis terhalang dan pertumbuhan terhambat.









2.       Polikultur (Kacang Tanah dan Kacang Panjang)

            Grafik tersebut menunjukkan tinggi tanaman rata-rata tanaman kacang tanah dengan kacang tunggak dengan pola penanaman polikultur dengan jumlah 1+1, 2+2, dan 3+3. Grafik menunjukkan, pola penanaman polikultur dengan jumlah 2+2 tumbuh lebih baik dibandingkan dengan 1+1, atau 3+3. Ruang yang terbatas menjadi faktor utama yang menghambat pertumbuhan, hal ini menyebabkan tanaman yang tumbuh tinggi menjadi penghalang bagi tanaman yang tumbuh lebih rendah, dalam hal memperoleh sinar matahari. Selain itu, asupan nutrisi yang diperoleh tanaman akan semakin sedikit apabila jumlah tanaman semakin banyak. Kemungkinan juga terjadi simbiosis mutualisme yang saling menguntungkan satu sama lain. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa polikultur 2+2 lebih optimal karena simbiosis yang terjadi lebih optimum dibarengi jarak tanam yang cukup.










3.      Polikultur 2 (Kacang Tanah dengan Jagung)


            Pada percobaan ini, terjadi kompetsi interspesifik, yaitu kompetisi yang terjadi pada dua individu atau lebih dalam spesies yang berbeda. Grafik di atas menunjukkan bahwa tanaman polikultur jagung dengan kacang tanah yang dapat tumbuh paling baik adalah pada polikultur dua tanaman jagung dengan satu tanaman kacang tanah (1+1), sedangkan polikultur 2+2 tumbuh paling pendek. Polikultur dengan jumlah 1+1 dapat tumbuh lebih baik dikarenakan kompetisi yang terjadi lebih sedikit dibandingkan dengan 2+2 maupun 3+3. Seharusnya, polikultur 2+2 dapat lebih baik tumbuh daripada perlakuan plikultur 3+3 sehingga dari grafik diatas terjadi penyimpangan. Kompetisi yang terjadi adalah untuk memperebutkan unsur hara, air, cahaya, serta hal lain yang dibutuhkan tanaman untuk hidup, tumbuh dan berkembang. Selain itu, pada monokultur 1+1 juga terdapat tempat yang lebih luas sehingga cahaya dapat diperoleh dengan lebih optimal karena ruang tumbuh tanaman luas. Namun pada pola polikultur jagung dengan kacang tanah, terdapat beberapa kelebihan yang menjadikannya sebagai sebuah mutual cooperaion. Kacang tanah merupakan tanaman yang bersimbiosis dengan bakteri penambat nirogen. Hal ini terlihat dari adanya bintil pada akar kacang tanah yang merupakan tempat tinggal bakteri N. Tanaman jagung merupakan tanaman yang membutuhkan N dalam jumlah banyak. Oleh karenanya keberadaan kacang tanah dapat berpengaruh baik untuk pertumbuhan jagung. Sehingga, jagung dapat tumbuh lebih baik dan berpengaruh dalam pertumbuhan rata-rata tinggi tanaman.

1.      Histogram Gabungan Tinggi Tanaman pada Hari Terakhir


            Histogram di atas menunjukkan tinggi tanaman pada hari terakhir dengan berbagai perlakuan. Dalam histogram, dapat dilihat bahwa pertumbuhan paling baik ditunjukkan pada monokultur dua tanaman, polikultur kacang tanah dan kacang panjang 2+2, serta polikultur kacang tanah 1+1.
Secara keseluruhan, seharusnya tanaman polikultur jauh lebih tinggi dari pada tanaman monokultur. Hal ini disebabkan karena tanaman polikultur berkompetisi dengan caranya masing-masing (cara kompetisi antar tanaman berbeda, sehingga daya saing antar tanaman untuk memperoleh air, intensitas cahaya, hara dan nutrisi dalam tanah menjadi semakin kecil. Sedangkan pada tanaman monokultur, tanaman berkompetisi dengan cara yang sama, sehingga antar tanaman terjadi kompetisi yang besar dalam memperebutkan air, hara, dan intensitas cahaya. Namun pada polikultur dengan 3+3, ruang yang tidak mencukupi menyebabkan pertumbuhan kurang maksimal. Oleh karena itu, pengaturan jarak tanam dan pemilihan tanaman menjadi hal yang sangat diperlukan dalam pola penanaman polikultur.




B.            JUMLAH DAUN
1.      Monokultur
            Grafik Jumlah Daun Monokultur Kacang Tanah menegaskan bagaimana efek terjadinya kompetisi. Dalam suatu polybag yang sempit, tanaman akan tumbuh semakin optimal apabila semakin sedikit kompetitor. Jumlah daun tanaman kacang panjang semakin banyak pada jumlah monokultur yang semakin sedikit, perbedaan jumlahnya cukup signifikan apabila dibandingkan dengan kedua monokultur lainnya. Hal ini dikarenakan suplai unsur hara yang tidak cukup memenuhi untuk jumlah tanaman yang semakin banyak menyebabkan terhambatnya pertumbuhan daun. Akibat kurangnya daun, maka fotosintesis akan terhambat sehingga pertumbuhannya menjadi lebih lambat dibanding dengan tanaman yang berfotosintesis dengan baik.



2.      Polikultur 1 (Kacang Tanah dan Kacang Panjang)
            Berdasarkan grafik diatas jumlah daun yang paling banyak tumbuh dari beberapa perlakuan adalah pada perlakuan polikultur 3+3, sedangkan daun yang sedikit tumbuh adalah perlakuan 1+1. Seharusnya semakin banyak individu yang berkompetisi maka pertumbuhannya semakin lambat tetapi dari hasil percobaan semakin banyak individu yang berkompetisi pertumbuhan daunnya semakin banyak. Hal ini dikarenakan adanya faktor dari luar, misal tanah dalam polibag mengandung unsur hara yang cukup sehingga dapat mempercepat pertumbuhan daunnya.




3.      Polikultur 2 (Kacang Tanah dan Jagung)

            Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa jumlah daun pada monokultur kacang tanah dengan kacang tunggak 1+1 jauh lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan 2+2 dan 3+3.
Tetapi terjadi penyimpangan yaitu pada polikultur 2+2 yang jumlah daunnya lebih sedikit daripada perlakuan polikultur 3+3 seharusnya dengan adanya persaingan justru akan menghambat pertumbuhan. Ditinjau dari perlakuan polikultur 1+1 menegaskan bahwa pertumbuhan akan semakin baik apabila kompetisi yang terjadi semakin sedikit. Dalam hal kaitannya dengan jumlah daun, unsur hara berperan penting dalam pembentukan klorofil dan pertumbuhan daun. Sehingga kekurangan unsur hara akibat kompetisi yang semakin banyak menyebabkan kurangnya asupan unsur hara yang diperoleh tanaman. Oleh karenanya, semakin banyak tanaman yang tumbuh dalam suatu tempat dengan luas yang sama, jumlah daunnya akan semakin sedikit karena unsur hara yang menjadi kebutuhan utamanya dalam perkembangan dan pertumbuhan kurang tersedia.



4.      Histogram Gabungan Jumlah Daun pada Hari Terakhir

            Berdasarkan histogram di atas, jumlah daun terbanyak adalah pada polikultur kacang anah dengan kacang panjang pada perlakuan 3+3. Perlakuan dengan pola 1+1 pada polikultur 2, serta pada perlakuan monokultur 2 memperlihatkan jumlah daun tertinggi. Hal ini kemudian membuktikan bahwa semakin banyak jumlah tanaman dalam media yang sama, semakin sedikit perkembangan daunnya. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin banyak kompetitor,  kompetisi akan berakibat pada menurunnya kemampuan tanaman dalam hal tumbuh dan berkembang, dikarenakan air, unsur hara, cahaya matahari, serta kebutuhan lain yang diperlukan tanaman diperoleh dalam jumlah yang lebih sedikit karena adanya kompetisi.













C.            BERAT SEGAR DAN BERAT KERING
1.      Monokultur Kacang Tanah
            Tersirat dalam grafik bahwa penyerapan air yang baik terjadi pada tanaman kacang tanah pada perlakuan monokultur dua tanaman. Hal tersebut dibuktikan dengan berat kering yang nyaris sama pada ketiga perlakuan apabila dibandingkan dengan berat segarnya. Berat segar merupakan berat tanaman sebelum dioven, atau sebelum kehilangan kandungan airnya, sehingga berat segar tanaman sangat ditentukan oleh kemampuan penyerapan air tanaman. Dalam penanaman monokultur, keberadaan kompetitor yang semakin banyak akan menyebabkan semakin besar pula persaingan yang terjadi, termasuk dalam perebutan air.













2.      Polikultur 2 (Kacang Tanah dan Kacang Panjang)
            Histogram di atas memunjukan histogram berat segar dan berat kering polikultur kacang tanah dan kacang panjang. polikultur kacang tanah dengan kacang panjang merupakan salah satu polikultur yang cukup baik untuk dilakukan. Hal ini terlihat pada perbandingan berat segar antara polikultur dengan perlakuan 1+1 dengan lainnya polikultur 1+1 adalah yang paling baik dimana polikultur 1+1 dapat dikatakan mampu menyerap lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pada perlakuan 2+2 dan 3+3 berat segarnya hampir setara. Dari ketiga perlakuan berat kering yang di dapatkan hampir setara dengan berat kering paling baik adalah perakuan 1+1 kemudian 2+2 lalu 3+3. Dari grafik diatas ditunjukan bahwa persaingan mempengaruhi pertumbuhan.












3.      Polikultur 2 (Kacang Tanah dengan Jagung)
            Berdasarkan histogram di atas, dapat terlihat bahwa penyerapan air yang baik adalah pada pola penanaman polikultur kacang tanah dengan kacang tunggak pada perlakuan 1+1. Pada perlakuan ini, tanaman dapat tumbuh secara optimal dan tercukupi kebutuhannya karena kompetisi yang terjadi sedikit dan kebutuhan yang terbagi-pun semakin sedikit. Akibatnya, pada polikultur kacang tanah dengan kacang tunggak dengan perlakuan 1+1, tanaman mampu tumbuh dengan baik ditinjau dari beberapa aspek yang telah disebutkan, yaitu tinggi tanaman dan jumlah daun, sedangkan pada panjang akar menunjukkan bagaimana adaptasi akar dalam menekan terjadinya kompetisi. Perlakuan lain terbilang buruk karena apabila ditinjau dari segi volume bersih (berdasarkan berat kering) yang nyaris sama, perbedaan signifikan justru terlihat pada berat bersihnya. Sehingga dalam kaitannya dengan penyerapan air, terbilang sangat buruk.











D.     HISTOGRAM PANJANG AKAR PADA HARI KE-7
            Dari histogram panjang akar diatas maka dapat dilihat bahwa polikultur 2 kacang tanah dengan jagung memiliki akar paling panjang. Akar paling pendek dimiliki oleh polikultur kacang tanah dan kacang panjang pada perlakuan 2+2. Terjadinga persaingan intraspesies dan keterbatasan media tanaman dalam memyediakan unsur hara dan air juga mempengaruhi pertumbuhan akar tanaman.

E.      HISTOGRAM TINGGI TANAMAN DAN JUMLAH DAUN PADA HARI KE-7
Dari data tinggi tanaman yang terkumpul dikumpulkan dan dibuat grafik gabungan. Terlihat tanaman yang paling tinggi adalah  pada perlakuan polikultur dengan jagung dan yang paling rendah adalah tanaman polikultur  kacang tanah dengan kacang panjang  pada perlakuan 1+1.  Sedangkan jumlah daun paling banyak dimiliki oleh tanaman dengan perlakuan polikultur kacang tanah dengan jagung 1+1, paling rendah adalah tanaman polikultur  kacang tanah dengan kacang panjang  pada perlakuan 1+1. Terjadinya persaingan dengan famili yang sama berarti memperebutkan kebutuhan yang sama dimana kebutuhan tersebut bersifat terbatas dalam media tanam. Karena persaingan tersebut maka akan menurunkan laju pertumbuhan. Seperti terjadi pada kcang tanah dan kacang panjang yang memiliki hasil yang lebih rendah daripada perlakuan monokultur ataupun polikultur kacang tanah dengan jagung.




















VI. KESIMPULAN

1.        Faktor biotik berpengaruh dalam pertumbuhan serta perkembangan tanaman hal karena makhluk hidup satu dapat menjadi kompetitor bagi makhluk lain, dalam persaingan intra maupun inter spesifik, sehinga faktor biotik dalam menjadi faktor pembatas.
2.        Kompetisi intra spesifik merupakan persaingan antara dua atau lebih individu satu spesies, dalam hal ini ditunjukkan pada persaingan antar kacang tanah yang ditanam baik secara monokultur maupun polikultur.
3.        Kompetisi inter spesifik merupakan persaingan antara dua atau lebih individu yang berbeda jenis, dalam hal ini ditunjukkan pada percobaan polikultur kacang tanah dengan jagung dan kacang tanah dengan kacang tunggak.
4.        Semakin sedikit jumlah individu yang ditanam pada pola monokultur, pertumbuhan akan semakin baik, hal ini dikarenakan semakin sedikitnya kompetisi yang terjadi.
5.        Semakin banyak jumlah tanaman, tingkat kompetisi akan semakin tinggi.
6.        Polikultur yang baik untuk dilakukan, salah satunya adalah dengan memadukan kacang tanah dengan jagung.

















DAFTAR PUSTAKA


Budi, G.P. dan O.D. Hajoenitijas. 2009. Kemampuan kompetisi beberapa varietas kedelai (Glicyne max) terhadap gulma alang-alang (Imperata cylindrica) dan teki (Cyperus rotundus). Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah 7: 127-129.


Elfidasari, D. 2007. Jenis interaksi intraspesifik dan interspesifik pada tiga jenis kuntul      saat      mencari makan di sekitar cagar alam pulau dua serang, propinsi banten.            Biodiversitas   8: 266-269


Kastono. 2008. Kompetisi Antar Tanaman. <http://elisa.ugm.ac.id/files/AT.Soejono>. Diakses  26 April 2013.



Naughtan, S. J., and F. Wolf. 1992. General Ecology (Ekologi Umum. Alih Bahasa: Sunarjo dan Sri Gandomo). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders International Education. Tokiyo


Prasetyo.2007.  Growth and yield Jatropha at some cropping system of marginal land. Jurnal ilmu-ilmu pertanian 4:409-417



Weafer, J.E and Frederic E. Clements. 1938. Plant Ecology. 2nd Editio. New York . Mc.Grow-hill Book Company, Inc.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar