Selasa, 26 April 2016

PASCA PANEN ACARA 6




Oleh:
Nama           : Andrew Budiherlando
Gol              : C2/A
Asisten         : 1. Bella Vyatrisa
                       2. Nurul Kumala Dewi
LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang
Pisang merupakan salah satu komoditi hortikultura yang disukai oleh penduduk Indonesia, hampir disemua daerah memiliki tanaman pisang dengan spesifikasi tersendiri. Produksi pisang di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun 1995-2010, dimana mencapai puncak pada tahun 2009 sebanyak 6,3 juta ton/tahun (BPS, 2010 cit. Murtadha et al.,2012) dan volume ekspor pisang dari tahun 1996-2003 terus berkurang dikarenakan kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat.
Pisang merupakan sumber provitamin A, vitamin C, dan mineral dan terutama dari kalsium dan besi. Selain hal tersebut pisang  juga merupakan sumber serat yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Pisang juga dapat memberikan kepuasan terutama dari segi warna dan teksturnya. Disisi lain pisang adalah hasil pertanian yang apabila selesai dipanen tidak ditangani dengan baik akan segera rusak. Kerusakan ini terjadi akibat pengaruh fisik, kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis. (Acedo and Bautista,1993 cit. Thompson)
    Pisang biasanya dipanen sebelum matang dengan tingkat kematangan tertentu dan berbagai pertimbangan pemasaran. Pemanenan buah yang akan dipasarkan dengan jarak jauh umumnya pada tingkat kematangan 75-80% dengan ciri-ciri sudut -sudut pada pisang masih tampak jelas, sedangkan untuk pemasaran jarak dekat dipanen dengan tingkat kematangan 85-90% dengan ciri-ciri sudut buah berkembang penuh walaupun sudut buah masih tampak nyata (Pantastico, 1993). Buah pisang yang dipanen pada tingkat kematangan 75-90% biasanya diberikan  bahan pemacu pematangan agar buah pisang dapat dipasarkan dengan tingkat kematangan penuh sehingga harga jual pisang menjadi tinggi.

B.Tujuan
1.Mempelajari cara menginduksi pematangan pada buah





II.TINJAUAN PUSTAKA
Pisang merupakan tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung Malaysia dan Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Brasil dan India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik (Cinthya, 2006 cit Zulharman, 2009).
Dari hasil berbagai penelitian diketahui bahwa buah pisang mengandung gizi yang sangat baik. Di dalam buahnya terdapat energi yang cukup tinggi dibandingkan buah-buahan yang lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium. Berdasarkan kandungan energi dalam buah pisang maka pisang direkomendasikan oleh para ahli herbal untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti: pendarahan rahim, sariawan usus, ambeien, cacar air, telinga dan tenggorokan bengkak, disentri, amandel, kanker perut, sakit kuning, pendarahan usus besar, diare, dll. Pisang juga dapat mengobati tekanan darah tinggi, karena pisang mengandung potassium yang tinggi yang berguna bagi orang yang harus melakukan diet rendah garam (Cinthya, 2006 cit Zulharman, 2009).    
Pematangan merupakan suatu proses perubahan yang terjadi pada buah meliputi perubahan rasa,kualitas,warna,dan tekstur.Pematangan berhubungan dengan perubahan pati menjadi gula.Sifat pematangan buah ditentukan dengan melihat pola respirasi pada buah tersebut.Hal tersebut dibedakan menjadi buah klimakterik dan buah non klimakterik.Buah klimakterik merupakan buah yang apabila seudah dipanen akan memasuki fase klimakterik yaitu peningkatan dan penurunan laju respirasi secara tiba-tiba.Selama pematangan memancarkan etilen untuk meningkatkan laju respirasi.Buah non klimakterik merupakan buah yang menjelang kematangan laju respirasi menurun lalu tidak menunjukkan adanya fase klimakterik.Buah tersebut tidak menunjukkan respon apabila diberi perlakuan etilen.Buah tersebut memiliki kandungan etilen yang sedikit.Buah non klimakterik,yaitu jeruk,anggur, strawberry, dan blackberry.Buah klimakterik, yaitu mangga, pisang, papaya, pir,dan apel.Buah pisang akan cepat matang apabila diberi perlakuan etilen karena buah pisang juga memiliki kandungan etilen alami sehingga proses pematangan terjadi lebih cepat.Etilen yang banyak akan merangsang pematangan pada buah(Synge,2013).
   



Proses pematangan pada buah sangat berhubungan dengan perubahan warna,permeabilitas membrane,kandungan hormon,produksi uap,respirasi,dan pelembutan dinding sel.Etilen merupakan hormon yang berperan sangat penting dalam pematangan buah.Auksin dapat menginduksi produksi etilen (Peter,2008).
    Agen pematangan yang paling efektif adalah dengan penggunaan etilen.Agen tersebut dapat mematangkan pisang dalam waktu yang singkatZat etilen  tersedia secara komersial dalam bentuk gas atau cair.Alternatif lain yang digunakan untuk mempercepat kematangan buah adalah penggunaan bioetilenaatau etilena dari sumber alami. Penggunaan daun segar kakawate,daun saman,dan buah belimbing dapat digunakan sebagai agen untuk pematangan buah.Bio etilen  juga bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran yang kulit mengeluarkan jumlah yang relatif tinggi etilena(Masilungan and Absulio,2012).
Selama proses pemasakan buah pisang akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimiawi, antaralain adalah : perubahan tekstur, aroma dan rasa, kadar pati dan gula (Singalet al.,2012). Tekstur buah ditentukan oleh senyawa-senyawa pectin dan selulosa. Selama pemasakan buah menjadi lunak karena menurunnya jumlah senyawa tersebut. Selama itu jumlah protopektin yang tidak larut berkurang sedang jumlah pectin yang larut menjadi bertambah. Jumlah selulosa buah pisang yang baru dipenen adalah 2-3% dan selama pemasakan buah jumlahnya akan berkurang. (Acedo and Bautista,1993 cit. Thompson).
Ethrel merupakan etilen murni.Penyemprotan ethrel pada buah dapat mempercepat proses pematangan karena zat tersebut dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme karbohidrat. Pemberian ethrel berpengaruh signifikan terhadap pematangan buah pisang.Perendaman buah pisang pada ethrel 1000 ppm selama 2 menit dapat membuat pisang menjadi matang lebih awal dan membantu pemasaran. Perlakuan tersebut dapat membuat sebanyak 73,61 % buah pisang dapat dipasarkan.Tanpa perlakuan ethrel,pematangan buah dapat tertunda.Selain itu,perlakuan tersebut dapat membuat sebanyak 29,87 % buah tidak layak untuk dipasarkan.Perlakuan ethrel 1000 ppm dapat mematangkan buah pisang selama 8 hari penyimpanan(Pendharkar et al.,2011).Pemberian ethrel pada penanganan pasca panen baik jika dosis yang diberikan sebanyak 500 ppm.Perlakuan tersebut dapat mempercepat mempercepat pematangan pada buah pisang.Buah pisang akan matang selama 2-3 hari setelah perlakuan(Abdullah and Pantastico,1990 cit. Dris and Jain,2004).Ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain and Sharma,2004).
III.METODE PELAKSANAAN
      Praktikum Pematangan Buah dilaksanakan pada tanggal 12 April 2016 pada pukul 13.30 di Laboratorium Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta. Bahan yang digunakan meliputi pisang masak hijau, ethrel, aquades,NaOH 0,1 N;phenolphthalein,kertas koran,karbit,apel,daun Glyricideae,daun pisang.Alat yang digunakan,yaitu pisau, timbangan, jarum, mortar dan penumbuk, refraktometer,pipet,gelas piala 100 ml,labu takar 250 ml,kain blacu,erlenmeyer,dan buret.
      Cara kerja yaitu terdapat 10 perlakuan,yaitu ethrel 0,05%,ethrel 0,1 %,apel utuh,apel  ½ buah,daun Glyricideae 5 % berat buah,daunGlyricideae 10 % berat buah,karbit 2 gr,karbit 4 gr,daun pisang,dan kontrol.Pisang yang digunakan sebanyak 6 buah tiap perlakuan.Sebelum diberi perlakuan,dua buah korban awal diamati tingkat kekerasan,indeks warna,PTT,dan TAT.Pemberian perlakuan ethrel adalah dibuat larutan sesuai dosis perlakuan dan buah pisang dicelupkan selama 5 menit lalu dibungkus.Pada perlakuan karbit,karbit dibungkus dengan kertas dan kertas diberi lubang.Empat buah pisang diberi perlakuan dengan dibungkus bersama dengan bahan perlakuan di dalam kertas koran.Dua korban tengahan adalah korban yang disimpan(diberi perlakuan).Setelah dua hari korban tersebut diamati tingkat kekerasan,indeks warna,PTT,dan TAT.Dua korban akhir adalah korban yang disimpan dan diamati setelah buah indeks warnanya tertinggi. Parameter TSS dan TAT diamatipada awal(sebelum perlakuan),setelah pemeraman,dan pada hari terakhir.
     Pada pengukuran padatan terlarut total,potongan buah diperas hingga keluar sarinya.Sari buah diteteskan pada prisma refraktometer,Lensa pada alat tersebut(refraktometer) dilihat pada cahaya dan skala ° Brix dibaca.Pada pengukuran total asam tertitrasi,10 gr potongan buah(dari semua bagian) ditambah sedikit aquades dan ditumbuh hingga halus dan ditambah aquades hingga 200 ml.Filtrat dipipet sebanyak 3 kali masing-masing 20 ml.Masing-masing filtrat ditambah phenolptalin 2-3 tetes lalu dititrasi dengan NaOH sampai warna berubah menjadi merah muda.Volume NaOH untuk titrasi dicatat.TAT diukur dengan rumus
TAT(%)= ml NaOH x N NaOH x total volume bahan x bobot equivalen asam x 100
                           Volume bahan yang dititrasi x berat bahan awal x 1000

Nilai Warna Buah Pisang
Nilai Warna
Keterangan
1
Hijau Penuh
2
Hijau dengan warna kuning 10 %
3
Warna hijau lebih banyak dari warna kuning
4
Warna hijau dan kuning sebanding
5
Warna kuning lebih banyak daripada warna hijau
6
Kuning penuh
7
Kuning dengan sedikit bercak coklat atau hitam
8
Kuning,daerah bercak makin meluas

Nilai Kekerasan

Nilai
Keterangan
1
Sangat Keras
2
Keras
3
Agak lunak
4
Lunak
5
Sangat lunak















IV.HASIL
A.Indeks Warna Pisang
Perlakuan
Pengamatan Indeks Warna Buah Pisang Hari ke-
3
4
5
6
7
8
Kontrol
2
2
2.5
3.5
5.5
6
Ethrel 0,05
2
3
4
6
6.5
8
Ethrel 0,1
2
2.5
4.5
6.5
7
8
Daun Glyricideae 5%
1
2
2.5
3
5
6
Daun Glyricideae 10%
1
2
2
3
5
6
Apel 1/2
1
2
2.5
5
6
6
Apel 1
1
2
2
4
5
6
Karbit 2 gr
1
2
3.5
5.5
7
8
Karbit 4 gr
1.5
2.5
3.5
5
6.5
8
Markisa hijau
1.5
2.5
4.5
5
6.5
7
Markisa kuning
1.5
2
4.5
5
6
7.5

B.Nilai Kekerasan Pisang
Perlakuan
Pengamatan Kekerasan Buah Pisang Hari ke-
3
4
5
6
7
8
Kontrol
2
2.5
2.5
3
3.5
4
Ethrel 0,05
2
2.5
3.5
3.5
4
5
Ethrel 0,1
2
3
3
3.5
4.5
5
Daun Glyricideae 5%
2
2
2.5
2.5
3
4
Daun Glyricideae 10%
2
2
2
2.5
3
4
Apel 1/2
2
2.5
2.5
3
3.5
4
Apel 1
2
2
2
2.5
3.5
4
Karbit 2 gr
2
2
3
3
3.5
5
Karbit 4 gr
2
2.5
3.5
4
4
5
Markisa hijau
2
2
2
3
3
4
Markisa kuning
2
2
2.5
2.5
3.5
4.5

C.Padatan Terlarut Total(°Brix)
Perlakuan
PTT Buah Pisang
PTT Hari ke 1
PTT Hari ke 3
PTT Hari ke 8
Kontrol
3.5
3.9
29.5
Ethrel 0,05
3.5
19.0
26.7
Ethrel 0,1
3.5
17.3
26.5
Daun Glyricideae 5%
3.5
7.5
27.0
Daun Glyricideae 10%
3.5
8.5
22.5
Apel 1/2
3.5
3.0
32.0
Apel 1
3.5
6.0
31.0
Karbit 2 gr
3.5
5.5
27.5
Karbit 4 gr
3.5
7.0
29.0
Markisa hijau
3.5
11.0
26.0
Markisa kuning
3.5
17.0
27.5

D.Total Asam Tertitrasi(%)
Perlakuan
ml NaoH Buah Pisang
TAT(%) Sebelum
TAT(%) Setelah
TAT (%) Setelah
Titrasi hari ke 1
Titrasi Hari ke 3
Titrasi Hari ke 8
Pemeraman
Pemeraman Hari ke 3
Pemeraman Hari ke 8
Kontrol
0.02
0.02
0.55
0.001
0.001
0.018
Ethrel 0,05
0.02
0.77
0.81
0.001
0.026
0.027
Ethrel 0,1
0.02
0.41
0.83
0.001
0.014
0.028
Daun Glyricideae 5%
0.02
0.23
1.17
0.001
0.008
0.039
Daun Glyricideae 10%
0.02
0.2
1.12
0.001
0.007
0.037
Apel 1/2
0.02
0.21
1.22
0.001
0.007
0.041
Apel 1
0.02
0.22
1.41
0.001
0.007
0.047
Karbit 2 gr
0.02
0.02
0.05
0.001
0.001
0.002
Karbit 4 gr
0.02
0.02
0.03
0.001
0.001
0.001
Markisa hijau
0.02
0.5
0.66
0.001
0.034
0.044
Markisa kuning
0.02
0.57
0.39
0.001
0.038
0.026












V. PEMBAHASAN
A.Proses Pematangan Buah Pisang
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang tergolong sebagai buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih melangsungkan proses fisiologi dengan menghasilkan etilen dan karbon dioksida dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pematangan buah . Diketahui bahwa hormon yang berpengaruh terhadap proses pematangan adalah etilen. Beberapa daun tanaman menghasilkan etilen sehingga sering digunakan sebagai pemacu pematangan. Pada dasarnya proses kematangan buah dapat terjadi secara alamiah. Namun proses tersebut ternyata dapat dikendalikan artinya dapat dipercepat atau ditunda ada beberapa zat yang biasa digunakan untuk mempercepat pematangan buah, anatara lain karbid dan asetilin,gas ethilen atau senyawa penghasilnya , asap, daun atau buah pengahsil ethielen, dan ethrel atau ethepon.Buah pisang dapat dipanen tua sebelum matang kemudian dilakukan pemeraman untuk mendapatkan buah matang.
Pematangan buah merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan konversi pati atau asam-asam organic menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel, atau perusakan membrane sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga jaringan mongering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas etilen yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh satu buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah buah dalam satu lot. Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan didalam kantung plastic yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi. Pada skala komersial berbagai macam buah misalnya pisang sering dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan kemudian sebagian dimatangkan dengan mengalirkan gas etilena (Palmer, 1971).      
Selama pematangan buah mengalami beberapa perubahan nyata terhadap warna kulit, tekstur, dan bau yang menunjukkan terjadi perubahan dalam susunannya. Palmer ( 1971 ) berpendapat bahwa indikator kematangan buah pisang adalah warna kulit buah mengalami perubahan dari warna hijau kemudian mulai menguning dan mulai meningkatkan etilen. Perubahan nyata adalah perubahan kadar air, laju respirasi, keasaman, karbohidrat, pektin, protopektin,dan tanin.
1.Menjadi Lunaknya Kulit Buah Dan Daging Buah
     Proses pematangan pada buah pisang ditanda dengan lunaknya daging buah. Hal ini disebabkan oleh perombakan protopektin yang tak larut menjadi praktin yang larut.Zat – zat itu merupakan derivat dari asam poligalakturonat dan terdapt dalam bentuk protopektin, pektin, asam – asam pektinat dan asam – asam pektat ( Kerteaz, 1951 ). Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektinat yang larut meningkat, sedangkan jumlah zat pektat seluruhnya menurun. Kecenderungan ini terdapat juga dalam buah pisang ( Von Loeseoke, 1950 ). Dalam perubahan pektin tersebut ketegaran buah tersebut berkurang, sehingga buah menjadi lunak.
2. Hidrolisan Amilum
     Hidrolisa Amilum sempurna oleh asam atau enzim spesifik terhadap polisakarida menghasilkan monosakarida atau senyawa turunannya. Mukerjee dan Frased ( 1972 ) melaporkan adanya kenaikan sukrosa, glukosa dan fruktosa sedikit selama berlangsungnya pematangan.
Perubahan kimiawi dalam daging buah pisang ambon telah dilaporkan oleh Nursamsi dkk. ( 1980 ) sebagi berikut :
Tingkat Masak Buah
Kadar Gula (%)
Kadar Tepung (%)
-       Masih hijau, tua
-       Nampak kuning sedikit
-       Kuning melebar
-       Kuning lebih luas dari hijaunya
-       Hanya pucuk yang hijau
-       Seluruh buah kuning
-       Nampak bercorak sawo matang
-       Bercak sawo matang melebar
0,1 - 2
2 - 5
3,5 - 7
6  - 2
10 - 18
16,5 - 19,5
17,5 - 18,0
18,5 - 19,0
0,1 -  2
2 - 5
3,5 - 7
6 - 2
10 - 18
16,5 - 19,5
17,5 - 18,0
18,5 - 19,0
(Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Semarang, Ir. Nursamsi MS da Bambang Pramudianto 1980 / 1981 )
            Dari data tersebut ternyata selama proses pematangan buah pisang, terjadi kenaikan kadar gula dan penurunan kadar tepung. Keadaan ini berlangsung pada buah umumnya.
3.Perubahan Warna Kulit Buah
      Warna kematangan buah yang pertama adalah hilangnya warna hijau. Menguningnya buah pisang terjadi karena hilangnya klorofil tanpa atau hanya sedikit pembentukan zat karotenoid secara murni.Beberapa penulis melaporkan bahwa enzim klorofilase yang bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil.Kegiatan hidrolitik klorofilase yang memcah klorofil menjadi bagian fitol dan inti porfirin. Klorofil, terutama dalam suasana asam dapat pula keheningan ion Mg++ yang ada pada pusat gugus porfirinnya dan berubah menjadi feofitin, barulah terjadi perubahan warna. Tetapi bukan hilangnya warna tersebut.
4.Perubahan Aroma
     Pematangan biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang member rasa manis, penurunan asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa sepet dan asam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang member flavor yang khas pada.Perubahan asam-asam lemak selama pematangan buah pisang telah diteliti oleh Ueda dkk pada tahun 1970. Hasilnya menunjukkan bahwa buah itu mengandung asam-asam asetat, propionate, isobutirat, dan isivalerat baik dalam bentuk yang bebas maupun terikat. Kandungan asam – asam isobutirat, butirat dan isovalerat yang bebas meningkat dengan cepat dan waktu penongkatan itu bersamaan dengan timbulnya aroma buah.

B.Fungsi Bahan Pemacu Pematangan
      Etilen merupakan zat yang tidak berwarna,agak berbau,dan mudah terdeteksi pada konsentrasi rendah,dan tidak beracun selama memiliki kepekatan 0,1 %.Ethrel merupakan suatu zat yang mengandung bahan aktif 2chloro ethyl phosphonic acid yang dapat menghasilkan etilen secara langsung pada jaringan tanaman.Etilen yang timbul dapat mempercepat kematangan buah(Park et al.,2006 cit.Diyono et al.,2014).
     Pada umumnya masyarakat menggunakan cara pemeraman dengan menggunakan karbit. Karbit atau kalsium karbida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus kimia CaC2 bila diberi air akan bereaksi menghasilkan C2H2(gas asetilen) dan Ca(OH)2. Gas asetilen inilah yang mempunyai peranan dalam pemeraman buah.Cara atau  teknik pemeraman yang tidak tepat dapat menurunkan mutu buah pisang.Sebaliknya, jika proses pemeraman berjalan baik maka akan  menghasilkan buah yang seragam kematangannya, dengan rasa yang manis dan mengeluarkan aroma yang harum.
      Buah apel merupakan buah klimakterik.Buah tersebut memiliki kandungan etilen yang tinggi karena memiliki tipe respirasi klimakterik.Etilen yang dihasilkan dari apel dapat mempercepat kematangan buah pisang karena memproduksi banyak etilen.Apel yang utuh mempunyai etilen yang lebih sedikit daripada apel setengah buah yang telah dibelah.Hal tersebut disebabkan buah mengalami stress sehingga produksi etilen menjadi lebih banyak.Daun pisang dan daun Glyricideae juga merupakan agen pematangan buah pada pisang karena daun tersebut memproduksi etilen alami yang dapat membantu proses pematangan buah pada pisang.
C.Hasil
1.Indeks Warna
     
Berdasarkan hasil pengamatan, perlakuan ethrel 0.1 % mengalami perubahan warna yang cepat setiap harinya. Perlakuan tersebut juga menyebabkan pisang mengalami pematangan paling cepat daripada semua perlakuan yang lain yang kemudian diikuti dengan Ethrel 0.05% dan karbit. Perlakuan apel utuh lebih lambat mengalami perubahan warna daripada perlakuan setengah buah apel.Hal tersebut terjadi karena perlakuan tersebut memicu proses pematangan buah yang cepat karena buah apel telah terbelah sehingga proses pembentukan etilen menjadi lebih cepat.Pada perlakuan pemberian daun Glyricideae 10 % juga mengalami pematangan lebih cepat daripada yang perlakuan 5 %. Hal tersebut disebabkan karena memiliki tingkat pematangan yang berbeda.Semakin besar dosis karbit yang digunakan proses perubahan warna juga semakin cepat.Daun pisang cenderung lambat dalam mematangkan buah.Perlakuan tanpa agen pematangan memiliki perubahan warna yang lambat setiap harinya.





2.Nilai Kekerasan
     
Berdasarkan hasil pengamatan,penggunaan karbit 4 gr dapat mempercepat proses pelunakan buah. Perlakuan tersebut merupakan perlakuan yang paling cepat. Perlakuan yang dapat mempercepat proses pematangan dengan melunakkan buah setelah karbit 4gr adalah perlakuan ethrel 0.05 %, dan ethrel 0.1%. Buah apel (baik utuh maupun ½ bagian) dapat mempercepat pelunakkan dengan tingkat yang sedang.Hal yang sama juga terdapat pada perlakuan  2 gr karbit dan daun Glyricideae.

3.Padatan Terlarut Total
Perlakuan apel (baik utuh maupun ½ bagian) memiliki kecepatan kematangan yang paling baik, yang kemudian diikuti dengan karbit 2 gr dan 4 gr. Hal tersebut disebabkan karena perlakuan tersebut dapat memberikan etilen. Perlakuan setengah apel dapat memproduksi etilen yang sangat tinggi karena buah sudah dibelah.  Selain itu etilen yang terkandung pada apel tersebut rendah dan stabil sehingga dapat dimungkinkan bahwa kematangan buah cepat dan merata karena hal tersebut. Perlakuan tersebut cepat dalam memberikan efek pembentukan gula terlarut. Perlakuan ethrel baik dengan 0.05% dan 0.1% memiliki tingkat kematangan yang sama. Perlakuan ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain dan Sharma,2004).  Ethrel merupakan salah satu etilen sintesis sehingga proses pematangan akan cepat terjadi. Perlakuan markisa hijau lebih lambat dari perlakuan markisa kuning serta memiliki kecepatan pematangan yang sedang dan lebih cepat daripada perlakuan kontrol. Penggunaan karbit dengan dosis 4 gr lebih cepat mematangkan buah daripada perlakuan 2 gr.

4.Total Asam Tertitrasi
     Pada hari pertama pengujian TAT, semua perlakuan memiliki perbedaan kandungan TAT. Perlakuan apel utuh dan apel setengah bagian  memiliki efek yang sangat cepat dalam hal mempercepat pematangan buah. Perlakuan karbit justru memiliki kadar TAT yang rendah. Dengan kata lain, hasi pematangan dengan karbit lebih baik karena menurunkan kandungan TATnya, dan buah apel sebaliknya. Selain itu, kecepatan pematangan buah pisang sangat dipengaruhi agen pematangan dan tingkat atau jumlah asam titrasi pada awal sebelum diberi perlakuan.



































VI.KESIMPULAN
1.Cara menginduksi kematangan buah dapat menggunakan bahan alami seperti daun Glyricideae, buah markisa, buah apel. Bahan sintetik yang dapat digunakan sebagai pemacu pematangan meliputi karbit dan ethrel. Bahan tersebut disertakan dalam proses penyimpanan buah. Proses perlakuan diterapkan berdasarkan sifat dari bahan dan cara perlakuan terhadap komoditas.





























DAFTAR PUSTAKA
Diyono,W.,Abdullah B.A.,Enrico S.,Suyanti,dan Setyadjit.2014.Optimalisasi cara pemeraman buah cempedak(Artocarpus champeden).Informatika Pertanian 23: 35-46.
Dris,Ramdane and S.Mohan Jain.2004.Quality Handling and Evaluation.Kluwer Academic Publisher,Dordrecht.
Jain,V.K.and J.P.Sharma.2004.Comprehensive Objective Biology.Golden Bells,New Delhi.
Masilungan,G.D.and Wella L. Absulio.2012.Fruits of Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.) as a New Natural Source of Ethylene for Ripening of ‘Saba’ Banana (Musa balbisiana BBB).Phillipp Agriculture Scientist 95: 406-410.
Murtadha,A., Elisa Julianti,Ismed Suhaidi.2012.Pengaruh jenis pematangan terhadap mutu buah pisang barangan(Musa paradisiaca L.).J.Rekayasa Pangan dan Pert. 1: 41-56.
Pantastico, Er. B., 1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah : Kamariyani. UGM-Press, Yogyakarta.
Pendharkar,P.Y.,S.S. Hiwale,dan A.B.Patil.2012.Studies on effect on ethrel on ripening of banana fruits cv. Grand Naine.The Asian Journal of Horticulture 6: 309-312.
Peter,K.V.2008.Basics of Horticulture.New India Publishing Agency,New Delhi.
Singal,S.,Madan Kumud,and Seema Thakral.2012. Application of apple as ripening agents for banana.Indian Journal of Natural Products and Resources 3: 61-64.
Thompson,A.K.2015.Fruit and Vegetables:Harvesting,Handling and Storage.John Wiley & Sons,Ltd,West Sussex.
Zulharman, 2009. Teknik Pembuatan Dan Pemeliharaan Kebun Pangkas Jati (Tectona grandis L.F.) di BKPH klabang KPH Bondowoso. PKL tidak diterbitkan. Malang: Program Strata 1 UMM.


1 komentar:

  1. Hi, I like your post really I have read first-time Thanks for sharing keep up the good work.


    Meaning of “Horticulture”

    BalasHapus