Oleh:
Nama :
Andrew Budiherlando
Gol : C2/A
Asisten : 1. Bella Vyatrisa
2. Nurul Kumala Dewi
LABORATORIUM
HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH
MADA
2016
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pisang merupakan salah
satu komoditi hortikultura yang disukai oleh penduduk Indonesia, hampir disemua
daerah memiliki tanaman pisang dengan spesifikasi tersendiri. Produksi pisang
di Indonesia terus mengalami kenaikan dari tahun 1995-2010, dimana mencapai
puncak pada tahun 2009 sebanyak 6,3 juta ton/tahun (BPS, 2010 cit. Murtadha et
al.,2012) dan volume ekspor pisang dari tahun 1996-2003 terus berkurang
dikarenakan kebutuhan dalam negeri yang terus meningkat.
Pisang merupakan
sumber provitamin A, vitamin C, dan mineral dan terutama dari kalsium dan besi.
Selain hal tersebut pisang juga
merupakan sumber serat yang sangat penting dalam menjaga kesehatan tubuh. Pisang
juga dapat memberikan kepuasan terutama dari segi warna dan teksturnya. Disisi
lain pisang adalah hasil pertanian yang apabila selesai dipanen tidak ditangani
dengan baik akan segera rusak. Kerusakan ini terjadi akibat pengaruh fisik,
kimiawi, mikrobiologi, dan fisiologis. (Acedo and Bautista,1993 cit.
Thompson)
Pisang biasanya
dipanen sebelum matang dengan tingkat kematangan tertentu dan berbagai
pertimbangan pemasaran. Pemanenan buah yang akan dipasarkan dengan jarak jauh
umumnya pada tingkat kematangan 75-80% dengan ciri-ciri sudut -sudut pada
pisang masih tampak jelas, sedangkan untuk pemasaran jarak dekat dipanen dengan
tingkat kematangan 85-90% dengan ciri-ciri sudut buah berkembang penuh walaupun
sudut buah masih tampak nyata (Pantastico, 1993). Buah pisang yang dipanen pada
tingkat kematangan 75-90% biasanya diberikan bahan pemacu pematangan
agar buah pisang dapat dipasarkan dengan tingkat kematangan penuh sehingga
harga jual pisang menjadi tinggi.
B.Tujuan
1.Mempelajari cara menginduksi pematangan pada buah
II.TINJAUAN PUSTAKA
Pisang merupakan
tumbuhan asli Asia Tenggara, yaitu berasal dari Semenanjung Malaysia dan
Filipina. Tetapi ada juga yang menyebutkan bahwa pisang berasal dari Brasil dan
India. Dari sini kemudian menyebar hingga ke daerah Pasifik (Cinthya, 2006 cit
Zulharman, 2009).
Dari hasil berbagai
penelitian diketahui bahwa buah pisang mengandung gizi yang sangat baik. Di
dalam buahnya terdapat energi yang cukup tinggi dibandingkan buah-buahan yang
lain. Pisang kaya mineral seperti kalium, magnesium, fosfor, besi dan kalsium.
Berdasarkan kandungan energi dalam buah pisang maka pisang direkomendasikan
oleh para ahli herbal untuk mengobati berbagai jenis penyakit, seperti:
pendarahan rahim, sariawan usus, ambeien, cacar air, telinga dan tenggorokan
bengkak, disentri, amandel, kanker perut, sakit kuning, pendarahan usus besar,
diare, dll. Pisang juga dapat mengobati tekanan darah tinggi, karena pisang
mengandung potassium yang tinggi yang berguna bagi orang yang harus melakukan diet
rendah garam (Cinthya, 2006 cit Zulharman, 2009).
Pematangan merupakan
suatu proses perubahan yang terjadi pada buah meliputi perubahan
rasa,kualitas,warna,dan tekstur.Pematangan berhubungan dengan perubahan pati
menjadi gula.Sifat pematangan buah ditentukan dengan melihat pola respirasi
pada buah tersebut.Hal tersebut dibedakan menjadi buah klimakterik dan buah non
klimakterik.Buah klimakterik merupakan buah yang apabila seudah dipanen akan
memasuki fase klimakterik yaitu peningkatan dan penurunan laju respirasi secara
tiba-tiba.Selama pematangan memancarkan etilen untuk meningkatkan laju
respirasi.Buah non klimakterik merupakan buah yang menjelang kematangan laju
respirasi menurun lalu tidak menunjukkan adanya fase klimakterik.Buah tersebut
tidak menunjukkan respon apabila diberi perlakuan etilen.Buah tersebut memiliki
kandungan etilen yang sedikit.Buah non klimakterik,yaitu jeruk,anggur,
strawberry, dan blackberry.Buah klimakterik, yaitu mangga, pisang, papaya,
pir,dan apel.Buah pisang akan cepat matang apabila diberi perlakuan etilen
karena buah pisang juga memiliki kandungan etilen alami sehingga proses
pematangan terjadi lebih cepat.Etilen yang banyak akan merangsang pematangan
pada buah(Synge,2013).
Proses pematangan pada
buah sangat berhubungan dengan perubahan warna,permeabilitas membrane,kandungan
hormon,produksi uap,respirasi,dan pelembutan dinding sel.Etilen merupakan
hormon yang berperan sangat penting dalam pematangan buah.Auksin dapat
menginduksi produksi etilen (Peter,2008).
Agen
pematangan yang paling efektif adalah dengan penggunaan etilen.Agen tersebut dapat
mematangkan pisang dalam waktu yang singkat. Zat etilen tersedia
secara komersial dalam bentuk gas atau cair.Alternatif lain yang digunakan untuk
mempercepat kematangan buah adalah penggunaan
bioetilenaatau etilena dari sumber alami. Penggunaan daun segar kakawate,daun saman,dan buah
belimbing dapat digunakan sebagai agen untuk pematangan
buah.Bio etilen juga
bisa didapatkan dari buah-buahan dan sayuran yang kulit mengeluarkan jumlah
yang relatif tinggi etilena(Masilungan and Absulio,2012).
Selama proses
pemasakan buah pisang akan mengalami perubahan sifat fisik dan kimiawi,
antaralain adalah : perubahan tekstur, aroma dan rasa, kadar pati dan gula
(Singalet al.,2012). Tekstur buah ditentukan oleh senyawa-senyawa pectin dan
selulosa. Selama pemasakan buah menjadi lunak karena menurunnya jumlah senyawa
tersebut. Selama itu jumlah protopektin yang tidak larut berkurang sedang
jumlah pectin yang larut menjadi bertambah. Jumlah selulosa buah pisang yang
baru dipenen adalah 2-3% dan selama pemasakan buah jumlahnya akan berkurang. (Acedo
and Bautista,1993 cit. Thompson).
Ethrel merupakan
etilen murni.Penyemprotan ethrel pada buah dapat mempercepat proses pematangan
karena zat tersebut dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme karbohidrat.
Pemberian ethrel berpengaruh signifikan terhadap pematangan buah
pisang.Perendaman buah pisang pada ethrel 1000 ppm selama 2 menit dapat membuat
pisang menjadi matang lebih awal dan membantu pemasaran. Perlakuan tersebut
dapat membuat sebanyak 73,61 % buah pisang dapat dipasarkan.Tanpa perlakuan
ethrel,pematangan buah dapat tertunda.Selain itu,perlakuan tersebut dapat
membuat sebanyak 29,87 % buah tidak layak untuk dipasarkan.Perlakuan ethrel 1000
ppm dapat mematangkan buah pisang selama 8 hari penyimpanan(Pendharkar et
al.,2011).Pemberian ethrel pada penanganan pasca panen baik jika dosis yang
diberikan sebanyak 500 ppm.Perlakuan tersebut dapat mempercepat mempercepat
pematangan pada buah pisang.Buah pisang akan matang selama 2-3 hari setelah
perlakuan(Abdullah and Pantastico,1990 cit. Dris and
Jain,2004).Ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500
– 1000 ppm pada buah pisang yang hijau masak(Jain and Sharma,2004).
III.METODE PELAKSANAAN
Praktikum
Pematangan Buah dilaksanakan pada tanggal 12 April 2016 pada pukul 13.30 di
Laboratorium Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah
Mada,Yogyakarta. Bahan yang digunakan meliputi pisang masak hijau, ethrel, aquades,NaOH
0,1 N;phenolphthalein,kertas koran,karbit,apel,daun Glyricideae,daun
pisang.Alat yang digunakan,yaitu pisau, timbangan, jarum, mortar dan penumbuk,
refraktometer,pipet,gelas piala 100 ml,labu takar 250 ml,kain
blacu,erlenmeyer,dan buret.
Cara
kerja yaitu terdapat 10 perlakuan,yaitu ethrel 0,05%,ethrel 0,1 %,apel
utuh,apel ½ buah,daun Glyricideae 5 % berat
buah,daunGlyricideae 10 % berat buah,karbit 2 gr,karbit 4 gr,daun
pisang,dan kontrol.Pisang yang digunakan sebanyak 6 buah tiap perlakuan.Sebelum
diberi perlakuan,dua buah korban awal diamati tingkat kekerasan,indeks
warna,PTT,dan TAT.Pemberian perlakuan ethrel adalah dibuat larutan sesuai dosis
perlakuan dan buah pisang dicelupkan selama 5 menit lalu dibungkus.Pada
perlakuan karbit,karbit dibungkus dengan kertas dan kertas diberi lubang.Empat
buah pisang diberi perlakuan dengan dibungkus bersama dengan bahan perlakuan di
dalam kertas koran.Dua korban tengahan adalah korban yang disimpan(diberi
perlakuan).Setelah dua hari korban tersebut diamati tingkat kekerasan,indeks
warna,PTT,dan TAT.Dua korban akhir adalah korban yang disimpan dan diamati
setelah buah indeks warnanya tertinggi. Parameter TSS dan TAT diamatipada
awal(sebelum perlakuan),setelah pemeraman,dan pada hari terakhir.
Pada
pengukuran padatan terlarut total,potongan buah diperas hingga keluar
sarinya.Sari buah diteteskan pada prisma refraktometer,Lensa pada alat
tersebut(refraktometer) dilihat pada cahaya dan skala ° Brix dibaca.Pada
pengukuran total asam tertitrasi,10 gr potongan buah(dari semua bagian)
ditambah sedikit aquades dan ditumbuh hingga halus dan ditambah aquades hingga
200 ml.Filtrat dipipet sebanyak 3 kali masing-masing 20 ml.Masing-masing
filtrat ditambah phenolptalin 2-3 tetes lalu dititrasi dengan NaOH sampai warna
berubah menjadi merah muda.Volume NaOH untuk titrasi dicatat.TAT diukur dengan
rumus
TAT(%)= ml NaOH x N NaOH x total volume bahan x bobot
equivalen asam x 100
Volume bahan yang dititrasi x berat bahan awal x 1000
Nilai Warna Buah Pisang
Nilai Warna
|
Keterangan
|
|
1
|
Hijau Penuh
|
|
2
|
Hijau dengan warna
kuning 10 %
|
|
3
|
Warna hijau lebih
banyak dari warna kuning
|
|
4
|
Warna hijau dan
kuning sebanding
|
|
5
|
Warna kuning lebih
banyak daripada warna hijau
|
|
6
|
Kuning penuh
|
|
7
|
Kuning dengan
sedikit bercak coklat atau hitam
|
|
8
|
Kuning,daerah bercak
makin meluas
|
Nilai Kekerasan
Nilai
|
Keterangan
|
1
|
Sangat Keras
|
2
|
Keras
|
3
|
Agak lunak
|
4
|
Lunak
|
5
|
Sangat lunak
|
IV.HASIL
A.Indeks Warna Pisang
Perlakuan
|
Pengamatan Indeks Warna Buah Pisang
Hari ke-
|
|||||
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
Kontrol
|
2
|
2
|
2.5
|
3.5
|
5.5
|
6
|
Ethrel 0,05
|
2
|
3
|
4
|
6
|
6.5
|
8
|
Ethrel 0,1
|
2
|
2.5
|
4.5
|
6.5
|
7
|
8
|
Daun Glyricideae 5%
|
1
|
2
|
2.5
|
3
|
5
|
6
|
Daun Glyricideae 10%
|
1
|
2
|
2
|
3
|
5
|
6
|
Apel 1/2
|
1
|
2
|
2.5
|
5
|
6
|
6
|
Apel 1
|
1
|
2
|
2
|
4
|
5
|
6
|
Karbit 2 gr
|
1
|
2
|
3.5
|
5.5
|
7
|
8
|
Karbit 4 gr
|
1.5
|
2.5
|
3.5
|
5
|
6.5
|
8
|
Markisa hijau
|
1.5
|
2.5
|
4.5
|
5
|
6.5
|
7
|
Markisa kuning
|
1.5
|
2
|
4.5
|
5
|
6
|
7.5
|
B.Nilai Kekerasan Pisang
Perlakuan
|
Pengamatan Kekerasan Buah Pisang
Hari ke-
|
|||||
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
|
Kontrol
|
2
|
2.5
|
2.5
|
3
|
3.5
|
4
|
Ethrel 0,05
|
2
|
2.5
|
3.5
|
3.5
|
4
|
5
|
Ethrel 0,1
|
2
|
3
|
3
|
3.5
|
4.5
|
5
|
Daun Glyricideae 5%
|
2
|
2
|
2.5
|
2.5
|
3
|
4
|
Daun Glyricideae 10%
|
2
|
2
|
2
|
2.5
|
3
|
4
|
Apel 1/2
|
2
|
2.5
|
2.5
|
3
|
3.5
|
4
|
Apel 1
|
2
|
2
|
2
|
2.5
|
3.5
|
4
|
Karbit 2 gr
|
2
|
2
|
3
|
3
|
3.5
|
5
|
Karbit 4 gr
|
2
|
2.5
|
3.5
|
4
|
4
|
5
|
Markisa hijau
|
2
|
2
|
2
|
3
|
3
|
4
|
Markisa kuning
|
2
|
2
|
2.5
|
2.5
|
3.5
|
4.5
|
C.Padatan Terlarut Total(°Brix)
Perlakuan
|
PTT
Buah Pisang
|
||
PTT
Hari ke 1
|
PTT
Hari ke 3
|
PTT
Hari ke 8
|
|
Kontrol
|
3.5
|
3.9
|
29.5
|
Ethrel 0,05
|
3.5
|
19.0
|
26.7
|
Ethrel 0,1
|
3.5
|
17.3
|
26.5
|
Daun Glyricideae 5%
|
3.5
|
7.5
|
27.0
|
Daun Glyricideae 10%
|
3.5
|
8.5
|
22.5
|
Apel 1/2
|
3.5
|
3.0
|
32.0
|
Apel 1
|
3.5
|
6.0
|
31.0
|
Karbit 2 gr
|
3.5
|
5.5
|
27.5
|
Karbit 4 gr
|
3.5
|
7.0
|
29.0
|
Markisa hijau
|
3.5
|
11.0
|
26.0
|
Markisa kuning
|
3.5
|
17.0
|
27.5
|
D.Total Asam Tertitrasi(%)
Perlakuan
|
ml
NaoH Buah Pisang
|
TAT(%)
Sebelum
|
TAT(%)
Setelah
|
TAT
(%) Setelah
|
||
Titrasi
hari ke 1
|
Titrasi
Hari ke 3
|
Titrasi
Hari ke 8
|
Pemeraman
|
Pemeraman
Hari ke 3
|
Pemeraman
Hari ke 8
|
|
Kontrol
|
0.02
|
0.02
|
0.55
|
0.001
|
0.001
|
0.018
|
Ethrel 0,05
|
0.02
|
0.77
|
0.81
|
0.001
|
0.026
|
0.027
|
Ethrel 0,1
|
0.02
|
0.41
|
0.83
|
0.001
|
0.014
|
0.028
|
Daun Glyricideae 5%
|
0.02
|
0.23
|
1.17
|
0.001
|
0.008
|
0.039
|
Daun Glyricideae 10%
|
0.02
|
0.2
|
1.12
|
0.001
|
0.007
|
0.037
|
Apel 1/2
|
0.02
|
0.21
|
1.22
|
0.001
|
0.007
|
0.041
|
Apel 1
|
0.02
|
0.22
|
1.41
|
0.001
|
0.007
|
0.047
|
Karbit 2 gr
|
0.02
|
0.02
|
0.05
|
0.001
|
0.001
|
0.002
|
Karbit 4 gr
|
0.02
|
0.02
|
0.03
|
0.001
|
0.001
|
0.001
|
Markisa hijau
|
0.02
|
0.5
|
0.66
|
0.001
|
0.034
|
0.044
|
Markisa kuning
|
0.02
|
0.57
|
0.39
|
0.001
|
0.038
|
0.026
|
V. PEMBAHASAN
A.Proses Pematangan
Buah Pisang
Pisang merupakan jenis buah-buahan yang
tergolong sebagai buah klimakterik, sehingga setelah dipanen masih
melangsungkan proses fisiologi dengan menghasilkan etilen dan karbon dioksida
dalam jumlah yang meningkat drastis, serta terjadi proses pematangan buah .
Diketahui bahwa hormon yang berpengaruh terhadap proses pematangan adalah
etilen. Beberapa daun tanaman menghasilkan etilen sehingga sering digunakan
sebagai pemacu pematangan. Pada dasarnya proses kematangan buah dapat terjadi
secara alamiah. Namun proses tersebut ternyata dapat dikendalikan artinya dapat
dipercepat atau ditunda ada beberapa zat yang biasa digunakan untuk mempercepat
pematangan buah, anatara lain karbid dan asetilin,gas ethilen atau senyawa
penghasilnya , asap, daun atau buah pengahsil ethielen, dan ethrel atau ethepon.Buah
pisang dapat dipanen tua sebelum matang kemudian dilakukan pemeraman untuk
mendapatkan buah matang.
Pematangan buah
merupakan suatu variasi dari proses penuaan melibatkan konversi pati atau
asam-asam organic menjadi gula, pelunakan dinding-dinding sel, atau perusakan
membrane sel yang berakibat pada hilangnya cairan sel sehingga jaringan
mongering. Pada tiap-tiap kasus, pematangan buah distimulasi oleh gas etilen
yang berdifusi ke dalam ruang-ruang antarsel buah. Gas tersebut juga dapat
berdifusi melalui udara dari buah satu ke buah lainnya, sebagai contoh satu
buah apel ranum akan mampu mematangkan keseluruhan buah buah dalam satu lot.
Buah akan matang lebih cepat jika buah tersebut disimpan didalam kantung
plastic yang mengakibatkan gas etilen terakumulasi. Pada skala komersial berbagai
macam buah misalnya pisang sering dipetik ketika masih dalam keadaan hijau dan
kemudian sebagian dimatangkan dengan mengalirkan gas etilena (Palmer, 1971).
Selama pematangan buah
mengalami beberapa perubahan nyata terhadap warna kulit, tekstur, dan bau yang
menunjukkan terjadi perubahan dalam susunannya. Palmer ( 1971 ) berpendapat
bahwa indikator kematangan buah pisang adalah warna kulit buah mengalami
perubahan dari warna hijau kemudian mulai menguning dan mulai meningkatkan
etilen. Perubahan nyata adalah perubahan kadar air, laju respirasi, keasaman,
karbohidrat, pektin, protopektin,dan tanin.
1.Menjadi Lunaknya Kulit Buah Dan Daging Buah
Proses
pematangan pada buah pisang ditanda dengan lunaknya daging buah. Hal ini
disebabkan oleh perombakan protopektin yang tak larut menjadi praktin yang
larut.Zat – zat itu merupakan derivat dari asam poligalakturonat dan terdapt
dalam bentuk protopektin, pektin, asam – asam pektinat dan asam – asam pektat (
Kerteaz, 1951 ). Pada waktu buah menjadi matang, kandungan pektat dan pektinat
yang larut meningkat, sedangkan jumlah zat pektat seluruhnya menurun.
Kecenderungan ini terdapat juga dalam buah pisang ( Von Loeseoke, 1950 ). Dalam
perubahan pektin tersebut ketegaran buah tersebut berkurang, sehingga buah
menjadi lunak.
2. Hidrolisan Amilum
Hidrolisa Amilum
sempurna oleh asam atau enzim spesifik terhadap polisakarida menghasilkan
monosakarida atau senyawa turunannya. Mukerjee dan Frased ( 1972 ) melaporkan
adanya kenaikan sukrosa, glukosa dan fruktosa sedikit selama berlangsungnya
pematangan.
Perubahan kimiawi dalam daging buah pisang
ambon telah dilaporkan oleh Nursamsi dkk. ( 1980 ) sebagi berikut :
Tingkat
Masak Buah
|
Kadar
Gula (%)
|
Kadar
Tepung (%)
|
-
Masih hijau, tua
-
Nampak kuning sedikit
-
Kuning melebar
-
Kuning lebih luas dari hijaunya
-
Hanya pucuk yang hijau
-
Seluruh buah kuning
-
Nampak bercorak sawo matang
-
Bercak sawo matang melebar
|
0,1
- 2
2
- 5
3,5
- 7
6 -
2
10
- 18
16,5
- 19,5
17,5
- 18,0
18,5
- 19,0
|
0,1
- 2
2
- 5
3,5
- 7
6
- 2
10
- 18
16,5
- 19,5
17,5
- 18,0
18,5
- 19,0
|
(Badan Penelitian dan Pengembangan Industri
Semarang, Ir. Nursamsi MS da Bambang Pramudianto 1980 / 1981 )
Dari
data tersebut ternyata selama proses pematangan buah pisang, terjadi kenaikan
kadar gula dan penurunan kadar tepung. Keadaan ini berlangsung pada buah
umumnya.
3.Perubahan Warna Kulit Buah
Warna
kematangan buah yang pertama adalah hilangnya warna hijau. Menguningnya buah
pisang terjadi karena hilangnya klorofil tanpa atau hanya sedikit pembentukan
zat karotenoid secara murni.Beberapa penulis melaporkan bahwa enzim klorofilase
yang bertanggung jawab atas terjadinya penguraian klorofil.Kegiatan hidrolitik
klorofilase yang memcah klorofil menjadi bagian fitol dan inti porfirin.
Klorofil, terutama dalam suasana asam dapat pula keheningan ion Mg++ yang
ada pada pusat gugus porfirinnya dan berubah menjadi feofitin, barulah terjadi
perubahan warna. Tetapi bukan hilangnya warna tersebut.
4.Perubahan Aroma
Pematangan
biasanya meningkatkan jumlah gula-gula sederhana yang member rasa manis,
penurunan asam-asam organik dan senyawa-senyawa fenolik yang mengurangi rasa
sepet dan asam, dan kenaikan zat-zat atsiri yang member flavor yang khas
pada.Perubahan asam-asam lemak selama pematangan buah pisang telah diteliti
oleh Ueda dkk pada tahun 1970. Hasilnya menunjukkan bahwa buah itu mengandung
asam-asam asetat, propionate, isobutirat, dan isivalerat baik dalam bentuk yang
bebas maupun terikat. Kandungan asam – asam isobutirat, butirat dan isovalerat
yang bebas meningkat dengan cepat dan waktu penongkatan itu bersamaan dengan
timbulnya aroma buah.
B.Fungsi Bahan Pemacu Pematangan
Etilen merupakan zat
yang tidak berwarna,agak berbau,dan mudah terdeteksi pada konsentrasi
rendah,dan tidak beracun selama memiliki kepekatan 0,1 %.Ethrel merupakan suatu
zat yang mengandung bahan aktif 2chloro ethyl phosphonic acid yang
dapat menghasilkan etilen secara langsung pada jaringan tanaman.Etilen yang
timbul dapat mempercepat kematangan buah(Park et al.,2006 cit.Diyono et
al.,2014).
Pada umumnya
masyarakat menggunakan cara pemeraman dengan menggunakan karbit. Karbit atau
kalsium karbida adalah senyawa kimia yang mempunyai rumus kimia CaC2 bila
diberi air akan bereaksi menghasilkan C2H2(gas asetilen)
dan Ca(OH)2. Gas asetilen inilah yang mempunyai peranan dalam
pemeraman buah.Cara atau teknik pemeraman yang tidak tepat
dapat menurunkan mutu buah pisang.Sebaliknya, jika proses pemeraman
berjalan baik maka akan menghasilkan buah yang seragam
kematangannya, dengan rasa yang manis dan mengeluarkan aroma yang harum.
Buah apel
merupakan buah klimakterik.Buah tersebut memiliki kandungan etilen yang tinggi
karena memiliki tipe respirasi klimakterik.Etilen yang dihasilkan dari apel
dapat mempercepat kematangan buah pisang karena memproduksi banyak etilen.Apel
yang utuh mempunyai etilen yang lebih sedikit daripada apel setengah buah yang
telah dibelah.Hal tersebut disebabkan buah mengalami stress sehingga produksi
etilen menjadi lebih banyak.Daun pisang dan daun Glyricideae juga
merupakan agen pematangan buah pada pisang karena daun tersebut memproduksi
etilen alami yang dapat membantu proses pematangan buah pada pisang.
C.Hasil
1.Indeks Warna
Berdasarkan hasil pengamatan,
perlakuan ethrel 0.1 % mengalami perubahan warna yang cepat setiap harinya. Perlakuan
tersebut juga menyebabkan pisang mengalami pematangan paling cepat daripada
semua perlakuan yang lain yang kemudian diikuti dengan Ethrel 0.05% dan karbit.
Perlakuan apel utuh lebih lambat mengalami perubahan warna daripada perlakuan
setengah buah apel.Hal tersebut terjadi karena perlakuan tersebut memicu proses
pematangan buah yang cepat karena buah apel telah terbelah sehingga proses
pembentukan etilen menjadi lebih cepat.Pada perlakuan pemberian daun Glyricideae 10
% juga mengalami pematangan lebih cepat daripada yang perlakuan 5 %. Hal
tersebut disebabkan karena memiliki tingkat pematangan yang berbeda.Semakin
besar dosis karbit yang digunakan proses perubahan warna juga semakin
cepat.Daun pisang cenderung lambat dalam mematangkan buah.Perlakuan tanpa agen
pematangan memiliki perubahan warna yang lambat setiap harinya.
2.Nilai Kekerasan
Berdasarkan hasil
pengamatan,penggunaan karbit 4 gr dapat mempercepat proses pelunakan buah. Perlakuan
tersebut merupakan perlakuan yang paling cepat. Perlakuan yang dapat
mempercepat proses pematangan dengan melunakkan buah setelah karbit 4gr adalah
perlakuan ethrel 0.05 %, dan ethrel 0.1%. Buah apel (baik utuh maupun ½ bagian)
dapat mempercepat pelunakkan dengan tingkat yang sedang.Hal yang sama juga
terdapat pada perlakuan 2 gr karbit dan daun Glyricideae.
3.Padatan Terlarut Total
Perlakuan apel (baik
utuh maupun ½ bagian) memiliki kecepatan kematangan yang paling baik, yang
kemudian diikuti dengan karbit 2 gr dan 4 gr. Hal tersebut disebabkan karena
perlakuan tersebut dapat memberikan etilen. Perlakuan setengah apel dapat
memproduksi etilen yang sangat tinggi karena buah sudah dibelah. Selain
itu etilen yang terkandung pada apel tersebut rendah dan stabil sehingga dapat
dimungkinkan bahwa kematangan buah cepat dan merata karena hal tersebut. Perlakuan
tersebut cepat dalam memberikan efek pembentukan gula terlarut. Perlakuan
ethrel baik dengan 0.05% dan 0.1% memiliki tingkat kematangan yang sama. Perlakuan
ethrel dapat diterapkan dengan cara disemprot dengan konsentrasi 500 – 1000 ppm
pada buah pisang yang hijau masak(Jain dan Sharma,2004). Ethrel merupakan
salah satu etilen sintesis sehingga proses pematangan akan cepat terjadi. Perlakuan
markisa hijau lebih lambat dari perlakuan markisa kuning serta memiliki
kecepatan pematangan yang sedang dan lebih cepat daripada perlakuan kontrol. Penggunaan
karbit dengan dosis 4 gr lebih cepat mematangkan buah daripada perlakuan 2 gr.
4.Total Asam Tertitrasi
Pada hari
pertama pengujian TAT, semua perlakuan memiliki perbedaan kandungan TAT.
Perlakuan apel utuh dan apel setengah bagian memiliki efek yang
sangat cepat dalam hal mempercepat pematangan buah. Perlakuan karbit justru
memiliki kadar TAT yang rendah. Dengan kata lain, hasi pematangan dengan karbit
lebih baik karena menurunkan kandungan TATnya, dan buah apel sebaliknya. Selain
itu, kecepatan pematangan buah pisang sangat dipengaruhi agen pematangan dan
tingkat atau jumlah asam titrasi pada awal sebelum diberi perlakuan.
VI.KESIMPULAN
1.Cara menginduksi kematangan buah dapat menggunakan bahan alami
seperti daun Glyricideae, buah markisa, buah apel. Bahan sintetik
yang dapat digunakan sebagai pemacu pematangan meliputi karbit dan ethrel.
Bahan tersebut disertakan dalam proses penyimpanan buah. Proses perlakuan
diterapkan berdasarkan sifat dari bahan dan cara perlakuan terhadap komoditas.
DAFTAR PUSTAKA
Diyono,W.,Abdullah
B.A.,Enrico S.,Suyanti,dan Setyadjit.2014.Optimalisasi cara pemeraman buah
cempedak(Artocarpus champeden).Informatika Pertanian 23: 35-46.
Dris,Ramdane and
S.Mohan Jain.2004.Quality Handling and Evaluation.Kluwer Academic
Publisher,Dordrecht.
Jain,V.K.and
J.P.Sharma.2004.Comprehensive Objective Biology.Golden Bells,New Delhi.
Masilungan,G.D.and Wella
L. Absulio.2012.Fruits of Bilimbi (Averrhoa bilimbi L.) as a New Natural
Source of Ethylene for Ripening of ‘Saba’ Banana (Musa balbisiana BBB).Phillipp
Agriculture Scientist 95: 406-410.
Murtadha,A., Elisa
Julianti,Ismed Suhaidi.2012.Pengaruh jenis pematangan terhadap mutu buah pisang
barangan(Musa paradisiaca L.).J.Rekayasa Pangan dan Pert. 1: 41-56.
Pantastico, Er. B.,
1993. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-Buahan dan
Sayur-Sayuran Tropika dan Subtropika. Penerjemah : Kamariyani. UGM-Press,
Yogyakarta.
Pendharkar,P.Y.,S.S.
Hiwale,dan A.B.Patil.2012.Studies on effect on ethrel on ripening of banana
fruits cv. Grand Naine.The Asian Journal of Horticulture 6: 309-312.
Peter,K.V.2008.Basics of
Horticulture.New India Publishing Agency,New Delhi.
Singal,S.,Madan
Kumud,and Seema Thakral.2012. Application of apple as ripening agents for
banana.Indian Journal of Natural Products and Resources 3: 61-64.
Synge,P.M.2013.Horticulture.<http://www.britannica.com/EBchecked/topic/272484/horticulture/34656/Growth-regulation-by-chemicals>.Diakses tanggal 7 Mei
2015.
Thompson,A.K.2015.Fruit
and Vegetables:Harvesting,Handling and Storage.John Wiley & Sons,Ltd,West
Sussex.
Zulharman,
2009. Teknik Pembuatan Dan Pemeliharaan Kebun Pangkas Jati (Tectona grandis
L.F.) di BKPH klabang KPH Bondowoso. PKL tidak diterbitkan. Malang: Program
Strata 1 UMM.
Hi, I like your post really I have read first-time Thanks for sharing keep up the good work.
BalasHapusMeaning of “Horticulture”