ACARA IX
KADAR KAPUR SETARA
TANAH
ABSTRAKSI
Praktikum
Dasar-dasar ilmu tanah acara IX yang berjudul”kadar kapus setara tanah”
dilakukan pada hari selasa tanggal 26 maret 2013 pukul 13.30 di Laboratorium
Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas gadjah mada,
Yogyakarta. Kadar kapur berhubungan erat dengan sifat kejenuhan basa dan
kapasitas tukar kation dalam tanah. Kedua sifat ini berpengaruh pada kesediaan
unsur hara yang diperlukan tanaman dan tingkat kesuburan tanah. Penentuan kadar
kapus setara tanah dalam percobaan ini menggunakan sampel tanah
entisol,alfisol, ultisol, rendzina, dan vertisol, serta mengunakan khemikalia
larutan HCl, NaOH, dan Indikator phenolfthalein (PP). Sedangkan alat yang
digunakan yaitu timbangan elektronik, pipet volume 5ml dan 50 ml, buret dan
statif, labu ukur 50ml, erlenmeyer 50 ml, calsimeter dan pemanas. Penentuan
kadar kapus setara tanah dilakukan dengan metode gravimetri yaitu penetapan
kadar kapur setara tanah dengan menggunakan alat calsimeter dengan menghitung
co2 yang dilepaskan setelah penabahan hcl pada tanah, metode lain yang
digunakan adalah metode titrasi untuk mengetahui kadar ekuivalen caco3 tanah.
Dari hasil percobaan dengan metode calsimeterdiketahui tanah
I.
PENGANTAR
Kalsium di dalam tanah
diimbangi pasangan anionnya. Kemampuan tukar kalsium identik dengan kapasitas
tukar kation. Kation dalam bentuk terlarut merupakan bbentuk yang bisa diserap
oleh akar. Kalsium karbonat adalah mineral yang memiliki solubilitas tinggi dan
funsginya untuk menaikan PH tanah masam. Bentuk mineral ini banyak terdapat
pada tanah dengan PH 7 dan tersusun atas kalsium karbonat bebas. Banyak atau
sedikitnya kalsium karbonat didalam tanah dipengaruhi oleh kandungan CO2 dalam
tanah.
Batu
kapur merupakan hasil pengendapan dari air senyawa karbonat yang mengandung
kation basa. Kation-kation basa yang banyak merangsang pembentukan dan
pengendapan batu kapur ini adalah kalsium dan magnesium. Paduan khusus senyawa
kalsium karbonat ( CaCO3 ) ( CaCO ) dengan magnesium karbonat ( MgCO3
) disebut dolomit ( CaMg( CO3)2) jika kandungan
magnesiumnya > 21%, dan jika kandungan magnesiumnya ≥ 5% sampai < 21%
disebut batu kapur dolomitik. Batu kapur ini merupakan sumber penting bahan
untuk pengapuran tanah asam dan kahat anasir Ca dan Mg ( Poerwowidodo, 1992 ).
Kapur pertanian adalah bahan alamiah yang kandungan senyawa kalsium ( Ca ) dan atau magnesium ( Mg ) mampu menetralkan pengaruh buruk alumunium dan pengaruh kurang menguntungan dari kemasamam tanah. Sebagian besar bahan kapur pertanian adalah batu kapur yang depositnya hampir tersebar diseluruh Indonesia. Kapur pertanian dapat berupa kapur tohor, kapur tembok, kapur karbonat ( Kalsit, Dolomit ), kulit kerang dan terak baja. Kapur karbonat adalah batu kapur atau karang kapur yang langsung digiling tanpa melalui proses pembakaran. Bahan inilah yang kini digunakan sebagai kapur pertanian dan dipakai untuk tujuan pengapuran lahan bereaksi masam (Sarief, 1986).
Kapur pertanian adalah bahan alamiah yang kandungan senyawa kalsium ( Ca ) dan atau magnesium ( Mg ) mampu menetralkan pengaruh buruk alumunium dan pengaruh kurang menguntungan dari kemasamam tanah. Sebagian besar bahan kapur pertanian adalah batu kapur yang depositnya hampir tersebar diseluruh Indonesia. Kapur pertanian dapat berupa kapur tohor, kapur tembok, kapur karbonat ( Kalsit, Dolomit ), kulit kerang dan terak baja. Kapur karbonat adalah batu kapur atau karang kapur yang langsung digiling tanpa melalui proses pembakaran. Bahan inilah yang kini digunakan sebagai kapur pertanian dan dipakai untuk tujuan pengapuran lahan bereaksi masam (Sarief, 1986).
Tinggi rendahnya kadar kapur dalam tanah berpengaruh
terhadap tingkat kesuburan tanah.Tanah berkapur dengan sifat basa yang tinggi
sangat berkebalikan dengan tanah yang kaya akan bahan organik. Bahan organik
memiliki sifat asam yang sangat tinggi sehingga kurang baik untuk pertumbuhan
tanaman. Kalau kedu hal ini dipadukan maka hasilnya akan saling melengkapi kekurngan
kedua jenis tanah tersebut. Tanah akan menjadi kaya bahan mineral dan ber pH
netral yang baik untuk pertanaman (Ayatullah, 2009).
Keasaman tanah yang menyebabkan produksi tanaman yang
rendah, yang sering dikaitkan dengan perkembangan akar dangkal dan ekstraksi
air tanah terbatas. Pada bagian ini
kapur slotting dari tanah asam
ditunjukkan untuk memperbaiki tanah fisik dan karakteristik kimia untuk
pertumbuhan akar. Kapur slotting yang
melibatkan melonggarkan hanya 25% dari luas permukaan tanah dan penambahan
hanya seperenam dari jumlah kapur yang diperlukan untuk perbaikan tanah yang
lengkap (Jayawardane et al, 1995).
Penanggulangan keasaman tanah dengan cara pengapuran . Tujuan utama pengapuran adalah menaikkan pH hingga
tingkat yang dikehendaki dan mengurangi atau meniadakan keracunan Al. Disamping
itu juga meniadakan keracunan Fe dan Mn serta hara Ca. Pengaruh utama kapur
terhadap tanah adalah menaikkan pH, mengurangi kandungan dan kejenuhan Al serta
meningkatkan serapan hara dan produksi
tanaman pangan pada umumnya (padi, kedelai, jagung, kacangan lainnya, tomat,
cabai). Pengaruh kapur dapat dinikmati selama beberapa kali panen (4-5 kali) (Komprat, 1970).
Pemberian
kapur silikat berpengaruh sangat nyata terhadap Ca. Pemberian kapur akan
meningkatkan ketersediaan Ca tanah. Hal ini berpengaruh positif terhadap tinggi
tanaman, jumlah ruas batang, jumlah ruas daun, dan diameter batang. Penambahan
kalsium sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan akar sedang pemberian kapur
silikat mampu memberikan pH yang relatif sesuai untuk pertumbuhan optimum
tanaman. Ketersediaan unsur hara umumnya kan menigkat dengan kenaikan reaksi
tanah akibat pengapuran (Rivale, 1993).
Secara umum kandungan kapur dalam tanah dapat mempengaruhi sifat fisik dan
kimia tanah sertakegiatan jasad
reniktanah. Bila ditinjau dari
sudut kimia, maka tujuan pengapuran adalah untuk menetralkan kemasaman tanah
dan untuk meningkatkan atau menurunkan ketersediaan unsure-unsur hara bagi
pertumbuhan tanaman. Dalam melakukan pengapuran untuk menetralkan kemasaman
tanah perlu dipertimbangkan tentang
macam sumber kemasaman bagi tanah dan sumber mana yang harus dinetralkan Perlu diketahui bahwa tanah yang memiliki
kandungan kapur yang tinggi, belum tentu tanah tersebut juga memiliki tingkat
kesuburan yang tinggi bisa terjadi suatu kapur itu menjadi racun karena kapur
akan menyerap unsur hara dari dalam tanah, dimana unsur hara tersebut
dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya (Malherbe, 1965).
II.
METODOLOGI
Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Acara IX tentangpenetapan kapur tanahdilakukan pada hari selasa, tanggal Maret 2013 pukul 13.30 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan dari praktikum
ini adalah menetapkan kapur dalam tanah dengan menggunakan metode calcimeter
dan metode titrasi (cottenie).
Bahan yang digunakan adalah contoh tanah kering udara ukuran
Φ0,5 mm danΦ 2 mm,
larutan HCl 2N, H2SO4 0,5N, NaOH 0,5N dan Indikator phenolpthalein (pp) sedangkan untuk alat yang digunakan yaitu timbangan
analitik atau elektronik, pipet volume 5 ml dan 50 ml, labu uku 50 ml, erlenmeyer 50 ml,
buret, statif, pemanas dan calsimeter.
Pada
metode calsimetri adalah salah satu metode analisis gravimetri yaitu dengan
membandingkan berat sebelum dan sesudah dipanaskan. Analisis gravimetri adalah
proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Pada
dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai lalu ditambahkan zat
pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan
atau dipijarkan dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan
dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot
zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994). Metode kedua adalah metode titrasi
metode ini memiliki prinsip yang mirip dengan metode kolorimetri. Prinsipnya
terjadi perubahan warna ketika titik setimbang telah tercapai
III.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Tabel
9.1. Kadar kapur tanah
Tanah
|
Kadar
Kapur
|
|
Metode
Calcimetri
|
Metode
Titrasi
|
|
Entisol
|
3,3385%
|
0,247%
|
Alfisol
|
11,3%
|
0,54%
|
Ultisol
|
3,875%
|
0,269%
|
Rendzina
|
1,0915%
|
1,769%
|
Vertisol
|
2,0837%
|
4,51%
|
Contoh
perhitungan kadar kapur tanah Ultisol:
1.
Metode
Calcimetri
CaCO3
= (c-d) (100+KL) x 100%
44 (b-a)
CaCO3=
(154,910-154,833)(100+10,825) x 100%
44 (127,506-122,501)
=
(0,077) (110,825) x 100%
220,22
=
8,533525 x 100%
220,22
=
3,875%
2.
Metode
Titrasi
CaCO3 = (Va-Vb)
. N NaOH . 5 x V1
x (100+KL)%
a . 100 V2
CaCO3 = (3,7-3,6)
. 0,49 . 5 x 50 x(100+9,72)%
5 . 100 10
= 0,00049 x 5 x 109,2%
=
0,269%
Kapur tanah mempunyai
hubungan yang erat dengan keberadaan unsur kalsium atau magnesium pada suatu
tanah. Hal ini dikarenakan kedua unsur tersebut sering ditemukan berasosiasi
dengan karbonat.Terdapat bermacam-macam bentuk kapur di dalam tanah antara lain
Kalsium Oksida (CaO), Kalsium Karbonat (CaCO3), Kalsium Sulfat (CaSO4),
dan dolomit ((CaMg(CO3)2).
Keberadaan unsur tanah
sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada di suatu lokasi. Jika batuan
induk kaya akan batuan kapur
maka
tanah akan kaya kapur sedangkan tanah yang berkembang dari bahan induk yang
bersifat basis seperti bahan induk kapur akan menghasilkan tanah berwarna gelap
dan bersifat basis. Faktor lain yang mempengaruhi
kapur tanah selain batuan induk adalah iklim yang mempengaruhi tingkat pelapukan
batuan induk.
Pada praktikum kadar
kapur setara tanah ini menggunakan dua metode untuk menetapkan kapur tanah,
yaitu metode calcimetri dan metode titrasi. Metode calcimetri menggunakan
khemikalia larutan HCL 2N. HCL akan mengurai kapur tanah dan akan bereaksi
membentuk CaCl2, H2O dan CO2. Reaksinya
adalah sebagai berikut:
CaCO3+ 2HCL CaCl2+H2O+CO2
Sedangkan metode titrasi menggunakan
khemikalia H2SO4 0,5N , NaOH 0,5 N dan indikator pp. H2SO4 akan bereaksi dengan
CaSO3 membentuk CaSO4, CO2 dan H2O.NaOH berfungsi sebagai pereaksi sedangkan
indikator pp digunakan sebagai indikator warna. Reaksinya adalah sebagai berikut:
CaCO3+H2SO4 CaSO4+H2O+CO2
Kelebihan dari metode calcimetri adalah
lebih mudah dan praktis untuk digunakan karena hanya menggunakan satu jenis
khemikalia, sedangkan kekurangannya adalah hasil yang didapat kurang akurat.
Kelebihan dari metode titrasi adalah hasil yang didapat cukup akurat, namun
pelaksanaannya kurang praktis dan menggunakan banyak khemikalia.
Berdasarkan hasil
praktikum dapat diketahui urutan kadar kapur dalam tanah dengan menggunakan metode calsimeter dari yang terbesar
hingga yang terkecil yaitu
Alfisol, Ultisol, Entisol, Vertisol dan Rendzina. Tanah Alfisol memiliki
kadar kapur yang paling tinggi berdasarkan hasil praktikum ketika menggunakan
metode calsimeter yaitu 11,3 % namun seharusnya tanah jenis Alfisol kadar
kapurnya berada pada interval 4,0-8,8 %. Tanah Alfisol
merupakan tanah yang terbentuk dari bahan induk yang kaya akan kapur dan besi
sehingga memiliki kandungan kapur tinggi. Dalam pembentukan tanah, air hujan
yang besar menyebabkan besi mempunyai daya menyusup sehingga bersentuhan dengan
Ca yang mengendap. Batuan
kapur adalah batuan yang tahan terhadap pelapukan dan proses pembentukan tanah
sehingga membuktikan bahwa kandungan kapur dalam tanah Alfisol tinggi.
Pembentukan tanah yang lama juga disebabkan oleh pelarutan dan tanah Alfisol
sulit larut dalam air. Tanah Alfisol mempunyai struktur gumpal, tekstur
lempung-lempung debu dan kurang subur (Valzano et al., 2001).
Kadar kapur tanah Ultisol dari hasil praktikum menggunakan metode
calsimeter yaitu 3,875 % sementara dari hasil penelitian Mulyanto dkk ( 2011),
tanah jenis Ultisol ini memiliki kadar kapur 0,43%-0,89%. Ultisol dapat berkembang
dari berbagai bahan induk dari yang bersifat masam hingga basa. Namun sebagian besar bahan induk
tanah ini adalah batuan sedimen masam. Tanah Ultisol sering mengalami
proses pelapukan yang besar dan terjadi pencucian paling akhir. Ultisol
memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah dan dapat lebih rendah
35% pada horizon tanah yang lebih rendah. Bila ditinjau dari segi lingkungan
maka Ultisol banyak dijumpai pada daerah dengan curah hujan yang diperkirakan
lebih besar daripada evapotranspirasi yang menyebabkan tanah mengalami
pelindian berat. Pelindian ini meningkatkan kemasaman tanah. Tanah yang memilik
kandungan kapur rendah maka tanah semakin masam( Mulyono dkk, 2011).
Berdasarkan praktikum dengan menggunakan metode calsimeter tanah Entisol memiliki kadar kapur 3,3385 %
sedangkan dari hasil penelitian Ozaytekin and Karaplan (2012), tanah Entisol
memiliki kadar kapur 1, 48 % - 2, 32 %. Tanah Entisol merupakan tanah dengan
bahan induk dari pengendapan material
baru atau di daerah-daerah dengan laju erosi atau pengendapan yang lebih cepat
dibandingkan dengan laju pembentukan tanah, contohnya di daerah endapan sungai.
Tanah Vertisol memiliki kandungan
kapur 2,0837 % dari hasil praktikum menggunakan metode calsimeter namun tanah
jenis ini memiliki kandungan kapur 0,92 % - 44,52 % berdasarkan
penelitian. Nilai pH yang tinggi pada
tanah Vertisol berhubungan dengan persentasi kalsium dan magnesium. Nilai pH
pada lapisan atas tanah vertisol biasanya pada batas 6 - 7,5. Pada umumnya
peningkatan pH berhubungan dengan peningkatan CaCO3 dan garam-garam lain. Pada
kondisi pH yang tinggi maka seharusnya digunakan pupuk yang bersifat asam
sehingga kondisi tanah berada pada keadaan optimum. Selain itu terbatas pada
tanah yang bertekstur halus atau terdiri atas bahan-bahan yang mengalami
pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tuff, endapan alluvial dan abu
vulkanik. Kadar kapur yang tinggi mempengaruhi kejenuhan basa dan KPK tanah
tinggi karena banyak menyumbang kation-kation Ca dan Mg ( Mulyanto dkk, 2011).
Tanah Rendzina berdasarkan hasil praktikum memiliki kandungan kapur yang
paling sedikit dibandingkan dengan tanah Alfisol, Ultisol, Entisol dan Vertisol
yaitu 1, 0915 % sedangkan dari penelitian tanah ini memiliki kadar kapur 7, 73
%. Tanah Rendzina merupakan tanah yang bahan induknya berasal dari gamping,
berwarna hitam, permeabilitas lambat dan strukturnya menggumpal dan banyak
mengandung konkresi kapur batuan dolomite (Nurcholis dkk, 2003). Jadi, apabila
didasarkan pada penelitian orang lain urutan tanah yang mengandung kapur dari
yang terbesar hingga yang terkecil dengan menggunakan metode calsimeter yaitu
Alfisol, Vertisol, Rendzina, Entisol dan Ultisol.
Berdasarkan praktikum yang telah
dilakukan urutan kadar kapur tanah apabila menggunakan metode titrasi yaitu
Vertisol ,Rendzina, Alfisol , Ultisol, Entisol. Tanah Vertisol memiliki
kandungan kapur 4,51 % sedangkan menurut penelitian Kusnarta dkk (2011) tanah
Vertisol memiliki kadar kapur 4,75%-13,08% dan rata-ratanya yaitu 8,36 %.
Kandungan kapur (CaCO3) Vertisol di kawasan tersebut menunjukkan nilai yang berkisar
antara 4,75% sampai 13,08%. Keberadaan kapur dalam tanah terkait dengan bahan
induk. Vertisol berupa batu kapur (kalsit ataupun dolomit). Disamping itu,
keberadaan kapur juga dapat dikaitkan dengan stabilitas struktur tanah melalui
ion Ca2+ yang dapat bertindak sebagai jembatan kation dalam proses agregasi. Tanah ini bersifat alkalis dengan kandungan hara yang
tinggi. Vertisol juga mengandung lempung yang tinggi dan tidak ada bukti
perpindahan lempung. Kapur terdapat pada bahan induk dimana jumlah kapur yang
besar terdapat pada horizon tanah yang lebih atas, ini merupakan bukti bahwa Vertisol adalah tanah dengan sistem alami yang tetutup
dengan proses pencucian yang relatif kecil. Sehingga dari hasil praktikum yang
telah dilakukan, selisih antara kadar kapur hasil praktikum dengan kadar kapur
minimum dari penelitian tidaklah jauh dan masih berada pada batas toleransi
kadar kapur dalam tanah.
Tanah Rendzina
memiliki kadar kapur yang lebih rendah dari tanah Vertisol berdasarkan hasil
praktikum dengan menggunakan metode titrasi yaitu 1,769 %. Sedangkan menurut
Eisazadeh et al(2010) tanah Rendzina memiliki kadar kapur hanya 0,96 %.
Hal ini karena tanah Rendzina berasal dari bahan induk kapur dan mineral
alkali. Rendzina bertekstur lempung, strukturnya menggumpal banyak mengandung
konkresi kapur batuan, kapur napal, dan dolomite.
Tanah
Alfisol memiliki kadar kapur 0,54 % berdasarkan hasil praktikum dengan
menggunakan metode titrasi. Namun menurut Anetor and Akinrinde (2006) tanah
Alfisol memiliki kadar kapur 7,0%-7,2%. Tanah ini berbahan induk yang kaya akan
kapur dan mengandung konkresi kapur dan besi. Dalam pembentukan tanah
larutan-larutan besi terutama dari sumber-sumber bukan kapur dan sedikit
berkapur atau dolomite menyusup ke dalam retakan-retakan dan lubang-lubang batu
kapur dalam sehingga Fe bersentuhan dengan Ca yang mengendap.
Tanah
ultisol memiliki kadar kapur 0,269% dari hasil praktikum menggunakan metode
titrasi sementara menurut penelitian Idiok (2012) jenis tanah ini memiliki
kadar kapur sebesar 1,5%-3%. Kadar kapur tanah ultisol sangat rendah
dikarenakan Ultisol terbentuk dari bahan induk batuan sedimen masam.
Tanah
Entisol berdasarkan hasil percobaan
dengan menggunakan metode titrasi memiliki kadar kapur 0,247% sedangkan menurut
penelitian Kumar and Babel (2011) tanah Entisol memiliki kadar CaCO3 minimum
3,9 % dan maksimum 12 %. Namun dari penelitian itu rata-rata kadar kapur tanah
entisol yaitu 8,24 %. Tanah entisol merupakan
golongan tanah yang belum mengalami diferensiasi profil membentuk horizon yang
nyata. Sifat Entisol dipengaruhi langsung oleh sumber bahan induknya sehingga
kesuburannya ditentukan sifat bahan induk asalnya termasuk kadar kapur
yang terkandung dalam tanah. Tanah Entisol tidak berbahan induk kapur seperti
karsit, doomit dan lain-lain sehingga kadar kapur dalam tanah tidak begitu
tinggi. Biasanya tanah Entisol memiliki bahan induk abu vulkanik, batuan
sediment atau pasir. Jadi, urutan kandungan kapur tanah dengan menggunakan
metode titrasi yang benar menurut
penelitian yaitu Alfisol, Vertisol, Entisol, Ultisol dan Rendzina.
Ca dan Mg merupakan
unsur hara mikro bagi tanah
yang
berarti dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Apabila jumlah Ca berlebih akan
mengikat unsur hara P menjadi Ca-P yang sukar larut. Selain itu kapur juga dapat
menyebabkan dampak toksik diantaranya tanah kekurangan Fe, Mn, Cu dan Zn, fosfat
kurang tersedia, metabolisme terganggu, pengambilan dan penggunaan B akan
terhalang dan perubahan H+
yang melonjak merugikan.
Manfaat kapur dalam
bidang pertanian adalah sebagai penyuplai unsur hara Ca dan Mg, dapat menaikkan
pH tanah dari masam menjadi netral karena akan mengikat Al dan H yang tersedia,
membuat agregat tanah lebih stabil dan perombakan bahan organik menjadi lancar.
Manfaat mempelajari kapur tanah dalam bidang pertanian adalah dapat ditentukan kesuburan tanah yang sangat berpengaruh
terhadap pengelolan lahan, sehingga dapat mengoptimalkan potensi lahan untuk
budidaya pertanian.
IV.
KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan
yang telah dilakukan maka akan dapat disimpulkan bahwa urutan kadar kapur tanah
dengan menggunakan metode calcimetri dari yang terbesar hingga yang terkecil
yaitu Alfisol (11,3%), Ultisol (3,875%), Entisol (3,3385%), Vertisol (2,0837%)
dan Rendzina (1,0915%) sedangkan apabila menggunakan metode titrasi urutan
kadar kapur dari yang terbesar hingga yang terkecil yaitu Vertisol (4,51%),
Rendzina (1,769%), Alfisol (0,54%), Ultisol (0,269%) dan Entisol (0,247%).
VI. PENGHARGAAN
Puji syukur kami
panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya,
sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini kami
ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu
kelancaran pembuatan laporan ini, antara lain kepada:
1. Ir.
Suci Handayani, M.P. selaku koordinator praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah
2. Para
asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang telah memberikan bimbingan
sehingga praktikum dan penyelesaian laporan sementara ini dapat berjalan dengan
lancar
3. Pihak-pihak
yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam pembuatan
laporan ini
Kami menyadari bahwa
pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam
laporan ini terdapat kesalahan. Semoga laporan yang telah kami susun ini dapat
memberikan manfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Anetor,
M. O. and E. A. Akinrinde. 2006. Lime
effectiveness of some fertilizer in a
tropical acid alfisol. Journal Central European of Agriculture 8: 17-24.
Ayatullah,
M. S. 2009. Kadar Kapur Tanah.. Diakses tanggal 28 Maret 2013.
Eisazadeh,
A., K.A. Kassim and H. Nur. 2010.
Thermal characterization of lime
stabilized soils. World Congress of Soil Science 326: 20- 23.
Idiok,
A. U. A. 2012. Physicochemical properties,
degradation rate and vulnerability
potential of soils formed on coastal plain sands in Southeast Nigeria. International Journal of Agriculture
Research 7: 358-366.
Jaywardane, N.S., Barrs H.D., W.A. Muirhead, J. Blackwell dan G.Kirchof Muray.1995. Slotting teknik kapur untuk memperbaiki keasaman tanah yang di tanah liat sebuah tanah: Efek pada pertumbuhan akar
medis,air dan hasil ekstraksi. Australian
Journal of Soil Research 3:443-459.
Komprat,
E.J. 1970. Exchangeable alumunium as
creation for liming leached mineral
soils. Soilscience, SOC. American Production. 252 – 254.
Kumar,
M. and A. L. Babel. 2011. Available
micronutrient status and their
relationship with soil properties of Jhunjhuhunu Tehsil, district Jhunjhhunu, Rajasthan, Indian. Journal of Agriculture
Science 3: 97-106.
Kusnarta,
B. D. Kertonegoro,, B. H. Sunarminto dan
D. Indradewa. 2011. Beberapa
factor yang berpengaruh dominan terhadap struktur vertisol tanah tadah hujan Lombok. Agroeksos
21: 120- 128.
Malherbe, Ide V. 1965. SoilFertility. Oxford UniversityPress. London.
Mulyanto,
D., Subroto dan H. Lukito. 2011.
Genesis pedon tanah yang berkembang
di atas batuan
karbonat Wonosari Gunungkidul.
Forum Geografi 25: 100-115.
Nurcholis,
M., E. R. Sasmita dan S. B. Subroto.
2003. Kualitas tanah di topografi
karst Bedoyo Gunungkidul dan hubungannya dengan reklamasi lahan bekas tambang. Prosiding Lokakarya Nasional 3: 220-227.
Ozaytekin,
H. H. and S. Karakaplan. 2013. Soil
formation on the Karadag volcano
at a semi arid environment from the Central Anatolia. African Journal of Agricultural Researh 7: 2283- 2296.
Poerwowidodo.
1992. Telaah Kesuburan Tanah. Angkasa. Bandung.
Rivai, H. 1994.
Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Padang.
Rivale,
A.P. 1993. Pengaruh pengapuran dan pupuk fosfat terhadap sifat kimia tanah dan pertumbuhan panili. Buletin Ilmiah
Instiper: 1-13.
Sarief, H. E. S. 1986. Kesuburan dan pemupukan tanah pertanian. Pustaka Buana. Bandung.
Valzano,
F. P., B. W. Murphy and R. S. b. Greene.
2001. The long treme effects
of lime (CaCO3), gypsum (CaCO4. 2H2O) and tillage on the physical and chemical propertiesof
a sodic red brown earth. Australian
Journal of Soil Research 39:
1307-1331.
LAMPIRAN
Rumus
menentukan kadar kapur tanah
Metode
Kalsimetri
CaCO3
= (c-d) (100+KL) x 100%
44 (b-a)
Metode Titrasi
CaCO3 = (Va-Vb)
. N NaOH . 5 x V1
x (100+KL)%
a . 100 V2
1.
ENTISOL
Metode
Calcimetri
CaCO3
= (c-d) (100+KL) x 100%
44 (b-a)
CaCO3
= (154,66-154,59) (100+4,715) x 100%
44 (124,71-119,72)
=
(0,07) (104,715) x 100%
44 (4,99)
=
7,33005 x 100%
219,56
=
3,3385%
Metode Titrasi
CaCO3 = (Va-Vb)
. N NaOH . 5 x V1
x (100+KL)%
a . 100 V2
CaCO3 = (3,7-3,6)
. 0,49 . 5 x 50 x(100+4,71)%
5 . 100 10
= 0,245 x 5 x 104,71
500
=
0,247%
2.
ALFISOL
Metode
Clcimetri
CaCO3
= (c-d) (100+KL) x 100%
44 (b-a)
CaCO3
= (169,70-169,69) (100+10,84) x 100%
44 (132,35-5)
=
(5,73) (110,84) x 100%
5603,4
=
635,11 x 100%
5603,4
=
11,3%
Metode Titrasi
CaCO3 =
(Va-Vb) . N NaOH . 5 x
V1 x (100+KL)%
a . 100 V2
CaCO3 =
(3,7-3,5) . 0,49 . 5 x 50 x(100+10,665)%
5 . 100 10
= 0,2x0,49x5 x 5 x 110,665
500
=
0,54%
3.
ULTISOL
Metode
Calcimetri
CaCO3
= (c-d) (100+KL) x 100%
44 (b-a)
CaCO3
= (154,910-154,833) (100+10,825) x 100%
44 (127,506-122,501)
=
(0,077) (110,825) x 100%
220,22
=
8,533525 x 100%
220,22
=
3,875%
Metode Titrasi
CaCO3 = (Va-Vb)
. N NaOH . 5 x V1
x (100+KL)%
a . 100 V2
CaCO3 = (3,7-3,6)
. 0,49 . 5 x 50 x(100+9,72)%
5 . 100 10
= 0,00049 x 5 x 109,2%
=
0,269%
4.
RENDZINA
Metode
Calcimetri
CaCO3
= (c-d)
(100+KL) x 100%
44 (b-a)
CaCO3
= (138,66-138,64) (100+20,065) x 100%
44 (5)
=
(0,02) (120,065) x 100%
220
=
0,010915 . 100%
=
1,0915%
Metode Titrasi
CaCO3 =
(Va-Vb) . N NaOH . 5 x
V1 x (100+KL)%
a . 100 V2
CaCO3 = (3,7-3,1)
. 0,49 . 5 x 50 x(100+20,175)%
4,993 .
100 10
= 0,6 x 0,49 x 5 x 5 x 104,71
499,3
=
1,769%
5.
VERTISOL
Metode
Calcimetri
CaCO3
=
(c-d) (100+KL) x 100%
44 (b-a)
CaCO3
= (161,47-151,102) (100+15,73) x 100%
44 (130,04-116,953)
=
(10,368) (115,73) x 100%
44 (13,087)
=
1199,888 x 100%
573,828
=
2,0837%
Metode Titrasi
CaCO3 = (Va-Vb)
. N NaOH . 5 x V1
x (100+KL)%
a . 100 V2
CaCO3 = (3,7-2,9)
. 0,49 . 5 x 50 x(100+15,16)%
5 . 100 10
= 4,51%
Tidak ada komentar:
Posting Komentar