LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
TEKNOLOGI BENIH
ACARA
IV
INDEKS
VIGOR PERKECAMBAHAN DAN KUALITAS BIBIT
Disusun Oleh :
Nama :
NIM : 13390
Golongan : C1
Prodi : Pemuliaan
Tanaman
Asisten : Mahfud
LABORATORIUM
TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
INDEKS VIGOR
PERKECAMBAHAN DAN KUALITAS BIBIT
ABSTRAKSI
Praktikum
Teknologi Benih Acara IV dengan judul Indeks Vigor Perkecambahan dan
Kualitas Bibit dilaksanakan pada 23 Maret 2015 di Laboratorium
Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini adalah
untuk menguji kecepatan perkecambahan benih, membiasakan dengan
konsep indeks matematis vigor benih, dan menguji keseragaman bibit
dan kualitas bibit yang berasal dari benih dengan lama simpan yang
berbeda. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kedelai (Glycine
max),
benih jagung (Zea
mays),
kapas, kertas saring, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan
yaitu cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset, timbangan
digital, dan germinator. Cara kerja dari raktikum ini dilakukan
dengan dua metode, yaitu metode top
paper
di
dalam petridish dan
metode pasir untuk pengujian
indeks vigor perkecambahan dan
kualitas bibit. Pengujian kecepatan perkecambahan benih dapat
dilakukan dengan perhitungan indeks vigor dari metode top paper dan
metode pasir. Konsep indeks matematika benih yaitu perbandingan
antara jumlah benih yang dikecambahkan pada hari ke-n dengan waktu
yang berkorespodensi dengan jumlah benih berkecambah pada hari ke-n.
Umur
simpan benih mempengaruhi kualitas bibit. Bibit dari benih baru
memiliki kualitas lebih baik daripada benih lama.
Kata kunci :
Indeks Vigor, Kualitas Bibit
- PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Perkecambahan
merupakan tahapan penting dalam pertumbuhan benih untuk tumbuh
menjadi tanaman dewasa. Namun kecepatan perkecambahan dari benih
dapat berbeda-beda. Kecepatan perkecambahan benih terseut dapat
dinyatakan dengan indeks vigor yang merefleksikan jumlah benih yang
berkecambah pada interval satu hari setelah dikecambahkan. Kecepatan
perkecambahan benih dapat bermanfaat dalam pertanian karena dengan
mengetahui kecepatan perkecambahan benih dapat diketahui gambaran
atau keterangan yang mencerminkan kenyataan di lapangan.
Selain
indeks vigor, umur simpan benih pun dapat pula mempengaruhi
pertumbuhan tanaman yang ditunjukkan dari kualitas bibit yang tumbuh
dari benih tersebut. Sehingga perlu dilakukan pengujian kualitas
bibit dari benih lama dan juga benih baru agar dapat diketahui
perbandingan kualitas yang ditimbulkan dan dapat diketahui benih mana
yang perlu digunakan untuk penanaman. Oleh karena itu pengujian
indeks vigor perkecambahan dan kualitas bibit perlu dilaksanakan.
- Tujuan
- Pengujian kecepatan perkecambahan benih.
- Membiasakan dengan konsep indeks matematis vigor benih.
- Pengujian keseragaman bibit dan kualitas bibit yang berasal dari benih dengan lama simpan yang berbeda.
- TINJAUAN PUSTAKA
Vigor
merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan
yang suboptimal. Vigor benih dicerminkan oleh dua informasi tentang
viabilitas, masing-masing “kekuatan tumbuh” dan “daya simpan”
benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan
kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman meskipun keadaan biofisik
lapangan produksi seoptimum atau sesudah benih melampai suatu periode
simpan yang lama (Sutopo, 2002).
Pengujian
viabilitas benih meliputi metode uji secara langsung dan tidak
langsung. Dalam metode uji secara langsung kita dapat mengetahui dan
menilai struktur-struktur penting kecambah secara langsung. Sedangkan
metode uji secara tidak langsung dapat diketahui mutu hidup benih
yang ditunjukkan melalui gejala metabolisme (Suresha et
al.,
2007).
Vigor
dibagi menjadi vigor genetik dan vigor fisiologi. Vigor genetik
adalah vigor benih dari galur genetik yang berbeda-beda sedang vigor
fisiologi adalah vigor yang dapat dibedakan dalam galur genetik yang
sama. Vigor fisologi dapat dilihat antara lain dari indikasi tumbuh
akar dari plumula atau koleoptilmua, ketahanan terhadap serangan
penyakit dan warna kotiledom dalam efeknya terhadap Tetrazolium
test
(Kartasapoetra, 1986)
Kualitas
benih digolongkan menjadi tiga macam, yaitu kualitas genetik,
fisiologis, dan kualitas fisik. Pengujian viabilitas dilakukan untuk
mengetahui kualitas fisiologis yang berkaitan dengan kemampuan benih
untuk berkecambah. Index matematis terhadap perkecambahan dapat mudah
untuk menggambarkan kualitas benih yang dapat diterima oleh seluruh
konsumen (Al-Karaki, 2002).
Kelangsungan
daya hidup benih ditunjukan oleh persentase benih yang akan
menyelesaikan perkecambahan, kecepatan perkecambahan dan vigor akhir
yanga menyelesaikan perkecambahannya. Proses perkecambahan suatu
benih, memerlukan kondisi lingkungan yang baik, viabilitas benih yang
tinggi dan pada beberapa jenis tanaman tergantung pada upaya
pemecahan dormansinya. Vigor benih dapat menjadi informasi penting
untuk mengetahui kemampuan tumbuh normal dalam kondisi optimal dan
sub optimal (Shankar, 2006).
Untuk
mengatasi permasalahan terjadinya kemunduran mutu benih baik yang
diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun diakibatkan oleh faktor
kesalahan dalam penanganan benih, dapat dilakukan dengan melakukan
teknik invigorasi. Invigorasi adalah suatu perlakuan fisik atau kimia
untuk meningkatkan atau memperbaiki vigor benih yang telah mengalami
kemunduran mutu. Perlakuan ini sudah banyak dilakukan pada beberapa
tanaman seperti tanaman padi, kedelai dan jambu mete (Rusmin, 2003).
- METODOLOGI
Praktikum
Teknologi Benih Acara IV dengan judul Indeks Vigor Perkecambahan dan
Kualitas Bibit dilaksanakan pada 23 Maret 2015 di Laboratorium
Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan
meliputi benih kedelai (Glycine max), benih jagung (Zea mays), kapas,
kertas saring, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu
cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset, timbangan digital, dan
germinator.
Cara
kerja yang dilakukan dalam praktikum ini terdapat dua metode yang
digunakan, yaitu metode top
paper
dan metode pasir. Pada metode top
paper digunakan
untuk pengujian indeks vigor perkecambahan benih. Pada metode ini 100
benih sebanyak 4 ulangan untuk masing-masing benih jagung dan kedelai
diambil dan dikecambahkan dalam cawan petri yang telah diberi alas
kapas dan kertas filter, kemudian dibasahi dengan air. Benih
dikecambahkan selama 7 hari, kemudian diamati dan dihitung benih yang
berkecambah secara normal. Kriteria benih yang dianggap telah
berkecambah adalah akar telah keluar sepanjang 1cm. Selanjutnya
indeks vigor benih dihitung. Metode pasir digunakan untuk pengujian
kualitas bibit. Pada metode ini masing-masing benih kedelai dan
jagung diambil 50 benih sebanyak 4 ulangan. Selanjutnya bak berisi
pasir disiapkan dan benih tersebut disusun lalu ditutup dengan pasir
setebal 1-2cm, kemudian disiram dengan air agar media selalu lembab.
Benih dikecambahkan selama 14 hari. Pada hari terakhir, 5 sampel
bibit diambil secara acak lalu tinggi bibit dan berat keringnya
diukur. Secara matematis, indeks vigor dapat dituliskan dengan
formula sebagai berikut :
Keterangan
:
IV
= Indeks Vigor
A
= Jumlah benih berkecambah pada hari ke-n
T
= Waktu yang berkorespodensi dengan jumlah A hari ke-n
Keterangan
:
CV
= Coefficient Vigor
A
= Jumlah benih yang berkecambah pada waktu tertentu
T
= Waktu yang berkorespodensi dengan A
- HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
Tabel
1. Tabel pertumbuhan benih
metode
|
kedelai
baru
|
kedelai
lama
|
jagung
baru
|
jagung
lama
|
petridish |
1.027381
|
0.775
|
0.920833
|
0.938095
|
pasir |
1.307143
|
0.8607104
|
1.354762
|
0.938095
|
Tabel
2. Tabel tinggi, berat basah, berat kering tanaman
komoditas
|
umur
|
tinggi
|
berat
basah
|
berat
kering
|
jagung |
baru
|
27.9
|
8.695
|
0.8775
|
|
lama
|
26.65
|
7.615
|
0.67525
|
kedelai |
baru
|
25.09
|
5.43
|
0.8
|
|
lama
|
21.9375
|
4.285
|
0.5575
|
Tabel
3. Analisis kedelai
faktor
|
umur
|
rata-rata
|
|
baru
|
lama
|
||
tinggi |
25.09
|
21.938
|
23.514
|
berat
basah |
5.43
|
4.285
|
4.8575
|
berat
kering |
0.8
|
0.5575
|
0.67875
|
|
10.44
|
8.926833
|
-
|
Tabel
4. Analisis jagung
faktor
|
Umur
|
rata-rata
|
|
baru
|
lama
|
||
tinggi |
27.9
|
26.65
|
27.275
|
berat
basah |
8.695
|
7.615
|
8.155
|
berat
kering |
0.8775
|
0.675
|
0.77625
|
|
12.49083
|
11.64667
|
-
|
Tabel
5. Analisis kedelai
metode
|
umur
|
rata-rata
|
|
baru
|
lama
|
||
petridish |
3.2325
|
2.412
|
2.82225
A
|
pasir |
1.6475
|
1.6475
|
1.6475
B
|
|
2.44
A
|
2.02975
B
|
-
|
Tabel
6. Analisis jagung
metode |
umur
|
rata-rata
|
|
baru
|
lama
|
||
petridish |
4.4
|
2.28
|
3.34
A
|
pasir |
2.14
|
1.11
|
1.625
B
|
|
3.27
A
|
1.695
B
|
-
|
- Pembahasan
Gambar
1. Grafik pertumbuhan harian benih (petridish)
Berdasarkan
hasil pengamatan yang telah dilakukan diperoleh Gambar 1 yang
menunjukkan bahwa pada metode top
paper
dalam petridish benih yang memiliki kecepatanpertumbuhan paling cepat
adalah benih jagung baru. Diketahui bahwa pada hari ke-3 benih jagung
baru telah berkecambah maksimal pada hari tersebut dibandingkan
dengan benih yang lain. Pada hari pertama banyak benih yang masih
belum tumbuh, namun di hari ke-2 mulai berkecambah, di hari ke-3
hampir semua jenis benih kedelai dan jagung baik umurnya yang lama
maupun baru mengalami pertumbuhan yang maksimal pada hari ke-3,
sedangkan pada benih jagung lama mengalami pertumbuhan maksimal pada
hari ke-4. Setelah hari ke-3, benih jagung baru, benih kedelai baru
dan kedelai lama yang berkecambah mulai berkurang hingga akhirnya
mengalami stagnansi. Dari grafik yang diperoleh dapat diketahui bahwa
kecepatan perkecambahan yang paling cepat adalah jagung baru,
selanjutnya secara berurutan yaitu perkecambahan benih kedelai baru,
kedelai lama, dan jagung lama.
Gambar
2. Grafik pertumbuhan harian benih (pasir)
Gambar
2 menunjukkan grafik indeks vigor dengan metode pasir. Dari grafik
tersebut dapat diketahui bahwa benih kedelai baru merupakan benih
yang mengalami perkecambahan yang paling cepat. Hal ini dapat dilihat
dari grafik pada hari ke-3 benih yang mengalami perkecambahan
maksimal adalah pada benih kedelai baru dan kedelai lama. Pertumbuhan
harian benih jagung baru selalu mengalami kenaikan yang signifikan,
dan mengalami penurunan kecepatan perkecambahan benih pada hari ke-6.
Pada benih kedelai lama mengalami perkecambahan yang selalu meningkat
hingga akhirnya mengalami penurunan kecepatan perkecambahan benih
pada hari ke-6, sedangkan pada jagung lama mulai berkecambah pada
hari ke-3 dan pada hari ke-5 dan ke-6 semakin berkurang benih yang
berkecambah. Pertumbuhan kedelai maupun jagung baru selalu lebih
cepat daripada benih yang umur simpannya lama. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa benih baru memiliki kecapatan tumbuh lebih cepat
daripada benih lama, yang dapat dikarenakan umur simpan benih yang
lama telah mengalami proses penyimpanan yang lebih lama sehingga
mempengaruhi proses fisioliologi di dalam benih tersebut.
Gambar
3. Histogram indeks vigor jagung
Berdasarkan
histogram indeks vigor jagung yang ditunjukkan oleh gambar 3, dpat
diketahui bahwa indeks vigor jagung dengan metode top
paper
lebih tinggi dibandingkan dengan metode pasir. Pada metode top
paper,
benih jagung baru mengalami pertumbuhan yang signifikan daripada
dengan metode pasir, begitu pula benih lama dengan metode top paer
dalam petridish daripada dengan metode pasir. Namun, benih jagung
lama selalu mengalami pertumbuhan yang lebih rendah daripada
pertumbuhan jagung baru.
Gambar
4. Histogram indeks vigor kedelai
Pada
gambar 4 menunjukkan histogram indeks vigor kedelai dengan metode
pasir, dari histogram ersebut dapat diketahui bahwa indeks vigor
kedelai lebih tinggi dengan metode top
paper
dalam petridish daripada dengan metode pasir. Namun, pertumbuhan
kedelai lama baik pada metode top
paper
maupun metode pasir selalu lebih rendah daripada kedelai baru. Tak
hanya pada kedelai, pada jagung pun pertumbuhan benih lama selalu
lebih trendah daripada benih baru. Hal ini dapat dikarenakan oleh
kualitas bibit yang dihasilkan oleh benih tersebut. Umur simpan benih
akan mempengaruhi kualitas bibit yang tumbuh, hal ini dapat diketahui
dari pertumbuhan tinggi bibit maupun dari berat yang dimiliki bibit
tersebut. Umur simpan benih yang baru masih memiliki kualitas
fisiologis yang lebih baik daripada kualitas fisiologis yang dimiliki
oleh benih lama. Hal ini dapat terjadi karena benih lama sudah
mengalami proses penyimpanan yang lebih lama sehingga mempengaruhi
fisiologis yang terjadi di dalam benih. Selain itu metode pasir dalam
hal ini selalu lebih rendah pertumbuhannya dibandingkan dengan metode
top
paper,
hal ini dapat terjadi karena benih yang dikecambahkan pada petridish
lebih terjaga dari gangguan organisme dan bakteri lain serta
lingkungan yang lebih terjaga. Sehingga hasil perkecambahan pada
metode ini lebih baik bila dibandingkan dengan meotede dalam pasir.
Jagung maupun kedelai pada metode dalam pasir perkecambahannya lebih
rendah dimungkinakan karena terhambat oleh medianya yaitu pasir dan
kondisi pasir yang kurang mampu untuk menghambat laju air yang
dibutuhkan oleh benih maupun kecambah tersebut untuk tumbuh dan
berkembang.
Dari
data indeks vigor, tinggi bibit, dan berat kering bibit diperoleh
analisis varian yang hasilnya adalah benih kedelai baru dengan
kedelai lama yang dikecambahkan dengan metode top
paper
dalam petridish memiliki korelasi yang beda nyata dengan metode
pasir. Begitu pula dengan benih jagung baru dengan jagung lama yang
dikecambahkan dengan metode top
paper
juga memiliki hubungan yang beda nyata metode pasir. Kedua hal
tersebut berarti metode top
paper dan
metode pasir memiliki pengaruh terhadap indeks vigor dan kualitas
bibit. Selain itu dapat diartikan pula umur simpan juga mempengaruhi
indeks vigor dan kualitas bibit dari benih yang ditanam.
- KESIMPULAN
- Pengujian kecepatan perkecambahan benih dapat dilakukan dengan perhitungan indeks vigor dari metode top paper dan metode pasir.
- Konsep indeks matematika benih yaitu perbandingan antara jumlah benih yang dikecambahkan pada hari ke-n dengan waktu yang berkorespodensi dengan jumlah benih berkecambah pada hari ke-n.
- Umur simpan benih mempengaruhi kualitas bibit. Bibit dari benih baru memiliki kualitas lebih baik daripada benih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Karaki. G.N.
2002. Seed size and water potential effects on water uptake,
germination and growth oflentil. Journal of Agronomy Crop
Science. 181(4) :237-242.
Kartasapoetra, A. G.
1986. Teknologi Benih, Pengolahan Benih dan Tuntunan Praktikum. CV
Bina Aksara, Jakarta.
Rusmin, Devi. 2003.
Peningkatan viabilitas benih jambu mete (Anacardium
occidentale
L.) melalui invigorasi. Jurnal Akta Agrosia 6 (1) : 23-29.
Shankar, U. 2006.
Seed size as a predictor of germination success and early seedling
growth in Hollong (Dipterocarpus
macrocarpusvesque).
New Forests 31(2):305- 320.
Suresha, N.L., H.C.
Balachandra, H. Shivanna, 2007. Effect of seed size on germination
viability andseedling biomass in Sapindus
emerginatus
(Linn). Karnataka Journal of Agricultural. Science 20(2):
326-327.
Sutopo, L. 2002.
Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar