Selasa, 12 April 2016

ACARA V PENGENALAN EKOSISTEM TEGALAN.

ACARA V
PENGENALAN EKOSISTEM TEGALAN.


I. TUJUAN
1.              Mempelajari macam-macam bentuk ekosistem
2.              Mengetahui struktur dan komponen pembentuk ekosistem tegalan.

II.           TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi dari pada komunitas, atau merupakan kesatuan dari komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubungan antara komponen di dalamnya. Di dalam ekosistem setiap spesies mempunyai suatu niche atau relung ekologi yang khas. Setiap spesies juga hidup di tempat dengan factor-faktor lingkungan yang khas yaitu di suatu habitat tertentu, sehingga ekosistem seperti halnya dengan komunitas, tidak mempunyai batas-batas ruang dan waktu (Odum, 1994).
Ekosistem disebut juga sebagai hubungan timbal balik antara organisme hidup dan lingkungannya yang membentuk suatu sistem ekologi. Antara organisme dengan lingkungannya tidak dapat dipisahkan, karena adanya kesatuan yang sangat erat hubungannya dan selalu terjadi interaksi di antara satu dengan yang lainnya. Di alam selalu mengandung organisme dan komponen-komponen tidak hidup yang saling mengalami satu dengan yang lainnya untuk menghasilkan suatu perubahan energi maupun materi di dalam suatu ekosistem (Fahm, 2008).
 Tumbuhan, hewan, dan lingkungan tempat mereka hidup membentuk suatu ekosistem. Dalam tiap ekosistem terdapat interaksi antara makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya maupun dengan lingkungannya. Di dalam lingkungan terdapat rantai makanan yang tersusun atas produsen (autotrof), konsumen (heterotrof), dan pengurai yang masing-masing memiliki tugas dan jumlah yang mencukupi. Dalam ekosistem juga terjadi perputaran energi. Ketika melakukan fotosintesis, tumbuhan mengubah energi cahaya menjadi energi kimia. Kemudian tumbuhan dimakan hewan sehingga energi akan berpindah dalam tubuh hewan. Dalam tiap tingkatan rantai makanan, diperkirakan 10% dari energi asli akan hilang (Staples and Toenzim., 2006).
Satu ciri mendasar pada ekosistem adalah ekosistem bukanlah suatu sistem yang tertutup, tetapi terbuka dengan energi dan zat yang dihasilkan akan terus menerus keluar dan dapat tergantikan agar sistem itu dapat terus menerus berjalan. Alur pergantian dan kehilangan energi sering menghubungkan ekosistem yang lainnya. Berdasarkan strukturnya, ekosistem secara khusus mempunyai tiga komponen biologis, yaitu produsen (jasad autotrof) atau tumbuhan hijau yang menambat energi cahaya, hewan (jasad heterotrof) atau konsumen makro yang menggunakan bahan organik, serta pengurai (jasad dekomposer) yang terdiri dari jasad renik yang menguraikan bahan organik dan membebaskan zat hara yang ikut terlarut (Ewusie, 2007).
Ekosistem merupakan sebuah organisasi yang tidak hanya mencakup serangkaian tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam sistem itu beserta dengan energi yang menjadi kekuatan ekosistem. Sinar matahari merupakan sumber energi dalam sebuah ekosistem, yang dimanfaatkan oleh  tumbuhan untuk mengubah energi kimia melalui proses fotosintesis. Pembentukan jaringan di dalam tubuh tumbuhan sangat bergantung pada kemampuan tumbuhan untuk menyerap berbagai bahan mineral yang nantinya akan diolah dalam proses metabolisme (Soeriatmadja, 2006).
Suatu ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area yang ditambah dengan keadaan fisik yang saling berinteraksi. Dengan tidak adanya perbedaan yang tegas dan jelas antara ekosistem, maka objek pengkajian harus dibatasi atas daerah, dan unsur penyusunnya. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem adalah saling keterkaitan antara satu dangan hal yang lain, saling ketergantungan, dan hubungan sebab akibat yang kesemuanya itu membentuk suatu rantai kehidupan yang berkesinambungan (Anonim, 2011).
Ekosistem tidak sepenuhnya mantap, tetapi berada dalam keadaan kesetimbangan yang mudah goyah dan berubah. Cara kerja ekosistem ini dapat digambarkan dengan baik oleh daur unsur yang penting, seperti daur karbon dan nitrogen, yang berlangsung antara keadaan hidup dan nonhidup didalam ekosistem itu (Odum, 2003).
 Dalam ekosistem terdapat hubungan saling mempengaruhi dan terkait. Hubungan tersebut baik saling menguntungkan atau saling merugikan. Perubahan suatu komponen akan mempengaruhi kesetabilan suatu ekosistem  secara keseluruhan karena dalam ekosistem sumuanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi (Begum et al. 2008)



III.                   METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pratikum Dasar-Dasar Ekologi Acara V yang berjudul “Pengenalan Ekosistem Tegalan” yang dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 24 April 2013 di lahan tegalan, di wilayah Mulungan Wetan, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan pada pratikum kali ini adalah kamera, pulpen, dan kertas untuk mengamati dan mencatat semua komponen yang ada di dalam ekosistem lahan tegalan tersebut. Apabila diperlukan, maka kondisi ekosistem tegalan tersebut dapat difoto untuk melihat lebih detail dan jelas komponen yang ada di dalam ekosistem lahan tegalan tersebut.
Cara kerja yang dilakukan pada partikum kali ini adalah mendatangi ekosistem tegalan yang sudah ditentukan sebelumnya. Kemudian seluruh organisme tanaman dan hewan yang ada didalam ekosistem tegalan tersebut diamati. Setelah itu, masing-masing spesies tanaman dan hewan tersebut diidentifikasi. Setelah memperoleh data tanaman dan hewan yang berhasil ditemukan dan diamati, kemudian semua hasil pengamatan tersebut dicatat. Spesies tanaman dan hewan yang berhasil ditemukan dan diidentifikasi difoto untuk dijadikan bukti pengamatan pratikum tersebut. Kemudian data-data tersebut digambarkan sebagai suatu ilustrasi dalam suatu bagan arus energi dan daur materi dalam ekosistem tegalan yang berhasil diamati. Setelah semua data terkumpul, maka hasil pengamatan ekosistem di lapangan dipresentasikan pada acara pratikum dasar-dasar ekologi hari berikutnya di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.








IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep ekosistem adalah suatu prinsip ekologi penting yang menekankan keteraturan yang ada didalam keragaman organisme yang hidup dalam habitat apapun. Ekosistem lahan tegalan merupakan suatu ekosistem yang secara keseluruhan dibentuk oleh komponen-komponen yang tampak maupun yang tidak tampak baik yang organik maupun anorganik. Komponen itu masing-masing melakukan interaksi berupa adanya hubungan saling mempengaruhi yang dinamik antar komponen biotik serta antara komponen biotik dengan komponen abiotik yang akan membentuk suatu komunitas sehingga terjadi interaksi timbal-balik dan menunjukan sifat saling ketergantungan antara komponen yang satu dengan komponen yang lain.
Sifat saling ketergantungan tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam ekosistem ada yang disebut sebagai produsen, konsumen, pengurai, dan lingkungan fisik maupun komponen organik yang menghuni suatu ekosistem. Beberapa hal tersebut membentuk suatu rantai makanan yang didalamnya terjadi arus atau aliran energi dan daur materi. Daur materi adalah perputaran substansi atau materi melalui peristiwa makan dan dimakan. Arus energi adalah perpindahan atau transfer tenaga yang dimulai dari sinar matahari melalui organisme-organisme dalam ekosistem melalui peristiwa makan dan dimakan.
Pada dasarnya, setiap ekosistem selalu rentan terhadap perubahan. Hal tersebut terjadi karena setiap tindakan yang dilakukan terhadap salah satu komponen ekosistem (baik biotik maupun abiotik) akan berpengaruh pada komponen ekosistem lainnya. Itulah yang membuat terjadinya perubahan kinerja dalam ekosistem tersebut. Hal tersebut berlaku pula kepada ekosistem lahan tegalan. Kedinamisan ekosistem lahan tegalan terjadi karena hubungan antara satu komponen dengan komponen yang lain tidak statis, tetapi senantiasa mengalami perubahan dan sangat variatif. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh kondisi lingkungan ekosistem tersebut, baik  iklim, cuaca, serta adanya campur tangan manusia yang dapat mempengaruhi keberlangsungan ekosistem lahan tegalan tersebut.
Dalam pengamatan yang dilakukan di lahan tegalan, di wilayah Mulungan Wetan, Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Di dalam lahan tegalan tersebut berupa lahan yang ditanami dengan cara tumpang sari yaitu lahan tersebut ditanami oleh tanaman kacang tanah, pisang, jarak pagar dan padi dalam satu petak lahan. Di lahan tegalan tersebut, sistem penanamannya dilakukan dengan cara bedengan atau gundukan. Komponen biotik di dalam ekosistem lahan tegalan  tersebut meliputi 3 hal yaitu:
1.      Produsen (autotrof)
Merupakan organisme penghasil senyawa organik dan autotrof. tanaman padi, kacang tanah, jarak pagardan gulma merupakan mikroorganisme produsen yang terdapat di dalam ekosistem lahan tegalan. Pada lahan tegalan tersebut antara tanaman pokok yang berupa tanaman padi dan kacang tanah akan saling berkompetisi dengan tumbuhan lain yang berupa tumbuhan gulma, pisang  dan jarak pagar untuk mendapatkan cahaya matahari dan unsur hara di dalam tanah secara maksimal.
2.      Konsumen (heterotrof)
Merupakan kelompok organisme yang tidak dapat membuat makanan sendiri (heterotrof). Konsumen ini terdiri atas beberapa tingkatan sesuai makanannya dalam rantai makanan. Konsumen pada ekosistem lahan tegalan ini ada 3 tingkatan yaitu ulat dan belalang (konsumen tingkat I), kadal (konsumen tingkat II), tikus dan burung  (konsumen tingkat III), serta ular (konsumen tingkat IV).
3.      Pengurai (dekomposer)
Merupakan mikroorganisme atau organisme yang menguraikan senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang kemudian dapat digunakan kembali oleh produsen. Pada ekosistem lahan tegalan tersebut yang berfungsi sebagai pengurai adalah hewan cacing. Sementara pengurai lainnya adalah  mikroorganisme jamur.
Komponen abiotik merupakan kondisi fisiologi maupun kemikologi yang ada di lingkungan sebagai penunjang kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Komponen abiotik pada ekosistem lahan tegalan antara lain cahaya matahari, udara, suhu, kelembapan, kesuburan tanah, salinitas air, distribusi jumlah air, dan sebagainya.
Mekanisme arus energi dan daur materi yang terjadi di dalam ekosistem lahan tegalan yang diamati bermula dari produsen yaitu tanaman palawija dan jarak pagar. Tanaman palawija dan jarak pagar di sini berperan menangkap dan mengikat energi yang didapat dari matahari berupa sinar matahari. Dengan kandungan klorofil yang terdapat di dalamnya, tanaman hijau melakukan fotosintesis untuk mensintesis senyawa organik. Produsen jumlahnya sangatlah banyak. Pada umumnya komponen produsen akan menjadi mangsa bagi konsumen tingkat I. Konsumen merupakan kelompok organisme yang heterotrof, yaitu tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Maka dari itu mereka mendapatkan makannnya dengan cara memakan organisme lain. Bermula dari konsumen tingkat pertama. Konsumen tingkat ini biasanya berkembang biak dengan cepat sehingga populasinya sangat banyak, namun tidak lebih banyak dari produsen. Konsumen tingkat pertama ini biasanya merupakan herbivora (pemakan tumbuhan) karena mendapatkan makanannya dengan memakan produsen. Dalam ekosistem lahan tegalan ini, konsumen tingkat I berupa ulat dan belalang.
Kemudian, berlanjut kepada konsumen tingkat kedua, ketiga dan seterusnya.  konsumen tingkat kedua, ketiga dan seterusnya merupakan organisme golongan karnivora (pemakan daging/hewan) dan omnivora. Populasi yang mereka miliki lebih kecil dari pada hewan herbivora (konsumen tingkat I) karena kemampuan berkembangbiaknya rendah. Dalam ekosistem lahan tegalan ini, konsumen tingkat kedua ditempati oleh kadal dan konsumen tingkat ketiga ditempati oleh tikus dan burung serta konsumen tingkat keempat adalah ular. Apabila disusun, jumlah popolasi dalam sebuah ekosistem akan berbentuk seperti piramida terbalik. Produsen menempati tempat teratas dengan populasi terbanyak, lalu konsumen tingkat akhir menduduki peringkat paling bawah dengan populasi paling sedikit. Hal tersebut terjadi karena produsen ataupun sumber makanan yang berada 1 tingkat diatas konsumen, harus mampu memenuhi semua kebutuhan makanan dan energi konsumen tersebut. Maka dari itu, jumlah populasi produsen atau sumber makanan di atasnya tidak boleh kurang dari jumlah populasi konsumen di bawahnya.
Kemudian dilanjutkan dengan pengurai yang sangat berperan dalam ekosistem lahan tegalan adalah cacing tanah. Perannya tidak hanya menguraikan jasad konsumen, tetapi juga dapat menguraikan produsen yang mati. Cacing juga dapat berperan menjadi faktor penyubur bagi tanah di lahan tegalan tersebut. Pengurai yang lain berupa mikroorganisme sejenis bakteri atau jamur yang mampu menguraikan sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati serta penyedia unsur hara bagi produsen.
Maka dari itu, di dalam ekosistem lahan tegalan ini, interaksinya dapat disusun menjadi suatu rantai makanan. Rantai makanan adalah suatu proses perpindahan arus energi dan daur materi melalui mekanisme makan-memakan dengan urut-urutan tertentu. Tiap tingkat dalam rantai makanan disebut tingkat trofi. Rantai makanan dapat membentuk suatu jaring-jaring makanan. Rantai makanan juga dapat disebut sebagai daur materi. Daur materi yang terjadi dalam ekosistem lahan tegalan adalah:
Tanaman hijaubelalang dan ulat→ kadal→ tikus dan burung→ ular→ cacing tanah (pengurai)tanaman hijau
Di dalam ekosistem lahan tegalan tersebut juga terjadi arus energi. Energi utama dari ekosistem lahan tegalan berasal dari sinar matahari yang ditangkap oleh produsen yang diteruskan ke konsumen-konsumen tingkat berikutnya sampai ke dekomposer (pengurai). Arus energi yang terjadi dalam ekosistem lahan tegalan adalah:
Sinar matahari→tanaman hijau→ulat dan belalang→ kadal→ tikus dan burung→ ular→cacingtanah (pengurai)

Bagan daur materi dan arus energy dapat dijelaskan sebagai berikut ini:


         Matahari
 Konsumen I
(Ulat dan Belalang)
  Konsumen III
(Tikus dan Burung)
Produsen
(Tumbuhan Hijau )
Konsumen IV
(Ular)
Konsumen II
(Kadal)
 



                              
          
 




Sampah organik
        Unsur-unsur                                                              (Tumbuhan & hewan mati)
                                                                                          
Dekomposer
(Cacing)
 


      Mineralisasi 


Keterangan  :                      arus energi
                                            daur materi

Berbeda dengan arus energi, daur materi memilki siklus. Sehingga, apabila semuanya bersumber dari produsen (tanaman hijau), semua juga akan kembali lagi ke pada produsen (tanaman hijau). Sumber materi primer adalah sinar matahari. Setelah diserap tumbuhan, daur materi (air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat. Secara berturut-turut zat dari daur materi tersebut akan berpindah dari tubuh organisme satu ke organisme lain sampai ke komponen pengurai (dekomposer). Untuk arus energi mulai dari produsen (tumbuhan) tersebut akan berpindah ke konsumen tingkat berikutnya sampai ke tingkat dekomposer (pengurai), maka setelah melalui proses dekomposer  akan kembali lagi ke tanah sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen (tumbuhan) tersebut.

V.                KESIMPULAN

1.      Bentuk ekosistem yang terdapat di alam antara lain ekosistem tegalan, ekosistem sawah, ekosistem rawa, ekosistem hutan, ekosistem pesisir,ekosistem kolam dan ekosistem sungai.
2.       Ekosistem tegalan terdiri dari struktur dan komponen pembentuk ekosistem. Struktur ekosistem tegalan terdiri dari Produsen (tanaman kacang tanah, pisang, jarak pagar dan padi), Konsumen I (ulat dan belalang), Konsumen II (kadal), Konsumen III (tikus dan burung), Komponen IV (ular) dan pengurai (cacing dan mikroorganisme jamur). Sedangkan komponen penyusun ekosistem terdiri dari komponen abiotik (cahaya matahari, udara, suhu, kelembapan, kesuburan tanah, salinitas air, dan distribusi jumlah air,) serta komponen biotik (tanaman padi, kacang tanah, ulat, belalang, tikus, burung, cacing, dan jamur).



















DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Ekosistem Pertanian. . Diakses pada tanggal 1 mei 2013.

Begum.,F .Ahmed. I. Nessa., and Sultama. 2008. Element of tropical ecology. Journal Ecologycal Society 64 : 307-318.

Ewusie, J.Y. 2007. Introduction to Ecology (Ekologi Pengantar, alih bahasa : Lukman       dan Sumaryono). Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.

Fahn, A. 2008. Plant environtment and ecosystem (Lingkungan tanaman dan ekosistem, alih bahasa : Triharjo). Buletin Agronomi 7: 40-59.

Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders International Education. Tokiyo

Soeriatmadja, R.E. 2006. Ilmu Lingkungan. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.

Staples, Richard C, and Toenzim B. 2008. Plant environtment and ecosystem. Journal of Agriculture 7 :40-59.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar