ACARA V
PENGENALAN
EKOSISTEM TEGALAN.
I. TUJUAN
1.
Mempelajari
macam-macam bentuk ekosistem
2.
Mengetahui
struktur dan komponen pembentuk ekosistem tegalan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ekosistem
merupakan tingkat organisme yang lebih tinggi dari pada komunitas, atau
merupakan kesatuan dari komunitas dengan lingkungannya dimana terjadi hubungan
antara komponen di dalamnya. Di dalam ekosistem setiap spesies
mempunyai suatu niche atau relung ekologi yang khas. Setiap spesies juga hidup
di tempat dengan factor-faktor lingkungan yang khas yaitu di suatu habitat
tertentu, sehingga ekosistem seperti halnya dengan komunitas, tidak mempunyai
batas-batas ruang dan waktu (Odum, 1994).
Ekosistem disebut
juga sebagai hubungan timbal balik antara organisme hidup dan lingkungannya
yang membentuk suatu sistem ekologi. Antara organisme dengan lingkungannya
tidak dapat dipisahkan, karena adanya kesatuan yang sangat erat hubungannya dan selalu terjadi interaksi di
antara satu dengan yang lainnya. Di alam selalu mengandung organisme dan
komponen-komponen tidak hidup yang saling mengalami satu dengan yang lainnya
untuk menghasilkan suatu perubahan energi maupun materi di dalam suatu ekosistem (Fahm, 2008).
Tumbuhan, hewan, dan lingkungan tempat mereka
hidup membentuk suatu ekosistem. Dalam tiap ekosistem terdapat interaksi antara
makhluk hidup dengan makhluk hidup lainnya maupun dengan lingkungannya. Di
dalam lingkungan terdapat rantai makanan yang tersusun atas produsen
(autotrof), konsumen (heterotrof), dan pengurai yang masing-masing memiliki
tugas dan jumlah yang mencukupi. Dalam ekosistem juga terjadi perputaran
energi. Ketika melakukan fotosintesis, tumbuhan mengubah energi cahaya menjadi
energi kimia. Kemudian tumbuhan dimakan hewan sehingga energi akan berpindah
dalam tubuh hewan. Dalam tiap tingkatan rantai makanan, diperkirakan 10% dari
energi asli akan hilang (Staples
and Toenzim., 2006).
Satu
ciri mendasar pada ekosistem adalah ekosistem bukanlah suatu sistem yang
tertutup, tetapi terbuka dengan energi dan zat yang dihasilkan akan terus
menerus keluar dan dapat tergantikan agar sistem itu dapat terus menerus
berjalan. Alur pergantian dan kehilangan energi sering menghubungkan ekosistem
yang lainnya. Berdasarkan strukturnya, ekosistem secara khusus mempunyai tiga
komponen biologis, yaitu produsen (jasad autotrof) atau tumbuhan hijau yang
menambat energi cahaya, hewan (jasad heterotrof) atau konsumen makro yang
menggunakan bahan organik, serta pengurai (jasad dekomposer) yang terdiri dari
jasad renik yang menguraikan bahan organik dan membebaskan zat hara yang ikut
terlarut (Ewusie, 2007).
Ekosistem
merupakan sebuah organisasi yang tidak hanya mencakup serangkaian tumbuhan dan
hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk materi yang melakukan siklus dalam
sistem itu beserta dengan energi yang menjadi kekuatan ekosistem. Sinar
matahari merupakan sumber energi dalam sebuah ekosistem, yang dimanfaatkan
oleh tumbuhan untuk mengubah energi
kimia melalui proses fotosintesis. Pembentukan jaringan di dalam tubuh tumbuhan
sangat bergantung pada kemampuan tumbuhan untuk menyerap berbagai bahan mineral
yang nantinya akan diolah dalam proses metabolisme (Soeriatmadja, 2006).
Suatu
ekosistem tersusun dari organisme hidup di dalam suatu area yang ditambah
dengan keadaan fisik yang saling berinteraksi. Dengan tidak adanya perbedaan
yang tegas dan jelas antara ekosistem, maka objek pengkajian harus dibatasi
atas daerah, dan unsur penyusunnya. Kegunaan dari pemikiran dalam ekosistem
adalah saling keterkaitan antara satu dangan hal yang lain, saling
ketergantungan, dan hubungan sebab akibat yang kesemuanya itu membentuk suatu
rantai kehidupan yang berkesinambungan (Anonim, 2011).
Ekosistem tidak sepenuhnya mantap, tetapi berada
dalam keadaan kesetimbangan yang mudah goyah dan berubah. Cara kerja ekosistem ini dapat digambarkan dengan baik oleh daur unsur
yang penting, seperti daur karbon
dan nitrogen, yang berlangsung antara keadaan hidup dan nonhidup didalam ekosistem itu (Odum, 2003).
Dalam
ekosistem terdapat hubungan saling mempengaruhi dan terkait. Hubungan tersebut
baik saling menguntungkan atau saling merugikan. Perubahan suatu komponen akan
mempengaruhi kesetabilan suatu ekosistem
secara keseluruhan karena dalam ekosistem sumuanya saling berhubungan
dan saling mempengaruhi (Begum et al. 2008)
III.
METODE
PELAKSANAAN PRAKTIKUM
Pratikum Dasar-Dasar Ekologi Acara V
yang berjudul “Pengenalan Ekosistem Tegalan” yang dilaksanakan pada hari Minggu, tanggal 24 April 2013 di lahan tegalan, di
wilayah Mulungan Wetan,
Sendangadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta. Alat dan bahan
yang digunakan pada pratikum kali ini adalah kamera, pulpen, dan kertas untuk
mengamati dan mencatat semua komponen yang ada di dalam ekosistem lahan tegalan
tersebut. Apabila diperlukan, maka kondisi ekosistem tegalan tersebut dapat
difoto untuk melihat lebih detail dan jelas komponen yang ada di dalam
ekosistem lahan tegalan tersebut.
Cara kerja yang dilakukan pada partikum
kali ini adalah mendatangi
ekosistem tegalan yang sudah ditentukan sebelumnya. Kemudian seluruh organisme
tanaman dan hewan yang ada didalam ekosistem tegalan tersebut diamati. Setelah
itu, masing-masing spesies tanaman dan hewan tersebut diidentifikasi. Setelah
memperoleh data tanaman dan hewan yang berhasil ditemukan dan diamati, kemudian semua hasil pengamatan
tersebut dicatat. Spesies
tanaman dan hewan yang berhasil ditemukan dan diidentifikasi difoto untuk
dijadikan bukti pengamatan pratikum tersebut. Kemudian data-data tersebut
digambarkan sebagai suatu ilustrasi dalam suatu bagan arus energi dan daur
materi dalam ekosistem tegalan yang berhasil diamati. Setelah semua data
terkumpul, maka hasil pengamatan ekosistem di lapangan dipresentasikan pada
acara pratikum dasar-dasar ekologi hari berikutnya di Laboratorium Ekologi
Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep
ekosistem adalah suatu prinsip ekologi penting yang menekankan keteraturan yang
ada didalam keragaman organisme yang hidup dalam habitat apapun. Ekosistem
lahan tegalan merupakan suatu ekosistem yang secara keseluruhan dibentuk oleh
komponen-komponen yang tampak maupun yang tidak tampak baik yang organik maupun
anorganik. Komponen itu masing-masing melakukan interaksi berupa adanya
hubungan saling mempengaruhi yang dinamik antar komponen biotik serta antara komponen biotik dengan
komponen abiotik yang akan membentuk suatu komunitas sehingga terjadi interaksi timbal-balik
dan menunjukan sifat saling ketergantungan antara komponen yang satu dengan
komponen yang lain.
Sifat
saling ketergantungan tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Dalam
ekosistem ada yang disebut sebagai produsen, konsumen, pengurai, dan lingkungan
fisik maupun komponen organik yang menghuni suatu ekosistem. Beberapa hal
tersebut membentuk suatu rantai makanan yang didalamnya terjadi arus atau
aliran energi dan daur materi. Daur materi adalah perputaran substansi atau
materi melalui peristiwa makan dan dimakan. Arus energi adalah perpindahan atau
transfer tenaga yang dimulai dari sinar matahari melalui organisme-organisme
dalam ekosistem melalui peristiwa makan dan dimakan.
Pada dasarnya, setiap ekosistem selalu rentan terhadap
perubahan. Hal tersebut terjadi karena setiap tindakan yang dilakukan terhadap
salah satu komponen ekosistem (baik biotik maupun abiotik) akan berpengaruh
pada komponen ekosistem lainnya. Itulah yang membuat terjadinya perubahan
kinerja dalam ekosistem tersebut. Hal tersebut berlaku pula kepada ekosistem lahan
tegalan. Kedinamisan
ekosistem lahan tegalan terjadi karena hubungan antara satu komponen dengan komponen
yang lain tidak statis, tetapi senantiasa mengalami
perubahan dan sangat variatif. Perubahan tersebut dapat terjadi karena pengaruh
kondisi lingkungan ekosistem tersebut, baik
iklim, cuaca, serta adanya campur tangan manusia yang
dapat mempengaruhi keberlangsungan ekosistem lahan tegalan tersebut.
Dalam pengamatan yang dilakukan di lahan
tegalan, di
wilayah Mulungan Wetan,
Sendangadi,
Mlati,
Sleman, Yogyakarta. Di
dalam lahan tegalan tersebut berupa lahan yang ditanami dengan cara tumpang sari yaitu lahan tersebut ditanami
oleh tanaman kacang tanah,
pisang, jarak pagar dan padi dalam satu petak lahan. Di lahan
tegalan tersebut, sistem penanamannya
dilakukan dengan cara bedengan atau gundukan. Komponen biotik di dalam ekosistem lahan
tegalan tersebut meliputi
3 hal yaitu:
1. Produsen (autotrof)
Merupakan organisme penghasil senyawa organik dan
autotrof. tanaman padi, kacang tanah, jarak pagardan gulma merupakan
mikroorganisme produsen yang terdapat di dalam ekosistem lahan
tegalan. Pada lahan
tegalan tersebut antara tanaman pokok yang berupa tanaman padi dan kacang tanah
akan saling berkompetisi dengan tumbuhan lain yang berupa tumbuhan gulma,
pisang dan jarak pagar untuk mendapatkan
cahaya matahari dan unsur hara di dalam tanah secara maksimal.
2.
Konsumen (heterotrof)
Merupakan kelompok organisme yang tidak dapat membuat
makanan sendiri (heterotrof).
Konsumen ini terdiri
atas beberapa tingkatan sesuai makanannya dalam rantai makanan. Konsumen pada ekosistem lahan tegalan ini ada 3 tingkatan yaitu ulat dan belalang (konsumen tingkat I), kadal (konsumen
tingkat II), tikus
dan burung (konsumen tingkat III), serta ular (konsumen
tingkat IV).
3.
Pengurai (dekomposer)
Merupakan mikroorganisme atau organisme yang menguraikan
senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang kemudian dapat digunakan kembali
oleh produsen. Pada ekosistem lahan tegalan tersebut yang berfungsi sebagai pengurai adalah
hewan cacing. Sementara pengurai
lainnya adalah mikroorganisme jamur.
Komponen
abiotik merupakan kondisi fisiologi maupun kemikologi yang ada di lingkungan
sebagai penunjang kehidupan makhluk hidup di dalamnya. Komponen abiotik pada
ekosistem lahan tegalan antara lain cahaya matahari, udara, suhu, kelembapan, kesuburan tanah, salinitas air, distribusi jumlah air, dan sebagainya.
Mekanisme arus energi dan daur materi yang terjadi di
dalam ekosistem lahan tegalan yang diamati bermula dari produsen yaitu tanaman
palawija dan jarak pagar. Tanaman palawija
dan jarak pagar di sini berperan menangkap dan mengikat
energi yang didapat dari matahari berupa sinar matahari. Dengan kandungan klorofil yang terdapat di dalamnya, tanaman
hijau melakukan fotosintesis untuk
mensintesis senyawa organik. Produsen jumlahnya sangatlah banyak. Pada
umumnya komponen produsen akan menjadi mangsa bagi konsumen tingkat I. Konsumen merupakan kelompok organisme yang heterotrof,
yaitu tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Maka dari itu mereka
mendapatkan makannnya dengan cara memakan organisme lain. Bermula dari konsumen
tingkat pertama. Konsumen tingkat ini biasanya berkembang biak dengan cepat
sehingga populasinya sangat banyak, namun tidak lebih banyak dari produsen.
Konsumen tingkat pertama ini biasanya merupakan herbivora (pemakan tumbuhan)
karena mendapatkan makanannya dengan memakan produsen. Dalam ekosistem lahan tegalan ini, konsumen tingkat I berupa ulat dan belalang.
Kemudian,
berlanjut kepada konsumen
tingkat kedua, ketiga dan seterusnya.
konsumen tingkat kedua, ketiga dan seterusnya merupakan organisme
golongan karnivora (pemakan daging/hewan) dan omnivora. Populasi yang mereka
miliki lebih kecil dari pada hewan herbivora (konsumen tingkat I) karena
kemampuan berkembangbiaknya rendah. Dalam ekosistem
lahan tegalan ini, konsumen
tingkat kedua ditempati oleh kadal dan konsumen tingkat ketiga ditempati oleh tikus dan burung serta konsumen tingkat keempat adalah ular. Apabila disusun, jumlah popolasi dalam sebuah ekosistem akan berbentuk seperti piramida
terbalik. Produsen menempati tempat teratas dengan populasi terbanyak, lalu
konsumen tingkat akhir menduduki peringkat paling bawah dengan populasi paling
sedikit. Hal tersebut terjadi karena produsen ataupun sumber makanan yang berada 1 tingkat diatas
konsumen, harus mampu memenuhi semua kebutuhan makanan dan energi konsumen
tersebut. Maka dari itu, jumlah populasi produsen atau sumber makanan di
atasnya tidak boleh kurang dari jumlah populasi konsumen di bawahnya.
Kemudian dilanjutkan dengan pengurai yang sangat berperan
dalam ekosistem lahan tegalan adalah cacing tanah. Perannya tidak hanya menguraikan
jasad konsumen, tetapi juga dapat menguraikan produsen yang mati. Cacing juga
dapat berperan menjadi faktor penyubur bagi tanah di lahan
tegalan tersebut. Pengurai yang
lain berupa mikroorganisme sejenis bakteri atau jamur yang mampu menguraikan
sisa-sisa makhluk hidup yang telah mati serta penyedia unsur hara bagi
produsen.
Maka dari itu, di dalam ekosistem
lahan tegalan ini, interaksinya
dapat disusun menjadi suatu rantai makanan. Rantai makanan adalah suatu proses
perpindahan arus
energi dan daur
materi melalui mekanisme makan-memakan dengan urut-urutan tertentu. Tiap
tingkat dalam rantai makanan disebut tingkat trofi. Rantai makanan dapat membentuk
suatu jaring-jaring makanan. Rantai makanan juga dapat disebut sebagai daur
materi. Daur
materi yang terjadi dalam ekosistem lahan
tegalan adalah:
Tanaman
hijau→ belalang
dan ulat→ kadal→ tikus
dan burung→ ular→ cacing
tanah (pengurai)→ tanaman hijau
Di dalam ekosistem lahan tegalan tersebut juga terjadi arus energi. Energi utama dari ekosistem lahan
tegalan berasal dari sinar
matahari yang ditangkap oleh produsen yang diteruskan ke konsumen-konsumen
tingkat berikutnya sampai
ke dekomposer
(pengurai). Arus energi yang terjadi dalam ekosistem lahan tegalan
adalah:
Sinar matahari→tanaman hijau→ulat
dan belalang→ kadal→ tikus dan burung→ ular→cacingtanah (pengurai)
Bagan
daur materi dan arus energy dapat dijelaskan sebagai berikut ini:
Matahari
Konsumen I
(Ulat dan
Belalang)
|
Konsumen III
(Tikus dan Burung)
|
Produsen
(Tumbuhan
Hijau )
|
Konsumen IV
(Ular)
|
Konsumen II
(Kadal)
|
Sampah organik
Dekomposer
(Cacing)
|
Berbeda dengan arus energi, daur materi memilki siklus.
Sehingga, apabila semuanya bersumber dari produsen (tanaman
hijau), semua juga akan kembali lagi
ke pada produsen (tanaman hijau). Sumber materi primer adalah sinar
matahari. Setelah diserap
tumbuhan, daur materi
(air dan CO2) akan diubah menjadi karbohidrat. Secara berturut-turut
zat
dari daur materi tersebut akan
berpindah dari tubuh organisme satu ke organisme lain sampai ke
komponen pengurai (dekomposer). Untuk arus energi mulai dari produsen
(tumbuhan) tersebut akan berpindah ke konsumen tingkat berikutnya sampai ke
tingkat dekomposer (pengurai),
maka setelah
melalui proses dekomposer akan kembali lagi ke tanah sehingga dapat dimanfaatkan kembali oleh produsen
(tumbuhan)
tersebut.
V.
KESIMPULAN
1.
Bentuk
ekosistem yang terdapat di alam antara lain ekosistem tegalan, ekosistem sawah,
ekosistem rawa, ekosistem hutan, ekosistem pesisir,ekosistem kolam dan
ekosistem sungai.
2.
Ekosistem tegalan terdiri dari struktur dan komponen pembentuk
ekosistem. Struktur ekosistem tegalan terdiri dari Produsen (tanaman
kacang tanah, pisang, jarak pagar dan padi), Konsumen I
(ulat dan belalang), Konsumen II (kadal), Konsumen III (tikus dan burung),
Komponen IV (ular) dan pengurai (cacing dan mikroorganisme jamur). Sedangkan
komponen penyusun ekosistem terdiri dari komponen abiotik (cahaya matahari,
udara, suhu, kelembapan, kesuburan tanah, salinitas air, dan distribusi jumlah
air,) serta komponen biotik (tanaman padi, kacang tanah, ulat, belalang, tikus,
burung, cacing, dan jamur).
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim. 2010. Ekosistem Pertanian. . Diakses
pada tanggal 1 mei 2013.
Begum.,F
.Ahmed. I. Nessa., and Sultama. 2008. Element of tropical ecology. Journal
Ecologycal Society 64 : 307-318.
Ewusie, J.Y. 2007. Introduction to Ecology (Ekologi Pengantar, alih bahasa : Lukman dan
Sumaryono). Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.
Fahn, A. 2008. Plant environtment and ecosystem (Lingkungan tanaman
dan ekosistem, alih bahasa : Triharjo). Buletin
Agronomi 7: 40-59.
Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders
International Education. Tokiyo
Soeriatmadja, R.E.
2006. Ilmu Lingkungan. Institut Teknologi Bandung Press. Bandung.
Staples, Richard C, and Toenzim B. 2008. Plant environtment and
ecosystem. Journal of Agriculture 7 :40-59.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar