Rabu, 27 Desember 2017

Bagi kamu yang baru memasuki masa perkuliahan, kebiasaan Satu Jam Per Hari ini akan mengubah jalan hidupmu


Kehidupan perkuliahan akan sangat jauh berbeda dari yang kita bayangkan. Manajemen diri dan manajemen waktu yang baik mutlak diperlukan di dunia perkuliahan nanti, kegiatan yang seabrek-abrek nantinya akan membuatmu lupa pada kewajiban akademikmu bahkan kesehatanmu. Karena itu perlu sejak awal dibangun kebiasaan-kebiasaan positif yang perlu diinvestasikan sejak dini yang nantinya tanpa disadari akan membantumu dalam aktivitas perkuliahanmu
Rasanya hampir semua buku tentang motivasi bercerita tentang bagaimana orang-orang sukses mengelola kebiasaannya. Karena pada akhirnya, kesuksesan datang akibat kebiasaan-kebiasaan sukses dan segala sesuatu yang ingin kita capai mengharuskan kita untuk melakukan sesuatu hal secara berulang-ulang. Untuk berubah menjadi lebih baik dan mengambil kendali atas hidup kita, kita harus merubah kebiasaan-kebiasaan buruk kita menjadi kebiasaan-kebiasaan yang baik.
Kebiasaan-kebiasaan dibawah ini hanya satu jam dalam sehari kok. Tidak lebih. Namun apabila kamu melakukannya dengan konsisten tiap hari maka kamu tidak sadar kamu melakukannya 2 jam sehari bahkan lebih. Ini lebih dari mengasyikkan! Simak kebiasaan-kebiasaan apa saja yang seharusnya kamu bangun sejak dimulainya perkuliahanmu

#1. One Hour Read Book
Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya aktivitas, apalagi ketika sudah menjadi mahasiswa dengan jadwal yang padat, kebiasaan membaca buku yang ditanam sejak kecil perlahan mulai dilupakan. Padahal, sebagai mahasiswa, kebiasaan membaca buku sangat penting dan akan memberikan begitu banyak manfaat jika dilakukan secara rutin.
Setiap membaca, akan didapat banyak keuntungan. Mahasiswa memang dituntut untuk memiliki literasi yang cukup. Setidaknya sediakan satu jam dari 24 jam mu untuk membaca minimal satu buku. Boleh buku pengetahuan umum maupun buku materi perkuliahan. Buatlah mindmap setelah menyelesaikan satu bab dalam buku bacaanmu. Hal ini membantu saat-saat kamu hendak mengulik kembali atau mencari informasi spesifik dalam bahan bacaanmu. Selain itu membuat mindmap setelah menyelesaikan satu bab dalam bacaanmu juga memacumu untuk segera menyelesaikan bab-bab berikutnya. Perlu niat yang kuat dan konsistensi yang tinggi dalam memulai kebiasaan ini. Niscaya ketika dirimu sudah membiasakan diri untuk selalu membaca, bukanlah suatu hal yang sulit apabila di kemudian hari kamu harus menyelesaikan berbab-bab bahan bacaan sebagai bahan acuan ujian besok. Dengan mudah kamu akan menemukan informasi-informasi penting yang sangat menunjang materi ujianmu besok.  



#2. One Hour Work Out
Olahraga itu penting menjaga kesegaran dan kebugaran tubuh, khususnya bagi mahasiswa yang seharusnya menjaga kesehatannya dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya dalam perkuliahanh.
Kesibukan memang sering kali membuat kita sebagai mahasiswa lupa akan waktu. Terkadang pola makan yang tidak teratur juga disebabkan oleh padatnya kegiatan-kegiatan yang ada di kampus, termasuk kurangnya olahraga. Seringnya, mahasiswa tidak mempunyai waktu untuk olahraga, padahal olahraga adalah satu hal yang penting termasuk pada Mahasiswa agar tetap mempunyai fisik yang sehatan dan selalu menjalankan aktivitas dengan lancar.
Seberapa pentingnya olahraga untuk tubuh kita? Ternyata dengan berolahraga kita dapat meningkatkan kemampuan otak, karena olahraga bisa meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran darah menuju ke otak. Selain itu dengan olahraga dapat membantu menunda proses penuaan, semakin rutin berolahraga maka penuaan mental maka semakin kian  lambat dalam diri manusia.
Sempatkan waktu untuk berolahraga setidaknya sejam dalam sehari. Satu jam tidak akan lama kok, tidak akan banyak menyita waktumu. Justru malahan kamu akan merasa ketagihan apabila kamu melakukannya dengan rutin. Percayalah!! Berolahraga tidak harus dilakukan di luar ruangan atau di tempat gym. Kamu bisa melakukannya di ruang tamu kos-kosanmu atau di kamarmu, asalkan kamu melakukannya dengan konsisten. Kamu bisa mengikuti panduan-panduan olahraga sederhana ini namun bisa membakar cukup banyak kardiomu




#3. One Hour Read Journal
Sebagai seorang mahasiswa, selain membaca buku, membaca jurnal ilmiah adalah hal yang wajib untuk dilakukan. Membaca sebuah jurnal penelitian bukan hanya menambah wawasan kita saja namun sekaligus menambah kemampuan dalam menganalisis masalah terkait dengan penelitian. Seperti membandingkan data hasil penelitian yang kita ketahui dengan data terbaru yang sudah dipublikasikan.
Beberapa universitas di indonesia mensyaratkan mahasiswanya untuk melakukan publikasi ilmiah sebagai syarat untuk lulus, ini sekaligus menjadi tantangan bahwa membiasakan membaca jurnal penelitian adalah gerbang awal dalam menemukan masalah atau isu terkini sehingga kita pun dapat memperoleh ide penelitian.
Membiasakan membaca jurnal penelitian yang dimulai dari awal perkuliahan akan sangat membantu kita dalam menyelesaikan segala tugas-tugas yang diberikan, tidak hanya itu, dengan seringnya membaca jurnal kita bisa selangkah lebih maju dan mengetahui hal-hal yang mahasiswa lain tidak tahu. Sudah banyak situs penyedia jurnal yang bisa kita akses dengan gratis sehingga kita pun tidak perlu pusing darimana harus mendapatkan jurnal ilmiah. Membaca jurnal akan lebih baik bila  berbahasa inggris atau jurnal internasional karena itupun akan sekaligus menambah kemampuan  kita berbahasa inggris
Selain itu dalam membaca jurnal penelitian, seringkali kita menemukan hal-hal yang tidak kita mengerti, jika hal tersebut sangat penting terhadap rencana alur penelitian yang nantinya akan kita jalani maka kita bisa menanyakan hal tersebut kepada penulisnya secara tidak langsung atau dengan mencari informasi tambahan dari sumber lain. Untuk mendapat poin utama dari sebuah jurnal, bacalah terlebih dahulu abstrak yang menggambarkan penjelasan secara umum tentang penelitian apa yang mereka lakukan dan hasil yang diperoleh.
Luangkan waktu untuk membaca jurnal-jurnal hasil penelitian setidaknya minimal satu jam dalam sehari. Membaca jurnal bisa dibarengi dengan membaca/mereview marteri-materi perkuliahan yang dibawakan pada hari itu juga. Semakin kamu mereview maka semakin ringan bebanmu saat akan diadakan kuis atau ujian. Percayalah

#4. One Hour Playing your Social Media
“Haduh kalau ini sih ga perlu satu jam, tiga jam pun terasa kurang” mungkin itu yang terlintas dipikiran begitu sampai di point ini. Seolah memang hidup kita tidak akan lepas dari yang namanya social media atau sejenisnya. Tanpa disuruhpun kita dengan senang hati membuka instagram, pinterest, tumblr, dan lainnya hanya untuk sekedar melihat update terbaru hari ini. Lalu kenapa harus satu jam?
 Terlalu lama menghabiskan waktu di social media sebenarnya tidak terlalu baik namun poin yang satu ini mungkin lebih ke One Hour Appreciate Your Friend’s Work. Dedikasikan satu jam-mu untuk mengapresiasi tiap postingan Instagram temanmu. Dedikasikan satu jam-mu untuk memberikan tanggapan positif ditiap postingan temanmu di Line. Dedikasikan satu jam-mu untuk memberikan like di postingan Facebook temanmu. Mungkin tidak seberapa. Tapi teman-temanmu pasti menghargai dan berterimakasih. Jadi tidak hanya sekedar scrolling sana scrolling sini, tapi kamu benar-benar meninggalkan jejak positif bagi teman-temanmu. Satu jam-mu benar benar bermakna dan berarti bagi dirimu dan juga teman-temanmu

Kampanyekan kebiasaan-kebiasaan positif ini kepada sesama –mahasiswa baru- teman-temanmu dan bantu serta kuatkan mereka untuk melewati semester per semester. Saling mengingatkan dan terus menerus mengingatkan akan memperkuat jaringanmu dengan teman-temanmu. Jangan sampai poin-poin positif berhenti di kamu saja! Ingat, orang-orang hebat lahir dilingkungan yang mendukung mereka untuk menjadi orang hebat.




Minggu, 15 Oktober 2017

Materi Kuliah Pendidikan Pancasila






























Materi Kuliah Metode Pemuliaan Tanaman



















































Minggu, 08 Oktober 2017

Alur dan Tata Cara Penyusunan Skripsi Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM



Agar tidak ada yang salah paham tentang cara awal mulai penelitian mulai dari pengajuan mulai outline hingga proposal penelitian dan terakhir pencatatan di web departemen budidaya pertanian seperti berikut:
1. Ambil SKS skripsi
2. Daftar atau gabung di elisa dengan komunitas skripsi departemen budidaya pertanian
3. Konsultasi dengan dosen pembimbing akademik akan mengambil judul penelitian tentang apa
4. Setelah judul disepakati kemudian memilih atau menemui Dosen pembimbing skripsi 2 sesuai dengan tema yang diangkat agar terjadi kesepakatan bersama antara mahasiswa dengan dosen pembimbing skripsi 2.  Dosen pembimbing akademik bisa menjadi dosen pembimbing skripsi atau penguji
5. Outline penelitian kemudian disusun
6. Setelah outline disusun maka dari itu setiap bulan tgl 1-15 ada periode pengajuan diweb elisa. Dan outline penelitian di-input ke web elisa
7. Kemudian pada akhir bulan akan diumumkan hasil dari komisi sarjana apakah outline penelitian diterima atau ditolak
8. mahasiswa kemudian meng-upload scan TA 1 yg ditandatangani dosen pembimbing skripsi dan mengumpulkan kembali TA 1 untuk komisi sarjana dan untuk TU jurusan
9. Apabila outline penelitian diterima baik dengan atau tanpa catatan maka dapat lanjut ke pembuatan proposal penelitian dan mahasiswa dapat mengambil TA 2 yang telah di tanda tangani oleh komisi skripsi, setelah mendapat persetujuan dari Desember pembimbing skripsi dengan cara mendapatkan tanda tangan di TA 3 dan TA 4, maka lembar TA2 dan seterusnya dapat dikumpulkan di komisi skripsi
10. Setelah proposal penelitian selesai (proposal dicopy sebanyak 4 buah hardfile dan dijilid warna hijau)
11. setelah di copy sebanyak 4 buah dan mendapatkan tanda tangan pembimbing 1 dan 2 serta ketua departemen budidaya pertanian, langkah selanjutnya adalah melengkapi data untuk usulan penelitian di buku dan web departemen budidaya pertanian yang akan di isikan oleh pak Heni
12. Hal terpenting jangan lupa menyisipkan satu lembar halaman di belakang proposal penelitian seperti gambar terlampir(ikut dijilid). dimana lembar tersebut akan di isi tanggal pengajuan dan nomor pengajuan usulan penelitian untuk skripsi yang didapatkan dari pak Heni dan selanjutnya ditandatangani oleh sekertaris departemen budidaya pertanian.
13. setelah proposal penelitian mendapatkan tanda tangan sekertaris departemen budidaya pertanian maka proposal penelitian di kumpulkan ke TU departemen 1 buah,ke dosen pembimbing skripsi 1 dan 2 serta 1 proposal penelitian dibawa mahasiswa. setelah proposal penelitian dikumpulkan mahasiswa dapat memulai Penelitian.

Semoga dapat membantu teman-teman yang belum paham...


Minggu, 24 September 2017

Materi Kuliah Pekarangan






















Materi Kuliah Agroekologi

















Materi Kuliah Pekarangan dan Tanaman Buah

















Materi Kuliah Pengkajian Lapangan Agronomi























Materi Kuliah Pengelolaan Tanah















Senin, 18 September 2017

Tinjauan Pustaka Cabai

II.  TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani Cabai
 Tanaman cabai (Capsicum annuum L.) berasal dari daratan Amerika Selatan dan Amerika Tengah.  Tanaman cabai tumbuh kira-kira sejak 2500 tahun sebelum Masehi. Masyarakat yang pertama kali memanfaatkan dan mengembangkan  cabai adalah orang Inca di Amerika Selatan, orang Maya di Amerika Tengah, dan orang Aztek di Meksiko. Mereka memanfaatkannya sebagai bumbu masakan. Pada tahun 1500-an, bangsa Portugis mulai memperdagangkan  cabai ke Makao dan Goa, kemudian masuk ke India, Cina, dan Thailand. Hingga sekarang belum ada data yang pasti mengenai kapan  cabai dibawa masuk ke Indonesia. Menurut dugaan kemungkinan  cabai dibawa oleh saudagar-saudagar dari Persia ketika singgah di Aceh. Sumber lain menyebutkan bahwa  cabai masuk ke Indonesia dibawa oleh bangsa Portugis (Susmawati dan Muda, 2013). Sejak saat itu cabai berkembang pesat di Indonesia. Masyarakat Indonesia khususnya Jawa sudah terbiasa memanfaatkan buah cabai sebagai bumbu masakan dan daunnya sebagai obat luar. Penyebarluasan lewat biji atau benih diduga dilakukan secara tidak sengaja oleh burung-burung liar ( Setiadi, 2013). Klasifikasi tanaman cabai keriting adalah sebagai berikut (USDA, 2013):
Divisio      :  Magnoliophyta
Class         : Magnoliopsida
Subclass    :Asteridae
Ordo         : Solanales
Familia      :  Solanaceae
Subfamilia :  Solanoideae
Tribus        :  Capsiceae
Genus        :  Capsicum
Species      :Capsicum annuum L.
Tanaman cabai memiliki banyak ragam bentuk dan tipe pertumbuhan. Bentuk
dan ukuran buahnya bervariasi, mulai dari bulat, lonjong, hingga panjang dengan ukuran kecil sampai besar. Cabai yang sebagian besar hidup dan berkembang di Benua Amerika diperkirakan sebanyak 20 spesies. Masyarakat di Indonesia umumnya hanya mengenal beberapa jenis saja, yaitu cabai besar, cabai keriting, cabai rawit, dan paprika (Harpenas dan Dermawan, 2010).
Menurut Djarwaningsih (1984), buah cabai besar (Capsicum annuum L.) memiliki panjang berkisar 6-10 cm, diameter 0,7-1,3 cm. Cabai besar di Indonesia dibagi menjadi dua kelompok yaitu cabai merah besar dan cabai merah keriting. Permukaan buah cabai merah besar halus dan mengkilat serta mempunyai rasa pedas, sedangkan cabai merah keriting bentuknya lebih ramping dengan cita rasa sangat pedas. Cabai besar dapat tumbuh subur di dataran rendah sampai dataran tinggi. Cabai merah memiliki ciri-ciri antara lain bentuk buah besar, panjang, dan meruncing; buah muda berwarna hijau, sedangkan buah tua berwarna merah; banyak terdapat biji dan rasanya agak pedas.
Cabai keriting termasuk tanaman semusim, berbentuk perdu atau setengah perdu, mempunyai sistem perakaran agak menyebar, batang utama tumbuh tegak dan pangkalnya berkayu. Daun tumbuh secara tunggal dengan bentuk sangat bervariasi, yaitu lancip sampai bulat telur dan ujungnya runcing. Bentuk bunga cabai besar umumnya tunggal yang keluar dari ketiak-ketiak daun. Daun bunga berwarna putih atau unggu dan mempunyai lima benang sari serta satu buah putik. Penyerbukan dapat berlangsung secara silang ataupun menyerbuk sendiri dan buah umunya terbentuk tunggal. Struktur buah cabai besar terdiri atas kulit, daging buah, dan didalamnya terdapat sebuah plasenta (tempat biji menempel secara tersusun) (Rukmana,2000).
Syarat tumbuh tanaman cabai adalah dataran rendah hingga menengah pada ketinggian 0-800 m dpl dengan suhu berkisar 20-25oC, pada ketinggian di atas 1.300 m dpl, cabai tumbuh sangat lambat dan pembentukan buahnya juga terhambat. Adapun suhu bulanan yang dibutuhkan selama proses pembuahan berkisar 21-28oC. Tanaman cabai tidak menghendaki curah hujan yang tinggi atau iklim yang basah karena pada keadaan tersebut tanaman akan mudah terserang penyakit. Curah hujan yang baik untuk tanaman cabai yaitu 600-1250 mm/tahun.Tanaman cabai dapat tumbuh dan beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah, mulai dari tanah berpasir hingga tanah liat. Umumnya tanah yang baik untuk pertanaman cabai yaitu tanah lempung berpasir atau tanah ringan yang banyak mengandung bahan organik dan unsur hara. Pertumbuhan cabai akan optimum jika ditanam pada tanah dengan pH 6-7. Tanaman cabai dapat ditanam kapanpun tanpa tergantung musim (Harpenas dan Dermawan, 2010).

B.  Budidaya Tanaman Cabai
Pengolahan tanah dilakukan untuk hasil produksi tanaman cabai keriting yang berkualitas. Pengolahan tanah tersebut memiliki beberapa syarat (Anonim, 2015).
1.   Tanaman cabai memerlukan tanah yang gembur untuk tumbuh baik. Tanah yang digunakan harus memiliki porositas yang baik.
2.   Pembajakan dan pencangkulan lahan diusahakan sedalam 30 cm, hal ini dilakukan agar perakaran tanaman cabai tidak terganggu oleh kepadatan tanah.
3.   Pembuatan bedengan dengan tinggi 30 cm yang memiliki jarak antar bedengan 60 cm, sedangkan panjang bedengan tergantung dengan kondisi lahan dilapangan. Hal tersebut dilakukan untuk memaksimalkan bedengan agar saluran drainase yang baik karena pada umumnya tanaman cabai tidak akan tahan terhadap genangan. Tanaman cabai memrlukan pH tanah sekitar 6 sampai 7, apabila pH di bawah itu maka perlu ditambahkan kapur dengan takaran sebanyak 2 – 4 ton (tergantung berapa pH awal).
4.   Teknik budidaya cabai intensif memerlukan bedengan dengan menggunakan mulsa plastik. Penggunaan mulsa bermanfaat untuk menekan terjadinya erosi, mempertahankan kelembaban tanah, mengendalikan gulma dan juga dapat sebagai salah satu pemutus rantai hama dan penyakit tanaman cabai.
Tanaman cabai memerlukan perhatian khusus dalam pemeliharaannya. Pemeliharaan yang perlu dilakukan antara lain: penyiraman dan pengendalian gulma. Perkecambahan cabai akan berjalan dengan baik apabila mendapatkan kelembaban yang cukup. Untuk itu, perlu dilakukan penyiraman secara rutin. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari ketika awal masa tanam, pagi dan sore. Penyiraman harus dilakukan secara hati – hati agar tidak menggeser benih. Kemudian pengendalian gulma dilakukan secara rutin agar tanaman mampu tumbuh dan berkembang secara efisien yang tidak melakukan kompetisi dengan gulma (Warisno,2010).
Pemanenan dapat di lakukan pada umur 2,5 – 3 bulan di hitung sejak tanam. Pemanenan dapat di lakukan hingga tanaman cabai mencapai umur 6 bulan bahkan bisa lebih, umur maksimal cabai adalah 24 bulan. Fase panen hingga 15-18 kali dalam sekali tanam. Perhitunganya pada umur yang tua hasil panen akan berkurang dan kualitas cabai akan menurun sehingga tidak ekonomis lagi. Pemanenan dilakukan pada pagi hari karena pada pagi hari belum terjadi proses yang melibatkan cahaya matahari sehingga asimilat tidak tereduksi. Cara pemanenan adalah dengan memetik buah berserta tangkainya. Buah yang yang baik bentuknya ramping dan padat berisi. Tipe buah seperti ini biasanya rasanya pedas dan dihargai lebih tinggi di pasar dibanding buah yang besar namun kopong (Agrotani,2015).
Buah cabai dari setiap varietas cabai mempunyai perbedaan dalam jumlah dan bobot per satuan berat, yang berpengaruh terhadap rendemen biji. Perlakuan buah melalui penyimpanan buah beberapa hari setelah panen akan lebih memudahkan dalam prosesing benih secara manual. Dalam prosesing benih cabai, perontokan benih dapat dilakukan secara manual untuk buah yang jumlahnya sedikit. Untuk buah yang jumlahnya banyak dapat digunakan alat bantu seperti penggiling daging yang telah dimodifikasi, yaitu ujung pisau ditumpulkan untuk mengekstrak benih cabai. Untuk itu benih perlu dibersihkan dengan menggunakan air yang mengalir (Kusandriani dan Muharam, 2005)
Jika kadar air benih awal sudah baik dan konstan, yaitu lebih kurang 7%, maka untuk penyimpanan jangka menengah (medium) benih ditempatkan di “Cold Storage” dengan kelembaban 15 – 50%. Dua faktor yang menentukan kualitas dan daya tahan benih di tempat penyimpanan benih (gudang benih) adalah kadar air benih dan suhu gudang penyimpanan “suhu rendah”. Untuk penyimpanan benih jangka menengah (18 -24 bulan), suhu yang diperlukan adalah 16 – 20 ÂșC, dan kelembaban 50% (Sutopo 1993).

C. Ketahanan Tanaman Terhadap Penyakit
Ketahanan tanaman terhadap penyakit didefinisikan sebagai suatu karakter yang memungkinkan tanaman terhindar, mempunyai daya tahan atau daya sembuh dari serangan penyakit dalam kondisi yang akan menyebabkan kerusakan lebih besar pada tanaman oleh patogen (Hammerschmidt dan Dann, 2000 dalam Firmansyah, 2008).
Ketahanan tanaman inang terhadap infeksi patogen dibagi menjadi dua, yaitu ketahanan pasif dan aktif. Salah satu bentuk ketahanan tanaman terhadap penyakit yaitu ketahanan mekanis yang merupakan ketahanan aktif. Sifat ketahanan aktif terjadi setelah tanaman terinfeksi. Ketahanan pasif disebabkan adanya srtuktur tanaman yang menjadi penghalang patogen untuk melakukan penetrasi karena tanaman mempunyai epidermis yang berkutikula tebal, lapisan lilin, dan jumlah stomata sedikit. Ketahanan metabolik juga merupakan ketahanan pasif yang disebabkan adanya senyawa-senyawa metabolit yang dihasilkan tanaman, baik sebelum maupun sesudah infeksi. Menurut Hardi dan Darwiati (2007) sifat-sifat tanaman resisten dipengaruhi oleh faktor (1) genetik yaitu sifat tahan yang diatur oleh sifat-sifat genetik, (2) morfologi yaitu sifat tahan yang disebebkan oleh sifat morfologi tanaman yang tidak menguntungkan hama, dan (3) ekologi yaitu ketahanan tanaman yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Syukur et al., 2009).
Ketahanan genetik yaitu sifat tahan yang diatur oleh sifat-sifat genetik yang dapat diwariskan. Berdasarkan susunan dan sifat-sifat gen, ketahanan genetik dapat dibedakan menjadi:
1.   monogenik, sifat tahan diatur oleh satu gen dominan atau resesif;
2.   oligogenik, sifat tahan diatur oleh beberapa gen yang saling menguatkan satu sama lain; dan
3.   polygenik, sifat tahan diatur oleh banyak gen yang saling menambah dan masing-masing gen memberikan reaksi yang berbeda-beda terhadap biotipe patogen sehingga mengakibatkan timbulnya ketahanan yang luas.
Ketahanan genetik juga dapat dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu ketahanan vertikal dan ketahanan horizontal. Ketahanan vertikal adalah suatu bentuk ketahanan tanaman yang dikendalikan oleh satu atau beberapa gen, biasanya sifatnya sangat tahan, sifat ketahanannya sangat mudah patah, jadi kalau ketahanannya sudah patah maka seolah-olah tanaman itu tidak mempunyai ketahanan. Tipe ketahanan vertikal dikendalikan oleh gen tunggal (monogenik) atau oleh beberapa gen (oligogenik).
Secara umum sifat ketahanan vertikal mempunyai ciri-ciri (Sutopo et al., 1992):
1.   biasanya diwariskan oleh gen tunggal atau hanya sejumlah kecil gen;
2.   relatif mudah diidentifikasi dan banyak dipakai dalam program perbaikan ketahanan genetik;
3.   menghasilkan ketahanan genetik tingkat tinggi, tidak jarang mencapai imunitas, tetapi jika timbul biotipe baru maka ketahanan ini akan mudah patah dan biasanya tanaman menjadi sangat rentan terhadap biotipe tersebut; dan
4.   biasanya menunda awal terjadinya epidemi, tetapi apabila terjadi epidemi maka kerentanannya tidak akan berbeda dengan kultivar yang rentan.
Tipe Ketahanan horizontal disebut juga ketahanan kuantitatif. Tanaman yang memiliki ketahanan demikian masih menunjukan sedikit kepekaan terhadap penyakit tetapi memiliki kemampuan untuk memperlambat laju perkembangan penyakit.Secara teoritis, ketahanan horizontal umumnya sulit dipatahkan. Kultivar dengan tipe ketahanan demikian dapat diperoleh dengan cara mempersatukan beberapa gen ketahanan minor ke dalam suatu kultivar dengan karakter agronomik yang unggul melalui pemuliaan konvensional maupun non-konvesional (Kush, 1997).
Ciri-ciri khusus ketahanan horizontal adalah (Sutopo et al., 1992):
1.   biasanya memiliki tingkat ketahanan yang lebih rendah dibandingkan dengan tipe ketahanan vertikal, dan jarang didapat immunitas;
2.   diwariskan secara poligenik dan dikendalikan oleh beberapa atau banyak gen; dan pengaruhnya terlihat dari penurunan laju perkembangan penyakit
Ketahanan terhadap virus dilaporkan terdapat pada cabai keriting, menurut Jimenez et al.(2014) galur cabai liar yang berasal dari New Mexico State University (NMSU) yaitu NuMex Bailey Piquin, NuMex Twilight, PI 257053, PI 281297, PI 288938, PI 357522 memiliki ketahanan terhadap Beet Curly Top Virus (BCTV) dan satu kultivar ‘NuMex Las Cruces' cayenne’ tahan terhadap BMCTV, BSCTV dan BCTV. Ketahanan tanaman terhadap penyakit dapat merupakan sifat kualitatif yang dikendalikan oleh gen mayor atau sifat kuantitatif yang dikendalikan oleh banyak gen minor. Bila ketahanan dikendalikan oleh satu atau dua gen mayor, ragam ketahanan akan menunjukkan sebaran diskontinu sehingga umumnya individu tanaman yang tahan mudah diidentifikasi. Untuk sifat yang dikendalikan oleh gen-gen yang mengikuti prinsip Mendel (disebut gen mayor) peranan ragam lingkungan relatif kecil dibandingkan peranan ragam lingkungan pada sifat yang dikendalikan oleh gen-gen minor. Karena jumlah gen mayor umumnya tidak banyak dan peranan faktor lingkungan relatif kecil, maka ragam fenotipe yang ditampilkan dalam populasi bersegregasi sebagian besar merupakan ragam genetik, bersifat diskontinu dan merupakan akibat adanya efek dominan (Russel, 1981 dalam Hermawan et al., 2014).

D. Penyakit Antraknosa pada Cabai
Antraknosa (patek) merupakan salah satu penyakit yang hingga saat ini masih menjadi kendala utama dalam budidaya cabai, karena bisa menyebabkan kegagalan panen. Kehilangan potensi hasil cabai akibat penyakit antraknosa dilaporkan bervariasi antara 25–100% (Hadden & Black 1988, Amilin et al. 1995, Wang & Sheu 2006, Setiawati et al. 2011, Prathibha et al. 2013). Selain kuantitas, penyakit antraknosa juga menurunkan kualitas cabai yang meliputi penurunan 16–69% kadar penol, 20–60% kadar capsaisin, dan17–55% kadar oleoresin (Prathibha et al. 2013).
Gejala serangan penyakit antraknosa pada buah ditandai dengan buah busuk berwarna kuning-cokelat, seperti terkena sengatan matahari diikuti oleh busuk basah yang terkadang muncul jelaga berwarna hitam, sedangkan pada biji dapat menimbulkan kegagalan berkecambah atau bila telah menjadi kecambah dapat menimbulkan rebah kecambah. Serangan pada tanaman dewasa dapat menyebabkan kematian pucuk yang berlanjut dengan kematian bagian tanaman lainnya, seperti ranting dan cabang yang mengering berwarna cokelat kehitaman. Pada batang cabai, aservulus cendawan terlihat seperti tonjolan (Duriat 2007, Herwidyarti 2013). Buah yang terserang antraknosa ditandai dengan gejala bercak berwarna hitam dan dapat berkembang menjadi busuk lunak. Serangan berat dapat menyebabkan seluruh buah mengering. Patogen dapat juga menyerang pada buah yang sudah dipetik. Penyakit akan berkembang dalam pengangkutan dan penyimpanan sehingga hasil panen akan membusuk (Efri 2010). Penyebab penyakit antraknosa adalah cendawan Colletotrichum spp. Berdasarkan morfologi spora, Colletotrichum spp. dibagi menjadi empat spesies yaitu Colletotrichum acutatum, Colletotrichum capsici, Colletotrichum gloeosporioides, dan Colletotrichum cocodes (Wang & Sheu 2006, Than et al. 2008).
Upaya pengendalian terhadap penyakit antraknosa sampai saat ini masih mengandalkan pestisida kimia sintetik yang digunakan secara intensif di tingkat petani. Menurut Ameriana (2008) penggunaan pestisida kimia di tingkat petani sayuran diindikasikan dalam jumlah yang berlebih. Hal ini berdampak terhadap tingginya tingkat residu pestisida pada cabai (Mutiatikum & Raini 2006). Residu pestisida sangat berbahaya bagi manusia, hasil penelitian Lubis et al. (2013) menunjukkan bahwa residu pestisida yang terjadi pada fase kehamilan dapat menyebabkan mutasi genetik dan menurunkan bakat leukimia pada individu tersebut dan keturunannya pada masa mendatang.
Salah satu solusi untuk memecahkan permasalahan penyakit antraknosa adalah melalui program pemuliaan tanaman. Walaupun perakitan varietas tahan relatif memerlukan periode waktu yang panjang, varietas tahan antraknosa tetap penting diwujudkan sebagai kontribusi bidang pemuliaan tanaman untuk menurunkan tingkat penggunaan pestisida oleh petani dan menyediakan produk aman bagi konsumen. Tahapan kegiatan pemuliaan meliputi koleksi plasma nutfah, karakterisasi, seleksi tetua, dan perluasan keragaman genetik (melalui hibridisasi, mutasi, fusi protoplas, dan rekayasa genetika). Kegiatan tersebut dilanjutkan dengan seleksi setelah perluasan keragaman genetik, evaluasi, dan pengujian serta pelepasan/pendaftaran varietas dan perbanyakan benih (Syukur et al. 2012, Sutjahyo 2013).

Koleksi plasma nutfah tahan antraknosa umumnya berasal dari genotip cabai hasil introduksi yang bentuk dan ukuran buahnya tidak sesuai dengan kebutuhan pasar Indonesia, sedangkan varietas cabai yang telah beredar di masyarakat dan diminati konsumen tidak memiliki ketahanan terhadap serangan antraknosa. Perluasan keragaman genetik melalui persilangan perlu dilakukan sebagai langkah awal program pemuliaan perakitan varietas tahan antraknosa. Penelitian ini bertujuan menyeleksi tetua tahan penyakit antraknosa dan mengetahui keberhasilan persilangan antara tetua tahan dengan varietas Balitsa yaitu Kencana dan Tanjung-2 dalam rangka memperluas keragaman genetik ketahanan terhadap penyakit antraknosa sebagai bahan dasar untuk program seleksi.