PAPER
PASCA PANEN
HORTIKULTURA
MENGHAMBAT KERUSAKAN
KOMODITAS HORTIKULTURA DENGAN PENYINARAN UV-C
Oleh:
Nama :
Andrew Budiherlando
Gol : C2/A
Asisten : 1. Bella Vyatrisa
2. Nurul Kumala Dewi
LABORATORIUM
HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH
MADA
2016
Menghambat Kerusakan
Komoditas Hortikultura dengan Penyinaran UV-C
Indonesia merupakan
wilayah tropis dan beriklim basah.Daerah tropis memungkinkan tumbuhnya berbagai
macam tumbuhan seperti buah,yaitu durian,duku,rambutan,dan kelengkeng. Salah
satu permasalahan di Indonesia dalam persaingan pasar buah-buahan adalah
kualitas mutu buah yang belum sesuai selera konsumen.Hanya ada sedikit jenis
buah yang menempati pasar swalayan atau pasar dunia.Hal tersebut disebabkan
penanganan pasca panen yang belum baik sehingga menyebabkan mutu buah menjadi
tidak sesuai kriteria(Sunarjono,2008).
Pengertian
Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus, yang berarti
tanaman kebun dan cultura/colere, berarti budidaya, sehingga dapat diartikan
sebagai budidaya tanaman kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis
tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan,
pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen,
pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya
pertanian modern.
Hortikultura
merupakan cabang dari ilmu agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura
memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga
(florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman herbal (biofarmaka),
dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel
atau mudah rusak karena segar.
Hortikultura
merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek
pertanian hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang
menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani komoditas hortikultura
yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi.
Kehilangan hasil
tanaman buah dan sayuran dapat berupa penurunan kuantitas maupun kualitas.
Penurunan kuantitas terjadi seperti penurunan bobot dan hilangnya produk, baik
sebagian ataupun seluruhnya, yang disebabkan oleh kerusakan atau pembusukan. Kehilangan
hasil karena penurunan kuantitas relatif mudah diamati. Bentuk kehilangan hasil
yang relatif sulit diamati adalah menurunnya kualitas, seperti kerusakan
tekstur, aroma, atau nilai gizi. Bentuk kehilangan yang lain adalah kehilangan
daya tumbuh dan penurunan nilai jual yang disebabkan oleh turunnya
harga. Kehilangan hasil dapat terjadi di lapangan atau di kebun, di tempat
pengepakan, tempat penyimpanan, selama pengangkutan, di pasar besar atau pasar
eceran. Kehilangan tersebut dapat terjadi karena fasilitas yang kurang memadai,
pengetahuan yang terbatas, manajemen yang tidak baik, pasar yang tidak
berfungsi, atau penanganan oleh petani yang kurang hati-hati(Santoso dan
Madya,2013).
Penggunaan sinar UV-C
sudah banyak mendapatkan izin untuk digunakan di berbagai negara. Penggunaan
sinar UV-C pada intensitas rendah(254 nm) dapat menghambat perkembangan patogen
dan mengurangi kerusakan yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan setelah
panen(Ben-Yehoshua,2003cit.Valero dan Serrano,2010).
Radiasi sinar UV-C(240
nm-280 nm) dapat digunakan dalam penanganan pasca panen produk hortikultura.
Pada intensitas yang rendah,irradiasi UV-C dapat merangsang reaksi yang
bermanfaat pada organ biologi (Shama,2007 cit.Yahia,2011). Sinar
UV-C dapat memperpanjang masa hidup setelah panen serta dapat menjaga kualitas
buah di daerah tropis. Hal tersebut dapat menunda proses deteriorasi,
penuaan,dan pematangan pada buah(Gonzalez-Aguilar et al.,2001;2007 cit. Yahia,2011).
Perlakuan UV-C dapat meningkatkan biosintesis flavonoid sehingga proses
deteriorasi dapat dicegah dan kualitas hasil tanaman setelah panen dapat
terjaga(Gonzalez-Aguilar et al.,2001 cit.Yahia,2011).Sinar
UV-C dapat merangsang atau menghambat sintesis senyawa bioaktif tergantung pada
perbedaan kapasitas antioksidan pada buah(Gonzalez-Aguilar et al.,2007 cit. Yahia,2011).Alothman et
al (2009) dalam Yahia(2011) menemukan bahwa pencahayaan UV-C dapat
meningkatkan fenol dan flavonoid pada jambu biji dan pisang setelah diberi
perlakuan tersebut selama 30 menit. Akan tetapi,pada komoditas anggur mengalami
penurunan kualitas dengan perlakuan tersebut.Pada mangga,perlakuan pencahayaan
dengan sinar UV-C dapat menurunkan kandungan vitamin C. Berdasarkan penelitian
Terry dan Joyce(2004) dalam Yahia(2011) menunjukkan bahwa anggur,pisang mas,dan
jambu biji meningkat antioksidan,polifenol,dan flavonoidnya karena irradiasi
sinar UV-C.
Pencahayaan UV-C dapat
mengurangi jamur pada bawang Bombay(Lu et al.,1987 cit.Narayanasamy,2006).dan
ubi(Stevens et al.,1990 cit.Narayanasamy,2006).Sinar tersebut dapat
mencegah adanya patogen yang ada setelah panen pada komoditas.Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan beberapa komoditas seperti apel, jeruk, lemon, anggur,
strawberry, tomat, wortel, dan buncis(Narayanasamy,2006).
Susut berat buah tomat
yang diberi penyinaran UV-C sampai dengan 10 menit lebih rendah dibanding
kontrol. Penurunan susut berat tomat akibat penyinaran UV-C dipengaruhi oleh
permeabilitas jaringan buah. Ruang antar sel kulit buah tomat yang diberi
penyinaran UV-C sampai 10 menit lebih rapat sehingga kehilangan air yang
terjadi lebih sedikit dibanding kontrol. persentase susut berat yang paling
besar terdapat pada buah yang diberi penyinaran lampu UV-C selama 20 menit. Hal
ini diduga karena buah yang diberi penyinaran UV-C selama 20 menit
mengakibatkan kerusakan membran. Pada penelitian ini penyinaran UV-C selama 20
menit memiliki koefisien kematangan buah yang paling rendah yaitu 4,30. Menurut
Maharaj et al (2010),pemberian penyinaran UV-C diduga dapat
menghambat perombakan pigmen klorofil sehingga dapat menunda munculnya warna
merah pada tomat. Semakin lama penyinaran UV-C maka pematangan buah semakin
dihambat. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penyinaran UV-C selama 20
menit akan mempercepat penurunan nilai kualitas visual tomat. Hal ini
dikarenakan pada dosis penyinaran UV-C selama 20 menit, susut berat buahnya
relatif tinggi dan terdapat bercak coklat dipermukaan kulitnya sehingga buah
lebih cepat mengalami kemunduran kualitas dibanding control. Berdasarkan penelitian
ini, semakin lama waktu penyinaran UV-C maka kandungan total asam tertitrasi
buah semakin tinggi. waktu penyinaran UV-C tidak berpengaruh nyata terhadap
kandungan vitamin C buah tomat. Hal ini karena vitamin C mudah sekali
terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar
vitamin C berkurang. Pada penyinaran UV-C selama 10 menit kekerasan buah tomat
dapat dipertahankan lebih lama. Penyinaran UV-C mengakibatkan bercak coklat
pada kulit buah tomat. Buah tomat tanpa penyinaran UV-C (kontrol) pada
permukaan kulit buahnya tidak terdapat bercak coklat. Jumlah buah yang
mempunyai bercak coklat paling banyak terdapat pada penyinaran UV-C selama 20
menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, semakin tinggi dosis penyinaran
UV-C maka jumlah buah yang mempunyai bercak coklat semakin
banyak(Setyaning,2012).
Perlakuan UV-C pada
jarak 15 cm pada mangga dapat memberikan keuntungan maupun kerugian.Hal
tersebut tergantung pada lama penyinaran yang dilakukan.Perlakuan dengan UV-C
selama 10 menit secara signifikan dapat menunda pelunakan buah mangga yang
disimpan pada suhu 5°C. Perlakuan UV-C secara signifikan
dapat mengurangi pembusukan pada buah mangga.Perlakuan tersebut juga
dapat menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan.Buah mangga yang diberi
perlakuan dengan UV-C selama 10 menit memiliki penampilan
yang lebih baik dan lebih kencang daripada perlakuan selama 20 menit dan
kontrol. Konsentrasi spermidine meningkat pada fase awal dalam buah mangga
dengan radiasi UV-C selama 20 menit(Gonzalez-Aguilar et al.,2001).
Daftar Pustaka
Gonzalez-Aguilar,G.A., C. Y. Wang,J. G. Buta,dan D. T.
Krizek.2001. Use of UV-C irradiation to prevent decay and maintain postharvest
quality of ripe `Tommy Atkins' mangoes. International Journal of Food Science
and Technology 36: 767-773.
Narayanasamy,P.2006.Postharvest Pathogens and Disease
Management.John Wiley dan Sons,Inc,New Jersey.
Santoso,M.B.dan Widyaiswara Madya.2013.Penanganan Pasca Panen
Hortikultura.< http://bbppbinuang.info/news11-penanganan-pasca-panen-hortikultura.html>.Diakses tanggal 29 Maret
2015.
Setyaning,U.,Endang S.,dan Sri T.2012.Pengaruh lama penyinaran
terhadap mutu dan umur simpan tomat(Lycopersicon esculentum Mill.).Skripsi.
Sunarjono,Hendro.2008.Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar
Swadaya,Depok.
Valero,D.dan Maria S.2010 Postharvest Biology and Technology for
Preserving Fruit Quality.CRC Press,Boca Raton.
Yahia,E.M.,2011.Postharvest biology and technology of tropical
and subtropical fruits.Woodhead Publishing Series in Food Science,Technology
and Nutrition 1: 60-62.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar