Disusun Oleh:
Golongan/kelompok :
Asisten Praktikum :
LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA II
PENGUKURAN DEBIT SUNGAI ATAU SALURAN
ABSTRAKSI
Ketersediaan air
merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang sering berpengaruh besar
dalam keberhasilan budidaya. Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan
membuat profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah
horizontal(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalaman aliran). Praktikum
ini bertujuan untuk mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran berdasarkan
penampang dan kecepatan aliran. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 26 Februari
2016 di Selokan Mataram dan Laboratorium Agrohidrologi, Departemen Tanah,
Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Bahan yang digunakan adalah air yang mengalir
di Selokan Mataram, sedangkan alat-alat-alat yang digunakan adalah pelampung
(dengan bandul dan tanpa bandul), stopwatch, meteran dan peilschaal (untuk
mengukur kedalaman saluran). Debit sungai merupakan jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu pada satuan
waktu tertentu, biasanya diukur dengan m³/s. Perubahan kondisi
permukaan air sungai dalam jangka waktu yang panjang akan dapat diketahui
dengan mengadakan pengamatan permukaan air sungai itu dalam jangka waktu yang
panjang. Salah satu
teknik pengukuran debit di lapangan yaitu dengan metode apung. Cara ini
dilakukan dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan
aliran sungai pada jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda
terapung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan yang
lain. Debit rerata pada
perlakuan pelampung tanpa bandul sebesar 0,30 m3/det sedangkan pada perlakuan dengan bandul sebesar 0,21 m3/det. Hal tersebut karena ada faktor penghambat massa bandul
sehingga Qr pada perlakuan dengan bandul lebih kecil daripada perlakuan tanpa
bandul.
Kata kunci: debit sungai/saluran, kecepatan aliran,
metode apung
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Keberhasilan
dalam budidaya tanaman sangat ditentukan oleh faktor lingkungan baik biotik
maupun abiotik. Faktor lingkungan abiotik yang menentukan keberhasilan budidaya
antara lain suhu, intensitas penyinaran, dan ketersediaan air. Ketersediaan air
merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang sering berpengaruh besar
dalam keberhasilan budidaya. Penyimpangan iklim selama beberapa tahun
kebelakang seperti la nina dan el nino mengakibatkan banyak tanaman
pertanian menurun produksinya bahkan hingga puso.
Perbaikan produksi tanaman tidak dapat
terjadi apabila infrastruktur seperti irigasi belum tertata dengan baik.
Jaringan irigasi sebagai jalan air untuk dapat sampai ke lahan pertanian harus
dibuat seefisien mungkin agar debit air yang diterima oleh lahan tidak berbeda
jauh dengan air dari sumber. Debit air yang diterima perluasan lahan pertanian ditentukan
oleh jenis tanaman yang ditanam dan jenis tanah. Oleh karena itu, kegiatan
pengukuran debit air pada saluran irigasi merupakan kegiatan yang penting untuk
usaha pertanian di Indonesia karena debit pada musim kemarau dengan musim
penghujan sangat berbeda.
B. Tujuan
Mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran
berdasarka penampang dan kecepatan aliran
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Debit aliran merupakan laju aliran air (dalam bentuk
volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Data
debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola
sumber daya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan
pengendali banjir. Sementara data debit kecil diperlukan untuk perencanaan
alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan terutama dalam bidang
pertanian pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat
memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu
aliran sungai. (Asdak, 1995).
Pengukuran
luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya
dengan cara mengadakan pengukuran ke arah
horizontal(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalaman aliran). Luas
aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada
tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya. Debit aliran di segmen = ( Qi
) = Ai x
Vi. Keterangan : Qi : Debit
aliran segmen I, Ai : Luas aliran pada segmen I, Vi : Kecepatan aliran pada
segmen i
(Takeda, 2013).
Saluran terbuka adalah
suatu saluran dimana cairan mengalir dengan permukaan bebas yang terbuka
terhadap tekanan atmosfir. Berdasarkan asalnya, saluran terbuka dapat
digolongkan menjadi saluran alami dan saluran buatan. Saluran terbuka dapat
berbentuk saluran, talang, terjunan, dan sebagainya. Bentuk penampang saluran
yang biasa dipakai untuk saluran tanah yang tidak dilapis adalah bentuk
trapesium. Hal ini disebabkan karena kemantapan kemiringan dinding saluran
dapat disesuaikan. Bentuk persegi panjang biasa dipakai untuk saluran yang
dibangun dengan bahan yang mantap seperti pasangan batu padas, logam dan kayu.
Penampang segitiga dipakai untuk saluran yang kecil, selokan, dan penelitian di
laboratorium. Sedangkan penampang lingkaran dipakai untuk saluran pembuang air
kotor dan gorong-gorong yang berukuran sedang maupun kecil (Hardiyatmo, 2002).
Alat yang terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima
detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit
dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan
kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus
yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis
yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan
mengalihkan faktor
koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada
detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran
propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur (Sutomo, 2013).
Penggunaan current meter pengetahuan mengenai
distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan
kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang
tersebut. Dari hasil penelitian “United
Stated Geological Survey” aliran air
di saluran (stream) dan sungai
mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut: a) Kurva
distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolik. b) Lokasi
kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h ke dalam air dihitung dari permukaan
aliran. c) Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 m3/s kedalaman dibawah
permukaan air. d)
Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan. e) Untuk memperoleh ketelitian
yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan
menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan
rata-ratanya (Hiroshiku, 2006).
Pengukuran
air dapat dilakukan dengan metode yang menggunakan bangunan, antara lain Weirs
dan Flumes. Dalam kata lain, Weirs adalah alat pembendung air
dengan bentuk tertentu yang digunakan untuk mengukur debit air saluran. Bentuk
yang banyak dipergunakan pada metode ini adalah bentuk segitiga, segi empat,
dan persegi panjang dan trapesium. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah
bentuk aliran air dari tidak teratur menjadi bentuk yang dikehendaki, dengan
cara membendung aliran air sungai dan dialirkan/diterjunkan melalui bentuk
tertentu sesuai yang dikehendaki (Triatmodjo, 2013).
Pengelolaan air
berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan
produksi padi di lahan sawah. Variasi kebutuhan air tergantung juga pada
varietas padi dan sistem pengelolaan lahan sawah. Teknik pengelolaan air perlu
secara spesifik dikembangkan sesuai dengan sistem produksi padi sawah dan pola
tanam. Jumlah air yang diperlukan di dalam proses produksi padi tergantung pada
iklim, posisi lansekap, periode pertanaman, karakteristik drainase tanah, dan
pengelolaan irigasi. Transpirasi tanaman umumnya terjadi sebesar 5-8 mm/hari dan perkolasi pada selang
1-10 mm/hari. Untuk
memenuhi irigasi pada periode tanam sampai panen dengan umur tanaman 100 hari
akan memerlukan air 520- 1.620 mm. Untuk padi dengan umur 130 hari membutuhkan
air sebanyak 720- 2.160 mm. Secara umum, irigasi juga berguna untuk (a)
mempermudah pengolahan tanah, (b) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (c)
membersihkan atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam yang
tinggi, (d) membersihkan kotoran atau sampah yang ada dalam saluran-saluran air
dan (e) menggenangi tanah untuk memberantas tanaman pengganggu (gulma) dan hama
penyakit (Subagyono et al., 2004).
Informasi
debit aliran sungai akan memberikan hasil lebih bermanfaat bila disajikan dalam bentuk hidrograf. Namun
demikian tidak semua Daerah Aliran Sungai (DAS) mempunyai data pengukuran
debit, hanya sungai-sungai yang DAS-nya telah dikembangkan mempunyai data
pengukuran debit yang cukup. Dengan demikian berkembang penurunan hidrograf
satuan sintetis yang didasarkan atas karakteristik fisik dari suatu DAS. Dari
debit aliran inilah secara kuantitas dan kualitas dapat dijadikan sebagai
petunjuk mampu tidaknya DAS berfungsi dan berperan sebagai pengatur proses
tersebut, khususnya dari segi hidrologis (Azis, 2013).
III. METODOLOGI
Praktikum Pengelolaan
Air acara 2 yang berjudul Pengukuran
Debit Sungai atau Saluran ini dilaksanakan
pada hari Jumat 26 Februari 2016, di Selokan Mataram, Sleman Yogyakarta.
Bahan dan Peralatan yang digunakan adalah pelampung, meteran, stopwatch dan
peilschaal.
Ada dua cara pengukuran
dalam praktikum ini yaitu mengukur luas penampang melintang saluran atau sungai
dan mengukur kecepatan aliran dengan cara pelampung apung. Cara yang pertama
langkah-langkahnya pertama mengukur jeluk air saluran pada beberapa titik
pengamatan. Lalu jarak antar titik pengamatan pada saluran yang dasarnya tidak
seragam atau agak rata tidak boleh lebih dari 1/20 lebar total saluran atau
sungai. Untuk saluran yang dasarnya seragam atau agak rata cukup 12 titik
pengamatan. Kemudian langkah terakhir membuat gambar melintang dari saluran
atau sungai dan menghitung mid section
dan mean sectionnya.
Perhitungan
:
Mid
section
An = dn x b atau an = dn x[{bn +
b(n+1)}/2]
Mean
section
An = [{dn + d(n+1)}/2] x b(n+1)
Mengukur kecepatan
aliran dengan cara pelampung apung tahapan-tahapan yang harus diperhatikan
yaitu menentukan lokasi pengukuran dengan syarat bagian yang relative lurus
cukup panjang, penampang saluran atau sungai seragam. Kemudian tentukan dua
titik pengamatan jalannya pelampung dengan jarak 69,3 m(L Meter) setelah itu pelampung
dilepas dibagian hulu (titik 1). Lalu mencatat waktunya sampai mencapai titik
ke 4 (T Detik) dan
hitung kecepatan pelampung dengan kecepatan akhirnya.
Perhitungan
:
Kecepatan pelampung
U = L / T
Kecepatan akhir
V = k x U
k
= koefisien yang besarnya tergantung pada jenis pelampung
IV.
HASIL PENGAMATAN
Tabel 3.1 Debit Air Selokan Mataram
Ulangan
|
Bandul
(m3/s)
|
Tanpa
Bandul (m3/s)
|
1
|
0,194
|
0,273
|
2
|
0,218
|
0,302
|
3
|
0,230
|
0,307
|
4
|
0,212
|
0,300
|
Rerata
|
0,214
|
0,296
|
F-Test Two-Sample for Variances
|
||
Bandul
|
Tanpa Bandul
|
|
Mean
|
0,21
|
0,4025
|
Variance
|
0,000266667
|
0,000158333
|
Observations
|
4
|
4
|
Df
|
3
|
3
|
F
|
1,684210526
|
|
P(F<=f) one-tail
|
0,33949922
|
|
F Critical one-tail
|
9,276628153
|
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
|
||
Bandul
|
Tanpa Bandul
|
|
Mean
|
0,21
|
0,4025
|
Variance
|
0,000266667
|
0,000158333
|
Observations
|
4
|
4
|
Pooled Variance
|
0,0002125
|
|
Hypothesized Mean Difference
|
0
|
|
Df
|
6
|
|
t Stat
|
-18,67524313
|
|
P(T<=t) one-tail
|
7,60723E-07
|
|
t Critical one-tail
|
1,943180281
|
|
P(T<=t) two-tail
|
1,52145E-06
|
|
t Critical two-tail
|
2,446911851
|
V.
PEMBAHASAN
Debit
sungai merupakan
jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu pada satuan
waktu tertentu, biasanya diukur dengan m³/s. Perubahan kondisi permukaan air sungai dalam jangka
waktu yang panjang akan dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan permukaan
air sungai itu dalam jangka waktu yang panjang. Debit sungai dapat diperoleh
juga dari permukaan air sungai. Pengukuran debit aliran
sangat bermanfaat diberbagai bidang. Salah satu kegunaan pengukuran debit
aliran adalah debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan
mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber air
permukaan. Dalam bidang pertanian debit aliran dimanfaatkan untuk pembuatan irigasi. Pembuatan irigasi digunakan untuk pengukuran
debit aliran sangat bermanfaat dalam pembuatan saluran irigasi. Dengan
melakukan pengukuran debit aliran maka dapat diketahui debit andalan aliran air
tersebut. Debit andalan merupakan debit maksimum yang dapat
digunakan untuk irigasi.
Selain dalam bidang pertanian dapat dimanfaatkan sebagai tenaga
pembangkit listrik dan sarana
transportasi. Tenaga pembangkit listrik dapat berasal dari uap,
angin, bahan bakar minyak, nuklir maupun air. Apabila tenaga pembangki listrik
berasal dari air, pengukuran debit aliran dapat membantu untuk menentuhkan
kecepatan pergerakan turbin. Sarana
trasportasi, pengukuran debit
aliran juga sangat bermanfaat. Dengan adanya pengukuran debit aliran, maka dapat
diketahui besarnya debit air di suatu sungai dan kecepatan gerak air.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
debit suatu aliran air. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.
Intensitas hujan
Curah
hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman yang
dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan
karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek) atau musim hujan pendek
(kemarau panjang). Semakin panjang musim hujan maka debit air akan semakin
besar.
2.
Penggundulan hutan
Hutan
merupakan sumber resapan air hujan yang sangat penting. Oleh karena itu hutan
yang terjaga kelestariannya dengan baik akan memberikan manfaat berupa
ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaliknya apabila
kelestarian hutan tidak terjaga maka ketika hujan datang yang terjadi adalah
bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Karena fungsi hutan sebagai daerah
resapan air tidak berjalan sebagai mana mestinya.
3.
Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Pengalih
fungsian hutan menjadi lahan pertanian sangat beresiko, karena dengan
ditebanginya pohon-pohon dapat
menimbulkan erosi. Erosi menyebabkan debit aliran sungai menurun.
4.
Intersepsi
Intersepsi adalah proses ketika air
hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas
permukaan tanah. Air hujan yang jatuh itu tertahan beberapa saat untuk diuapkan
kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Setiap hujan
jatuh di daerah bervegetasi ada sebagian air yang
tidak mencapai permukaan tanah dan dengan demikian intersepsi berpengaruh
terhadap besar kecilnya debit aliran.
5.
Evaporasi dan evapotraspirasi
Evaporasi
adalah penguapan air yang berasal dari danau, sungai, lautan maupun permukaan
tanah. Sedangkan evapotraspirasi adalah penguapan air oleh tumbuhan. Kedua
proses ini dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya debit aliran karena
melalui proses ini dapat membuat air baru (hujan).
Salah satu teknik
pengukuran debit di lapangan yaitu dengan metode apung. Cara ini dilakukan
dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai
pada jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda terapung
tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lain.
Benda yang digunakan berupa benda apa saja yang dapat terapung di permukaan air
mengalir. Untuk parameter
kecepatan aliran dengan metode apung (float method) yaitu dengan
menempatkan pelampung (dengan bandul maupun tanpa bandul) pada empat titik pengamatan B1, B2, B3, dan B4
dengan masing-masing titik pengamatan dilakukan 3 kali
ulangan. Keadaan aliran pada empat titik pengamatan (B1, B2, B3, dan B4)
mempunyai kecepatan yang bisa dikatakan hampir sama, di mana hal ini dapat
dilihat dari hasil pengamatan.
Keuntungan dari
penggunaan metode apung ini antara lain mudah, murah, dan hasil yang didapatkan
cukup akurat. Akan tetapi, penggunaan metode apung untuk mengukur debit ini
mempunyai beberapa kelemahan, yaitu hanya dapat dilakukan pada aliran sungai
yang arusnya relatif stabil, sedangkan untuk aliran air yang arusnya kurang stabil
metode ini kurang cocok untuk dipakai. Selain itu, pengukuran debit dengan
metode apung memerlukan waktu yang cukup lama karena harus dilakukan berulang
kali untuk mendapatkan hasil yang akurat. Semakin banyak ulangan yang
dilakukan, hasil yang didapat semakin akurat.
Berdasarkan
tabel hasil pengamatan di atas, diketahui bahwa debit air selokan yang diukur
menggunakan pelampung tanpa bandul lebih tinggi dibandingkan dengan debit yang
diukur dengan pelampung berbandul. Hal itu terjadi karena dengan daya dorong
air yang sama, pelampung tanpa bandul lebih mudah bergerak dibandingkan
pelampung dengan bandul. Akibatnya, waktu yang diperlukan pelampung tanpa
bandul untuk mencapai titik pengamatan yang lain lebih cepat, sehingga pada
volume air selokan yang sama, debit air yang diukur menggunakan pelampung tanpa
bandul menjadi lebih besar. Berdasarkan hasil analisis uji t, diketahui bahwa
t-stat (-7,658) lebih rendah dari t-tabel (2,145) sehingga Ho gagal ditolak.
Artinya, debit air yang diukur menggunakan pelampung tanpa bandul hasilnya
tidak beda nyata dengan debit air yang diukur menggunakan pelampung dengan
bandul. Hal itu disebabkan bandul yang diikatkan pada pelampung bobotnya ringan
sehingga hasil pengukuran debitnya tidak berbeda nyata.
VI.
KESIMPULAN
1.
Metode
yang digunakan dalam pengukuran debit air adalah metode apung.
2.
Debit
rerata pada perlakuan pelampung tanpa bandul sebesar 0,30 m3/det sedangkan pada perlakuan dengan bandul sebesar 0,21 m3/det. Hal tersebut karena ada faktor penghambat massa bandul
sehingga Qr pada perlakuan dengan bandul lebih kecil daripada perlakuan tanpa
bandul.
3.
Dalam bidang pertanian debit aliran
dimanfaatkan untuk pembuatan
irigasi. Pembuatan irigasi
digunakan untuk pengukuran debit aliran sangat bermanfaat
dalam pembuatan saluran irigasi. Dengan melakukan pengukuran debit aliran maka
dapat diketahui debit andalan aliran air tersebut. Debit andalan merupakan
debit maksimum yang dapat digunakan untuk irigasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdullah. 2012. Pengukuran Debit di Saluran
Terbuka.<http://sasotra.agriculture.com>.
Diakses pada
tanggal 2 Maret 2016.
Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran
Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Azis, Akhmad. 2013. The comparasion
between the research and calculation result to the amount of ground water debit in recharge reservoir using sand columns. International Journal of Engineering and
Technolog 3(8):773-776.
Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah I. Gajah Mada University
Prees, Yogyakarta.
Hardiyatmo,
H. C. 2002.
Teknik Pondasi 2.
Edisi Kedua.
Beta Offset,
Yogyakarta.
Hiroshiku A. 2006. The eficiency of irrigation in paddy field using current eter. Journal of Agriculture 5(1):
32-48.
Subagyono, K., A. Dariah, E. Surmaini, Undang
Kurnia. 2004. Pengelolaan air pada tanah sawah: tanah sawah dan teknologi pengelolaannya. Jurnal Agro Inovasi 2(7): 237-247.
Sutomo J. 2013. Alat Pengukur Debit Air. <http://alatpengukurdebitair.unitomo.ac.id>.
Diakses pada tanggal 2 Maret 2016.
Takeda S. 2013. Water Management in The
Field. Kyoto University Press. Kyoto.
Triatmodjo, B. 2013. Hidrologi Terapan. Beta Offset, Yogyakarta.
LAMPIRAN
F-Test Two-Sample for Variances
|
||
Bandul
|
Tanpa Bandul
|
|
Mean
|
0,21
|
0,4025
|
Variance
|
0,000266667
|
0,000158333
|
Observations
|
4
|
4
|
Df
|
3
|
3
|
F
|
1,684210526
|
|
P(F<=f) one-tail
|
0,33949922
|
|
F Critical one-tail
|
9,276628153
|
F
hitung < F tabel yaitu 1,68 < 2,145 sehingga Ho diterima yang menunjukkan bahwa
varians seragam. Varians seragam tersebut mengasumsikan pada uji lanjut yaitu
uji t menggunakan asumsi varians homogen.
t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances
|
||
Bandul
|
Tanpa Bandul
|
|
Mean
|
0,21
|
0,4025
|
Variance
|
0,000266667
|
0,000158333
|
Observations
|
4
|
4
|
Pooled Variance
|
0,0002125
|
|
Hypothesized Mean Difference
|
0
|
|
Df
|
6
|
|
t Stat
|
-18,67524313
|
|
P(T<=t) one-tail
|
7,60723E-07
|
|
t Critical one-tail
|
1,943180281
|
|
P(T<=t) two-tail
|
1,52145E-06
|
|
t Critical two-tail
|
2,446911851
|
t
hitung > t tabel yaitu 18,68 > 2,145
sehingga Ho ditolak yang menunjukkan bahwa rerata debit perlakuan tanpa bandul
dengan perlakuan dengan bandul memberikan hasil yang berbeda nyata.
PERHITUNGAN
Panjang titik
pengamatan (L) =
|
69,3
|
|||||||||||
Lebar Saluran = (4.22/4)
|
1,055
|
|||||||||||
Kedalaman Saluran =
|
d1
|
0,67
|
||||||||||
d2
|
0,73
|
|||||||||||
d3
|
0,75
|
|||||||||||
d4
|
0,75
|
|||||||||||
d5
|
0,67
|
|||||||||||
K dengan bandul
|
0,6
|
|||||||||||
K tanpa bandul
|
0,85
|
|||||||||||
K dasar (rata)
|
0,85
|
|||||||||||
Data Pengamatan Waktu Tempuh Bandul (detik)
|
||||||||||||
Perlakuan
|
Dengan bandul
(k=0.6)
|
Tanpa bandul
(k=0.85)
|
||||||||||
B1
|
B2
|
B3
|
B4
|
B1
|
B2
|
B3
|
B4
|
|||||
Dengan bandul
(k=0.6)
|
Ulangan 1
|
145
|
127
|
119
|
127
|
145
|
133
|
128
|
127
|
|||
Ulangan 2
|
127
|
128
|
123
|
122
|
133
|
133
|
123
|
119
|
||||
Ulangan 3
|
131
|
125
|
122
|
125
|
129
|
122
|
136
|
129
|
||||
Rerata
|
134,33
|
126,67
|
121,33
|
124,67
|
135,67
|
129,33
|
129,00
|
125,00
|
||||
Kecepatan Pelampung (m/s)
|
0,516
|
0,547
|
0,571
|
0,556
|
0,511
|
0,536
|
0,537
|
0,554
|
||||
Kecepatan Akhir (m/s)
|
0,310
|
0,328
|
0,343
|
0,334
|
0,306
|
0,321
|
0,322
|
0,333
|
||||
Debit (m3/s)
|
0,194
|
0,218
|
0,230
|
0,212
|
0,273
|
0,302
|
0,307
|
0,300
|
||||
Debit Rerata (m3/s)
|
0,2137
|
0,2955
|
||||||||||
Luas Penampang
AB1=
= 0,7
AB2=
= 0,74
AB1=
= 0,75
AB1=
= 0,71
Debit Air
Dengan Bandul
·
B1 = = 0,194
·
B2 = = 0,218
·
B3 = = 0,230
·
B4 = = 0,212
Tanpa Bandul
·
B1 = = 0,273
·
B2 = = 0,302
·
B3 = = 0,307
·
B4 = = 0,3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar