Selasa, 26 April 2016

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN ACARA II PENGUKURAN DEBIT SUNGAI ATAU SALURAN


Description: Description: C:\Users\hapsaribka\Pictures\Logo+UGM++.jpg
Disusun Oleh:
                                              
                                              
                                              
                                              
                                              
                                                           
                                               Golongan/kelompok  :
                                               Asisten Praktikum      :


LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA II
PENGUKURAN DEBIT SUNGAI ATAU SALURAN

ABSTRAKSI
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang sering berpengaruh besar dalam keberhasilan budidaya. Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran kearah horizontal(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalaman aliran). Praktikum ini bertujuan untuk mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran berdasarkan penampang dan kecepatan aliran. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 26 Februari 2016 di Selokan Mataram dan Laboratorium Agrohidrologi, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.  Bahan yang digunakan adalah air yang mengalir di Selokan Mataram, sedangkan alat-alat-alat yang digunakan adalah pelampung (dengan bandul dan tanpa bandul), stopwatch, meteran dan peilschaal (untuk mengukur kedalaman saluran). Debit sungai merupakan jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu pada satuan waktu tertentu, biasanya diukur dengan m³/s. Perubahan kondisi permukaan air sungai dalam jangka waktu yang panjang akan dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan permukaan air sungai itu dalam jangka waktu yang panjang. Salah satu teknik pengukuran debit di lapangan yaitu dengan metode apung. Cara ini dilakukan dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai pada jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda terapung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lain. Debit rerata pada perlakuan pelampung tanpa bandul sebesar 0,30 m3/det sedangkan pada perlakuan dengan bandul sebesar 0,21 m3/det. Hal tersebut karena ada faktor penghambat massa bandul sehingga Qr pada perlakuan dengan bandul lebih kecil daripada perlakuan tanpa bandul.

Kata kunci: debit sungai/saluran, kecepatan aliran, metode apung


I.                   PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Keberhasilan dalam budidaya tanaman sangat ditentukan oleh faktor lingkungan baik biotik maupun abiotik. Faktor lingkungan abiotik yang menentukan keberhasilan budidaya antara lain suhu, intensitas penyinaran, dan ketersediaan air. Ketersediaan air merupakan salah satu faktor lingkungan abiotik yang sering berpengaruh besar dalam keberhasilan budidaya. Penyimpangan iklim selama beberapa tahun kebelakang seperti la nina dan el nino mengakibatkan banyak tanaman pertanian menurun produksinya bahkan hingga puso.
       Perbaikan produksi tanaman tidak dapat terjadi apabila infrastruktur seperti irigasi belum tertata dengan baik. Jaringan irigasi sebagai jalan air untuk dapat sampai ke lahan pertanian harus dibuat seefisien mungkin agar debit air yang diterima oleh lahan tidak berbeda jauh dengan air dari sumber. Debit air yang diterima perluasan lahan pertanian ditentukan oleh jenis tanaman yang ditanam dan jenis tanah. Oleh karena itu, kegiatan pengukuran debit air pada saluran irigasi merupakan kegiatan yang penting untuk usaha pertanian di Indonesia karena debit pada musim kemarau dengan musim penghujan sangat berbeda.
B.       Tujuan
Mengadakan pengukuran debit sungai atau saluran berdasarka penampang dan kecepatan aliran
II.      TINJAUAN PUSTAKA
Debit aliran merupakan laju aliran air (dalam bentuk volume air ) yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu. Data debit atau aliran sungai merupakan informasi yang paling penting bagi pengelola sumber daya air. Debit puncak (banjir) diperlukan untuk merancang bangunan pengendali banjir. Sementara data debit kecil diperlukan untuk perencanaan alokasi (pemanfaatan) air untuk berbagai macam keperluan terutama dalam bidang pertanian pada musim kemarau panjang. Debit aliran rata-rata tahunan dapat memberikan gambaran potensi sumber daya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu aliran sungai. (Asdak, 1995).
Pengukuran luas penampang aliran dilakukan dengan membuat profil penampang melintangnya dengan cara mengadakan pengukuran ke arah horizontal(lebar aliran) dan ke arah vertical (kedalaman aliran). Luas aliran merupakan jumlah luas tiap bagian (segmen) dari profil yang terbuat pada tiap bagian tersebut di ukur kecepatan alirannya. Debit aliran di segmen = ( Qi ) = Ai  x  Vi. Keterangan : Qi  : Debit aliran segmen I, Ai : Luas aliran pada segmen I, Vi : Kecepatan aliran pada segmen i (Takeda, 2013).
Saluran terbuka adalah suatu saluran dimana cairan mengalir dengan permukaan bebas yang terbuka terhadap tekanan atmosfir. Berdasarkan asalnya, saluran terbuka dapat digolongkan menjadi saluran alami dan saluran buatan. Saluran terbuka dapat berbentuk saluran, talang, terjunan, dan sebagainya. Bentuk penampang saluran yang biasa dipakai untuk saluran tanah yang tidak dilapis adalah bentuk trapesium. Hal ini disebabkan karena kemantapan kemiringan dinding saluran dapat disesuaikan. Bentuk persegi panjang biasa dipakai untuk saluran yang dibangun dengan bahan yang mantap seperti pasangan batu padas, logam dan kayu. Penampang segitiga dipakai untuk saluran yang kecil, selokan, dan penelitian di laboratorium. Sedangkan penampang lingkaran dipakai untuk saluran pembuang air kotor dan gorong-gorong yang berukuran sedang maupun kecil (Hardiyatmo, 2002).
Alat yang terdiri dari flow detecting unit dan counter unit. Aliran yang diterima detecting unit akan terbaca pada counter unit, yang terbaca pada counter unit dapat merupakan jumlah putaran dari propeller maupun langsung menunjukkan kecepatan aliran, aliran dihitung terlebih dahulu dengan memasukkan dalam rumus yang sudah dibuat oleh pembuat alat untuk tiap – tiap propeller. Pada jenis yang menunjukkan langsung, kecepatan aliran yang sebenarnya diperoleh dengan mengalihkan faktor koreksi yang dilengkapi pada masing-masing alat bersangkutan. Propeler pada detecting unit dapat berupa : mangkok, bilah dan sekrup. Bentuk dan ukuran propeler ini berkaitan dengan besar kecilnya aliran yang diukur (Sutomo, 2013).
Penggunaan current meter pengetahuan mengenai distribusi kecepatan ini amat penting. Hal ini bertalian dengan penentuan kecepatan aliran yang dapat dianggap mewakili rata-rata kecepatan pada bidang tersebut. Dari hasil penelitian “United Stated Geological Survey” aliran air di saluran (stream) dan sungai mempunyai karakteristik distribusi kecepatan sebagai berikut: a) Kurva distribusi kecepatan pada penampang melintang berbentuk parabolik. b) Lokasi kecepatan maksimum berada antara 0,05 s/d 0,25 h ke dalam air dihitung dari permukaan aliran. c) Kecepatan rata-rata berada ± 0,6 m3/s kedalaman dibawah permukaan air. d) Kecepatan rata-rata ± 85 % kecepatan permukaan. e) Untuk memperoleh ketelitian yang lebih besar dilakukan pengukuran secara mendetail kearah vertical dengan menggunakan integrasi dari pengukuran tersebut dapat dihitung kecepatan rata-ratanya (Hiroshiku, 2006).
Pengukuran air dapat dilakukan dengan metode yang menggunakan bangunan, antara lain Weirs dan Flumes. Dalam kata lain, Weirs adalah  alat pembendung air dengan bentuk tertentu yang digunakan untuk mengukur debit air saluran. Bentuk yang banyak dipergunakan pada metode ini adalah bentuk segitiga, segi empat, dan persegi panjang dan trapesium. Prinsip kerja dari alat ini adalah mengubah bentuk aliran air dari tidak teratur menjadi bentuk yang dikehendaki, dengan cara membendung aliran air sungai dan dialirkan/diterjunkan melalui bentuk tertentu sesuai yang dikehendaki (Triatmodjo, 2013).
Pengelolaan air berperan sangat penting dan merupakan salah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi padi di lahan sawah. Variasi kebutuhan air tergantung juga pada varietas padi dan sistem pengelolaan lahan sawah. Teknik pengelolaan air perlu secara spesifik dikembangkan sesuai dengan sistem produksi padi sawah dan pola tanam. Jumlah air yang diperlukan di dalam proses produksi padi tergantung pada iklim, posisi lansekap, periode pertanaman, karakteristik drainase tanah, dan pengelolaan irigasi. Transpirasi tanaman umumnya terjadi sebesar 5-8 mm/hari dan perkolasi pada selang 1-10 mm/hari. Untuk memenuhi irigasi pada periode tanam sampai panen dengan umur tanaman 100 hari akan memerlukan air 520- 1.620 mm. Untuk padi dengan umur 130 hari membutuhkan air sebanyak 720- 2.160 mm. Secara umum, irigasi juga berguna untuk (a) mempermudah pengolahan tanah, (b) mengatur suhu tanah dan iklim mikro, (c) membersihkan atau mencuci tanah dari garam-garam yang larut atau asam-asam yang tinggi, (d) membersihkan kotoran atau sampah yang ada dalam saluran-saluran air dan (e) menggenangi tanah untuk memberantas tanaman pengganggu (gulma) dan hama penyakit (Subagyono et al., 2004).
Informasi debit aliran sungai akan memberikan hasil lebih bermanfaat  bila disajikan dalam bentuk hidrograf. Namun demikian tidak semua Daerah Aliran Sungai (DAS) mempunyai data pengukuran debit, hanya sungai-sungai yang DAS-nya telah dikembangkan mempunyai data pengukuran debit yang cukup. Dengan demikian berkembang penurunan hidrograf satuan sintetis yang didasarkan atas karakteristik fisik dari suatu DAS. Dari debit aliran inilah secara kuantitas dan kualitas dapat dijadikan sebagai petunjuk mampu tidaknya DAS berfungsi dan berperan sebagai pengatur proses tersebut, khususnya dari segi hidrologis (Azis, 2013).










III.   METODOLOGI
Praktikum Pengelolaan Air acara 2 yang berjudul  Pengukuran Debit Sungai atau Saluran ini dilaksanakan  pada hari Jumat 26 Februari 2016, di Selokan Mataram, Sleman Yogyakarta. Bahan dan Peralatan yang digunakan adalah pelampung, meteran, stopwatch dan peilschaal.
Ada dua cara pengukuran dalam praktikum ini yaitu mengukur luas penampang melintang saluran atau sungai dan mengukur kecepatan aliran dengan cara pelampung apung. Cara yang pertama langkah-langkahnya pertama mengukur jeluk air saluran pada beberapa titik pengamatan. Lalu jarak antar titik pengamatan pada saluran yang dasarnya tidak seragam atau agak rata tidak boleh lebih dari 1/20 lebar total saluran atau sungai. Untuk saluran yang dasarnya seragam atau agak rata cukup 12 titik pengamatan. Kemudian langkah terakhir membuat gambar melintang dari saluran atau sungai dan menghitung mid section dan mean sectionnya.
Perhitungan :
Mid section
An = dn x b atau an = dn x[{bn + b(n+1)}/2]
Mean section
An = [{dn + d(n+1)}/2] x b(n+1)
Mengukur kecepatan aliran dengan cara pelampung apung tahapan-tahapan yang harus diperhatikan yaitu menentukan lokasi pengukuran dengan syarat bagian yang relative lurus cukup panjang, penampang saluran atau sungai seragam. Kemudian tentukan dua titik pengamatan jalannya pelampung dengan jarak 69,3 m(L Meter) setelah itu pelampung dilepas dibagian hulu (titik 1). Lalu mencatat waktunya sampai mencapai titik ke 4 (T Detik) dan hitung kecepatan pelampung dengan kecepatan akhirnya.
Perhitungan :
Kecepatan pelampung
U = L / T
Kecepatan akhir
V = k x U
k = koefisien yang besarnya tergantung pada jenis pelampung

IV.   HASIL PENGAMATAN

Tabel 3.1 Debit Air Selokan Mataram
Ulangan
Bandul (m3/s)
Tanpa Bandul (m3/s)
1
0,194
0,273
2
0,218
0,302
3
0,230
0,307
4
0,212
0,300
Rerata
0,214
0,296

F-Test Two-Sample for Variances

Bandul
Tanpa Bandul
Mean
0,21
0,4025
Variance
0,000266667
0,000158333
Observations
4
4
Df
3
3
F
1,684210526
P(F<=f) one-tail
0,33949922
F Critical one-tail
9,276628153


t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

Bandul
Tanpa Bandul
Mean
0,21
0,4025
Variance
0,000266667
0,000158333
Observations
4
4
Pooled Variance
0,0002125
Hypothesized Mean Difference
0
Df
6
t Stat
-18,67524313
P(T<=t) one-tail
7,60723E-07
t Critical one-tail
1,943180281
P(T<=t) two-tail
1,52145E-06
t Critical two-tail
2,446911851








V.      PEMBAHASAN
Debit sungai merupakan jumlah air yang mengalir pada jarak tertentu pada satuan waktu tertentu, biasanya diukur dengan m³/s. Perubahan kondisi permukaan air sungai dalam jangka waktu yang panjang akan dapat diketahui dengan mengadakan pengamatan permukaan air sungai itu dalam jangka waktu yang panjang. Debit sungai dapat diperoleh juga dari permukaan air sungai. Pengukuran debit aliran sangat bermanfaat diberbagai bidang. Salah satu kegunaan pengukuran debit aliran adalah debit aliran dapat dijadikan sebuah alat untuk memonitor dan mengevaluasi neraca air suatu kawasan melalui pendekatan potensi sumber air permukaan. Dalam bidang pertanian debit aliran dimanfaatkan untuk pembuatan irigasi. Pembuatan irigasi digunakan untuk pengukuran debit aliran sangat bermanfaat dalam pembuatan saluran irigasi. Dengan melakukan pengukuran debit aliran maka dapat diketahui debit andalan aliran air tersebut. Debit andalan merupakan debit maksimum  yang dapat digunakan untuk irigasi. Selain dalam bidang pertanian dapat dimanfaatkan sebagai tenaga pembangkit listrik dan sarana transportasi. Tenaga pembangkit listrik dapat berasal dari uap, angin, bahan bakar minyak, nuklir maupun air. Apabila tenaga pembangki listrik berasal dari air, pengukuran debit aliran dapat membantu untuk menentuhkan kecepatan pergerakan turbin. Sarana trasportasi, pengukuran debit aliran juga sangat bermanfaat. Dengan adanya pengukuran debit aliran, maka dapat diketahui besarnya debit air di suatu sungai dan kecepatan gerak air.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya debit suatu aliran air. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1.             Intensitas hujan
Curah hujan merupakan salah satu faktor utama yang memiliki komponen musiman yang dapat secara cepat mempengaruhi debit air, dan siklus tahunan dengan karakteristik musim hujan panjang (kemarau pendek) atau musim hujan pendek (kemarau panjang). Semakin panjang musim hujan maka debit air akan semakin besar.
2.             Penggundulan  hutan
Hutan merupakan sumber resapan air hujan yang sangat penting. Oleh karena itu hutan yang terjaga kelestariannya dengan baik akan memberikan manfaat berupa ketersediaan sumber-sumber air pada musim kemarau. Sebaliknya apabila kelestarian hutan tidak terjaga maka ketika hujan datang yang terjadi adalah bencana, seperti banjir dan tanah longsor. Karena fungsi hutan sebagai daerah resapan air tidak berjalan sebagai mana mestinya.
3.             Pengalihan hutan menjadi lahan pertanian
Pengalih fungsian hutan menjadi lahan pertanian sangat beresiko, karena dengan ditebanginya pohon-pohon dapat menimbulkan erosi. Erosi menyebabkan debit aliran sungai menurun.
4.             Intersepsi
Intersepsi adalah proses ketika air hujan jatuh pada permukaan vegetasi di atas permukaan tanah. Air hujan yang jatuh itu tertahan beberapa saat untuk diuapkan kembali ke atmosfer atau diserap oleh vegetasi yang bersangkutan. Setiap hujan jatuh di daerah bervegetasi ada sebagian air yang tidak mencapai permukaan tanah dan dengan demikian intersepsi berpengaruh terhadap besar kecilnya debit aliran.
5.             Evaporasi dan evapotraspirasi
Evaporasi adalah penguapan air yang berasal dari danau, sungai, lautan maupun permukaan tanah. Sedangkan evapotraspirasi adalah penguapan air oleh tumbuhan. Kedua proses ini dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya debit aliran karena melalui proses ini dapat membuat air baru (hujan).
            Salah satu teknik pengukuran debit di lapangan yaitu dengan metode apung. Cara ini dilakukan dengan menempatkan benda yang tidak dapat tenggelam di permukaan aliran sungai pada jarak tertentu dan mencatat waktu yang diperlukan oleh benda terapung tersebut bergerak dari satu titik pengamatan ke titik pengamatan yang lain. Benda yang digunakan berupa benda apa saja yang dapat terapung di permukaan air mengalir. Untuk parameter kecepatan aliran dengan metode apung (float method) yaitu dengan menempatkan pelampung (dengan bandul maupun tanpa bandul) pada empat titik pengamatan B1, B2, B3, dan B4 dengan masing-masing titik pengamatan dilakukan 3 kali ulangan. Keadaan aliran pada empat titik pengamatan (B1, B2, B3, dan B4) mempunyai kecepatan yang bisa dikatakan hampir sama, di mana hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan.
            Keuntungan dari penggunaan metode apung ini antara lain mudah, murah, dan hasil yang didapatkan cukup akurat. Akan tetapi, penggunaan metode apung untuk mengukur debit ini mempunyai beberapa kelemahan, yaitu hanya dapat dilakukan pada aliran sungai yang arusnya relatif stabil, sedangkan untuk aliran air yang arusnya kurang stabil metode ini kurang cocok untuk dipakai. Selain itu, pengukuran debit dengan metode apung memerlukan waktu yang cukup lama karena harus dilakukan berulang kali untuk mendapatkan hasil yang akurat. Semakin banyak ulangan yang dilakukan, hasil yang didapat semakin akurat.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas, diketahui bahwa debit air selokan yang diukur menggunakan pelampung tanpa bandul lebih tinggi dibandingkan dengan debit yang diukur dengan pelampung berbandul. Hal itu terjadi karena dengan daya dorong air yang sama, pelampung tanpa bandul lebih mudah bergerak dibandingkan pelampung dengan bandul. Akibatnya, waktu yang diperlukan pelampung tanpa bandul untuk mencapai titik pengamatan yang lain lebih cepat, sehingga pada volume air selokan yang sama, debit air yang diukur menggunakan pelampung tanpa bandul menjadi lebih besar. Berdasarkan hasil analisis uji t, diketahui bahwa t-stat (-7,658) lebih rendah dari t-tabel (2,145) sehingga Ho gagal ditolak. Artinya, debit air yang diukur menggunakan pelampung tanpa bandul hasilnya tidak beda nyata dengan debit air yang diukur menggunakan pelampung dengan bandul. Hal itu disebabkan bandul yang diikatkan pada pelampung bobotnya ringan sehingga hasil pengukuran debitnya tidak berbeda nyata. 

















VI.   KESIMPULAN
1.        Metode yang digunakan dalam pengukuran debit air adalah metode apung.
2.        Debit rerata pada perlakuan pelampung tanpa bandul sebesar 0,30 m3/det sedangkan pada perlakuan dengan bandul sebesar 0,21 m3/det. Hal tersebut karena ada faktor penghambat massa bandul sehingga Qr pada perlakuan dengan bandul lebih kecil daripada perlakuan tanpa bandul.
3.        Dalam bidang pertanian debit aliran dimanfaatkan untuk pembuatan irigasi. Pembuatan irigasi digunakan untuk pengukuran debit aliran sangat bermanfaat dalam pembuatan saluran irigasi. Dengan melakukan pengukuran debit aliran maka dapat diketahui debit andalan aliran air tersebut. Debit andalan merupakan debit maksimum  yang dapat digunakan untuk irigasi.





















DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2012. Pengukuran Debit di Saluran Terbuka.<http://sasotra.agriculture.com>. Diakses pada tanggal 2 Maret 2016.

Asdak, C. 1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Azis, Akhmad. 2013. The comparasion between the research and calculation result to the amount of ground water debit in recharge reservoir using sand columns. International Journal of Engineering and Technolog 3(8):773-776.

Hardiyatmo, H. C. 2002. Mekanika Tanah I. Gajah Mada University Prees, Yogyakarta.

Hardiyatmo, H. C. 2002. Teknik Pondasi 2. Edisi Kedua. Beta Offset, Yogyakarta.

Hiroshiku A. 2006. The eficiency of irrigation in paddy field using current eter. Journal of Agriculture 5(1): 32-48.

Subagyono, K., A. Dariah, E. Surmaini, Undang Kurnia. 2004. Pengelolaan air pada tanah sawah: tanah sawah dan teknologi pengelolaannya. Jurnal Agro Inovasi 2(7): 237-247. 

Sutomo J. 2013. Alat Pengukur Debit Air. <http://alatpengukurdebitair.unitomo.ac.id>. Diakses pada tanggal 2 Maret 2016.

Takeda S. 2013. Water Management in The Field. Kyoto University Press. Kyoto.

Triatmodjo, B. 2013. Hidrologi Terapan. Beta Offset, Yogyakarta.












LAMPIRAN

F-Test Two-Sample for Variances

Bandul
Tanpa Bandul
Mean
0,21
0,4025
Variance
0,000266667
0,000158333
Observations
4
4
Df
3
3
F
1,684210526
P(F<=f) one-tail
0,33949922
F Critical one-tail
9,276628153

F hitung < F tabel yaitu 1,68 < 2,145 sehingga Ho diterima yang menunjukkan bahwa varians seragam. Varians seragam tersebut mengasumsikan pada uji lanjut yaitu uji t menggunakan asumsi varians homogen.

t-Test: Two-Sample Assuming Equal Variances

Bandul
Tanpa Bandul
Mean
0,21
0,4025
Variance
0,000266667
0,000158333
Observations
4
4
Pooled Variance
0,0002125
Hypothesized Mean Difference
0
Df
6
t Stat
-18,67524313
P(T<=t) one-tail
7,60723E-07
t Critical one-tail
1,943180281
P(T<=t) two-tail
1,52145E-06
t Critical two-tail
2,446911851

t hitung > t tabel yaitu 18,68 >  2,145 sehingga Ho ditolak yang menunjukkan bahwa rerata debit perlakuan tanpa bandul dengan perlakuan dengan bandul memberikan hasil yang berbeda nyata.










PERHITUNGAN
Panjang titik pengamatan (L) =
69,3

Lebar Saluran = (4.22/4)
1,055

Kedalaman Saluran =
d1
0,67


d2
0,73

d3
0,75

d4
0,75

d5
0,67

K dengan bandul
0,6

K tanpa bandul
0,85

K dasar (rata)
0,85

Data Pengamatan Waktu Tempuh Bandul (detik)
Perlakuan
Dengan bandul (k=0.6)
Tanpa bandul (k=0.85)
B1
B2
B3
B4
B1
B2
B3
B4
Dengan bandul (k=0.6)
Ulangan 1
145
127
119
127
145
133
128
127
Ulangan 2
127
128
123
122
133
133
123
119
Ulangan 3
131
125
122
125
129
122
136
129
Rerata
134,33
126,67
121,33
124,67
135,67
129,33
129,00
125,00
Kecepatan Pelampung (m/s)
0,516
0,547
0,571
0,556
0,511
0,536
0,537
0,554
Kecepatan Akhir (m/s)
0,310
0,328
0,343
0,334
0,306
0,321
0,322
0,333
Debit (m3/s)
0,194
0,218
0,230
0,212
0,273
0,302
0,307
0,300
Debit Rerata (m3/s)
0,2137
0,2955


Luas Penampang
AB1= = 0,7
AB2= = 0,74
AB1= = 0,75
AB1= = 0,71

Debit Air
Dengan Bandul
·         B1 = = 0,194
·         B2 = = 0,218
·         B3 = = 0,230
·         B4 = = 0,212
Tanpa Bandul
·         B1 = = 0,273
·         B2 = = 0,302
·         B3 = = 0,307
·         B4 = = 0,3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar