Selasa, 26 April 2016

PASCA PANEN ACARA III

Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8amFKgUtR4JeJtfdoVkf56TVuFdlRM9W0SLnqCalMx9WyOgHUMRXQvqPv7a1ni1VBt649VATNZIWmEs7XHDZGyvYxupSq2_XLiByhV0fehZWvCOBiHEqURq7CmMlt32UI-VFGjK0LaRgy/s1600/r4we.jpeg


Oleh:
Nama           : Andrew Budiherlando
Gol              : C2/A
Asisten         : 1. Bella Vyatrisa
                       2. Nurul Kumala Dewi
LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016

I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
      Komoditi hortikultura (buah-buahan dan sayur-sayuran) merupakan komoditas yang mudah sekali mengalami kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan fisik, mekanis maupun kerusakan mikrobiologis. Sementara itu, komoditi ini lebih disukai dikonsumsi dalam keadaan segar. Jika buah tidak langsung dikonsumsi, tetapi untuk digunakan pada waktu tertentu, maka dapat dilakukan penyimpanan. Penyimpanan merupakan metode penanganan buah yang telah dipanen, dimana pada buah-buahan tersebut masih terjadi proses seperti respirasi dan transpirasi. Penanganan ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk. Penyimpanan yang baik dan tepat merupakan sebuah tugas yang rumit, karena perlakuan akan berbeda tergantung varietas buah (Calvin dan Donald, 1983).
Pengemasan merupakan metoda yang digunakan untuk menyimpan bahan pangan dengan tujuan memberikan kondisi yang sesuai bagi bahan pangan yang dikemas. Tanpa pengemasan, banyak bahan pangan yang akan cepat rusak dan akan terbuang. Dengan kata lain, pengemasan digunakan untuk mengurangi kerusakan bahan pangan (Buckle, dkk., 1987).
       Pemahaman tentang metode penyimpanan komoditas hortikultura merupakan komponen yang sangat penting dalam penanganan pasca panen hasil komoditas hortikultura.Metode penyimpanan yang baik akan menjaga kualitas dan kuantitas komoditas hortikultura.

B.Tujuan
1.Menerapkan metode peyimpanan untuk menjaga  umur simpan dan kualitas komoditas hortikultura









II.TINJAUAN PUSTAKA
       Komoditas hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan untuk  mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan, yaitu meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang sudah ada.Salah satu metode untuk menjaga kualitas adalah penyimpanan komodita (Soleh, 1999 cit.Nopiana dan Balkis,2011).
Untuk memperlambat laju kemunduran pasca panen komuditas buah-buahan dan sayuran diperlukan suatu cara penanganan dan pelakuan yang baik, sehingga laju respirasi dan transpirasi dapat ditekan serendah mungkin. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan menurunkan suhu produk. Namun demikian beberapa cara tambahan dari cara pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk memperpanjang masa simpan buah, antara lain dengan teknik modifikasi atmosfer, pelapisan lilin, penyimpanan dan pembungkusan dengan kantong plastik (Magdelina,1997).
Untuk memperlambat kemunduran pasca panen komoditas buah-buahan diperlkan suatu cara penanganan dan perlakuan yang dapat menurunkan respirasi dan transpirasi sampai batas minimal dimana produk tersebut  masih mampu melangsungkan aktivitas hidupnya. Pengemasan dengan plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan respirasi untuk produk hotikultura segar. Dengan kemasan plastik untuk produk segar menyebabkan perubahan atau modifikasi konsentrasi COdan O2 sekitar produk kemasan,dimana konsentrasi COakan meningkat dan Omenurun akibat interaksi respirasi dan permeabilitas bahan (Fardiaz, 1984)
Kerusakan dapat dikendalikan dengan menggunakan kemasan yang beranekaragam jenisnya dan perlindungan yang diberikan ditentukan oleh sifat bahan pengemas dan jenis kontruksinya (Fardiaz, 1984).
     Pengaruh kondisi kemasan, suhu dan lama penyimpanan secara umum berpengaruh terhadap perubahan mutu dari paprika dan wortel.Kemasan kantong plastik yang dilubangi dengan jarak lubang 4 cm lebih baik bila-dibandingkan.dengan jarak lubang 2 atau 6 cm pada penyimpanan suhu kamar. Paprika, pada hari ke 15 yang dikemas dalam kemasan plastik dengan jarak antar lubang 2 cm, agak sedikit keriput, agak lunak dan aroma pedas berkurang, sedangkan penampakan wortel warna menjadi oranye kusam pada beberapa tempat bebintik-bintik hitam. Jika jarak antar lubang 6 cm,pada hari ke 15, tangkai buah busuk, warna berubah menjadi hijau kekuningan, pada beberapa bagian teriadi kebusukan dan berair. Sedangkan untuk wortel penampakan relatif masih baik, hampir sama dengan jarak lubang 4 cm tetapi aroma lebih tajam dan rasanya pahit. sama dengan jarak lubang 4 cm tetapi aroma lebih tajam dan rasanya pahit (Wijandi et al.,1989).
      Sayuran paling baik disimpan pada suhu 32°F dengan RH 90-95 %. Suhu di atas 35°F dapat memperpendek umur simpan komoditas sayuran.Kubis dapat bertahan selama 3-5 minggu pada suhu penyimpanan 0°C.Brokoli dapat bertahan 10-14 hari pada suhu 0 °C.Sayuran buah seperti buncis,mentimun,okra,cabai,labu,dan tomat peka terhadap pendinginan 40°-50°F.Jika suhu penyimpanan terlalu tinggi maka dapat meyebabkan kekakuan,warna kuning,dan kerusakan pada komoditas hortikultura.Suhu penyimpanan pada tomat tergantung pada tingkat kemasakan.Tomat hijau tidak akan menjadi matang pada suhu 32°-45°F.Sayuran dan buah cocok disimpan pada RH 92 %.Pada RH 95 % komoditas hortikultura akan mengalami pembusukan dan pada RH 80 % akan mengalami susut bobot (Pantastico,1975).
     Penyimpanan pada suhu dingin dapat mengurangi respirasi,memperlambat proses penuaan,memperlambat kelayuan.Penyimpanan pada suhu rendah diperlukan untuk sayuran yang mudah rusak karena hal tersebut dapat mengurangi kecepatan proses metabolisme.Setiap jenis sayuran mempunyai sifat karakteristik penyimpanan tersendiri.Hal tersebut dipengaruhi varietas,tempat tumbuh, kondisi tanah, cara budidaya tanaman, derajat kematangan,dan penanganan sebelum disimpan.Untuk memperoleh hasil penyimpanan yang baik,suhu ruang pendingin harus dijaga agar konstan dan tidak berfluktuasi(Samad,2006).Pada buah tomat yang belum matang lebih baik disimpan pada suhu 8,9-10 °C dengan RH 85-90%.Penyimpanan pada kondisi tersebut dapat membuat tomat bertahan sampai 4-5 minggu.Pada tomat yang sudah matang,penyimpanan pada suhu 7,2 °C dengan RH 90% dapat membuat buah tomat bertahan hingga satu minggu (Peter,2009).
    Penyimpanan komoditas hortikultura juga dapat dilakukan pada serbuk gergaji.Penyimpanan tersebut tidak boleh terlalu kering.Apabila terlalu lembab maka bakteri dan jamur akan berkembang.Penyimpanan tersebut dapat menunda peningkatan kehilangan air dalam selang waktu antara saat panen dan pengepakan.Penggunaan serbuk gergaji dalam penyimpanan harus dalam kondisi kering (Janick,2004).
    Penyinaran UV-C selama 20 menit akan mempercepat penurunan nilai kualitas visual tomat. Hal ini dikarenakan pada dosis penyinaran UV-C selama 20 menit, susut berat buahnya relatif tinggi dan terdapat bercak coklat dipermukaan kulitnya sehingga buah lebih cepat mengalami kemunduran kualitas dibanding perlakuan kontrol. Berdasarkan penelitian ini, semakin lama waktu penyinaran UV-C maka kandungan total asam tertitrasi buah semakin tinggi. waktu penyinaran UV-C tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C buah tomat. Hal ini karena vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang. Pada penyinaran UV-C selama 10 menit kekerasan buah tomat dapat dipertahankan lebih lama. Penyinaran UV-C mengakibatkan bercak coklat pada kulit buah tomat. Buah tomat tanpa penyinaran UV-C pada permukaan kulit buahnya tidak terdapat bercak coklat (Setyaning,2012).















III.METODE PELAKSANAAN
         Praktikum Penyimpanan Komoditas Hortikultura dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015 di Laboratorium Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta pada pukul 13.30 WIB. Bahan yang digunakan meliputi buah tomat sebanyak 72 buah dengan air. Alat yang digunakan meliputi wadah, timbangan, plastik, crisper, lemari es, kertas koran, dan serbuk.
Cara kerja yaitu 72 buah tomat dibagi menjadi 8 perlakuan.Setiap perlakuan terdapat 3 ulangan.Masing-masing ulangan terdapat 3 buah tomat.Perlakuan yang digunakan meliputi penyimpanan tomat pada serbuk gergaji basah,serbuk gergaji kering,plastik rapat,plastik yang diberi lubang kecil sebanyak 16 lubang,crisper,lemari es bagian tengah, koran 1 lapis, dan Koran 2 lapis. Sebelum diberi perlakuan,bobot awal,VQR,dan indeks warna tomat diamati.Semua tomat diberi perlakuan penyimpanan tersebut dan disimpan selama 1 minggu.Setelah satu minggu buah tomat dikeluarkan dari perlakuan penyimpanan,ditempatkan pada wadah keranjang kecil serta diamati susut bobot,VQR dan indeks warnanya setiap hari selama seminggu.
Nilai VQR(Visual Quality Rating)
Nilai
Keterangan
9 dan 8
Sempurna,Segar,Sangat Baik
7 dan 6
Baik,Kerusakan Sedikit
5 dan 4
Cukup,Kerusakan Sedang
3
Buruk,Tidak Terjual
2
Bagian yang termakan terbatas
1
Tidak termakan sama sekali

Indeks Warna Buah Tomat
Nilai Warna(Score)
Keterangan
1
Seluruh permukaan warna hijau atau hijau keputihan
2.
Ada perubahan warna yang jelas dari hijau/hijau keputihan menjadi kuning,oranye,merah/merah muda tetapi tidak lebih dari 10 %
3
10-30 % permukaan buah berwarna kuning,oranye,merah muda/merah
4
30-60 % permukaan buah berwarna kuning,oranye,merah/merah muda,buah sudah masak tetapi masih keras
5
60-90 % permukaan buah berwarna kuning,oranye,merah/merah muda,buah sudah masak tetapi masih keras
6
Masak penuh,lebih dari 90 % dari seluruh permukaan buah berwarna kuning,oranye,merah/merah muda buah sedikit lunak.

























IV.HASIL
No
Perlakuan
Kekerasan
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Kontrol
1
1
2
2
2
2.11
2.22
2.33
2
Plastik erat
1
1
1
1
1
1.33
1.33
1.67
3
Plastik 16 lubang
2.33
2.33
2.33
2.33
2.33
2.67
2.67
3
4
Serbuk gergaji basah
1
1
1.67
2
2
2
2.33
2.33
5
Serbuk gergaji kering
1.31
1.33
1.33
1.33
1.67
2.33
2.33
2.33
6
Moss basah
2
2
2
2
2
2
2
2
7
Moss kering
2
2
2
2
2
2
2
2
8
Koran 1 lapis
0.89
0.89
1.97
1.97
1.97
1.97
1.97
2
9
Korang 2 lapis
1
1
2.23
2.23
2.23
2.23
2.23
2.33
10
Suhu crisper 2.3
2.17
2.17
2.33
2.67
3
3
3
3
11
Suhu lemari es 2.35
1.67
1.83
2
2
2.5
2.83
3
3.33
No
Perlakuan
Warna
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Kontrol
1
1
1
1
1
2
3.22
3.33
2
Plastik erat
1
1
1
1
1
1
1.33
1.33
3
Plastik 16 lubang
0.67
0.67
1
1
1
1
1
1
4
Serbuk gergaji basah
1
1
1
1.33
1.33
1.33
2.33
2.33
5
Serbuk gergaji kering
1
1.33
1.33
1.56
1.78
1.78
1.78
1.87
6
Moss basah
1
1
1
1
1
1
1.33
1.33
7
Moss kering
1
1
1
1
1.33
1.33
2
2
8
Koran 1 lapis
0.89
0.89
1.22
1.22
1.33
1.67
1.67
2.11
9
Korang 2 lapis
1
1
1.23
1.23
1.23
1.78
1.78
2.3
10
Suhu crisper 2.3
1
1
1
1
1
1
1.33
1.33
11
Suhu lemari es 2.35
1
1
1
1
1
1
1
1.33
No
Perlakuan
Susut Bobot
1
2
3
4
5
6
7
8
1
Kontrol
5
5
6
6
6
9
7
9
2
Plastik erat
4
4
5
6
7
8
8
9
3
Plastik 16 lubang
3
3
4
4
5
5
5
6
4
Serbuk gergaji basah
0
10
11
12
13
14
14
10
5
Serbuk gergaji kering
24
45
45
46
46
47
47
48
6
Moss basah
0.3
0.5
0.8
1.6
2
3
4
5
7
Moss kering
6
6
7
7
8
9
10
10
8
Koran 1 lapis
51
15
15
15
15
17
17
15
9
Korang 2 lapis
5
5
5
6
7
7
8
7
10
Suhu crisper 2.3
5
9
10
14
12
13
72
77
11
Suhu lemari es 2.35
1
3
6
8
9
10
15
14




























V.PEMBAHASAN
1.Penyimpanan Komoditas Hortikultura
      Penyimpanan komoditi hortikultura pada dasarnya merupakan usaha untuk mempertahankan komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan. Oleh karena itu, maka penyimpanan juga berarti upaya mempertahankan komoditi panenan tetap dalam kondisi segar dan sekaligus masih memiliki kualitas yang baik.Penyimpanan tersebut diperlukan terutama bagi  komoditi hortikultura yang mudah mengalami kerusakan setelah memasuki periode pasca panen, karena cara penyimpanan tersebut dapat mengurangi laju respirasi dan metabolisme lainnya, mengurangi  proses penuaan, mengurangi kehilangan air dan pelayuan, mengurangi  kerusakan akibat aktivitas mikroba, dan mengurangi proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki seperti pertunasan.

2.Macam-Macam Penyimpanan Komoditas Hortikultura
      Menurut Peter(2009),macam-macam penyimpanan hortikultura meliputi pendinginan, pengendalian atau modifikasi atmosfer,dan hipobarik.

A.Pendinginan
      Metode pendinginan direkomendasikan untuk komoditas yang mudah rusak untuk memperlambat laju perubahan metabolik,kehilangan air,respirasi,dan kerusakan karena mikroorganisme.Kondisi ideal penyimpanan dengan pendinginan adalah dengan temperatur terendah yang tidak menyebabkan kerusakan pada produk.

B.Pengendalian atau Modifikasi Atmosfer
     Prinsip dari metode tersebut adalah dengan menghilangkan atau penambahan komposisi gas sehingga kondisi penyimpanan berbeda dari kondisi normal.Pada modifikasi atmosfer,hal yang dilakukan yaitu menurunkan kandungan oksigen dan meningkatkan konsentrasi karbondioksida.

C.Hipobarik
    Penyimpanan hypobaric adalah bentuk penyimpanan atmosfer terkendali di mana produk disimpan dalam vakum parsial. Ruang vakum dihubungkan secara kontinyu dengan udara yang mengandung air jenuh untuk mempertahankan tingkat oksigen dan mengurangi  kehilangan air. Pematangan pada buah dapat diperlambat dengan penyimpanan hipobarik karena penurunan tekanan parsial pada oksigen dan untuk beberapa buah-buahan dapat menurunkan etilen. Metode tersebut dapat diterapkan pada buah, sayur, bunga potong dan tanaman pot.

3.Faktor-faktor  yang Mempengaruhi Proses Penyimpanan Komoditas Hortikultura

1.Suhu
     Suhu dalam penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi kenaikan dan penurunan.Biasanya dalam penyimpanan dingin, suhu dipertahankan berkisar antara 1 °C sampai dengan 2 °C.Penyimpanan yang mendekati titik beku mungkin saja diperlukan interval suhu yang lebih sempit. Suhu di bawah optimum akan menyebabkan pembekuan atau terjadinya chilling injury ,sedangkan suhu di atas  optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat. Fluktuasi suhu yang luas dapat terjadi bilamana dalam penyimpanan terjadi kondensasi yang ditandai  adanya air pada permukaan komoditi  simpanan. Kondisi ini juga menandakan bahwa telah terjadi kehilangan air yang cepat pada komoditi bersangkutan.
     Persyaratan suhu penyimpanan untuk berbagai jenis komoditi sangat berlainan satu dengan lainnya. Suhu yang lebih rendah dari suhu optimum biasanya akan dapat mengakibatkan terjadinya pengembunan pada permukaan komoditi. Bilamana hal ini terjadi, maka dapat menyebabkan pengkeriputan dan berkurangnya kualitas akibat cepatnya  proses penuaan. Bilamana terdapat perbedaan suhu yang terlalu besar dalam  ruangan, maka keadaan tersebut dapat diatasi dengan menyertakan  dinding penyekat atau dengan mempertahankan sirkulasi udara yang  cukup di dalam ruang simpan. Kecepatan gerakan atau sirkulasi udara  yang dapat memberikan k euntungan atau tercapainya kondisi yang tetap  (stabil) berkisar antara 0,25 sampai dengan 0,33 m/detik atau berkisar 50  sampai dengan 75 feet/menit.

2. Kelembaban
      Untuk kebanyakan komoditi yang mudah rusak, kelembaban relatif  dalam penyimpanan sebaiknya dipertahankan pada kisaran 90 sampai 95%. Kelembaban di bawah kisaran tersebut akan menyebabkan  kehilangan kelembaban komoditi. Kondisi ini tidak diinginkan karena  merugikan. Kelembaban yang mendekati 100% kemungkinan akan  terjadi pertumbuhan mikroorganisme lebih cepat dan juga menyebabkan permukaan komoditi pecah-pecah.
     Komoditi hortikultura setelah panen yang diletakkan dalam udara  terbuka akan mengalami keseimbangan kadar air bahan dengan  kelembaban udara di sekitarnya. Kadar air dalam keadaan seimbang ini disebut kadar air keseimbangan atau Equilibrium Moisture Content.Setiap kelembaban relatif atau kelembaban nisbi atau sering disingkat  sebagai RH, dalam suatu ruangan penyimpanan menghasilkan kadar air  seimbang tertentu untuk suatu komoditi simpanan. Untuk tiap jenis komoditi memiliki kepekaan atau tanggapan yang berbeda -beda terhadap kelembaban relatif. Bagi komoditi hortikultura  yang mudah rusak, maka penyimpanan sebaiknya memeiliki kelembaban  relatif berkisar antara 80 sampai dengan 90 persen.Seperti diketahui bahwa kebanyakan buah-buahan dan sayuran maupun bunga potong mengandung air berkisar antara 85 sampai  dengan 90 persen berat keseluruhan bahan. Komoditi tersebut akan  mengalami kehilangan air secara terus menerus seiring dengan berjalannya waktu setelah panen. Kehilangan air yang berlebihan mengakibatkan komoditi akan layu, kisut/keriput, liat, dan tidak beraroma.maupun berasa yang menarik. Kehilangan air tersebut sebenarnya dapat dikurangi atau ditekan, yaitu dengan cara sebagai berikut :
a.Mempertahankan RH tetap tinggi,
b.Menurunkan suhu,
c.Memberikan aliran udara yang cukup untuk menghilangkan panas  udara di sekitar komoditi akibat respirasi
d.Melapisi komoditi dengan bahan pelapis seperti lilin dan khitosan
maupun dengan pembungkusan.

3. Komposisi atmosfer
      Komposisi udara atau atmosfir tempat atau ruangan penyimpanan sebaiknya dikendalikan agar komoditi yang disimpan tidak menghasilkan maupun mengonsumsi gas. Jenis gas yang tidak dikehendaki berada  dalam konsentrasi yang tinggi dapat dibuang atau dikurangi dengan cara menyerapnya menggunakan air atau kapur. Etilen dan senyawa volatile lainnya dapat dibuang dari ruang simpan dengan menggunakan KmnO4, katalisator oksidasi atau cahaya UV. Oksigen dapat dibuang dengan menggunakan proses pembakar
an atau penyaringan molekuler.

4.Kualitas Komoditas
     Agar penyimpanan memberikan arti bagi upaya memperpanjang masa kesegaran, maka hendaknya sayuran, buah- buahan maupun  bunga potong yang akan disimpan terbebas dari luka atau lecet maupun  kerusakan lainnya. Ker usakan tersebut dapat menyebabkan kehilangan air. Buah-buah yang telah memar dalam penyimpanannya akan mengalami susut bobot hingga empat kali lebih besar bila dibandingkan buah-buah yang utuh dan baik. Komoditi-komoditi tersebut juga sebaiknya dalam kondisi tingkat kematangan optimal, jangan yang terlalu muda (immature) maupun tua (over ripe).
     Tiap jenis komoditi memiliki sifat atau karakteristik penyimpanan tersendiri.Sifat-sifatnya selama dalam penyimpanan dapat juga dipengaruhi oleh varietas, iklim atau kondisi agronomi tempat tumbuh, cara budidaya maupun cara panenan.Jika komoditi yang akan disimpan memiliki kondisi tidak baik tentunya penyimpanan juga tidak mungkin dapat memperbaiki kondisi komoditi yang telah jelek tersebut, bahkan upaya penyimpanan justru dapat menambah kerugian dalam penanganan pasca panennya.

4.Kelebihan dan Kekurangan Metode Penyimpanan Komoditas Hortikultura

A.Serbuk gergaji
     Keuntungan dari metode tersebut adalah murah dan mudah serta mudah didapatkan.Kerugian penggunaan serbuk gergaji adalah apabila terlalu lembab dapat merangsang adanya bakteri dan jamur yang bisa merusak komoditas hortikultura.Apabila terlalu kering,kehilangan air pada komoditas menjadi tinggi lajunya.

B.Plastik Rapat
    Penggunaan plastik rapat dalam penyimpanan memiliki keunggulan,yaitu dapat membuat umur simpan komoditas hortikultura menjadi lebih lama(cukup lama) serta melindungi komoditas dari kerusakan akibat serangan hama dan patogen. Kelemahan dari metode tersebut adalah adanya respirasi anaerob yang dapat membuat komoditas hanya sedikit mengandung gula atau tidak dapat diterapkan dalam jumlah yang banyak dengan cara manual.

C.Crisper
    Penyimpanan komoditas hortikultura di dalam crisper dapat memperpanjang umur simpan.Kekurangan metode ini adalah tidak dapat diterapkan dalam jumlah yang sangat banyak.

D.Plastik dengan 16 lubang
Keunggulan dari metode ini adalah kelembaban komoditas dapat terjaga.Kekurangan metode ini umur simpan lebih pendek daripada penyimpanan dengan plastik rapat.

E.Lemari Es Bagian Tengah
Keunggulan dari metode ini adalah dapat memperpanjang umur simpan akan tetapi masa simpan lebih pendek daripada dari perlakuan crisper.Kekurangan metode ini adalah harga alat yang mahal.

F.Sinar UV
Kelebihan dari metode ini adalah dapat memperlama umur simpan.Kekuranga metode ini adalah penguasaan penggunaan alat dan kandungan asam dapat meningkat karena perlakuan tersebut sehingga rasa buah menjadi asam.

G.Kertas Koran
Penyimpanan dengan koran dapat menjaga kelembaban komoditas.Kelemahan metode ini adalah apabila komoditas mengeluarkan air maka akan basah dan membuat komoditas rusak.

5.Grafik Hasil Pengamatan
A.Susut Bobot

     Perlakuan penyimpanan buah tomat pada serbuk gergaji kering, crisper, dan Koran satu lapis  memiliki susut bobot yang relatif cepat. Serbuk gergaji yang kering dapat mempercepat respirasi pada buah tomat karena kondisi kering akan menimbulkan adanya suhu yang cukup tinggi. Pada perlakuan crisper,buah tomat akan mengalami laju susut bobot yang tinggi karena suhu penyimpanan hanya dapat memperpanjang umur simpan dalam waktu yang pendek.Perlakuan koran menyebabkan kondisi pada buah tomat menjadi pengap dan menyebabkan adanya kondisi panas yang dapat menyebabkan transpirasi dan respirasi. Susut bobot pada perlakuan plastik lubang 16 lebih besar dari plastik rapat.Hal tersebut disebabkan karena oksigen banyak yang masuk pada buah sehingga dapat memicu terjadinya proses respirasi.Pada perlakuan lemari es bagian tengah,suhu pada perlakuan tersebut dingin sehingga dapat menekan atau memperlambat proses respirasi dan transpirasi.

B.VQR

    Perlakuan plastik rapat dapat memperlambat kemunduran visual buah tomat. Sedangkan pada perlakuan lainnya cenderung memberikan pengaruh yang stabil. Serbuk gergaji kering dan basah menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap visual buah, bahkan dibandingkan keseluruhan perlakuan. Sebuk gergaji kering memiliki tingkat VQR yang paling tinggi dibanding dengan yang lain. Serbuk gergaji yang kering dapat mempercepat respirasi pada buah tomat karena kondisi kering akan menimbulkan adanya suhu yang cukup tinggi. Oleh karena itu dapat menurunkan tingkat VQRnya

C.Indeks Warna

    Berdasarkan grafik,perlakuan serbuk gergaji basah dapat  mempercepat perubahan warna buah tomat karena kelembapan pada serbuk gergaji basah dapat menimbulkan bercak yang dapat mempercepat terjadinya kemunduran. Plastik rapat lebih baik daripada plastic dengan lubang 16 karena plastic yang rapat dapat menghambat laju respirasi dan transpirasi pada buah tomat.Perlakuan koran tidak menunjukkan perubahan warna karena dapat disebabkan tingkat kemasakan buah sudah maksimal. Lemari es bagian tengah dapat memperlambat terjadinya perubahan warna karena suhu yang dingin memperlambat laju respirasi dan transpirasi.Hal tersebut juga terjadi pada perlakuan crisper. Serbuk gergaji basah dapat mempercepat proses pemasakan buah karena adanya kelembaban yang dapat merangsang adanya hama dan patogen. Serbuk gergaji kering dapat menjaga mutu buah dalam waktu yang lebih lama.

D. Kekerasan Komoditas

            Perlakuan suhu lemari es 2.35 memberikan efek yang signifikan terhadap kekerasan komoditas diikuti dengan suhu crisper dan serbuk gergaji kering. Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut dapat menjaga laju respirasi dan transpirasi sehingga kandungan gula atau pati dalam komoditas tersebut terjaga dan mempertahankan struktur buah.














VI.KESIMPULAN

1.Metode penyimpanan buah tomat meliputi serbuk gergaji basah,serbuk gergaji kering,plastik rapat,plastik yang diberi lubang kecil sebanyak 16 lubang,crisper,lemari es bagian tengah, koran 1 lapis,dan Koran 2 lapis.Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.Metode penyimpanan dierapkan berdasarkan jangka waktu penyimpanan

























DAFTAR PUSTAKA
Arianto,D.A.Supriyanto,dan Laila K.M.2013.Karakteristik jamur tiram(Plerotus ostreatus) selama penyimpanan dalam kemasan plastic polypropilen(pp).AGROINTEK 7: 66-75.
Buckle, K.A., dkk, 1987. Ilmu Pangan, Universitas Indonesia (UI. Press), Jakarta.
Calvin, C. L. dan Donald, M. K., 1983. Modern Home Gardening. Portland State University, New York.
Janick,Jules.2004. Horticultural Reviews, Volume 30.John Wiley & Sons,Inc,New Jersey.
Kader,A.A.,Werner J.L.,dan Leonard L.M.1973.Systems for scoring quality of harvested lettuce.HortScience 8: 408-409.
Kays, S.J., 1991. Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van Nostrand Reinholt, New York.
Magdelina, FA., 1997. Pengaruh Perlakuan Pasca Panen dan Suhu Simpan Terhadap Daya Simpan dan Kualitas Buah Mangga Variietas Arumanis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Nopiana,S.dan Siti Balkis.2011. Analisis Pendapatan pola tanam beruntun tanaman hortikultura di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.EPP 8: 30-40.
Pantastico,Er.B.Postharvest Physiology,Handling,and Utilization of Tropical and Sub Tropical Fruits dan Vegetables.The AVI Publishing Company,Inc,Westport.
Peter,K.V.E.2009.Basics of Horticulture.New India Publishing Agency,New Delhi.
Samad,M.Y.2006.Pengaruh penanganan pasca panen terhadap mutu komoditas hortikultura.Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia 8: 31-36.
Setyaning,U.,Endang S.,dan Sri T.2012.Pengaruh lama penyinaran terhadap mutu dan umur simpan tomat(Lycopersicon esculentum Mill.).Skripsi.
Soesanto,Loekas.2006.Penyakit Psca Panen:Sebuah Pengantar.Kanisius,Yogyakarta.
Wijandi,S., Krisnani Setyowati,Erliza Hambali,dan Ade Iskandar.1989. Studi Kemasan Komoditi Buah-Buahan Segar, Sayur-Sayuran Dan Bunga-Bungaan Segar Yang Bernilai Ekonomis Tinggi Dalam Rangka Meningkatkan Ekspor Non Migas.<http://web.ipb.ac.id/~lppm/lppmipb/penelitian/hasilcari.php?status=buka&id_haslit=621.798.2+WIJ+s>.Diakses tanggal 22 April 2015.

Winarno, F. G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. 1984. Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar