Oleh:
Nama :
Andrew Budiherlando
Gol : C2/A
Asisten : 1. Bella Vyatrisa
2. Nurul Kumala Dewi
LABORATORIUM
HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH
MADA
2016
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Komoditi
hortikultura (buah-buahan dan sayur-sayuran) merupakan komoditas yang mudah
sekali mengalami kerusakan setelah pemanenan, baik kerusakan fisik, mekanis
maupun kerusakan mikrobiologis. Sementara itu, komoditi ini lebih disukai
dikonsumsi dalam keadaan segar. Jika buah tidak langsung dikonsumsi, tetapi
untuk digunakan pada waktu tertentu, maka dapat dilakukan penyimpanan.
Penyimpanan merupakan metode penanganan buah yang telah dipanen, dimana pada
buah-buahan tersebut masih terjadi proses seperti respirasi dan transpirasi.
Penanganan ini bertujuan untuk menjaga kualitas produk. Penyimpanan yang baik
dan tepat merupakan sebuah tugas yang rumit, karena perlakuan akan berbeda tergantung
varietas buah (Calvin dan Donald, 1983).
Pengemasan merupakan metoda yang digunakan
untuk menyimpan bahan pangan dengan tujuan memberikan kondisi yang sesuai bagi
bahan pangan yang dikemas. Tanpa pengemasan, banyak bahan pangan yang akan
cepat rusak dan akan terbuang. Dengan kata lain, pengemasan digunakan untuk
mengurangi kerusakan bahan pangan (Buckle, dkk., 1987).
Pemahaman
tentang metode penyimpanan komoditas hortikultura merupakan komponen yang
sangat penting dalam penanganan pasca panen hasil komoditas hortikultura.Metode
penyimpanan yang baik akan menjaga kualitas dan kuantitas komoditas
hortikultura.
B.Tujuan
1.Menerapkan metode peyimpanan untuk menjaga umur
simpan dan kualitas komoditas hortikultura
II.TINJAUAN PUSTAKA
Komoditas
hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi,
mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta
mempunyai peluang pengembangan teknologi. Adapun upaya yang dilaksanakan
untuk mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan,
yaitu meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra
hortikultura yang sudah ada.Salah satu metode untuk menjaga kualitas adalah
penyimpanan komodita (Soleh, 1999 cit.Nopiana dan Balkis,2011).
Untuk memperlambat laju kemunduran pasca panen
komuditas buah-buahan dan sayuran diperlukan suatu cara penanganan dan pelakuan
yang baik, sehingga laju respirasi dan transpirasi dapat ditekan serendah
mungkin. Cara yang paling efektif untuk menurunkan laju respirasi adalah dengan
menurunkan suhu produk. Namun demikian beberapa cara tambahan dari cara
pendinginan tersebut dapat meningkatkan efektifitas penurunan laju respirasi.
Beberapa usaha yang dilakukan untuk
memperpanjang masa simpan buah, antara lain dengan teknik modifikasi atmosfer,
pelapisan lilin, penyimpanan dan pembungkusan dengan kantong
plastik (Magdelina,1997).
Untuk memperlambat kemunduran pasca panen
komoditas buah-buahan diperlkan suatu cara penanganan dan perlakuan yang dapat
menurunkan respirasi dan transpirasi sampai batas minimal dimana produk
tersebut masih mampu melangsungkan aktivitas hidupnya. Pengemasan
dengan plastik film adalah salah satu cara untuk menurunkan respirasi untuk
produk hotikultura segar. Dengan kemasan plastik untuk produk segar menyebabkan
perubahan atau modifikasi konsentrasi CO2 dan O2 sekitar
produk kemasan,dimana konsentrasi CO2 akan meningkat dan O2 menurun
akibat interaksi respirasi dan permeabilitas bahan (Fardiaz, 1984)
Kerusakan dapat dikendalikan dengan
menggunakan kemasan yang beranekaragam jenisnya dan perlindungan yang diberikan
ditentukan oleh sifat bahan pengemas dan jenis kontruksinya (Fardiaz, 1984).
Pengaruh kondisi kemasan,
suhu dan lama penyimpanan secara umum berpengaruh terhadap perubahan mutu dari
paprika dan wortel.Kemasan kantong plastik yang dilubangi dengan jarak lubang 4
cm lebih baik bila-dibandingkan.dengan jarak lubang 2 atau 6 cm pada
penyimpanan suhu kamar. Paprika, pada hari ke 15 yang dikemas dalam kemasan
plastik dengan jarak antar lubang 2 cm, agak sedikit keriput, agak lunak dan
aroma pedas berkurang, sedangkan penampakan wortel warna menjadi oranye kusam
pada beberapa tempat bebintik-bintik hitam. Jika jarak antar lubang 6 cm,pada
hari ke 15, tangkai buah busuk, warna berubah menjadi hijau kekuningan, pada
beberapa bagian teriadi kebusukan dan berair. Sedangkan untuk wortel penampakan
relatif masih baik, hampir sama dengan jarak lubang 4 cm tetapi aroma lebih
tajam dan rasanya pahit. sama dengan jarak lubang 4 cm tetapi aroma lebih tajam
dan rasanya pahit (Wijandi et al.,1989).
Sayuran paling baik
disimpan pada suhu 32°F dengan RH 90-95 %. Suhu di atas 35°F dapat memperpendek
umur simpan komoditas sayuran.Kubis dapat bertahan selama 3-5 minggu pada suhu
penyimpanan 0°C.Brokoli dapat bertahan 10-14 hari pada suhu 0 °C.Sayuran buah
seperti buncis,mentimun,okra,cabai,labu,dan tomat peka terhadap pendinginan
40°-50°F.Jika suhu penyimpanan terlalu tinggi maka dapat meyebabkan
kekakuan,warna kuning,dan kerusakan pada komoditas hortikultura.Suhu
penyimpanan pada tomat tergantung pada tingkat kemasakan.Tomat hijau tidak
akan menjadi matang pada suhu 32°-45°F.Sayuran dan buah cocok disimpan pada RH
92 %.Pada RH 95 % komoditas hortikultura akan mengalami pembusukan dan pada RH
80 % akan mengalami susut bobot (Pantastico,1975).
Penyimpanan pada
suhu dingin dapat mengurangi respirasi,memperlambat proses penuaan,memperlambat
kelayuan.Penyimpanan pada suhu rendah diperlukan untuk sayuran yang mudah rusak
karena hal tersebut dapat mengurangi kecepatan proses metabolisme.Setiap jenis
sayuran mempunyai sifat karakteristik penyimpanan tersendiri.Hal tersebut
dipengaruhi varietas,tempat tumbuh, kondisi tanah, cara budidaya tanaman,
derajat kematangan,dan penanganan sebelum disimpan.Untuk memperoleh hasil
penyimpanan yang baik,suhu ruang pendingin harus dijaga agar konstan dan tidak
berfluktuasi(Samad,2006).Pada buah tomat yang belum matang lebih baik disimpan
pada suhu 8,9-10 °C dengan RH 85-90%.Penyimpanan pada kondisi tersebut dapat
membuat tomat bertahan sampai 4-5 minggu.Pada tomat yang sudah
matang,penyimpanan pada suhu 7,2 °C dengan RH 90% dapat membuat buah tomat
bertahan hingga satu minggu (Peter,2009).
Penyimpanan komoditas
hortikultura juga dapat dilakukan pada serbuk gergaji.Penyimpanan tersebut
tidak boleh terlalu kering.Apabila terlalu lembab maka bakteri dan jamur akan
berkembang.Penyimpanan tersebut dapat menunda peningkatan kehilangan air dalam
selang waktu antara saat panen dan pengepakan.Penggunaan serbuk gergaji dalam
penyimpanan harus dalam kondisi kering (Janick,2004).
Penyinaran UV-C selama
20 menit akan mempercepat penurunan nilai kualitas visual tomat. Hal ini
dikarenakan pada dosis penyinaran UV-C selama 20 menit, susut berat buahnya
relatif tinggi dan terdapat bercak coklat dipermukaan kulitnya sehingga buah
lebih cepat mengalami kemunduran kualitas dibanding perlakuan kontrol. Berdasarkan
penelitian ini, semakin lama waktu penyinaran UV-C maka kandungan total asam
tertitrasi buah semakin tinggi. waktu penyinaran UV-C tidak berpengaruh nyata
terhadap kandungan vitamin C buah tomat. Hal ini karena vitamin C mudah sekali
terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar
vitamin C berkurang. Pada penyinaran UV-C selama 10 menit kekerasan buah tomat
dapat dipertahankan lebih lama. Penyinaran UV-C mengakibatkan bercak coklat
pada kulit buah tomat. Buah tomat tanpa penyinaran UV-C pada permukaan kulit
buahnya tidak terdapat bercak coklat (Setyaning,2012).
III.METODE PELAKSANAAN
Praktikum
Penyimpanan Komoditas Hortikultura dilaksanakan pada tanggal 31 Maret 2015 di
Laboratorium Hortikultura,Fakultas Pertanian,Universitas Gadjah Mada,Yogyakarta
pada pukul 13.30 WIB. Bahan yang digunakan meliputi buah tomat sebanyak 72 buah
dengan air. Alat yang digunakan meliputi wadah, timbangan, plastik, crisper, lemari
es, kertas koran, dan serbuk.
Cara kerja yaitu 72
buah tomat dibagi menjadi 8 perlakuan.Setiap perlakuan terdapat 3
ulangan.Masing-masing ulangan terdapat 3 buah tomat.Perlakuan yang digunakan
meliputi penyimpanan tomat pada serbuk gergaji basah,serbuk gergaji
kering,plastik rapat,plastik yang diberi lubang kecil sebanyak 16
lubang,crisper,lemari es bagian tengah, koran 1 lapis, dan Koran 2 lapis. Sebelum
diberi perlakuan,bobot awal,VQR,dan indeks warna tomat diamati.Semua tomat
diberi perlakuan penyimpanan tersebut dan disimpan selama 1 minggu.Setelah satu
minggu buah tomat dikeluarkan dari perlakuan penyimpanan,ditempatkan pada wadah
keranjang kecil serta diamati susut bobot,VQR dan indeks warnanya setiap hari
selama seminggu.
Nilai VQR(Visual Quality Rating)
Nilai
|
Keterangan
|
9 dan 8
|
Sempurna,Segar,Sangat
Baik
|
7 dan 6
|
Baik,Kerusakan
Sedikit
|
5 dan 4
|
Cukup,Kerusakan
Sedang
|
3
|
Buruk,Tidak Terjual
|
2
|
Bagian yang termakan
terbatas
|
1
|
Tidak termakan sama
sekali
|
Indeks Warna Buah Tomat
Nilai Warna(Score)
|
Keterangan
|
1
|
Seluruh permukaan warna hijau atau hijau keputihan
|
2.
|
Ada perubahan warna yang jelas dari hijau/hijau keputihan
menjadi kuning,oranye,merah/merah muda tetapi tidak lebih dari 10 %
|
3
|
10-30 % permukaan buah berwarna kuning,oranye,merah muda/merah
|
4
|
30-60 % permukaan buah berwarna kuning,oranye,merah/merah
muda,buah sudah masak tetapi masih keras
|
5
|
60-90 % permukaan buah berwarna kuning,oranye,merah/merah
muda,buah sudah masak tetapi masih keras
|
6
|
Masak penuh,lebih dari 90 % dari seluruh permukaan buah
berwarna kuning,oranye,merah/merah muda buah sedikit lunak.
|
IV.HASIL
No
|
Perlakuan
|
Kekerasan
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Kontrol
|
1
|
1
|
2
|
2
|
2
|
2.11
|
2.22
|
2.33
|
2
|
Plastik erat
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.33
|
1.33
|
1.67
|
3
|
Plastik 16 lubang
|
2.33
|
2.33
|
2.33
|
2.33
|
2.33
|
2.67
|
2.67
|
3
|
4
|
Serbuk gergaji basah
|
1
|
1
|
1.67
|
2
|
2
|
2
|
2.33
|
2.33
|
5
|
Serbuk gergaji kering
|
1.31
|
1.33
|
1.33
|
1.33
|
1.67
|
2.33
|
2.33
|
2.33
|
6
|
Moss basah
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
7
|
Moss kering
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
8
|
Koran 1 lapis
|
0.89
|
0.89
|
1.97
|
1.97
|
1.97
|
1.97
|
1.97
|
2
|
9
|
Korang 2 lapis
|
1
|
1
|
2.23
|
2.23
|
2.23
|
2.23
|
2.23
|
2.33
|
10
|
Suhu crisper 2.3
|
2.17
|
2.17
|
2.33
|
2.67
|
3
|
3
|
3
|
3
|
11
|
Suhu lemari es 2.35
|
1.67
|
1.83
|
2
|
2
|
2.5
|
2.83
|
3
|
3.33
|
No
|
Perlakuan
|
Warna
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Kontrol
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
2
|
3.22
|
3.33
|
2
|
Plastik erat
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.33
|
1.33
|
3
|
Plastik 16 lubang
|
0.67
|
0.67
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
Serbuk gergaji basah
|
1
|
1
|
1
|
1.33
|
1.33
|
1.33
|
2.33
|
2.33
|
5
|
Serbuk gergaji kering
|
1
|
1.33
|
1.33
|
1.56
|
1.78
|
1.78
|
1.78
|
1.87
|
6
|
Moss basah
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.33
|
1.33
|
7
|
Moss kering
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.33
|
1.33
|
2
|
2
|
8
|
Koran 1 lapis
|
0.89
|
0.89
|
1.22
|
1.22
|
1.33
|
1.67
|
1.67
|
2.11
|
9
|
Korang 2 lapis
|
1
|
1
|
1.23
|
1.23
|
1.23
|
1.78
|
1.78
|
2.3
|
10
|
Suhu crisper 2.3
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.33
|
1.33
|
11
|
Suhu lemari es 2.35
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1
|
1.33
|
No
|
Perlakuan
|
Susut Bobot
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||
1
|
Kontrol
|
5
|
5
|
6
|
6
|
6
|
9
|
7
|
9
|
2
|
Plastik erat
|
4
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
8
|
9
|
3
|
Plastik 16 lubang
|
3
|
3
|
4
|
4
|
5
|
5
|
5
|
6
|
4
|
Serbuk gergaji basah
|
0
|
10
|
11
|
12
|
13
|
14
|
14
|
10
|
5
|
Serbuk gergaji kering
|
24
|
45
|
45
|
46
|
46
|
47
|
47
|
48
|
6
|
Moss basah
|
0.3
|
0.5
|
0.8
|
1.6
|
2
|
3
|
4
|
5
|
7
|
Moss kering
|
6
|
6
|
7
|
7
|
8
|
9
|
10
|
10
|
8
|
Koran 1 lapis
|
51
|
15
|
15
|
15
|
15
|
17
|
17
|
15
|
9
|
Korang 2 lapis
|
5
|
5
|
5
|
6
|
7
|
7
|
8
|
7
|
10
|
Suhu crisper 2.3
|
5
|
9
|
10
|
14
|
12
|
13
|
72
|
77
|
11
|
Suhu lemari es 2.35
|
1
|
3
|
6
|
8
|
9
|
10
|
15
|
14
|
V.PEMBAHASAN
1.Penyimpanan Komoditas Hortikultura
Penyimpanan
komoditi hortikultura pada dasarnya merupakan usaha untuk mempertahankan
komoditi (panenan) tersebut dari sejak dipanen hingga saatnya digunakan. Oleh
karena itu, maka penyimpanan juga berarti upaya mempertahankan komoditi panenan
tetap dalam kondisi segar dan sekaligus masih memiliki kualitas yang
baik.Penyimpanan tersebut diperlukan terutama bagi komoditi
hortikultura yang mudah mengalami kerusakan setelah memasuki periode pasca
panen, karena cara penyimpanan tersebut dapat mengurangi laju respirasi dan
metabolisme lainnya, mengurangi proses penuaan, mengurangi
kehilangan air dan pelayuan, mengurangi kerusakan akibat aktivitas
mikroba, dan mengurangi proses pertumbuhan yang tidak dikehendaki seperti
pertunasan.
2.Macam-Macam Penyimpanan Komoditas
Hortikultura
Menurut
Peter(2009),macam-macam penyimpanan hortikultura meliputi pendinginan,
pengendalian atau modifikasi atmosfer,dan hipobarik.
A.Pendinginan
Metode
pendinginan direkomendasikan untuk komoditas yang mudah rusak untuk
memperlambat laju perubahan metabolik,kehilangan air,respirasi,dan kerusakan
karena mikroorganisme.Kondisi ideal penyimpanan dengan pendinginan adalah
dengan temperatur terendah yang tidak menyebabkan kerusakan pada produk.
B.Pengendalian atau Modifikasi Atmosfer
Prinsip dari
metode tersebut adalah dengan menghilangkan atau penambahan komposisi gas
sehingga kondisi penyimpanan berbeda dari kondisi normal.Pada modifikasi
atmosfer,hal yang dilakukan yaitu menurunkan kandungan oksigen dan meningkatkan
konsentrasi karbondioksida.
C.Hipobarik
Penyimpanan
hypobaric adalah bentuk penyimpanan atmosfer terkendali di mana produk disimpan
dalam vakum parsial. Ruang vakum dihubungkan secara kontinyu dengan udara yang
mengandung air jenuh untuk mempertahankan tingkat oksigen dan mengurangi kehilangan air. Pematangan pada buah dapat
diperlambat dengan penyimpanan hipobarik karena penurunan tekanan parsial pada
oksigen dan untuk beberapa buah-buahan dapat menurunkan etilen. Metode tersebut
dapat diterapkan pada buah, sayur, bunga potong dan tanaman pot.
3.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses Penyimpanan
Komoditas Hortikultura
1.Suhu
Suhu dalam
penyimpanan seharusnya dipertahankan agar tidak terjadi kenaikan dan penurunan.Biasanya
dalam penyimpanan dingin, suhu dipertahankan berkisar antara 1 °C sampai dengan
2 °C.Penyimpanan yang mendekati titik beku mungkin saja diperlukan interval
suhu yang lebih sempit. Suhu di bawah optimum akan menyebabkan pembekuan atau
terjadinya chilling injury ,sedangkan suhu di
atas optimum akan menyebabkan umur simpan menjadi lebih singkat.
Fluktuasi suhu yang luas dapat terjadi bilamana dalam penyimpanan terjadi
kondensasi yang ditandai adanya air pada permukaan komoditi simpanan.
Kondisi ini juga menandakan bahwa telah terjadi kehilangan air yang cepat pada
komoditi bersangkutan.
Persyaratan suhu
penyimpanan untuk berbagai jenis komoditi sangat berlainan satu dengan lainnya.
Suhu yang lebih rendah dari suhu optimum biasanya akan dapat mengakibatkan
terjadinya pengembunan pada permukaan komoditi. Bilamana hal ini terjadi, maka
dapat menyebabkan pengkeriputan dan berkurangnya kualitas akibat cepatnya proses penuaan. Bilamana terdapat perbedaan
suhu yang terlalu besar dalam ruangan,
maka keadaan tersebut dapat diatasi dengan menyertakan dinding penyekat atau dengan mempertahankan
sirkulasi udara yang cukup di dalam
ruang simpan. Kecepatan gerakan atau sirkulasi udara yang dapat memberikan k euntungan atau
tercapainya kondisi yang tetap (stabil)
berkisar antara 0,25 sampai dengan 0,33 m/detik atau berkisar 50 sampai dengan 75 feet/menit.
2. Kelembaban
Untuk
kebanyakan komoditi yang mudah rusak, kelembaban relatif dalam
penyimpanan sebaiknya dipertahankan pada kisaran 90 sampai 95%. Kelembaban di
bawah kisaran tersebut akan menyebabkan kehilangan kelembaban
komoditi. Kondisi ini tidak diinginkan karena merugikan. Kelembaban
yang mendekati 100% kemungkinan akan terjadi pertumbuhan
mikroorganisme lebih cepat dan juga menyebabkan permukaan komoditi pecah-pecah.
Komoditi
hortikultura setelah panen yang diletakkan dalam udara terbuka akan
mengalami keseimbangan kadar air bahan dengan kelembaban udara di
sekitarnya. Kadar air dalam keadaan seimbang ini disebut kadar air keseimbangan
atau Equilibrium Moisture Content.Setiap kelembaban relatif atau
kelembaban nisbi atau sering disingkat sebagai RH, dalam suatu
ruangan penyimpanan menghasilkan kadar air seimbang tertentu untuk
suatu komoditi simpanan. Untuk tiap jenis komoditi memiliki kepekaan atau
tanggapan yang berbeda -beda terhadap kelembaban relatif. Bagi komoditi
hortikultura yang mudah rusak, maka penyimpanan sebaiknya memeiliki
kelembaban relatif berkisar antara 80 sampai dengan 90
persen.Seperti diketahui bahwa kebanyakan buah-buahan dan sayuran maupun bunga
potong mengandung air berkisar antara 85 sampai dengan 90 persen
berat keseluruhan bahan. Komoditi tersebut akan mengalami kehilangan
air secara terus menerus seiring dengan berjalannya waktu setelah panen.
Kehilangan air yang berlebihan mengakibatkan komoditi akan layu, kisut/keriput,
liat, dan tidak beraroma.maupun berasa yang menarik. Kehilangan air tersebut
sebenarnya dapat dikurangi atau ditekan, yaitu dengan cara sebagai berikut
:
a.Mempertahankan RH tetap tinggi,
b.Menurunkan suhu,
c.Memberikan aliran udara yang cukup untuk menghilangkan
panas udara di sekitar komoditi akibat respirasi
d.Melapisi komoditi dengan bahan pelapis
seperti lilin dan khitosan
maupun
dengan pembungkusan.
3. Komposisi atmosfer
Komposisi
udara atau atmosfir tempat atau ruangan penyimpanan sebaiknya dikendalikan
agar komoditi yang disimpan tidak menghasilkan maupun mengonsumsi gas. Jenis
gas yang tidak dikehendaki berada dalam konsentrasi yang tinggi
dapat dibuang atau dikurangi dengan cara menyerapnya menggunakan air atau
kapur. Etilen dan senyawa volatile lainnya dapat dibuang dari ruang simpan
dengan menggunakan KmnO4, katalisator oksidasi atau cahaya UV.
Oksigen dapat dibuang dengan menggunakan proses pembakar
an atau penyaringan molekuler.
4.Kualitas Komoditas
Agar penyimpanan
memberikan arti bagi upaya memperpanjang masa kesegaran, maka hendaknya
sayuran, buah- buahan maupun bunga potong yang akan disimpan terbebas
dari luka atau lecet maupun kerusakan lainnya. Ker usakan tersebut
dapat menyebabkan kehilangan air. Buah-buah yang telah memar dalam
penyimpanannya akan mengalami susut bobot hingga empat kali lebih besar bila
dibandingkan buah-buah yang utuh dan baik. Komoditi-komoditi tersebut juga
sebaiknya dalam kondisi tingkat kematangan optimal, jangan yang terlalu muda (immature)
maupun tua (over ripe).
Tiap jenis
komoditi memiliki sifat atau karakteristik penyimpanan
tersendiri.Sifat-sifatnya selama dalam penyimpanan dapat juga dipengaruhi oleh
varietas, iklim atau kondisi agronomi tempat tumbuh, cara budidaya maupun cara
panenan.Jika komoditi yang akan disimpan memiliki kondisi tidak baik tentunya
penyimpanan juga tidak mungkin dapat memperbaiki kondisi komoditi yang telah
jelek tersebut, bahkan upaya penyimpanan justru dapat menambah kerugian dalam
penanganan pasca panennya.
4.Kelebihan dan Kekurangan Metode Penyimpanan
Komoditas Hortikultura
A.Serbuk gergaji
Keuntungan dari
metode tersebut adalah murah dan mudah serta mudah didapatkan.Kerugian
penggunaan serbuk gergaji adalah apabila terlalu lembab dapat merangsang adanya
bakteri dan jamur yang bisa merusak komoditas hortikultura.Apabila terlalu
kering,kehilangan air pada komoditas menjadi tinggi lajunya.
B.Plastik Rapat
Penggunaan plastik
rapat dalam penyimpanan memiliki keunggulan,yaitu dapat membuat umur simpan
komoditas hortikultura menjadi lebih lama(cukup lama) serta melindungi
komoditas dari kerusakan akibat serangan hama dan patogen. Kelemahan dari
metode tersebut adalah adanya respirasi anaerob yang dapat membuat komoditas
hanya sedikit mengandung gula atau tidak dapat diterapkan dalam jumlah yang
banyak dengan cara manual.
C.Crisper
Penyimpanan komoditas
hortikultura di dalam crisper dapat memperpanjang umur simpan.Kekurangan metode
ini adalah tidak dapat diterapkan dalam jumlah yang sangat banyak.
D.Plastik dengan 16 lubang
Keunggulan dari metode ini adalah kelembaban
komoditas dapat terjaga.Kekurangan metode ini umur simpan lebih pendek daripada
penyimpanan dengan plastik rapat.
E.Lemari Es Bagian Tengah
Keunggulan dari metode ini adalah dapat
memperpanjang umur simpan akan tetapi masa simpan lebih pendek daripada dari
perlakuan crisper.Kekurangan metode ini adalah harga alat yang mahal.
F.Sinar UV
Kelebihan dari metode ini adalah dapat
memperlama umur simpan.Kekuranga metode ini adalah penguasaan penggunaan alat
dan kandungan asam dapat meningkat karena perlakuan tersebut sehingga rasa buah
menjadi asam.
G.Kertas Koran
Penyimpanan dengan koran dapat menjaga
kelembaban komoditas.Kelemahan metode ini adalah apabila komoditas mengeluarkan
air maka akan basah dan membuat komoditas rusak.
5.Grafik Hasil
Pengamatan
A.Susut Bobot
Perlakuan penyimpanan buah tomat pada serbuk
gergaji kering, crisper, dan Koran satu lapis memiliki susut bobot
yang relatif cepat. Serbuk gergaji yang kering dapat mempercepat respirasi pada
buah tomat karena kondisi kering akan menimbulkan adanya suhu yang cukup
tinggi. Pada perlakuan crisper,buah tomat akan mengalami laju susut bobot yang
tinggi karena suhu penyimpanan hanya dapat memperpanjang umur simpan dalam
waktu yang pendek.Perlakuan koran menyebabkan kondisi pada buah tomat menjadi
pengap dan menyebabkan adanya kondisi panas yang dapat menyebabkan transpirasi
dan respirasi. Susut bobot pada perlakuan plastik lubang 16 lebih besar dari
plastik rapat.Hal tersebut disebabkan karena oksigen banyak yang masuk pada
buah sehingga dapat memicu terjadinya proses respirasi.Pada perlakuan lemari es
bagian tengah,suhu pada perlakuan tersebut dingin sehingga dapat menekan atau
memperlambat proses respirasi dan transpirasi.
B.VQR
Perlakuan plastik
rapat dapat memperlambat kemunduran visual buah tomat. Sedangkan pada perlakuan
lainnya cenderung memberikan pengaruh yang stabil. Serbuk gergaji kering dan
basah menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap visual buah, bahkan
dibandingkan keseluruhan perlakuan. Sebuk gergaji kering memiliki tingkat VQR
yang paling tinggi dibanding dengan yang lain. Serbuk gergaji yang kering dapat
mempercepat respirasi pada buah tomat karena kondisi kering akan menimbulkan
adanya suhu yang cukup tinggi. Oleh karena itu dapat menurunkan tingkat VQRnya
C.Indeks Warna
Berdasarkan grafik,perlakuan
serbuk gergaji basah dapat mempercepat perubahan warna buah tomat
karena kelembapan pada serbuk gergaji basah dapat menimbulkan bercak yang dapat
mempercepat terjadinya kemunduran. Plastik rapat lebih baik daripada plastic
dengan lubang 16 karena plastic yang rapat dapat menghambat laju respirasi dan
transpirasi pada buah tomat.Perlakuan koran tidak menunjukkan perubahan warna
karena dapat disebabkan tingkat kemasakan buah sudah maksimal. Lemari es bagian
tengah dapat memperlambat terjadinya perubahan warna karena suhu yang dingin
memperlambat laju respirasi dan transpirasi.Hal tersebut juga terjadi pada
perlakuan crisper. Serbuk gergaji basah dapat mempercepat proses pemasakan buah
karena adanya kelembaban yang dapat merangsang adanya hama dan patogen. Serbuk
gergaji kering dapat menjaga mutu buah dalam waktu yang lebih lama.
D. Kekerasan Komoditas
Perlakuan suhu lemari es 2.35
memberikan efek yang signifikan terhadap kekerasan komoditas diikuti dengan
suhu crisper dan serbuk gergaji kering. Hal ini dikarenakan perlakuan tersebut
dapat menjaga laju respirasi dan transpirasi sehingga kandungan gula atau pati
dalam komoditas tersebut terjaga dan mempertahankan struktur buah.
VI.KESIMPULAN
1.Metode penyimpanan buah tomat meliputi serbuk gergaji
basah,serbuk gergaji kering,plastik rapat,plastik yang diberi lubang kecil
sebanyak 16 lubang,crisper,lemari es bagian tengah, koran 1 lapis,dan Koran 2
lapis.Setiap metode mempunyai kelebihan dan kekurangan.Metode penyimpanan
dierapkan berdasarkan jangka waktu penyimpanan
DAFTAR PUSTAKA
Arianto,D.A.Supriyanto,dan
Laila K.M.2013.Karakteristik jamur tiram(Plerotus ostreatus) selama
penyimpanan dalam kemasan plastic polypropilen(pp).AGROINTEK 7: 66-75.
Buckle, K.A., dkk,
1987. Ilmu Pangan, Universitas Indonesia (UI. Press), Jakarta.
Calvin, C. L. dan
Donald, M. K., 1983. Modern Home Gardening. Portland State University, New
York.
Janick,Jules.2004.
Horticultural Reviews, Volume 30.John Wiley & Sons,Inc,New Jersey.
Kader,A.A.,Werner
J.L.,dan Leonard L.M.1973.Systems for scoring quality of harvested
lettuce.HortScience 8: 408-409.
Kays, S.J., 1991.
Postharvest Physiology of Perishable Plant Products. Van Nostrand Reinholt, New
York.
Magdelina, FA., 1997.
Pengaruh Perlakuan Pasca Panen dan Suhu Simpan Terhadap Daya Simpan dan
Kualitas Buah Mangga Variietas Arumanis. Fakultas Pertanian. IPB. Bogor.
Nopiana,S.dan Siti
Balkis.2011. Analisis Pendapatan pola tanam beruntun tanaman hortikultura di
Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.EPP
8: 30-40.
Pantastico,Er.B.Postharvest
Physiology,Handling,and Utilization of Tropical and Sub Tropical Fruits dan
Vegetables.The AVI Publishing Company,Inc,Westport.
Peter,K.V.E.2009.Basics
of Horticulture.New India Publishing Agency,New Delhi.
Samad,M.Y.2006.Pengaruh
penanganan pasca panen terhadap mutu komoditas hortikultura.Jurnal Sains dan
Teknologi Indonesia 8: 31-36.
Setyaning,U.,Endang
S.,dan Sri T.2012.Pengaruh lama penyinaran terhadap mutu dan umur simpan tomat(Lycopersicon
esculentum Mill.).Skripsi.
Soesanto,Loekas.2006.Penyakit Psca
Panen:Sebuah Pengantar.Kanisius,Yogyakarta.
Wijandi,S., Krisnani
Setyowati,Erliza Hambali,dan Ade Iskandar.1989. Studi Kemasan
Komoditi Buah-Buahan Segar, Sayur-Sayuran Dan Bunga-Bungaan Segar Yang Bernilai
Ekonomis Tinggi Dalam Rangka Meningkatkan Ekspor Non Migas.<http://web.ipb.ac.id/~lppm/lppmipb/penelitian/hasilcari.php?status=buka&id_haslit=621.798.2+WIJ+s>.Diakses tanggal 22 April
2015.
Winarno, F. G., S. Fardiaz, dan D. Fardiaz. 1984.
Pengantar Teknologi Pangan. Gramedia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar