ACARA
4
ADAPTASI
TANAMAN PADA FAKTOR AIR
I.
TUJUAN
1. Mengetahui
macam-macam adaptasi tanaman terhadap ketersediaan air.
2.
Untuk
mengetahui perbedaan anatomis maupun morfologis tanaman yang beradaptasi pada
kandungan air yang berbeda.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Air merupakan komponen utama dalam
tumbuhan, dimana air menyusun 60-90 % dari berat daun. Jumlah air yang
dikandung tiap tanaman berbeda-beda, hal ini bergantung pada habitat dan jemis
spesies tumbuhan tersebut. Tumbuhan herba lebih banyak mengandung air daripada
tumbuhan perdu. Tumbuhan yang berdaun tebal mempunyai kadar air antara 85-90 %,
tumbuhan hidrofik 85-98 % dan tumbuhan mesofil mempunyai kadar air antara
100-300 % (Fitter dan Hay, 1981).
Air memiliki beberapa manfaat bagi tanaman
yaitu sebagai pelarut unsur-unsur hara yang diserap oleh tanaman, mempertinggi
reaktivitas persenyawaan yang sederhana dan kompleks. Air juga berperan dalam
proses fotosintesis, penyangga tekanan di dalam sel yang penting dalam
aktivitas sela tanaman tersebut, mengabsorbsi temperatur dengan baik atau
mengatur temperatur di dalam jaringan tanaman, dan menciptakan situasi
temperatur yang konstan bagi tanaman. Masuk dan keluarnya air dari dalam tubuh
tanaman sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor ekologis antara lain faktor kelembapan
di dalam udara, kelembapan tanah, suhu, intensitas cahaya matahari, dan
kecepatan angin (Lubis, 2010).
Di alam terdapat banyak tipe habitat
dengan ketersediaan air bermacam-macam dalam proses evolusinya. Spesies-spesies
beradaptasi baik secara struktural maupun fisiologis pada kondisi air yang
kurang tersedia, cukup, atau berlebihan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi
adaptasi yaitu faktor fisiologi. Yang dimaksud faktor fisiologi yaitu
faktor-faktor yang di timbulkan oleh susunan, konformitas, dan perilaku
permukaan bumi, misalnya sifat-sifat topografi ( ketinggian dan kemiringan),
proses geodinamik (pendangkalan dan erosi), dan konsekuensinya oleh geologi
setempat ( Hutami et al., 2006 ).
Cekaman air mempengaruh pertumbuhan
tanaman, perubahan anatomi, morfologi, fisiologi dan biokimia tumbuhan. Cekaman
air yang krisis mendorong penguranan proses fotosintesis dan akhirnya tanaman
mati karena kekeringan). Tumbuhan dapat resisten terhadap cekaman air karena
protoplasmanya memiliki toleransi dehidrasi, sehingga terjadinya dehidrasi
tidak membuat tanaman mengalami kerusakan permanen. Kebutuhan fisiologi untuk
semua protoplasma, air dari segi ekologi, merupakan faktor pembatas utama pada
lingkungan darat atau perairan dimana jumlahnya merupakan sasaran dan fluktuasi
yang besar. Sebenarnya keadaan biotik itu tidak ditentukan oleh curah hujan
saja, tetapi oleh pertimbangan antara hujan dan potensial evapotranspirasi
(Odum, 1994).
Adaptasi tanaman terhadap lingkungan
merupakan rekayasa secara khusus sifat- sifat karakteristik anatomi dan
fisiologi untuk memberikan peluang keberhasilan menyesuaikan kehidupan di
habitat tertentu. Oleh karena itu, adaptasi anatomi dan fisiologi dapat
dijadikan indikator terhadap perubahan lingkungan hidup tanaman. Namun demikian,
jenis tumbuhan yang berbeda menunjukkan sensitifitas yang berbeda pula terhadap
perubahan lingkungan (Kimball, 1996).
Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara
mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata. Mekanisme membuka dan membuka
stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif.
Oleh karena itu, jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui
penguapan (Price and Courtois, 1991 cit. Lestari,
2006).
Tipe spesies dalam suatu ekosistem
memiliki kemampuan tertentu untuk hidup cocok sesuai dengan lingkungan dan
variasi yang dimiliki. Pada suatu perubahan, spesies melakukan adaptasi
(penyesuaian) dengan lingkungan yang berubah. Toleransi suatu populasi atau
varietas terhadap lingkungan bermacam-macam. Tanaman juga mempunyai daya
adaptasi yang luas pada berbagai tingkat kesuburan tanah. Varietas dengan
perakaran dalam toleran terhadap kekeringan dan efisien dalam pemanfaatan hara.
Penggunaan varietas yang adaptif sangat perlu untuk lahan marjinal (McNaughton et al,. 2007).
III. METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara 4 yang berjudul Adaptasi Tanaman pada Faktor
Air”dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Rabu, 30 April
2013. Alat alat yang digunakan yaitu pisau atau silet, mikroskop, kaca
preparat, dan pensil. Kemudian bahan yang digunakan yaitu tanaman mesofit yang
digunakan jagung (Zea mays), tanaman xerofit sebagai contoh kaktus (Opunctia
Sp), dan jenis tanaman hidrofit sebagai contoh eceng gondok (Eichornia
crossipes) serta steroform atau gabus.
Langkah kerja yang dilakukan pertama kali adalah, disiapkan tanaman-tanaman
yang termasuk mesofit, xerofit, dan hidrofit. Kemudian diambil satu tanaman dari masing-masing
kelompok tanaman, dilakukan pengamatan secara morfologis. Setelah itu satu
tanaman untuk masing-masing kelompok tanaman dibuat penampang melintang dan
membujur daunnya, untuk diamati secara anatomis. Bagian-bagian tanaman yang
diamati secara morfologis, yaitu meliputi:habitus tanaman, bentuk batang dan
cabang-cabangnya, bentuk daun, tangkai daun, permukaan daun dan ketebalan daun,
lalu struktur akar. Sedangkan ketiga jenis tanaman tersebut yang diamati secara
anatomis, meliputi: a). Penampang
melintang daun: ketebalan kutikula, letak stomata, banyak/sedikitnya jaringan
pengangkutan, ada tidaknya tempat penimbunan air, aerenkim, dan sebagainya. b).
Penampang membujur daun: bentuk sel epidermis, banyak sedikitnya stomata, dan
sebagainya. lalu terakhir dibuat skema/gambar tanaman atau bagian tanaman
tersebut secara morfologis maupun anatomis, lengkap dengan keterangan
bagian-bagiannya.
IV. HASIL PENGAMATAN
1. IV. HASIL PENGAMATAN
A. Pengamatan
secara morfologis
1.
Morfologi jagung (Zea mays)
Keterangan gambar :
1. Helaian
daun
2. Upih
daun
3. Batang
4. Akar
adventif
5. Akar
Habitus tegak, daun berbentuk pita,
permukaan daun bagian atas bebulu, sedangkan permukaan daun bagian bawah halus,
tangkai daun kecil atau berbulu, permukaan bawah halus, tangkai daun kecil atau
hampir tidak ada, bentuk batang bulat, tidak ada percabangan, sistem perakaran
serabut (Eames and McDaniels, 1947).
2.
Morfologi eceng gondok
(Eichornia crassipes)
Keterangan gambar :
1. Helaian
daun (lamina)
2. Tangkai
daun (petiole) /aerenkim
3. Akar
dengan kantung akar (root pocket)
pada bagian ujungnya (Shukla and Chandel, 1985)
Habitus perdu Herbaceus dengan batang tereduksi,
bentuk daun bulat atau hampir bulat, tebal, permukaan kedua sisi halus, tangkai
daun menggembung dan membentuk jaringan spons yang menjadi organ pengapung
tumbuhan, perakaran serabut dan berbulu untuk menangkap unsur hara yang larut
dalam air (Shukla dan Chandel, 1985).
3. Morfologi kaktus (Opunctia sp)
Keterangan gambar
:
1. Batang
2. Daun
3. Akar
Habitus tanaman ternak, herbaseus,
tegak, daun berbentuk seperti duri, batang menjadi seperti daun pipih atau
bersegi, hijau, berdaging, percabangan aksiler tak terbatas, akar serabut,
tersebar luas di lapisan tanah bagian atas (Shukla dan Chandel, 1985).
2. Penampang
secara Anatomis
1. Penampang
membujur daun jagung (Zea mays)
Keterangan gambar :
1. Epidermis
daun
2. Sel
epidermis dengan dinding yang berkelok-kelok
3.
Stoma bertipe gramineae, penutup berbentuk
halter, membuka dan menutup sejajar poros stoma
Dilihat dari gambar di atas, penampang membujur
daun jagung terdiri atas: epidermis, stomata, dan sel epidermis. Stomatanya
bertipe gramineae yang di dalamnya terdapat sel penutup berbentuk halfer
membuka dan menutup sejajar poros utama. Jaringan epidermis berbentuk dan
tersusun sesuai engan letaknya dalam tubuh. Sel epidermis jagung, dinding
selnya berkelok-kelok, dan stomatanya berupa mulut untuk pernapasan (Eames dan
McDaniels, 1947).
2. Penampang
melintang daun jagung (Zea mays)
Keterangan gambar:
1. Sel
Kipas
2. Trikoma
3. Kutikula
4. Epidermis
atas
5. Mesofil
6.
Berkas pengangkut yang belum terdiferensiasi
7. Epidermis
bawah
8. Stoma
Gambar tersebut menunjukkan bahwa penampang
melintang daun jagung terdiri dari trikoma, kutikula, epidermis atas, berkas
pengangkut, epidermis bawah, stomata, mesofil, dan sel kipas. Trikoma,
kutikula, dan epidermis atas terletak di atas daun. Berkas pengangkut dan
mesofil daun terletak di tengah daun dengan mesofil mengelilingi berkas
pengangkut. Berkas pengangkut berbentuk seperti bunga, sehingga sering disebut
sebagai jaringan bunga karang. Trikoma berupa tonjolan di permukaan daun bagian
atas, sel kipas berbentuk seperti kipas dan stomata terletak di bagian bawah
daun dengan membentuk sebuah rongga atau mulut (Eames dan McDaniels, 1947).
3. Penampang membujur daun
eceng gondok (Eichornia crassipes)
)
Keterangan gambar:
1. Sel
epidermis atas daun
2. Stomata
Bagian-bagian dari penampang
membujut eceng gondok adalah sel epidermis atas daun dan stomata. Sel epidermis
atas terletak di bagian atas daun dan di bawahnya terdapat stomata. Sel
epidermis atas daun berbentuk bulat atau hampir bulat. Stomata terletak di
dalam sel epidermis (Shukla dan Chandel, 1985).
4. Penampang melintang
daun eceng gondok (Eichornia crassipes)
Keterangan gambar :
1. Kutikula
2. Epidermis
atas
3. Rongga
stoma
4. Jaringan
palisade
5. Sklerenkim
6. Ruang
udara
7. stoma
8. Berkas
pengangkut
9. Epidermis
bawah
Eceng gondok memiliki kutikula tipis dan epiresmis
yang mirip dengan tanaman lain, namun memiliki fungsi yang berbeda, yakni
sebagai jalan keluar gas untuk memperoleh unsur-unsur atau zat-zat tertentu
yang terlarut dalam air. Selain itu, terdapat pula rongga stoma, jaringan
palisade, sklerenkim, ruang udara, berkas pengangkut, dan epidermis bawah.
Eceng gondok memiliki rongga udara yang dipisahkan oleh sekat tipis yang
terdiri dari satu sampai dua lapisan sel berkloroplas. Rongga udara terletak
mengelilingi berkas pengangkut dan merupakan ruang kosong berisi udara. Jumlah
jaringan pengangkut sedikit, terutama xylem. Kutikulanya tipis, sama halnya
dengan dinding sel eceng gondok (Shukla dan Chandel, 1985).
5. Penampang membujur daun
kaktus (Opunctia sp)
Keterangan gambar:
1. Epidermis
2. Stomata
Penampang membujur daun kaktus
terdiri dari stomata yang tersembunyi, epidermis dengan ruang antar sel yang
rapat dan dilapisi lapisan kutikula. Lapisan kutikula yang rapat dan tebal
berguna untuk melindungi daun. Stomata berada di antara lapisan kutikula
(Shukla dan Chandel, 1985).
6. Penampang melintang
daun kaktus (Opunctia sp)
Keterangan gambar :
1. Kutikula
tebal
2. Stomata
tersembunyi
3. Epidermis
4. Jaringan
palisade
5. Hipodermis
6. Jaringan
penyimpan air
Gambar tersebut memperlihatkan bahwa daun kaktus
memiliki lapisan kutikula yang tebal dan stomata yang tersembunyi. Kaktus
memiliki jaringan epidermis dan hipodermis saling berdekatan. Jaringan
penyimpan air digunakan untuk menyimpan air sehingga suhu tanaman tetap
terjaga. Hal tersebut merupakan mekanisme adaptif tanaman kaktus pada daerah
kering (Shukla dan Chandel, 1985).
IV. PEMBAHASAN
Pada praktikum acara 4 ini mengenai adaptasi tanaman terhadap air. Semua
makhluk hidup tidak terkecuali air sangat membutuhkan air dalam aktivitasnya.
Tanaman memiliki adaptasi yang berbeda-beda, ada yang bias hidup di daerah
dengan ketersediaan air yang berlebih, kurang maupun sedang. Air merupakan
penyusun utama dari jaringan tanaman yang merupakan media untuk metabolisme sel
dan media untuk transportasi antar sel maupun organ tanaman. Banyaknya air yang
tersedia dipengaruhi oleh beberapa hal tergantung dari keadaan porositas tanah,
banyak intensitas cahaya matahari, keadaan iklim, dan sebagainya. Tanaman mampu
menyesuaikan diri atau beradaptasi pada lingkungan yang memiliki ketersediaan
air yang berbeda sehingga tanaman memiliki ciri atau karakteristik yang
membedakan antara tanaman yang satu dengan yang lainnya.
Ciri dan karakteristik yang dimiliki tanaman yang berbeda dalam beradaptasi
pada lingkungan air yang berbeda dapat menjadi petunjuk dan mempermudah
bagaimana membedakan adaptasinya tanaman banyak air (hidrofit), dendan tanaman
sedikit air (xerofit) dengan tanaman yang menghendaki atau lebih suka pada
keadaan air yang cukup sebagai bentuk adaptasinya (mesofit). Hal ini dapat
diamati langsung dari bentuk morfologis dan lebih mendetail lagi pada bagian
anatomis atau fisiologisnya sehingga, dapat dimengerti bahwa tumbuhan
beradaptasi dengan lingkungan dapat dengan melakukan perubahan bentuk pada
tanaman (morfologi atau struktur) yang dapat dilihat secara visual maupun
melalui perubahan anatomi dalam tubuh serta cara kerja fisiologisnya.
1.
Eceng gondok (Eichornia crassipes)
Eceng gondok
merupakan tanaman yang masuk kedalam tanaman Hidrofit. Tanaman Hidrofit adalah
tanaman yang bisa beradaptasi dengan kondisi air yang berlebihan. Secara
morfologi, tanaman eceng gondok memiliki batang yang berongga dan mempunyai
kantong akar pada ujung akarnya. Daun eceng gondok tipis dan lebar, hal tiu
bermanfaat untuk mempercepat penguapan. Daun yang lebar juga berguna untuk
menjaga keseimbangan antara masuknya air dengan besarnya pengeluaran air
melalui evapotranspirasi. Tanaman ini memiliki akar yang pendek karena akar
tersebut dengan mudah mencari air untuk tumbuh. Eceng gondok memiliki kutikula
yang tipis yang berfungsi untuk menahan banyaknya air yang masuk ke dalam sel.
Kemudian kantong akar bisa mencegah banyaknya air yang masuk agar tidak berlebihan
dan mencegah pembusukkan akar karena selalu berada dalam air.
Secara anatomis
pada penampang melintang eceng gondok terdapat berjas pengangkut dan rongga
udara (aerenkim) yang berfungsi sebagai tempat penyimpan udara sehingga
membantu unuk mengapung. Rongga ini aktivitasnya adalah mengisi O2
dan diubah menjadi CO2 pada saat respirasi. Rongga ini sangat
penting bagi tanaman yang hidup di air karena kadar oksigen yang banyak dalam
air dapat menghambat pertumbuhan tanaman dan akar mengalami penyusutan.
Sedangkan pada penampang membujur, eceng gondok memiliki stomata yang jumlahnya
banyak dan terdapat di permukaan daun bagian atas. Stomatanya terletak di
bagian permukaan atas daun. Ini bertujuan agar terjadi penguapan secara
intensif supaya kelebihan air pada tubuh tanaman dapat dikurangi. Stomata yang
dimiliki oleh tumbuhan ini berbeda dengan yang dipunyai jagung yaitu dalam
distribusinya, stomata eceng gondok tercecer dan menyebar sedangkan pada jagung
teratur berjajar. Hal ini
menunjukkan proses evapotranspirasi cukup besar. Contoh lain yang merupakan
tanaman hidrofit
adalah ganggang (alga).
2.
Jagung (Zea mays)
Jagung merupakan
salah satu tanaman yang termasuk tanaman mesofit, dimana tanaman mesofit dapat
beradaptasi dalam kondisi air yang cukup yang sering disebut kapasitas lapang.
Kapasitas lapang bisa diartikan air tersebut tidak banyak tapi juga tidak
sedikit. Secara morfologisnya, habitus jagung tersebut tegak. Memiliki daun
yang panjang, tipis dan tidak terlalu lebar. Ini berfungsi agar penguapan tersebut
bisa optimum. Namun ada pula yang berdaun pita, permukaan atasnya berbulu
(memiliki trikoma). Bulu-bulu atau trikomata padda permukaan atas daun
berfungsi untuk mengurangi terjadinya transpirasi agar tidak berlebihan
sehingga tanaman tersebut tidak kekurangan air pada saat udara panas. Bentuk
batangnya kecil, tidak berongga, beruas-ruas, bulat atau hampir bulat, tidak
ada percabangan. Batang yang kecil berfungsi agar pengangkutan air tidak
berlebihan dalam tubuh tanaman. Untuk sistem perakarannya serabut, mempunyai
akar adventif, dan tidak terlalu panjang karena ketersediaan air yang
mencukupi.
Secara anatomis,
pada penampang melintang daun jagung sel epidermis tanaman ini termodifikasi
menjadi sel kipas yang berfungsi untuk mengurangi transpirasi. Pada saat
tekanan turgor pada sel kipas tinggi maka daun akan membuka, sebaliknya bila
tekanan turgor rendah maka daun akan menggulung. Pada permukaan atasnya
terdapat trikoma dan kutikula. Mesofit pada jagung tidak terdiferensiasi.
Stomatanya ada pada bagian permukaan bawah daun agar transpirasi tidak terjadi
berlebihan. Ada juga jaringan palisade yang berfungsi untuk melakukan
fotosintesis. Berkas pengangkut belum terdiferensiasi.
Pada penampang
membujur daun jagung ditemukan sel epidermis yang berbentuk persegi panjang
dengan dinding sel yang berkelok-kelok dan stomata yang bertipe graminae dan
terdapat sel penutup berbentuk halter yang membuka dan menutup sejajar poros
stomata. Tanaman ini menggunakan stomata sebagai alat untuk mengkonversi air
dan menghindari keadaan stress yang sedang sampai stress yang berat.
3.
Kaktus (opunctia sp).
Kaktus termasuk
kedalam tanaman yang hidup pada kondisi kering yang disebut tanaman xerofit.
Tanaman xerofit, berdasar proses awal terbentuk terbagi menjadi 2 jenis yaitu
tanaman yang resisten (asli tanaman xerofit) dan tanaman yang beradaptasi pada
lingkungan kering tapi tidak asli tanaman xerofit melainkan mencoba bertahan
pada lingkungan kering, contohnya padi lahan kering. Selain itu berdasarkan
responnya terhadap kondisi kering, tanaman xerofit terbagi menjadi 3 jenis
yaitu tanaman yang menghindar (escape), tanaman yang tahan, dan tanaman yang
toleran. Tanaman yang menghindar biasanya berumur pendek dan membentuk biji
serta buah. Sedangkan tanaman yang tahan potensial osmotiknya rendah dan
mengeluarkan senyawa prolin untuk menyesuaikan potensial osmotiknya. Senyawa
prolin merupakan komponen asam amino terbesar dalam jaringan (30% dari total
nitrogen terlarut). Peranan senyawa prolin adalah sebagai penampung nitrogen
dari berbagai senyawa nitrogen yang berasal dari kerusakan protein. Selain itu,
berfungsi sebagai senyawa pelindung untuk mengurangi pengaruh kerusakan cekaman
air di dalam sel. Kandungan senyawa prolin pada daun yang mengalami cekaman
kekeringan sebesar 10-100 kali lipat lebih besar daripada daun yang
berkecukupan air. Begitu tanaman terlepas dari cekaman air, senyawa prolin akan
segera terdegradasi menjadi glutamat. Kaktus merupakan contoh tanaman yang
resisten dan toleran terhadap kondisi kering.
Secara morfologis,
kaktus beradaptasi dengan mereduksi daun dalam bentuk duri atau jarum serta
rambut daun fungsinya untuk mengurangi penguapan air dan untuk pendinginan
adaptasi selain itu, daun dilapisi oleh kutikula yang sangat tebal, daun
berdinding tebal. Daun juga terdapat lapisan lilin yang menutup stomata penuh pada siang hari serta
tersembunyi. Batangnya bertipe herbaseus yang tebal dan berdaging. Tanaman ini
berbatang tebal untuk melindungi dari penguapan berlebih karena tempat yang
panas dan ketersediaan air sedikit. Tanaman ini memiliki tipe percabangan
aksiler tak terbatas dan memiliki lapisan lilin untuk mengurangi penguapan.
Tipe akarnya serabut dan memanjang di dalam tanah agar mudah menyerap air dan
unsur hara. Sistem perakarannya adalah penetrasi yang dalam sehingga
memungkinkan absorpsi lebih efisien
Secara anatomis,
pada penampang melintang sel epidermis tanaman ini mengalami penebalan kutikula
untuk mengurangi kehilangan air yang teradsorpsi. Selain itu, untuk beradaptasi
pada daerah yang ketersediaan airnya sedikit, kaktus memerlukan jaringan
penyimpan air. Stomatanya tersembunyi untuk memperkecil air yang keluar dari
tubuh. Untuk menyimpan air maka di dalam sel tanaman ini terdapat jaringan
penyimpan air yang ada di bawah hipodermis. yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan air secara efisien Pada kaktus
juga dilengkapi jaringan palisade. Ruang antar selnya relatif kecil.
Keadaan yang
lain yaitu ruang sel yang dimiliki relatif kecil, akar yang sangat panjang.
Sedangkan ciri yang khusus yaitu adanya jaringan penyimpan air yang berfungsi
untuk memenuhi kebutuhan air secara efisien. Semua itu dilakukan sebagai bentuk
adaptasi tanaman yang hidup pada kondisi air yang ekstrem yaitu kekeringan agar
dapat bertahan hidup dan tetap eksis dan tidak punah.yang mewakili tanaman
xerofit.
Pada penampang
membujur terdapat banyak stomata di jaringan palisade yang berfungsi untuk
fotosintesis. Stomatanya menutup penuh pada siang hari. Hal ini dilakukan agar
tanaman dapat hidup pada kondisi air yang ekstrem yaitu kekeringan.
VI. KESIMPULAN
1.
Berdasarkan kemampuannya beradaptasi terhadap
faktor ketersediaan air, terdapat 3 macam jenis tanaman, yakni :
a.
Tanaman hidrofit, yaitu tanaman yang tumbuh di
air, contohnya adalah eceng gondok (Eichornia
crassipes).
b.
Tanaman mesofit, yaitu tanaman yang teradatasi
pada kondisi air yang cukup, contohnya adalah jagung (Zea mays).
c.
Tanaman xerofit, yaitu tanaman yang teradaptasi
pada kondisi kering atau kurang air, contohnya adalah kaktus (Opunctia sp).
2.
Adaptasi tanaman hidrofit adalah dengan memiliki
banyak stomata dan mempunyai aerenkim.
3.
Adaptasi tanaman mesofit antara lain berupa sel
kipas yang mengatur terjadinya penguapan pada tanaman.
4.
Adaptasi tanaman xerofit antara lain dengan
memiliki stomata yang tersembunyi, batag yang tebal, dan jaringan penyimpan
air.
DAFTAR
PUSTAKA
Eames, A.J., and L.H. McDaniels. 1947. An
Introduction to Plant Anatomu. McGraw Hill Book Company, Inc, New York.
Fitter
A.H. and R.K.M. Hay. 1981. Environmental
Physiology of Plants (Fisiologi Lingkungan Tanaman, alih bahasa: Sri Andani dan
Purbayanti E.D). Gajah Mada University
Press, Yogyakarta .
Hutami, S. A.K. Murtodo dan
Makarim. 2006. Adaptasi varietas jagung pada tanaman lahan kering marjinal.
Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 19 : 31-37.
Lestari E. G. 2006. Hubungan antara
kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan pada
somaklon padi gajah mungkur, towuti, dan ir 64. Biodiversitas 7: 44-
48.
Kimball, J. W. 1996. Biology (Biologi,
alih bahasa: Siti Soetarmi Tjitrosomo dan Nawangsari
Sugiri). Erlangga, Jakarta.
Lubis, K. 2010. Tanggapan Tanaman
Terhadap Kekurangan Air. (http://www.library.usu.co.id).
Diakses pada tanggal 05 April
2013
Odum, E.P. 1994. Basic Ecology 3rd ed. Holt-Saunders International
Education. Tokiyo
Shukla, R.S. and P.S. Chandel. 1985. Plant
Ecology. S. Chand and Co.Ltd, New Delhi.
S.J. McNaughton, Linda L. Wallace
and Michael B. Coughenour. 2007. Plant adaptation in ecosystem context : effect
of defoliation, nitrogen, and water on growth of an African C4 sedge. Journal
Ecological Society of America 64 (2) : 307-318.
Witiyasti, I. 2006. Studi Banding : sifat ketahanan
structural terhadap kekeringan antara varietas padi sawah dan padi gogo
berdasarkan struktur anatomi daun. Broscientie 3 : 47-58.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar