Selasa, 26 April 2016

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM PENGELOLAAN AIR UNTUK PERTANIAN ACARA VI PANEN AIR (WATER HARVESTING)


Description: Description: C:\Users\hapsaribka\Pictures\Logo+UGM++.jpg
Disusun Oleh:
                                              
                                              
                                              
                                              
                                              
                                                           
                                               Golongan/kelompok  :
                                               Asisten Praktikum      :


LABORATORIUM AGROHIDROLOGI
DEPARTEMEN TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
ACARA VI
PANEN AIR (WATER HARVESTING)

ABSTRAKSI
Permasalahan air yang sering dijumpai adalah terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kondisi air yang melimpah pada musim hujan dapat disimpan sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Panen air merupakan salah satu usaha untuk melestarikan sumber daya air secara berkelanjutan. Panen air merupakan pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Metode yang berbeda, objektif untuk pemanenan air hujan di berbagai area juga berbeda. Air hujan dapat ditampung dengan menggunakan sistem pemanenan air hujan. Praktikum dilaksanakan pada tanggal 11 Maret 2016 di Laboratorium Agrohidrologi, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.  Bahan yang dibutuhkan adalah data sekunder mengenai waduk atau embung Tambak Boyo.Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa volume waduk yaitu  1.314.498,5m3 dengan waktu pengisian waduk 65.725,625 sekon atau kurang lebih 18 hari. Lama penggunaan waduk adalah 26,289,97 sekon atau sekitar 7 hari dengan luas lahan yang dapat dialiri air per bulan adalah 7.871.227.544,910 m2/bulan dan 94.568.257.410, 071m2/tahun.

Kata kunci: Panen air, Tambak Boyo, air

I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
            Permasalahan air yang sering dijumpai adalah terjadinya banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Kondisi air yang melimpah pada musim hujan dapat disimpan sedemikian rupa agar dapat dimanfaatkan pada musim kemarau. Air hujan tidak dapat mengalir oleh karena tidak diberi cukup peluang oleh urugan dan pembangunan pada alur-alur air (sungai), urugan pada cekungan tanah dalam dimana air dapat terkumpul, dan pembuatan sudetan-sudetan sebagai langkah darurat. Saat ini permasalahan air yang sudah mendorong dan meningkatkan kesadaran dan perlunya kepedulian bersama dari seluruh komponen bangsa dan bahkan dunia untuk memanfaatkan dan melestarikan sumber daya air secara berkelanjutan.
Panen air merupakan salah satu usaha untuk melestarikan sumber daya air secara berkelanjutan. Panen air merupakan pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yaitu menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan. Prinsip dari panen air adalah memaksimalkan penyerapan air ke dalam tanah pada musim hujan dan dijadikan sebagai sumber air pada musim kemarau.
B.       Tujuan
Menghitung dan mengetahui cara pemanfaatan air melimpah pada saat musim hujan.




























II.      TINJAUAN PUSTAKA
Penyediaan air bersih merupakan perhatian utama di banyak negara berkembang termasuk indonesia karena air merupakan kebutuhan dasar dan sangat penting unruk kehidupan dan kesehatan umat manusia. Konvensi sumber daya air dalam arti penghematan dan penggunaan kembali (reuse) menjadi hal yang sangat penting pada saat ini. Hal ini disebabkan oleh beberapa masalah yang berkaitan dengan ketersediaan air bersih seperti penurunan muka air tanah dan kekeringan maupun dampak dari perubahan iklim. Pengelolaan sumber daya air yang berkelanjutan didasarkan pada prinsip bahwa sumber air seharusnya digunakan sesuai dengan kuantitas air yang dibutuhkan. Alternatif sumber air yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia dan tidak harus memiliki standar air minum (Cahyono dan Anwar, 2013).
Sumber daya air adalah kemampuan dan kapasitas potensi air yang dapat dimanfaatkan oleh kegiatan manusia untuk kegiatan sosial ekonomi. Terdapat berbagai jenis sumber air yang umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat seperti air laut, air hujan, air tanah, dan air permukaan. Dari keempat jenis air tersebut sejauh ini air permukaan merupakan sumber air tawar yang terbesar digunakan oleh masyarakat. Untuk itu, air permukaan yang umumnya dijumpai di sungai, danau, dan waduk buatan akan menjadi perhatian utama dalam proses pengelolaan air (Surbakti, 1987).
Dilihat dari ruang lingkup implementasinya, menurut Harsoyo (2010), teknik pemanenan air dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu: (1) teknik pemanenan air hujan dengan atap bangunan (roof top ran water harvesting) dan (2) teknik pemanenan air hujan (dan aliran permukaan) dengan bangunan reservoir, seperti dam, parit, embung, kolam, situ, waduk dan sebagainya. Perbedaan dari dua kategori tersebut adalah bahwa pada kategori yang pertama, ruang lingkup implementasinya adalah pada skala individu bangunan rumah dalam suatu wilayah pemukiman ataupun perkotaan; sementara untuk kategori yang kedua skalanya lebih luas lagi, biasanya untuk suatu lahan pertanian dalam suatu wilayah DAS ataupun sub-DAS.
Metode yang berbeda, objektif untuk pemanenan air hujan di berbagai area juga berbeda. Air hujan dapat ditampung dengan menggunakan sistem pemanenan air hujan. Secara umum, sistem pemanenan air hujan yaitu mengumpulkan secara langsung air hujan dari atap-atap dan tujuan lain dengan membuat bangunan penampung, air run off yang terkumpul dari lubang galian buatan atau penampung alami permukaan dan penampungan dari lapisan batuan untuk domestik, industri, pertanian, dan kegiatan lingkungan. Sistemnya dapat dikategorikan dalam skala kecil, sedang, dan besar. Normalnya, ukuran dari panen air hujan berdasarkan dari ukuran area penampung. Dari segi ilmu pemanenan air hujan mengacu pada pengumpulan dan penyimpanan air hujan dan juga kegiatan lain yang bertujuan pemanenan permukaan dan air bawah tanah, pencegahan kehilangan air melalui evaporasi dan perkolasi dan semua studi hidrologi (Kumar et al., 2011).
Penyimpanan lengas tanah bertujuan untuk mencegah run off dan menyimpan air hujan di tempat dimana ia jatuh dari langit sebanyak mungkin. Pemanenan air hujan dalam makna yang luas dapat didefinisikan sebagai kegiatan pengumpulan run off untuk penggunaan yang produktif. Run off dapat ditangkap dan dikumpulkan dari cucuran atap atau dari permukaan lahan, atau dari sungai-sungai musiman. Sistem pemanenan air yang memanen run off dari atap bangunan atau dari permukaan lahan termasuk dalam kategori pemanenan air hujan, sedangkan semua sistem yang mengumpulkan run off dari sungai-sungai musiman dikelompokkan dalam kategori pemanenan air banjir (Clarke dan Newson, 2007).
Dalam kegiatan panen air, penentuan ukuran air hujan yang dibutuhkan sangatlah penting. Adabeberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain : volume air yang dibutuhkan perhari, ukuran tangkapan air hujan, tinggi rendanya air hujan, kegunaan air sebagai alternative air bersih dan tempat tersedia. Utnuk mengetahui kebutuhan air secara total, harus ditentukan kuantitas air yang diperlukan untuk keperluan outdoor, seperti irigasi, reservoir, dan indoor seperti mandi, cuci dan toilrt (Pacey dan Cullis, 1989).








III.   METODOLOGI
Praktikum Pengelolaan Air untuk Pertanian Acara VI “Panen Air (Water Harvesting)” dilaksanakan pada hari Jumat, 11 Maret 2016 di Laboratorium Agrohidrologi, Departemen Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan di embung Tambak Boyo Condong Catur, Depok, Kec. Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,.Bahan yang digunakan adalah sketsa danau buatan, tabel kedalaman embung, dan millimeter blok. Alat yang digunakanadalah alat tulis dan kalkulator.
Cara kerja pertama yaitu sketsa danau buatan dijiplak di kertas millimeter blok dan dihitung luas permukaannya. Rata-rata kedalaman dihitung dengan data kedalaman dijumlahkan kemudian dibagi dengan jumlah data. Setelah nilai luas permukaan embung dan rata-rata kedalaman embung sudah diketahui, kemudian nilai volume embung dihitung dengan dikalikan antara kedalaman dengan luas permukaan. Waktu yang diperlukan pengisian embung dihitung dengan rumus :
Waktu penggunaan air di dalam embung untuk dialirkan dengan Qirigasi sebesar 5 liter per sekon, dapat dihitung dengan rumus :
Qirigasi per jam dihitung dengan rumus :
Qirigasi per jam = Qirigasi per detik x 3600 detik
Qirigasi per hari dihitung dengan rumus :
Qirigasi per hari = Qirigasi per jam x 24 jam
Luas lahan yang dialiri dapat dihitung dengan rumus :
Etobulanan dihitung dengan rumus:
Etobulanan = Etoharian x 30 hari
dan Etotahunan dapat dihitung dengan rumus :
Etotahunan = Etobulanan x 12 bulan
jika diketahui Eto 5 mm per hari.

IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 1. Data Informasi Embung
No
Parameter yang diamati
Nilai
1
Volume waduk
1.314.498,5 m3
2
Waktu pengisian waduk
65.725,625 sekon = +/- 18 hari
3
Lama penggunaan air waduk
26,289,97 sekon = +/- 7 hari
4
Luas area yang dapat dialiri
8.763.300m2/bulan
105.159.880m2/tahun

embung
Gambar 1. Peta Letak Embung Tambakboyo
Menurut Perbup nomor 2.1 tahun 2014, Embung Tambakboyo, berada di Dusun Mancasan, Desa Condongcatur, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman dengan ketinggian elevasi 153m. Embung Tambakboyo memiliki fungsi utama yaitu konservasi, wisata dan perikanan. Fungsi tersebut sebagai upaya untuk memanfaatkan sumberdaya air yang berlimpah. Embung Tambakboyo memiliki dua input dan satu output. Input Embung Tambakboyo berasal dari Sungai Tambakboyo dan Sungai Buntung. Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa volume waduk yaitu  1.314.498,5m3 dengan waktu pengisian waduk 65.725,625 sekon atau kurang lebih 18 hari. Lama penggunaan waduk adalah 26,289,97 sekon atau sekitar 7 hari dengan perkiraan luas lahan yang dapat dialiri air per bulan adalah 8.763.300m2/bulandan 105.159.880m2/tahun.Arah aliran Sungai Tambak Bayan sendiri telah mengalami perubahan beberapa kali dalam waktu relatif dekat, yaitu mula-mula menyusur tebing Barat kemudian pindah ke tengah, sekarang dialirkan melalui saluran sudetan pasangan batu yang lurus dari arah Utara. Akibat banjir, daerah yang semula relatif datar berpasir menjadi cekung sedalam 3,6 m seluas 7 Ha.
Tipe bendungan adalah concrete gravity dam yang sekaligus berfungsi sebagai pelimpah.Pemerintah Daerah Yogyakarta membangun Embung Tambak Boyo dengan maksud untuk melestarikan sumber daya air dan lingkungan Daerah Pengaliran Sungai Tambak Bayan, menaikkan muka air tanah, serta mengembangkan potensi wisata daerah. Lokasi Embung terletak pada kaki Gunung Merapi dengan luas genangan 5,8 Ha dan volume tampungan kurang lebih 400.000 m3. Panen air merupakan cara pengumpulan atau penampungan air hujan atau air aliran permukaan pada saat curah hujan tinggi untuk digunakan pada waktu curah hujan rendah. Panen air harus diikuti dengan konservasi air, yakni menggunakan air yang sudah dipanen secara hemat sesuai kebutuhan.
Pemanenan Air Hujan (PAH) merupakan metode atau teknologi yang digunakan untuk mengumpulkan air hujan yang berasal dari atap bangunan, permukaan tanah, jalan atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih (UNEP, 2001; Abdullah et. al, 2009; Yulistyowati, 2011). Pembuatan rorak merupakan contoh tindakan panen air aliran permukaan dan sekaligus juga tindakan konservasi air.Daerah yang memerlukan panen air adalah daerah yang mempunyai bulan kering (dengan curah hujan < 100 mm per bulan) lebih dari empat bulan berturut-turut dan pada musim hujan curah hujannya sangat tinggi (> 200 mm per bulan). Air yang berlebihan pada musim hujan ditampung (dipanen) untuk digunakan pada musim kemarau.Penampungan atau 'panen air' bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan air tanaman, sehingga sebagian lahan masih dapat berproduksi pada musim kemarau serta mengurangi risiko erosi pada musim hujan.
Menurut UNEP (2001) dalam Yulistyorini (2011) beberapa keuntungan penggunaan air hujan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih adalah sebagai berikut:
1.        Meminimalisasi dampak lingkungan: penggunaan instrumen yang sudah ada (atap rumah, tempat parkir, taman, dan lain-lain) dapat menghemat pengadaan instrumen baru dan meminimalisasi dampak lingkungan. Selain itu meresapkan kelebihan air hujan ke tanah dapat mengurangi volume banjir di jalan-jalan di perkotaan setelah banjir;
2.        Lebih bersih: air hujan yang dikumpulkan relatif lebih bersih dan kualitasnya memenuhi persyaratan sebagai air baku air bersih dengan atau tanpa pengolahan lebih lanjut;
3.        kondisi darurat: Air hujan sebagai cadangan air bersih sangat penting penggunaannya pada saat darurat atau terdapat gangguan sistem penyediaan air bersih, terutama pada saat terjadi bencana alam. Selain itu air hujan bisa diperoleh di lokasi tanpa membutuhkan sistem penyaluran air;
4.        Sebagai cadangan air bersih: pemanenan air hujan dapat mengurangi kebergantungan pada sistem penyediaan air bersih;
5.        Sebagai salah satu upaya konservasi; dan
6.        Pemanenan air hujan merupakan teknologi yang mudah dan fleksibel dan dapat dibangun sesuai dengan kebutuhan. Pembangunan, operasional dan perawatan tidak membutuhkan tenaga kerja dengan keahlian tertentu.
            Teknologi pemanenan air hujan pada lahan pertanian berfungsi menyediakan sumber air irigasi pada musim kemarau dapat pula berfungsi mengurangi banjir pada musim hujan. Panen air hujan dan aliran permukaan ditujukan utuk mengurangi volume aliran permukaan, selain itu dapat meningkatkan cadangan air tanah dan meningkatkan ketersediaan air tanaman terutama pada musim kemarau, kemudian yang terakhir adalah untuk mengurangi kecepatan aliran permukaan sehingga daya kikis dan daya angkutnya menurun (Naiulu, 2014).Teknologi pemanenan air sangat bermanfaat untuk lahan yang tidak memiliki jaringan irigasi atau sumber air bawah permukaan tanah (groundwater). Selain dapat dimanfaatkan untuk pengairan, air yang tertampung dapat juga digunakan untuk pemeliharaan ikan, keperluan rumah tangga, dan minum ternak terutama pada MK (Subagyono et. al, 2007).





V.      KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui bahwa volume waduk yaitu  1.314.498,5m3 dengan waktu pengisian waduk 65.725,625 sekon atau kurang lebih 18 hari. Lama penggunaan waduk adalah 26,289,97 sekon atau sekitar 7 hari dengan luas lahan yang dapat dialiri air per bulan adalah  8.763.300m2/bulan dan 105.159.880m2/tahun.




















DAFTAR PUSTAKA

Cahyono, Y. dan N. Anwar. 2013. Teknologi pemanenan air hujan untuk mengatasi           kekeringandan penyediaan air bersih di Desa Sawitan. Jurnal Teknik Pomits 1: 1-6.

Clarke, R. T. dan M. D. Newson. 2007. Some detailed water balance studies of research catchments. Proc. Roy. Soc. Land 1: 21-42.

Harsoyo, B. 2010. Teknik pemanenan air hujan (rain water harvesting) sebagai alternatif upaya penyelamatan sumber daya air di wilayah DKI Jakarta. Jurnal Sains dan Teknologi Modifikasi Cuaca 1: 29-39.

Kumar, K., S. Thaman, C. Agrawal and P. Sharma. 2011. Rain water harvesting and ground water recharging in North Western Himalaya region for sustainable agriculture productivity. Universal Journal of Environmental and Technology 1: 539-544.

Naiulu, H. 2014. Sistem Pemanenan Air Hujan Di Daeah Lahan Kering. Universitas Nusa Cendana. Kupang.

Pacey, A and A. Culis. 1989. Rain Water Harvesting. WBC Print Ltd, London.

Perbup No 2.1 Tahun 2014. <http://jdih.slemankab.go.id/.>  Diakses tanggal 18 Maret 2016.

Purbawa, G. A. dan G. N. Wiryajaya. 2009. Analisis spasial normal ketersediaan air tanah bulanan di Provinsi Bali. Buletin Meteorologi Klimatologi dan Geofisika 5: 150-159.

Subagyono, K., U. Haryati, dan S. H. Tala’ohu. 2007. Teknologi Konservasi air pada tanaman lahan kering. <http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/.> Diakses tanggal 18 Maret 2016.

Surbakti. 1987. Teknologi Terapan Air Minum Sehat. Mutiara Salo, Surakarta.

Yulistyorini, A. 2011. Pemanenan air hujan sebagai alternatif pengelolaan sumber daya air di perkotaan. Jurnal Teknologi dan Kejuruan 34(1): 106-114.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar