Selasa, 12 April 2016

LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA II
NILAI PERBANDINGAN DISPERSI

Description: C:\Users\Win-7\Downloads\Logo%20UGM.jpg

Disusun Oleh :

GOL/KEL          : A2/3
Asisten               : Rosyida Ismi Barroroh


LABORATORIUM TANAH UMUM
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013


ACARA II
NILAI PERBANDINGAN DISPERSI (NPD)

ABSTRAKSI
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara II yang berjudul  Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) dilakukan pada tanggal 26 Febuari 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nilai NPD merupakan perbandingan antara partikel lempung dan debu yang mudah terdispersi oleh air dengan kadar lempung dan debu keseluruhan dalam tanah. Pengamatan NPD ini digunakan untuk mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi. Tujuan dilakukannya praktikum ini untuk menentukan Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) dan menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi NPD. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah alfisol, entisol, ultisol, rendzina dan vertisol. Sampel tanah yang digunakan dalam praktikum ini memiliki diameter 2mm. Metode yang digunakan dalam menentukan NPD adalah metode sedimentasi (analisis granuler cara pipet). Dari hasil percobaan didapatkan hasil NPD tanah entisol (85,66%) > ultisol (14,92) > vertisol (10,03%) > alfisol (8,96%) > rendzina (8,54%).



I.     PENGANTAR
Tanah sangat dibutuhkan makhluk hidup dalam kehidupannya. Tanah merupakan media tempat tumbuh berbagai jenis tumbuhan agar dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan makhluk hidup lainnya seperti manusia dan hewan. Tanah merupakan bahan di permukaan bumi hasil transformasi bahan organik dan mineral melalui proses gabungan anasir alami yaitu bahan induk, iklim, topografi,dan organisme yang bekerja pada waktu tertentu. Bahan organik tanah berasal dari batuan penyusun litosfer, sedangkan bahan mineral berasal dari tumbuhan dan hewan.
            Tanah memiliki sifat dispersi. Salah satu penyebab pengikisan tanah adalah erosi. Erosi tanah oleh air merupakan gerakan aktif dimana tanah tidak dapat menyerap air. Erosi dipengaruhi oleh faktor dari luar berupa iklim, topografi ,vegetasi dan kegiatan manusia, sedangkan faktor dari dalam adalah komposisi fraksi-fraksi penyusun tanah. Tanah yang mengandung lebih banyak pasir dan debu dari pada lempungnya maka tanah tersebut peka terhadap erosi. Tanah yang lebih banyak mengandung lempung maka tanah tersebut tahan terhadap erosi.
            Kecepatan aliran permukaan yang semakin besar dan kuat akan berpengaruh pada penggerusan tanah atau daya kikisnya terhadap tanah semakin besar, dengan demikian tanah yang terkikis atau terhanyut akan semakin besar.pada erosi dipercepat (accelerated erotion) akan menimbulkan kerugian seperti banjir dan penurunan produktivitas tanah. Pada erosi yang dipercepat volume penghanyutan tanah lebih besar dibandingkan pembentukan tanah sehingga penipisan tanah akan berlangsung terus dan menyebabkan lenyap atau terangkut habibnya lapisan tanah tersebut. Untuk menentukan seberapa besarnya daya tahan tanah terhadap erosi digunakan metode sedimentasi (analisis granuler cara pipet). Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) dan faktor-faktor yang mempengaruhi NPD.
            Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi tanah berfungsi sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan secara biologi berfungsi sebagai habitat biota yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat aditif bagi tanaman (Majid,2009). Tanah memiliki kualitas yang berbeda-beda disetiap wilayah. Pada tahun 1994 Soil Science Sosiety of America (SSSA) telah mendefinisikan kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem untuk menopang produktivitas biologis, mempertahankan kualitas lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan manusia, hewan dan tumbuhan (Agehara and Warncke, 2005)
Tekstur tanah menurut USDA adalah perbandingan relatif antar partikel tanah yang terdiri atas fraksi lempung, debu dan pasir. Tekstur tanah bersifat permanen atau tidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat tanah yang lain seperti struktur, konsistensi, kelengasan tanah, permeabilitas tanah, run off, daya infiltrasi dan lain-lain. Jumlah partikel untuk setiap berat tanah dan permukaan spesifik meningkat cukup tinggi dengan menurunnya ukuran partikel. Makin kecil ukuran partikel maka makin besar permukaan aktif. Sifat ini berperan penting dalam retensi air dan pertukaran ion. Tekstur tanah mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara tanah, dan hara tanah. Tekstur juga mempunyai ruang perakaran tanaman, konsistensi dan keterolahan tanah (Sutanto, 2005)
Erosi adalah penyikiran dan pengangkutan sebagian atau seluruh bagian tanah oleh air mengalir, angin, atau es bergerak. Proses ini adalah alami dan termasuk proses geologi. Erosi tanah berhubungan dengan aktivitas manusia sehingga manusia bisa disebut faktor yang menyebabkan erosi (Sutanto, 2002).Erosi dapat dibedakan menurut lokasi terjadinya dan agen (air, angin, dan es). Dalam proses erosi ataupun sedimentasi terjadi proses detachement, enteraiment,transportation dan deposotion tanah. Tanah yang hilang mengacu pada sedimen dari bagian terkikis dimana aliran air atau angin terjadi. Erosi adalah pengikisan tanah oleh air, sementara pengikisan tanah oleh angin disebut deflasi (JToy et all., 2002)
Cara yang paling efektif untuk mengendalikan erosi adalah menjaga permukaan tanah tertutupi rumput atau padang rumput. Oleh karena itu, daerah  yang sangat rentan terhadap erosi air atau angin perlu dipertimbangkan untuk program konservasi tanah. Tanah di Pulau Jawa dirugikan akibat erosi dan air permukaan run morf dapat memberikan kontribusi yang besar untuk menangani masalah kualitas air permukaan. Dalam studi yang dilakukan di Iowa State University pada 40 asosiasi tanah. Craft and cowokers (proceeding of the nasional sysposium on erosian and soil productivity, 1984) melaporkan bahwa dampak dari tanah longsor pada produktivitas bergantung pada lapisan bagian kesuburan (Mahdi, 2002).      
Nilai perbandingan dispersi (NPD) adalah suatu nilai yang menunjukkan kemantapan  agregat oleh ikatan lempung dan debu. Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar debu dan lempung mudah didispersikan oleh air. Sebaliknya, apabila Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) rendah, hal tersebut mengindikasikan bahwa secara aktual hanya sedikit debu dan lempung yang didispersikan oleh air (Partoyo, 2005).

II.      METODOLOGI
Praktikum Penentuan Nilai Perbandinan Dispersi dilaksanakan pada tanggal 26 Febuari 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah kering udara halus (Φ 2 mm) yang terdiri dari tanah entisol, alfisol, ultisol, rendzina dan vertisol. Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah beaker glass 500 ml untuk menambah air pada tabung sedimentasi hingga volume 800mL, botol pancar untuk menambahkan air pada tabung sedimentasi hingga volume tepat 1L, termometer untuk mengukur suhu di dalam air pada tabung sedimentasi, tabung sedimentasi 1 liter, cawan penguap atau porselin 50 ml untuk tempat suspensi saat di oven dan pipet volume 25mL untuk mengambil suspensi dari dalam tabung sedimentasi.
            Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah metode sedimentasi. Metode sedimentasi adalah metode analisi dengan di endapkan dahulu kemudian di ambil sampelnya dan dioven. Setelah itugunakan prinsip metode gravimerti. Analisis metode gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Pada dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut. Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994)
     

III.   HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 2.1. NPD Masing-Masing  Jenis Tanah
Jenis Tanah
Nilai NPD
Entisol
85,66%
Alfisol
8,94%
Ultisol
14,92%
Rendzina
8,56%
Vertisol
10,03%
Contoh Perhitungan :
Tanah Ultisol
a = 15 gram
b = 31,995 gram
c = 32,045 gram
KL tanah ø 2 mm : 9,635%
Kadar (debu+lempung) total = 98
Kadar (debu+lempung) aktual =
     
Nilai Perbandingan Dispersi=

NPD adalah nilai perbandingan dispersi yang digunakan untuk mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi atau sebagai indikator erosi tanah. Dalam praktikum ini, untuk mengetahui NPD digunakan metode gravimetri yaitu menghitung selisih berat lengas sebelum dan sesudah dikeringkan untuk mengetahui nilai kelengasan tanahnya. Setelah menghitung kadar lengas tanah, digunakan metode sedimentasi yaitu analisis granuler cara pipet untuk menganalisis debu dan lempung yang terdapat didalam tanah.
Pada percobaan, dalam menuangkan air pada gelas beker posisi gelas beker harus miring agar partikel-partikel tanah tidak rusak karena arus dari air yang dituangkan untuk membasahi tanah yang akan diuji nilai perbandingan dispersinya. Setelah suspensi dan telah digojog serta dipipet, maka suspensi tersebut dituang kedalam cawan penguap kosong dan dioven. Pada saat pemipetan harus pada kedalaman 20 cm karena pada kedalaman tersebut banyak mengadung debu dan lempung yang digunakan untuk mengetahui nilai perbandingan dispersi dari tanah tersebut. Hasil akhir yang diperoleh hanyalah tanah. Dalam hal ini tanah tersebut kehilangan air yang merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi.
Kepekaan tanah terhadap erosi, atau disebut erodibilitas tanah yaitu mudah tidaknya suatu tanah tererosi (dihancurkan oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran permukaan). Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni sifat fisik, mekanik, hidrologi, kimia, reologi/litologi, mineralogi, dan biologi, termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman tanah dan sifat-sifat dari lapisan tanah. Selain itu,erodibilitas juga ditentukan pula oleh faktor-faktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna dan aktivitas manusia. Selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan/perlakuan terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas suatu tanah. Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh dari faktor pengelolaan tanah terhadap sifat-sifat tanah. Pengelolaan tanah dan tanaman yang mengakumulasi sisa-sisa tanaman berpengaruh baik terhadap kualitas tanah, yaitu terjadinya perbaikan stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah (shear strength), dan resistensi/daya tahan tanah terhadap daya hancur curah hujan (splash detachment).
Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh NPD Entisol sebesar 85,66%, Alfisol 8,94 %, Ultisol 14,92 %, Rendzina 8,56 %, serta vertisol 10,03 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa Entisol merupakan nilai terbesar NPD diantara nilai NPD jenis tanah lainnya yaitu 85,66%, sedangkan menurut penelitian Kurnia dan Suwardjo (1984) entisol mempunyai nilai dispersi tanah sebesar 14% - 16%. Perbedaan NPD ini dapat disebabkan karena perbedaan sampel tanah yang digunakan selain itu bahan induk tanah juga mempengaruhi nilai NPD.
Dari hasil percobaan, tanah alfisol memiliki nilai NPD sebesar 8,94 sedangkan hasil penelitian dari Kurnia dan Suwardjo (1984) tanah alfisol memiliki nilai NPD sebesar 16-25%. Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan jenis tanah pada sampel tanah yang digunakan.
Pada tanah Ultisol atau latosol, NPD bernilai 14,92 %. Dari hasil penelitian Kurnia dan Suwardjo (1984) tanah ultisol memiliki nilai NPD berkisar 12%-19 %. Dengan nilai ini dapat menunjukan bahwa tanah ini tahan terhadap erosi. Sifat dominan yang dimiliki oleh ultisol daintaranya adalah stabilitas agregat yang tinggi dan berciri morfologi umumnya merupakan tekstur lempung sampai geluh. Stabilitas agregat dan kandungan lempung (liat) pada tanah ultisol menyebabkan tahan terhadap erosi. Tanah-tanah yang mengandung lempung, tahan terhadap erosi karena adanya gaya kohesi yang tinggi antar partikel.
Ciri utama pada tanah grumusol atau vertisol  adalah adanya tekstur lempung dalam tanah. Dari percobaan yang di lakuakn diketahui nilai perbandingan dispersi tanah ini adalah 10,03 % sedangkan menurut penelitian Kurnia dan Suwardjo (1984), nilai dispersi tanah vertisol sebesar 22 - 27% . Perbedaan NPD ini dapat disebabkan karena perbedaan sampel tanah yang digunakan selain itu bahan induk tanah juga mempengaruhi nilai NPD.
Tanah rendzina memiliki nilai NPD dari hasil percobaan sebesar 8,56 sedangkan menurut hasil penelitian
Dalam bidang pertanian, Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) digunakan untuk mengetahui ketahanan suatu jenis tanah terhadap bahaya erosi. Jadi dengan NPD kita dapat menentukan tanaman apa yang baik untuk tanah tersebut. Dimana tanah yang memiliki ketahanan terhadap erosi bisa ditanami degan jenis tanaman yang memiliki perakaran serabut yang tidak terlalu kuat mengikat partikel-partikel tanah. Selain itu dengan NPD kita juga bisa mengetahui tingkat kesuburan tanah. Tanah dengan kandungan lempung yang tinggi biasanya tidak terlalu bagus untuk ditanami karena perakaran biasanya sulit menembus tanah lempung sehingga pertumbuhan akan terganggu. Dan secara otomatis hal tersebut juga akan menggangu proses produksi.

IV.   KESIMPULAN
Nili NPD tanah sampel berturut-turut entisol > ultisol > vertisol > alfisol > rendzina. Faktor-faktor yang mempengaruhi erosi adalah ikklim, tanah (tekstur tanah, struktur tanah, infiltrasi, kandungan bahan organik, relief, lahan), topografi, vegetasi, serta adanya campur tangan manusia.

V.  PENGHARGAAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan ini, antara lain kepada:
1.      Ir. Suci Handayani, M.P. selaku koordinator praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah
2.      Para asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang telah memberikan bimbingan sehingga praktikum dan penyelesaian laporan sementara ini dapat berjalan dengan lancar
3.      Pihak-pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam pembuatan laporan ini
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat kesalahan. Semoga laporan yang telah kami susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, Maret 2013
Penyusun        







DAFTAR PUSTAKA

Agehara, S. and D. D. Warncke. 2005. Soil moisture and temperature effect on nitrogen release from organic nitrogen sources. Soil Science Society of America Journal 69:1844-1855.

Jtroy, T. , F. George and G. Kenneth 2002. Soil Erosion.Jhon Wiley and Son’s Inc NewYork.

Kurnia, U. dan H. Suwardjo. 1984. Kepekaan erosi beberapa jenis tanah di Jawa menurut metode USLE. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk 3: 17-20.

Mahdi, A.K. 2000. Soil erosion an agriculture production chall. Integrated Crop      Management 2: 141-143.

Partoyo. 2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah Pertanian di Lahan Pasir Pantai Samas Yogyakarta. UPN Veteran. Yogyakarta.

Rivai, H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.

Sutanto. 2002. Analisis tanah, air, dan jaringan tanaman. Jurnal Tanah 4:111-112.

Sutanto, R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta.






LAMPIRAN

Tabel 2.2  Nilai Perbandingan Dispersi Tanah
Tanah
a
B
c
(D+L)aktual (%)
(D+L)total (%)
NPD (%)
Alfisol
15
40,46
40,43
8,86
99
8,94
Entisol
15
26,739
26,785
12,853
15
85,68
Ultisol
15
31,995
32,045
14,618
98
14,92
Rendzina
15
34,035
34,058
7,36
86
8,56
Vertisol
15
46,37
49,49
962,87
96
10,03

Perhitungan
Rumus:
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi

1.      Alfisol
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
2.      Entisol
           
Nilai Perbandingan Dispersi
3.      Ultisol
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
4.      Rendzina
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
5.      Vertisol
 Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi



LAPORAN RESMI
PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA III
TEKSTUR TANAH

Description: C:\Users\Win-7\Downloads\Logo%20UGM.jpg

Disusun Oleh :

GOL/KEL          : A2/3
Asisten               : Rosyida Ismi Baroroh


LABORATORIUM TANAH UMUM
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA III
TEKSTUR TANAH (KUALITATIF)

ABSTRAKSI
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara 3 yang berjudul  tekstur tanah (kualitatif) dilakukan pada tanggal 5 Maret 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan tekstur tanah secara kualitatif keadaan lembab dan basah. Definisi tekstur adalah perbandingan relatif antara partikel tanah yang terdiri atas faraksi lempung, debu, dan pasir. Tekstur tanah ditentukan berdasarkan perbandingan pasir, debu, dan lempung, dan nama tekstur sesuai dengan fraksi yang dominan. Pada praktikum ini digunakan tanah kering udara yang terdiri atas empat jenis yaitu alfisol, entisol, ultisol, rendzina dan vertisol dengan diameter 2mm. Dari percobaan ini digunakan metode kualitatif secara secara pilinan yaitu tanah dipilin dengan dibasahi terlebih dahulu. Dari hasil percobaan dapat diketahui bahwa entisol memiliki tekstur pasir geluhan, alfisol bertekstur lempung debuan, ultisol bertekstur geluh lempungan, rendzina bertekstur lempung dan vertisol bertekstur lempung debuan.



I.              PENGANTAR
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil. Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah. Salah satu cara untuk menganalisis kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu massa tanah adalah dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yakni dengan merasakan tanah langsung dengan jari tangan. Sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan dan kekasarannya. Bila ternyata halus, maka tanah ini memiliki kandungan liat yang dominan dan sebaliknya apabila kasar, maka kandungan pasirnya dominan. Tekstur tanah perlu dipelajari sebab tanah berpengaruh penting pada tanaman melalui hubungannya dengan udara dan air. Tanah mempengaruhi pertumbuhan pohon terutama keberhasilan pembibitan. Selain itu juga, untuk mengetahui fraksi yang dominan dalam proporsi dan komposisinya antara jenis tanah satu dengan tanah yang lain yang berbeda-beda. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan tekstur tanah secara kualitatif keadaan lembab dan basah.
Tekstur tanah adalah kehalusan/ kekasaran bahan tanah pada perabaan berkenaan dengan perbandingan berat antar fraksi tanah. Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus dan lempungan. Oleh karena tanah bertekstur halus sering bersifat berat dialah karena sangat liat dan lekat sewaktu basah dank eras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi pasir disebut kasar, pasiran, atau ringan. Jika kadar ketiga fraksi tanah kira-kira berimbang, tanah disebut berstekstur sedang. Tanah yang dirajai fraksi debu disebut bertekstur debuan. Jika fraksi lempung banyak dan fraksi debu cukup, akan tetapi fraksi pasir sedikit tanah disebut bertekstur lempung debuan. Dalam hal fraksi pasir banyak dan fraksi lempung cukup, akan tetapi fraksi debu sedikit, tanah dikatakan bertekstur pasir lempungan (Notohadiprawiro, 1998).
Perbandingan nisbi berat zarah tanah (pasir, debu dan lempung) disebut dengan tekstur, yang menunjukkan kehalusan atau kekasaran suatu tanah. Tekstur tanah menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Tekstur tanah mempunyai hubungan erat dengan konsistensi struktur tanah. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat (Maaz, 1996)
Sejumlah kecil tanah yang dibasahi dengan air dan dipilin sampai konsistensinya mantap untuk menentukan sampai berapa jauh tanah-tanah tersebut membentuk pita. Bentuk pita itu dihubungkan dengan kandungan liat, ini digunakan untuk mengkategorikan tanah-tanah seperti lempung, lempung liat, dan liat. Tanah lempung yang terasa seperti pasir atau berpasir adalah lempung berpasir lempung berpasir, lempung yang terasa sangat halus tinggi seperti lempung berdebu. Hal yang sama digunakan pada lempung liat dan liat pasir adalah lepas atau bebas tidak dapat membentuk pita. Partikel pasir tidak terbentuk bola yang sempurna dan bungkusnya terutama tidak sempurna (Fort,1994). Dari ketiga fraksi tersebut partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2-0,05mm, debu 0,002mm dan lempung <0 akar="" banyak="" berdasarkan="" bertektur="" cepat="" disebabkan="" intersepsi="" jumlah="" lebih="" makanan="" memang="" mm="" mudahnya="" nonim="" o:p="" pada="" penggolongan="" pori-pori="" ringan="" tanah="" tanaman="" ternak="" tersedia="" tumbuh="" usda="" yang="">
Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam menyimpan dan menghantarkan air. Tanah bertekstur liat jika kandungan liatnya > 35%. Tanah liat disebut juga tanah berat karena sulit diolah. Tanah bertekstur pasir jika kandungan pasir >70% dan porositasnya rendah (<40 2006="" antara="" bambang="" berada="" bertekstur="" dan="" debu="" esman="" jika="" lempung="" liat="" memounyai="" pasir="" proporsi="" rupa="" sedemikian="" sehingga="" sifatnya="" span="" tanah="" tersebut="">
Kandungan bahan organik juga mempengaruhi terbentuknya struktur maupun konsistensi tanah. Fungsi bahan organik tanah antara lain sebagai perekat butiran tanah. Berkurangnya kandungan bahan organik pada lapisan bawah tanah menyebabkan sifat dari lempung lebih tampak. Lempung bersifat lebih plastis dan lekat. Akibatnya konsistensi tanah pada lapisan bawah sering memiliki konsistensi yang teguh pada kondisi lembab dan lekat pada kondisi basah (Wiyogo dan Hasanudin, 2006)
Vertisol mempunyai tekstur yang tergolong pada liat berat dengan kandungan fraksi liat > 60%. Tingginya kandungan fraksi liat berhubungan dengan bahan induk tanahnya. Bahan induk vertisol yang diteliti terdiri atas alluvium napal, peridotit, batu kapur, volkan andesit dan dasitik yang tergolong pada bahan mudah lapuk, serta endapan banjir dan lakustrin yang memang sudah halus ukuran butirnya (Prasetyo,2007).  Tekstur tanah ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah ultisol dari granit umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir, sedangkan tanah ultisol dari batu kapur, batuan andesit dan tufa cenderung mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus (Prasetyo dan Suradikarta, 2006).

II.       METODOLOGI
Praktikum acara tekstur tanah kualitatif ini dilakukan di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada hari Selasa, 5 Maret 2013. Bahan yang digunakan berupa tanah kering udara ukuran Φ 2 mm dari lima jenis tanah yaitu Entisol, Ultisol, Alfisol, Rendzina, danVertisol. Serta menggunakan alat antara lain cawan porselen dan aquadest.
Metode yang digunakan dalam penentuan konsistensi tanah yaitu metode kualitatif. Mula-mula diambil segenggam tanah, meremas-remasnya untuk melepaskan semua agregatnya sehingga akhirnya tanah menjadi pasta liat (kadar air antara BG dan BJ). Membasahi sedikit demi sedikit sambil meremas-remas jika kurang basah. Mencoba membentuk tanah seperti bola secara mengepal-ngepalnya, bila tidak dapat membentuk bola berarti tanah bertekstur pasir. Bila dapat, mencoba membentuk tanah tersebut menjadi pita dengan cara menekan dan mendorong hati-hati dengan ibu jari dan alas jari telunjuk sampai ujung pita tanah melampaui ujung jari telunjuk. Bila tidak dapat, tanah bertekstur pasir geluhan. Bila dapat, lalu patah karena ujung-ujungnya melampaui ujung beratnya sendiri setelah jari telunjuk sejauh < 2,5 cm, termasuk kelompok geluhan; 2,5 – 5 cm kelompok geluh lempungan; dan > 5 cm termasuk kelompok lempungan. Dari hasil ketiganya tadi maka tanah dibuat bubur, lalu digosok-gosokkan dengan jari pada telapak tangan. Tanah terasa kasar merajai dapat merupakan lempung pasiran, geluh lempung pasiran, maupun geluh pasiran. Tanah terasa halus licin merajai dapat merupakan lempung debuan, geluh lempung debuan atau geluh debuan.Sedangkan bila terasa sama rasa, maka geluhan menjadi geluh, geluh lempungan menjadi geluh lempungan, dan lempung tetap menjadi lempung.

III.              HASIL DAN PEMBAHASSAN
Tabel 3.1 Tekstur Tanah dari Berbagai Jenis Tanah
No.
Jenis Tanah
Tekstur Tanah
1.
Entisol
Pasir Geluhan
2.
Alfisol
Lempung debuan
3.
Ultisol
Geluh Lempungan
4.
Rendzina
Lempung
5.
Vertisol
Lempung Debuan

Tekstur tanah merupakan salah satu sifat fisik tanah yang tidak mudah berubah kecuali jika terjadi pencampuran dengan tanah lain atau akibat terkena erosi yang bertekstur berbeda. Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah dan merupakan perbandingan nisbi (relatif) tiga besar fraksi golongan tanah, yaitu pasir, debu dan lempung. Hal tersebut yang mengakibatkan tekstur setiap jenis tanah berbeda-beda berdasarkan perbandingan dan komposisi fraksi-fraksi penyusun tanah. Fraksi yang dominant pada suatu tanah tertentu merupakan ciri dari jenis yang bersangkutan.
Metode penentuan tekstur tanah yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan penentuan kualitatif cara pilinan. Hal ini dikarenakan metode kualitatif paling efektif dan cepat dalam menentukan jenis tekstur tanah. Selain itu metode ini juga simpel tanpa membutuhkan banyak bahan dan alat. Dari percobaan penentuan tekstur tanah didapatkan hasil sebagai berikut :
1.      Tanah Entisol à pasir geluhan
2.      Tanah Alfisol à  lempung debuan
3.      Tanah Ultisol à Geluh lempungan
4.      Tanah Rendzina à lempung
5.      Tanah Vertisol à lempung debuan
Tanah entisol (regosol), mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut (sifat vertik), tidak didominasi bahan amorf (sifat andik). Tanah ini bertekstur kasar dengan kadar pasir >60%, hanya mempunyai horizon histik/sulfuric disamping horizon ochrik sehingga tanah entisol termasuk dalam kelas tekstur pasir geluhan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fares A. Dan Ashok K.A. dalam jurnal Evaluation of Capacitance Probes for Optimal Irrigation of Citrus Through Soil Moisturing in an Entisol Profile, menyebutkan bahwa tanah Entisol memiliki tekstur tanah pasir sampai lempung berdebu. Tanah Entisol bahan induknya adalah dari abu vulkan, mergel atau napal dan pasir pantai. Tanah entisol memiliki pori-pori yang besar sehingga tanah ini peka terhadap erosi dan kapasitas infiltrasinya tinggi. Tanah Entisol memiliki luas permukaan yang kecil sehingga kemampuan dalam megikat air rendah karena komposisi penyusun tanahnya di dominasi oleh pasir. Tanah jenis ini tergolong tanah yang kurang subur.
Tanah Alfisol masuk dalam kelompok tekstur lempung debuan karena tanah ini dapat dibentuk pita yang panjangnya lebih dari 5 cm dan ketika adonan di jadikan seperti bubur saat digosok di telapak tangan terasa halus licin. Hal ini sesuai dengan jurnal penelitian yang dilakukan oleh D. Nursyamsi dan D. Setyorini dalam jurnal Ketersediaan P Tanah-Tanah Netral dan Alkalin, bahwa tanah Alfisol mempunyai tekstur lempung debuan yang mempunyai kadar liat sebesar kurang lebih 63±12. Tanah ini mempunyai komposisi fraksi debu dan lempung yang tinggi dan fraksi pasir yang rendah sehingga teras halus licin saat dirasakan di telapak tangan. Tanah Alfisol berwarna kecoklatan, agak halus, dan tergolong ke dalam tanah yang memiliki kesuburan sedang.
Tanah ultisol termasuk golongan tekstur geluh lempungan karena dapat dibentuk pita dengan panjang antara 2,5-5,0 cm dan ketika adonan dijadikan seperti bubur, saat digosok di telapak tangan rasa kasar halus dan kasar seimbang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta dalam jurnal Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk Pengembangan Pertanina Lahan Kering di Indonesia yang menyatakan bahwa tanah Ultisol umumnya mempunyai tekstur kasar seperti liat berpasir dan liat halus.
Tanah Vertisol merupakan tanah dengan kadar liat >40%, bersifat mengembang dan mengkerut. Pada musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengkerut, bila tanah basah menjadi lengket karena mengembang (Hardjowigeno, 1992). Komposisi debu dalam tanah vertisol lebih tinggi daripada komposisi pasir. Sehingga tanah vertisol termasuk dalam tekstur lempung debuan. Dalam jurnal Penelitian yang dilakukan oleh D. Nursyamsi dan D. Setyorini dalam jurnal Ketersediaan P Tanah-Tanah Netral dan Alkalin, mereka menyebutkan bahwa hasil analisis semi kualitatif mineral fraksi liat menunjukkan bahwa tanah Vertisol didominasi oleh mineral liat smektit sehingga memiliki tekstur liat. Hal ini sesai dengan pengamatan, karena tandungan lempung yang tinggi menyebabkan tanah ini lengket ketika di basahi dan pecah-pecah membentuk bongkah ketika mencapai kering maksimum. Tanah ini juga mudah tergenang oleh air sehingga cocok digunakan oleh lahan sawah atau lahan tergenang air karena padi merupakan tanaman yang cocok dengan kondisi tergenang air.
Tanah Rendzina termasuk golongan tekstur lempung karena dapat di bentuk pita dengan panjang lebih dari 5 cm dan ketika adonan dijadikan seperti bubur, saat digosok di telapak tangan rasa kasar dan halusnya seiimbang. Menurut (Nurcholis,2003) Tanah rendzina di cirikan kaya kerakal dan bertekstur geluh pasiran.
Manfaat tekstur tanah dibidang pertanian adalah untuk mengetahui jenis tanah yang paling baik untuk dijadikan lahan pertanian karena tekstur tanah menentukan daya serap air dengan indikasi pori-pori tanah tersebut. Selain itu, tekstur tanah juga dapat menentukan cara pengolahan suatu lahan yang tepat dan dapat menentukan tanaman yang tepat untuk ditanam.
Tekstur tanah ultisol bervariasi dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah ultisol dari granit yang kaya akan mineral kuarsa, umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir (Suharta dan Prasetyo, 1986). Ultisol pada umumnya mempunyai struktur sedang hingga kuat dengan bentuk gumpal bersudut dan cenderung memiliki tekstur yang halus seperti liat (Subardja 1986 cit.Prasetya et al., 2005). Hal tersebut sama dengan hasil percobaan yang dilakukan dengan menggunakan tanah ultisol. Ultisol bertekstur agak kasar, keduanya seimbang. Saat dibentuk gumpalan, gumpalan tersebut sangat lengket dengan yang lainnya dan sangat kuat.

IV.             KESIMPULAN
Dari hasil percobaan yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tekstur setiap jenis tanah berbeda-beda berdasarkan perbandingan dan komposisi fraksi-fraksi penyusun tanah yang terdiri dari pasir, debu dan lempung. Tanah entisol termasuk kelompok pasir geluhan, alfisol dan vertisol termasuk kelompok lempung debuan, ultisol termasuk kelompok geluh lempungan dan rendzina termasuk kelompok lempung.

V.                PENGHARGAAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan ini, antara lain kepada:
1.      Ir. Suci Handayani, M.P. selaku koordinator praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah
2.      Para asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang telah memberikan bimbingan sehingga praktikum dan penyelesaian laporan sementara ini dapat berjalan dengan lancar
3.      Pihak-pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam pembuatan laporan ini
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat kesalahan. Semoga laporan yang telah kami susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta, Maret 2013        
Penyusun                    

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2005. Tekstur Tanah. <http://lel tekstur tanah.ipb.ac.id>. Diakses tanggal 8 Maret 2013.

Prasetyo, B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanina lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25:39-47.

Fares, A. And Ashok K.A. 1998. Evaluation of capacitance probes for optimal irrigation of citrus through soil moisturing in an entisol profile. Irrig Sci. 19:57-64.

Fort, H.O. 1994. Fundamental of Soil Science. John Eiley and Sons Inc. Singapore.

Maaz, A. 1996. Soil Physics. Mc Graw Hill Book Company. USA.

Notohadiprawiro, T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Jakarta.

Nursyamsi, D. dan D. Setyorini. 2009. Ketersediaan P Tanah-Tanah Netral dan Alkalin. Jurnal Tanah dan Iklim. 30:25-36.

Prasetyo,B.H. 2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9:20-31.

Prasetyo,B.H. dan D.A. Suriadikarta.2006. Karakteristi,potensi,dan teknologi pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25: 97-103.

Resman dan H. Bambang. 2006. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6 : 101-108.

Wiyono,A. Dan Hasanudin.2006. Aplikasi taksonomi tanah pada tanah-tanah yang berkembang dari bentukan karst gunung kidul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6:13-26.


                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar