LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA
II
NILAI
PERBANDINGAN DISPERSI
Disusun Oleh :
GOL/KEL : A2/3
Asisten : Rosyida Ismi Barroroh
LABORATORIUM
TANAH UMUM
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA II
NILAI PERBANDINGAN
DISPERSI (NPD)
ABSTRAKSI
Praktikum
Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara II yang berjudul Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) dilakukan
pada tanggal 26 Febuari 2013 di Laboratorium
Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Nilai
NPD merupakan perbandingan antara partikel lempung dan debu yang mudah
terdispersi oleh air dengan kadar lempung dan debu keseluruhan dalam tanah.
Pengamatan NPD ini digunakan untuk mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi. Tujuan dilakukannya praktikum ini untuk
menentukan Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) dan menentukan faktor-faktor yang
mempengaruhi NPD. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah tanah
alfisol, entisol, ultisol, rendzina dan vertisol. Sampel tanah yang digunakan
dalam praktikum ini memiliki diameter 2mm. Metode yang digunakan dalam
menentukan NPD adalah metode sedimentasi (analisis granuler cara pipet). Dari
hasil percobaan didapatkan hasil NPD tanah entisol (85,66%) > ultisol (14,92)
> vertisol (10,03%) > alfisol (8,96%) > rendzina (8,54%).
I.
PENGANTAR
Tanah
sangat dibutuhkan makhluk hidup dalam kehidupannya. Tanah merupakan media
tempat tumbuh berbagai jenis tumbuhan agar dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan
makhluk hidup lainnya seperti manusia dan hewan. Tanah merupakan bahan di
permukaan bumi hasil transformasi bahan organik dan mineral melalui proses
gabungan anasir alami yaitu bahan induk, iklim, topografi,dan organisme yang
bekerja pada waktu tertentu. Bahan organik tanah berasal dari batuan penyusun
litosfer, sedangkan bahan mineral berasal dari tumbuhan dan hewan.
Tanah memiliki sifat dispersi. Salah satu penyebab
pengikisan tanah adalah erosi. Erosi tanah oleh air merupakan gerakan aktif
dimana tanah tidak dapat menyerap air. Erosi dipengaruhi oleh faktor dari luar
berupa iklim, topografi ,vegetasi dan kegiatan manusia, sedangkan faktor dari
dalam adalah komposisi fraksi-fraksi penyusun tanah. Tanah yang mengandung
lebih banyak pasir dan debu dari pada lempungnya maka tanah tersebut peka
terhadap erosi. Tanah yang lebih banyak mengandung lempung maka tanah tersebut
tahan terhadap erosi.
Kecepatan aliran permukaan yang semakin besar dan kuat
akan berpengaruh pada penggerusan tanah atau daya kikisnya terhadap tanah
semakin besar, dengan demikian tanah yang terkikis atau terhanyut akan semakin
besar.pada erosi dipercepat (accelerated erotion) akan menimbulkan kerugian
seperti banjir dan penurunan produktivitas tanah. Pada erosi yang dipercepat
volume penghanyutan tanah lebih besar dibandingkan pembentukan tanah sehingga
penipisan tanah akan berlangsung terus dan menyebabkan lenyap atau terangkut
habibnya lapisan tanah tersebut. Untuk menentukan seberapa besarnya daya tahan
tanah terhadap erosi digunakan metode sedimentasi (analisis granuler cara
pipet). Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui besarnya Nilai
Perbandingan Dispersi (NPD) dan faktor-faktor yang mempengaruhi NPD.
Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi
sebagai tempat tumbuh dan berkembangnya perakaran penompang tegak tumbuhnya
tanaman dan menyuplai kebutuhan air dan udara. Secara kimiawi tanah berfungsi
sebagai gudang dan penyuplai hara atau nutrisi dan secara biologi berfungsi
sebagai habitat biota yang berpartisipasi aktif dalam penyediaan hara dan zat-zat
aditif bagi tanaman (Majid,2009). Tanah memiliki kualitas yang berbeda-beda
disetiap wilayah. Pada tahun 1994 Soil Science Sosiety of America (SSSA) telah
mendefinisikan kualitas tanah sebagai kemampuan tanah untuk menampilkan
fungsi-fungsinya dalam penggunaan lahan atau ekosistem untuk menopang
produktivitas biologis, mempertahankan kualitas lingkungan dan meningkatkan
kesejahteraan manusia, hewan dan tumbuhan (Agehara and Warncke, 2005)
Tekstur
tanah menurut USDA adalah perbandingan relatif antar partikel tanah yang
terdiri atas fraksi lempung, debu dan pasir. Tekstur tanah bersifat permanen
atau tidak mudah diubah dan mempunyai pengaruh yang besar terhadap sifat tanah
yang lain seperti struktur, konsistensi, kelengasan tanah, permeabilitas tanah,
run off, daya infiltrasi dan lain-lain. Jumlah partikel untuk setiap berat
tanah dan permukaan spesifik meningkat cukup tinggi dengan menurunnya ukuran
partikel. Makin kecil ukuran partikel maka makin besar permukaan aktif. Sifat
ini berperan penting dalam retensi air dan pertukaran ion. Tekstur tanah
mempunyai hubungan yang dekat dengan kemampuan tanah mengikat lengas, udara
tanah, dan hara tanah. Tekstur juga mempunyai ruang perakaran tanaman,
konsistensi dan keterolahan tanah (Sutanto, 2005)
Erosi
adalah penyikiran dan pengangkutan sebagian atau seluruh bagian tanah oleh air
mengalir, angin, atau es bergerak. Proses ini adalah alami dan termasuk proses
geologi. Erosi tanah berhubungan dengan aktivitas manusia sehingga manusia bisa
disebut faktor yang menyebabkan erosi (Sutanto, 2002).Erosi dapat dibedakan
menurut lokasi terjadinya dan agen (air, angin, dan es). Dalam proses erosi
ataupun sedimentasi terjadi proses detachement, enteraiment,transportation dan
deposotion tanah. Tanah yang hilang mengacu pada sedimen dari bagian terkikis
dimana aliran air atau angin terjadi. Erosi adalah pengikisan tanah oleh air,
sementara pengikisan tanah oleh angin disebut deflasi (JToy et all., 2002)
Cara
yang paling efektif untuk mengendalikan erosi adalah menjaga permukaan tanah
tertutupi rumput atau padang rumput. Oleh karena itu, daerah yang sangat rentan terhadap erosi air atau
angin perlu dipertimbangkan untuk program konservasi tanah. Tanah di Pulau Jawa
dirugikan akibat erosi dan air permukaan run morf dapat memberikan kontribusi
yang besar untuk menangani masalah kualitas air permukaan. Dalam studi yang
dilakukan di Iowa State University pada 40 asosiasi tanah. Craft and cowokers (proceeding of the nasional sysposium on erosian and
soil productivity, 1984) melaporkan bahwa dampak dari tanah longsor pada
produktivitas bergantung pada lapisan bagian kesuburan (Mahdi, 2002).
Nilai
perbandingan dispersi (NPD) adalah suatu nilai yang menunjukkan kemantapan agregat oleh ikatan lempung dan debu. Nilai
Perbandingan Dispersi (NPD) yang tinggi menunjukkan bahwa sebagian besar debu
dan lempung mudah didispersikan oleh air. Sebaliknya, apabila Nilai
Perbandingan Dispersi (NPD) rendah, hal tersebut mengindikasikan bahwa secara
aktual hanya sedikit debu dan lempung yang didispersikan oleh air (Partoyo,
2005).
II.
METODOLOGI
Praktikum
Penentuan Nilai Perbandinan Dispersi dilaksanakan pada tanggal 26
Febuari 2013 di Laboratorium
Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh tanah kering
udara halus (Φ 2 mm) yang terdiri dari tanah entisol, alfisol, ultisol, rendzina dan vertisol.
Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah beaker glass 500 ml
untuk menambah air pada tabung sedimentasi hingga volume 800mL, botol
pancar untuk menambahkan air pada tabung sedimentasi hingga volume tepat 1L, termometer untuk mengukur suhu di
dalam air pada tabung sedimentasi, tabung
sedimentasi 1 liter, cawan penguap atau porselin 50 ml untuk
tempat suspensi saat di oven dan pipet volume 25mL untuk mengambil suspensi
dari dalam tabung sedimentasi.
Metode yang digunakan dalam
percobaan ini adalah metode sedimentasi. Metode sedimentasi adalah metode
analisi dengan di endapkan dahulu kemudian di ambil sampelnya dan dioven.
Setelah itugunakan prinsip metode gravimerti. Analisis metode gravimetri adalah
proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Pada
dasarnya pemisahan zat dengan gravimetri dilakukan dengan cara sebagai berikut.
Mula-mula cuplikan dilarutkan dalam pelarutnya yang sesuai, lalu ditambahkan
zat pengendap yang sesuai. Endapan yang terbentuk disaring, dicuci, dikeringkan
atau dipijarkan, dan setelah itu ditimbang. Kemudian jumlah zat yang ditentukan
dihitung dari faktor stoikiometrinya. Hasilnya disajikan sebagai persentase bobot
zat dalam cuplikan semua (Rivai,1994)
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel
2.1. NPD Masing-Masing Jenis Tanah
Jenis Tanah
|
Nilai NPD
|
Entisol
|
85,66%
|
Alfisol
|
8,94%
|
Ultisol
|
14,92%
|
Rendzina
|
8,56%
|
Vertisol
|
10,03%
|
Contoh Perhitungan :
Tanah Ultisol
a
= 15 gram
b
= 31,995
gram
c
= 32,045
gram
KL
tanah ø 2 mm : 9,635%
Kadar
(debu+lempung) total = 98
Kadar
(debu+lempung) aktual =
Nilai
Perbandingan Dispersi=
NPD adalah nilai perbandingan dispersi
yang digunakan untuk mengetahui daya tahan tanah terhadap erosi atau sebagai
indikator erosi tanah. Dalam praktikum ini, untuk mengetahui NPD digunakan
metode gravimetri yaitu menghitung selisih berat lengas sebelum dan sesudah
dikeringkan untuk mengetahui nilai kelengasan tanahnya. Setelah menghitung
kadar lengas tanah, digunakan metode sedimentasi yaitu analisis granuler cara
pipet untuk menganalisis debu dan lempung yang terdapat didalam tanah.
Pada
percobaan, dalam menuangkan air pada gelas beker posisi gelas beker harus
miring agar partikel-partikel tanah tidak rusak karena arus dari air yang
dituangkan untuk membasahi tanah yang akan diuji nilai perbandingan
dispersinya. Setelah suspensi dan telah digojog serta dipipet, maka suspensi
tersebut dituang kedalam cawan penguap kosong dan dioven. Pada saat pemipetan
harus pada kedalaman 20 cm karena pada kedalaman tersebut banyak mengadung debu
dan lempung yang digunakan untuk mengetahui nilai perbandingan dispersi dari
tanah tersebut. Hasil akhir yang diperoleh hanyalah tanah. Dalam hal ini tanah
tersebut kehilangan air yang merupakan salah satu penyebab terjadinya erosi.
Kepekaan tanah terhadap erosi, atau
disebut erodibilitas tanah yaitu mudah tidaknya suatu tanah tererosi (dihancurkan
oleh kekuatan jatuhnya butir-butir hujan, dan/atau oleh kekuatan aliran
permukaan). Erodibilitas tanah dipengaruhi oleh banyak sifat-sifat tanah, yakni
sifat fisik, mekanik, hidrologi, kimia, reologi/litologi, mineralogi, dan
biologi, termasuk karakteristik profil tanah seperti kedalaman tanah dan
sifat-sifat dari lapisan tanah. Selain itu,erodibilitas juga ditentukan pula
oleh faktor-faktor erosi lainnya, yakni erosivitas, topografi, vegetasi, fauna
dan aktivitas manusia. Selain sifat fisik tanah, faktor pengelolaan/perlakuan
terhadap tanah sangat berpengaruh terhadap tingkat erodibilitas suatu tanah.
Hal ini berhubungan dengan adanya pengaruh dari faktor pengelolaan tanah
terhadap sifat-sifat tanah. Pengelolaan tanah dan tanaman yang mengakumulasi
sisa-sisa tanaman berpengaruh baik terhadap kualitas tanah, yaitu terjadinya
perbaikan stabilitas agregat tanah, ketahanan tanah (shear strength), dan
resistensi/daya tahan tanah terhadap daya hancur curah hujan (splash
detachment).
Dari hasil percobaan dan perhitungan diperoleh NPD Entisol sebesar 85,66%, Alfisol 8,94 %, Ultisol 14,92 %, Rendzina 8,56 %, serta vertisol 10,03 %. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa
Entisol merupakan nilai terbesar NPD diantara nilai NPD jenis tanah lainnya
yaitu 85,66%, sedangkan menurut penelitian Kurnia dan Suwardjo (1984) entisol
mempunyai nilai dispersi tanah sebesar 14% - 16%. Perbedaan NPD ini dapat
disebabkan karena perbedaan sampel tanah yang digunakan selain itu bahan induk
tanah juga mempengaruhi nilai NPD.
Dari hasil percobaan,
tanah alfisol memiliki nilai NPD sebesar 8,94 sedangkan hasil penelitian dari
Kurnia dan Suwardjo (1984) tanah alfisol memiliki nilai NPD sebesar 16-25%.
Perbedaan ini dapat terjadi dikarenakan perbedaan jenis tanah pada sampel tanah
yang digunakan.
Pada
tanah Ultisol atau latosol, NPD bernilai 14,92 %. Dari hasil penelitian
Kurnia dan Suwardjo (1984) tanah ultisol memiliki nilai NPD berkisar 12%-19 %. Dengan nilai ini dapat menunjukan bahwa tanah ini tahan
terhadap erosi. Sifat dominan yang dimiliki oleh ultisol daintaranya adalah stabilitas agregat yang tinggi dan
berciri morfologi umumnya merupakan tekstur lempung sampai geluh. Stabilitas
agregat dan kandungan lempung (liat) pada tanah ultisol menyebabkan tahan
terhadap erosi. Tanah-tanah yang mengandung lempung, tahan terhadap erosi
karena adanya gaya kohesi yang tinggi antar partikel.
Ciri utama pada tanah grumusol atau vertisol adalah adanya tekstur lempung dalam tanah. Dari
percobaan yang di lakuakn diketahui nilai perbandingan dispersi tanah ini adalah 10,03 % sedangkan menurut
penelitian Kurnia dan Suwardjo (1984), nilai dispersi tanah
vertisol sebesar 22 - 27% . Perbedaan NPD ini
dapat disebabkan karena perbedaan sampel tanah yang digunakan selain itu bahan
induk tanah juga mempengaruhi nilai NPD.
Tanah rendzina memiliki
nilai NPD dari hasil percobaan sebesar 8,56 sedangkan menurut hasil penelitian
Dalam bidang pertanian, Nilai Perbandingan Dispersi (NPD) digunakan untuk
mengetahui ketahanan suatu jenis tanah terhadap bahaya erosi. Jadi dengan NPD
kita dapat menentukan tanaman apa yang baik untuk tanah tersebut. Dimana tanah
yang memiliki ketahanan terhadap erosi bisa ditanami degan jenis tanaman yang
memiliki perakaran serabut yang tidak terlalu kuat mengikat partikel-partikel
tanah. Selain itu dengan NPD kita juga bisa mengetahui tingkat kesuburan tanah.
Tanah dengan kandungan lempung yang tinggi biasanya tidak terlalu bagus untuk
ditanami karena perakaran biasanya sulit menembus tanah lempung sehingga
pertumbuhan akan terganggu. Dan secara otomatis hal tersebut juga akan
menggangu proses produksi.
IV. KESIMPULAN
Nili NPD tanah
sampel berturut-turut entisol > ultisol > vertisol > alfisol >
rendzina. Faktor-faktor yang
mempengaruhi erosi adalah ikklim, tanah (tekstur tanah, struktur tanah,
infiltrasi, kandungan bahan organik, relief, lahan), topografi, vegetasi, serta
adanya campur tangan manusia.
V.
PENGHARGAAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan
Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga laporan ini dapat terselesaikan
dengan baik. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan ini, antara
lain kepada:
1. Ir.
Suci Handayani, M.P. selaku koordinator praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah
2. Para
asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang telah memberikan bimbingan
sehingga praktikum dan penyelesaian laporan sementara ini dapat berjalan dengan
lancar
3. Pihak-pihak
yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam pembuatan
laporan ini
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan
ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini
terdapat kesalahan. Semoga laporan yang telah kami susun ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Agehara, S. and D. D. Warncke. 2005. Soil moisture
and temperature effect on nitrogen release from organic nitrogen sources. Soil
Science Society of America Journal 69:1844-1855.
Jtroy, T. , F. George and G. Kenneth 2002. Soil
Erosion.Jhon Wiley and Son’s Inc NewYork.
Kurnia, U.
dan H. Suwardjo. 1984. Kepekaan erosi beberapa jenis tanah di Jawa menurut
metode USLE. Pembrit. Penel. Tanah dan Pupuk 3: 17-20.
Mahdi, A.K. 2000. Soil erosion an agriculture production chall.
Integrated Crop Management 2:
141-143.
Partoyo.
2005. Analisis Indeks Kualitas Tanah
Pertanian di Lahan
Pasir Pantai Samas Yogyakarta. UPN Veteran. Yogyakarta.
Rivai,
H, 1994, Asas Pemeriksaan Kimia, UI-Press, Padang.
Sutanto. 2002. Analisis tanah, air, dan jaringan tanaman. Jurnal Tanah 4:111-112.
Sutanto,
R. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisius. Yogyakarta.
LAMPIRAN
Tabel 2.2 Nilai
Perbandingan Dispersi Tanah
Tanah
|
a
|
B
|
c
|
(D+L)aktual
(%)
|
(D+L)total
(%)
|
NPD (%)
|
Alfisol
|
15
|
40,46
|
40,43
|
8,86
|
99
|
8,94
|
Entisol
|
15
|
26,739
|
26,785
|
12,853
|
15
|
85,68
|
Ultisol
|
15
|
31,995
|
32,045
|
14,618
|
98
|
14,92
|
Rendzina
|
15
|
34,035
|
34,058
|
7,36
|
86
|
8,56
|
Vertisol
|
15
|
46,37
|
49,49
|
962,87
|
96
|
10,03
|
Perhitungan
Rumus:
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
1. Alfisol
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
2. Entisol
Nilai Perbandingan Dispersi
3. Ultisol
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
4. Rendzina
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
5. Vertisol
Kadar (debu+lempung) aktual
Nilai Perbandingan Dispersi
LAPORAN
RESMI
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR ILMU TANAH
ACARA
III
TEKSTUR TANAH
Disusun Oleh :
GOL/KEL : A2/3
Asisten : Rosyida Ismi Baroroh
LABORATORIUM
TANAH UMUM
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA III
TEKSTUR TANAH
(KUALITATIF)
ABSTRAKSI
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah, Acara 3 yang berjudul tekstur tanah (kualitatif) dilakukan
pada tanggal 5
Maret 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan tekstur
tanah secara kualitatif keadaan lembab dan basah. Definisi tekstur adalah perbandingan
relatif antara partikel tanah yang terdiri atas faraksi lempung, debu, dan
pasir. Tekstur tanah ditentukan berdasarkan perbandingan pasir, debu, dan
lempung, dan nama tekstur sesuai dengan fraksi yang dominan. Pada praktikum ini
digunakan tanah kering udara yang terdiri atas empat jenis yaitu alfisol,
entisol, ultisol, rendzina dan vertisol dengan diameter 2mm. Dari percobaan ini
digunakan metode kualitatif secara secara pilinan yaitu
tanah dipilin dengan dibasahi terlebih dahulu. Dari hasil percobaan dapat
diketahui bahwa entisol memiliki tekstur pasir geluhan, alfisol bertekstur
lempung debuan, ultisol bertekstur geluh lempungan, rendzina bertekstur lempung
dan vertisol bertekstur lempung debuan.
I.
PENGANTAR
Tekstur tanah
menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Tekstur merupakan perbandingan
relatif pasir, debu, dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil
dari kerikil. Pada beberapa tanah, kerikil, batu dan batuan induk dari
lapisan-lapisan tanah yang ada juga mempengaruhi tekstur dan penggunaan tanah. Salah
satu cara untuk menganalisis kandungan liat, debu, dan pasir dalam suatu massa
tanah adalah dengan menggunakan metode analisis kualitatif, yakni dengan merasakan
tanah langsung dengan jari tangan. Sehingga dapat diketahui tingkat kehalusan
dan kekasarannya. Bila ternyata halus, maka tanah ini memiliki kandungan liat
yang dominan dan sebaliknya apabila kasar, maka kandungan pasirnya dominan.
Tekstur tanah perlu dipelajari sebab tanah berpengaruh penting pada tanaman
melalui hubungannya dengan udara dan air. Tanah mempengaruhi pertumbuhan pohon
terutama keberhasilan pembibitan. Selain itu juga, untuk mengetahui fraksi yang
dominan dalam proporsi dan komposisinya antara jenis tanah satu dengan tanah
yang lain yang berbeda-beda. Praktikum ini bertujuan untuk menetapkan tekstur
tanah secara kualitatif keadaan lembab dan basah.
Tekstur tanah
adalah kehalusan/ kekasaran bahan tanah pada perabaan berkenaan dengan perbandingan
berat antar fraksi tanah. Dalam hal fraksi lempung merajai dibandingkan dengan
fraksi debu dan pasir, tanah dikatakan bertekstur halus dan lempungan. Oleh
karena tanah bertekstur halus sering bersifat berat dialah karena sangat liat
dan lekat sewaktu basah dank eras sewaktu kering, tanah yang dirajai fraksi
pasir disebut kasar, pasiran, atau ringan. Jika kadar ketiga fraksi tanah
kira-kira berimbang, tanah disebut berstekstur sedang. Tanah yang dirajai
fraksi debu disebut bertekstur debuan. Jika fraksi lempung banyak dan fraksi
debu cukup, akan tetapi fraksi pasir sedikit tanah disebut bertekstur lempung
debuan. Dalam hal fraksi pasir banyak dan fraksi lempung cukup, akan tetapi
fraksi debu sedikit, tanah dikatakan bertekstur pasir lempungan (Notohadiprawiro,
1998).
Perbandingan
nisbi berat zarah tanah (pasir, debu dan lempung) disebut dengan tekstur, yang
menunjukkan kehalusan atau kekasaran suatu tanah. Tekstur tanah menentukan tata
air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasi, penetrasi, dan kemampuan
pengikatan air oleh tanah. Tekstur tanah mempunyai hubungan erat dengan
konsistensi struktur tanah. Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah.
Berdasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat (Maaz,
1996)
Sejumlah kecil
tanah yang dibasahi dengan air dan dipilin sampai konsistensinya mantap untuk
menentukan sampai berapa jauh tanah-tanah tersebut membentuk pita. Bentuk pita
itu dihubungkan dengan kandungan liat, ini digunakan untuk mengkategorikan
tanah-tanah seperti lempung, lempung liat, dan liat. Tanah lempung yang terasa
seperti pasir atau berpasir adalah lempung berpasir lempung berpasir, lempung
yang terasa sangat halus tinggi seperti lempung berdebu. Hal yang sama
digunakan pada lempung liat dan liat pasir adalah lepas atau bebas tidak dapat
membentuk pita. Partikel pasir tidak terbentuk bola yang sempurna dan
bungkusnya terutama tidak sempurna (Fort,1994). Dari ketiga fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2-0,05mm, debu
0,002mm dan lempung <0 akar="" banyak="" berdasarkan="" bertektur="" cepat="" disebabkan="" intersepsi="" jumlah="" lebih="" makanan="" memang="" mm="" mudahnya="" nonim="" o:p="" pada="" penggolongan="" pori-pori="" ringan="" tanah="" tanaman="" ternak="" tersedia="" tumbuh="" usda="" yang="">0>
Tekstur tanah akan mempengaruhi kemampuan tanah dalam
menyimpan dan menghantarkan air. Tanah bertekstur liat jika kandungan liatnya
> 35%. Tanah liat disebut juga tanah berat karena sulit diolah. Tanah
bertekstur pasir jika kandungan pasir >70% dan porositasnya rendah
(<40 2006="" antara="" bambang="" berada="" bertekstur="" dan="" debu="" esman="" jika="" lempung="" liat="" memounyai="" pasir="" proporsi="" rupa="" sedemikian="" sehingga="" sifatnya="" span="" tanah="" tersebut=""> 40>
Kandungan
bahan organik juga mempengaruhi terbentuknya struktur maupun konsistensi tanah.
Fungsi bahan organik tanah antara lain sebagai perekat butiran tanah.
Berkurangnya kandungan bahan organik pada lapisan bawah tanah menyebabkan sifat
dari lempung lebih tampak. Lempung bersifat lebih plastis dan lekat. Akibatnya
konsistensi tanah pada lapisan bawah sering memiliki konsistensi yang teguh
pada kondisi lembab dan lekat pada kondisi basah (Wiyogo dan Hasanudin, 2006)
Vertisol
mempunyai tekstur yang tergolong pada liat berat dengan kandungan fraksi liat
> 60%. Tingginya kandungan fraksi liat berhubungan dengan bahan induk
tanahnya. Bahan induk vertisol yang diteliti terdiri atas alluvium napal,
peridotit, batu kapur, volkan andesit dan dasitik yang tergolong pada bahan
mudah lapuk, serta endapan banjir dan lakustrin yang memang sudah halus ukuran
butirnya (Prasetyo,2007). Tekstur tanah
ultisol bervariasi dan dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah ultisol
dari granit umumnya mempunyai tekstur yang kasar seperti liat berpasir,
sedangkan tanah ultisol dari batu kapur, batuan andesit dan tufa cenderung
mempunyai tekstur yang halus seperti liat dan liat halus (Prasetyo dan
Suradikarta, 2006).
II.
METODOLOGI
Praktikum acara tekstur
tanah kualitatif ini dilakukan di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada hari Selasa, 5
Maret 2013. Bahan yang digunakan berupa tanah kering udara ukuran Φ 2 mm dari
lima jenis tanah yaitu Entisol, Ultisol, Alfisol, Rendzina, danVertisol. Serta
menggunakan alat antara lain cawan porselen dan aquadest.
Metode yang digunakan dalam penentuan konsistensi
tanah yaitu metode kualitatif. Mula-mula diambil segenggam tanah,
meremas-remasnya untuk melepaskan semua agregatnya sehingga akhirnya tanah
menjadi pasta liat (kadar air antara BG dan BJ). Membasahi sedikit demi sedikit
sambil meremas-remas jika kurang basah. Mencoba membentuk tanah seperti bola
secara mengepal-ngepalnya, bila tidak dapat membentuk bola berarti tanah
bertekstur pasir. Bila dapat, mencoba membentuk tanah tersebut menjadi pita
dengan cara menekan dan mendorong hati-hati dengan ibu jari dan alas jari
telunjuk sampai ujung pita tanah melampaui ujung jari telunjuk. Bila tidak
dapat, tanah bertekstur pasir geluhan. Bila dapat, lalu patah karena
ujung-ujungnya melampaui ujung beratnya sendiri setelah jari telunjuk sejauh
< 2,5 cm, termasuk kelompok geluhan; 2,5 – 5 cm kelompok geluh lempungan;
dan > 5 cm termasuk kelompok lempungan. Dari hasil ketiganya tadi maka tanah
dibuat bubur, lalu digosok-gosokkan dengan jari pada telapak tangan. Tanah
terasa kasar merajai dapat merupakan lempung pasiran, geluh lempung pasiran,
maupun geluh pasiran. Tanah terasa halus licin merajai dapat merupakan lempung
debuan, geluh lempung debuan atau geluh debuan.Sedangkan bila terasa sama rasa,
maka geluhan menjadi geluh, geluh lempungan menjadi geluh lempungan, dan
lempung tetap menjadi lempung.
III.
HASIL
DAN PEMBAHASSAN
Tabel 3.1 Tekstur Tanah
dari Berbagai Jenis Tanah
No.
|
Jenis Tanah
|
Tekstur Tanah
|
1.
|
Entisol
|
Pasir Geluhan
|
2.
|
Alfisol
|
Lempung debuan
|
3.
|
Ultisol
|
Geluh Lempungan
|
4.
|
Rendzina
|
Lempung
|
5.
|
Vertisol
|
Lempung Debuan
|
Tekstur tanah merupakan
salah satu sifat fisik tanah yang tidak mudah berubah kecuali jika terjadi
pencampuran dengan tanah lain atau akibat terkena erosi yang bertekstur
berbeda. Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah dan
merupakan perbandingan nisbi (relatif) tiga besar fraksi golongan tanah, yaitu
pasir, debu dan lempung. Hal tersebut yang mengakibatkan tekstur setiap jenis
tanah berbeda-beda berdasarkan perbandingan dan komposisi fraksi-fraksi
penyusun tanah. Fraksi yang dominant pada suatu tanah tertentu merupakan ciri
dari jenis yang bersangkutan.
Metode penentuan
tekstur tanah yang digunakan pada percobaan ini adalah dengan penentuan
kualitatif cara pilinan. Hal ini dikarenakan metode kualitatif paling efektif
dan cepat dalam menentukan jenis tekstur tanah. Selain itu metode ini juga
simpel tanpa membutuhkan banyak bahan dan alat. Dari percobaan penentuan
tekstur tanah didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Tanah
Entisol à
pasir geluhan
2. Tanah
Alfisol à lempung debuan
3. Tanah
Ultisol à
Geluh lempungan
4. Tanah
Rendzina à
lempung
5. Tanah
Vertisol à
lempung debuan
Tanah entisol
(regosol), mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan endapan baru, tidak
menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat mengembang dan mengkerut
(sifat vertik), tidak didominasi bahan amorf (sifat andik). Tanah ini
bertekstur kasar dengan kadar pasir >60%, hanya mempunyai horizon
histik/sulfuric disamping horizon ochrik sehingga tanah entisol termasuk dalam
kelas tekstur pasir geluhan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fares A. Dan Ashok K.A. dalam jurnal Evaluation
of Capacitance Probes for Optimal Irrigation of Citrus Through Soil Moisturing
in an Entisol Profile, menyebutkan bahwa tanah Entisol memiliki tekstur
tanah pasir sampai lempung berdebu. Tanah Entisol bahan induknya adalah dari
abu vulkan, mergel atau napal dan pasir pantai. Tanah entisol memiliki
pori-pori yang besar sehingga tanah ini peka terhadap erosi dan kapasitas
infiltrasinya tinggi. Tanah Entisol memiliki luas permukaan yang kecil sehingga
kemampuan dalam megikat air rendah karena komposisi penyusun tanahnya di
dominasi oleh pasir. Tanah jenis ini tergolong tanah yang kurang subur.
Tanah Alfisol masuk
dalam kelompok tekstur lempung debuan karena tanah ini dapat dibentuk pita yang
panjangnya lebih dari 5 cm dan ketika adonan di jadikan seperti bubur saat
digosok di telapak tangan terasa halus licin. Hal ini sesuai dengan jurnal
penelitian yang dilakukan oleh D. Nursyamsi dan D. Setyorini dalam jurnal
Ketersediaan P Tanah-Tanah Netral dan Alkalin, bahwa tanah Alfisol mempunyai
tekstur lempung debuan yang mempunyai kadar liat sebesar kurang lebih 63±12.
Tanah ini mempunyai komposisi fraksi debu dan lempung yang tinggi dan fraksi
pasir yang rendah sehingga teras halus licin saat dirasakan di telapak tangan.
Tanah Alfisol berwarna kecoklatan, agak halus, dan tergolong ke dalam tanah
yang memiliki kesuburan sedang.
Tanah ultisol termasuk
golongan tekstur geluh lempungan karena dapat dibentuk pita dengan panjang
antara 2,5-5,0 cm dan ketika adonan dijadikan seperti bubur, saat digosok di
telapak tangan rasa kasar halus dan kasar seimbang. Hal ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh B.H. Prasetyo dan D.A. Suriadikarta dalam jurnal
Karakteristik, Potensi, dan Teknologi Pengelolaan Tanah Ultisol untuk
Pengembangan Pertanina Lahan Kering di Indonesia yang menyatakan bahwa tanah
Ultisol umumnya mempunyai tekstur kasar seperti liat berpasir dan liat halus.
Tanah Vertisol
merupakan tanah dengan kadar liat >40%, bersifat mengembang dan mengkerut.
Pada musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengkerut, bila tanah
basah menjadi lengket karena mengembang (Hardjowigeno, 1992). Komposisi debu
dalam tanah vertisol lebih tinggi daripada komposisi pasir. Sehingga tanah
vertisol termasuk dalam tekstur lempung debuan. Dalam jurnal Penelitian yang
dilakukan oleh D. Nursyamsi dan D. Setyorini dalam jurnal Ketersediaan P
Tanah-Tanah Netral dan Alkalin, mereka menyebutkan bahwa hasil analisis semi
kualitatif mineral fraksi liat menunjukkan bahwa tanah Vertisol didominasi oleh
mineral liat smektit sehingga memiliki tekstur liat. Hal ini sesai dengan
pengamatan, karena tandungan lempung yang tinggi menyebabkan tanah ini lengket
ketika di basahi dan pecah-pecah membentuk bongkah ketika mencapai kering maksimum.
Tanah ini juga mudah tergenang oleh air sehingga cocok digunakan oleh lahan
sawah atau lahan tergenang air karena padi merupakan tanaman yang cocok dengan
kondisi tergenang air.
Tanah Rendzina
termasuk golongan tekstur lempung karena dapat di bentuk pita dengan panjang
lebih dari 5 cm dan ketika adonan dijadikan seperti bubur, saat digosok di
telapak tangan rasa kasar dan halusnya seiimbang. Menurut (Nurcholis,2003)
Tanah rendzina di cirikan kaya kerakal dan bertekstur geluh pasiran.
Manfaat tekstur
tanah dibidang pertanian adalah untuk mengetahui jenis tanah yang paling baik
untuk dijadikan lahan pertanian karena tekstur tanah menentukan daya serap air
dengan indikasi pori-pori tanah tersebut. Selain itu, tekstur tanah juga dapat
menentukan cara pengolahan suatu lahan yang tepat dan dapat menentukan tanaman
yang tepat untuk ditanam.
Tekstur tanah
ultisol bervariasi dipengaruhi oleh bahan induk tanahnya. Tanah ultisol dari
granit yang kaya akan mineral kuarsa, umumnya mempunyai tekstur yang kasar
seperti liat berpasir (Suharta dan Prasetyo, 1986). Ultisol pada umumnya
mempunyai struktur sedang hingga kuat dengan bentuk gumpal bersudut dan
cenderung memiliki tekstur yang halus seperti liat (Subardja 1986 cit.Prasetya et al., 2005). Hal tersebut sama dengan hasil percobaan yang
dilakukan dengan menggunakan tanah ultisol. Ultisol bertekstur agak kasar,
keduanya seimbang. Saat dibentuk gumpalan, gumpalan tersebut sangat lengket
dengan yang lainnya dan sangat kuat.
IV.
KESIMPULAN
Dari hasil percobaan
yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tekstur setiap jenis tanah berbeda-beda
berdasarkan perbandingan dan komposisi fraksi-fraksi penyusun tanah yang
terdiri dari pasir, debu dan lempung. Tanah entisol termasuk kelompok pasir
geluhan, alfisol dan vertisol termasuk kelompok lempung debuan, ultisol
termasuk kelompok geluh lempungan dan rendzina termasuk kelompok lempung.
V.
PENGHARGAAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan
Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga laporan ini dapat
terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan
terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan
ini, antara lain kepada:
1. Ir.
Suci Handayani, M.P. selaku koordinator praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah
2. Para
asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang telah memberikan bimbingan
sehingga praktikum dan penyelesaian laporan sementara ini dapat berjalan dengan
lancar
3. Pihak-pihak
yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam pembuatan
laporan ini
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan
ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini
terdapat kesalahan. Semoga laporan yang telah kami susun ini dapat memberikan
manfaat bagi yang membaca.
Yogyakarta, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005.
Tekstur Tanah. <http://lel tekstur tanah.ipb.ac.id>. Diakses
tanggal 8 Maret 2013.
Prasetyo,
B.H. dan D.A. Suriadikarta. 2006. Karakteristik, potensi, dan teknologi
pengelolaan tanah ultisol untuk pengembangan pertanina lahan kering di
Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25:39-47.
Fares,
A. And Ashok K.A. 1998. Evaluation of capacitance probes for optimal irrigation
of citrus through soil moisturing in an entisol profile. Irrig Sci. 19:57-64.
Fort, H.O. 1994. Fundamental of Soil
Science. John Eiley and Sons Inc. Singapore.
Maaz,
A. 1996. Soil Physics. Mc Graw Hill Book Company. USA.
Notohadiprawiro,
T. 1998. Tanah dan Lingkungan. Dirjen Pendidikan Tinggi Depdikbud. Jakarta.
Nursyamsi,
D. dan D. Setyorini. 2009. Ketersediaan P Tanah-Tanah Netral dan Alkalin.
Jurnal Tanah dan Iklim. 30:25-36.
Prasetyo,B.H.
2007. Perbedaan sifat-sifat tanah vertisol dari berbagai bahan induk. Jurnal
Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 9:20-31.
Prasetyo,B.H.
dan D.A. Suriadikarta.2006. Karakteristi,potensi,dan teknologi pengelolaan
tanah ultisol untuk pengembangan pertanian lahan kering di Indonesia. Jurnal
Litbang Pertanian 25: 97-103.
Resman dan H. Bambang. 2006. Jurnal Ilmu Tanah dan
Lingkungan 6 : 101-108.
Wiyono,A.
Dan Hasanudin.2006. Aplikasi taksonomi tanah pada tanah-tanah yang berkembang
dari bentukan karst gunung kidul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan 6:13-26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar