ACARA V
KONSISTENSI TANAH KUALITATIF
ABSTRAK
Praktikum acara V “Konsistensi Tanah Kualitatif” telah dilaksanakan
pada hari Kamis, 14 Maret 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Konsistensi merupakan sifat fisik
tanah yang menunjukkan derajat adhesi dan kohesi partikel tanah pada berbagai
tingkat kelengasan tanah. Praktikum “Konsistensi Tanah Kualitatif” ini
dilakukan dengan tujuan agar praktikan mengetahui konsistensi tanah baik tanah
dalam keadaan kering maupun tanah dalam keadaan basah. Konsistensi kering digunakan
untuk mengetahui tingkat kekerasan tanah. Sedangkan konsistensi basah digunakan
untuk mengetahui tingkat kelekatan dan plastisitas tanah. Alat yang digunakan
pada praktikum konsistensi basah adalah cawan porselin. Bahan yang digunakan
untuk praktikum konsistensi kering adalah bongkah tanah dari 5 jenis
tanah,sedangkan untuk konsistensi basah digunakan tanah kering udara 2mm dari 5
jenis tanah. Kelima jenis tanah itu antara lain Entisol, Alfisol, Ultisol,
Rendzina, dan Vertisol. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif . pada
percobaan konsistensi kering didapat tingkat kekerasan tanah Entisol yaitu agak
keras, tanah alfisol dan Ultisol keras, sedangkan untuk tanah Rendzina dan
Vertisol sangat keras. Untuk konsistensi basah didapat dua kriteria, yaitu
kelekatan dan plastisitas. Untuk kelekatan diperoleh hasil tanah Entisol,
Alfisol, Ultisol dan Rendzina termasuk tanah lekat, sedangkan Vertisol sangat
lekat. Untuk plastisitas diperoleh hasil tanah Entisol, Alfisol, dan Ultisol
termasuk plastis, sedangkan untuk tanah Rendzina dan Vertisol agak plastis.
I.
PENGANTAR
Konsistensi
tanah adalah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada
saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya
kohesi dan adhesi dengan berbagai kelengasan tanah. Sifat fisik yang
ditunjukkan adalah kekerasan, keliatan dan kelekatan. Konsistensi tanah
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekstur tanah, bahan organik, kadar
koloid dan sifat atau jenis koloid tanah.
Konsistensi
tanah sangat berpengaruh pada pengolahan lahan pertanian. Dengan mengetahui
konsistensi tanah secara tepat maka akan dapat diketahui cara pengolahan tanah
yang tepat untuk lahan pertanian. Dengan teknik yang tepat, maka akan didapat
hasil pertanian yang maksimal. Konsistensi tanah juga berpengaruh pada kadar
lengas tanah untuk keperluan persediaan air tanaman. Tujuan dari Praktikum
Dasar-dasar Ilmu Tanah acara V yang berjudul Konsistensi Tanah Kualitatif
adalah untuk menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan kering dan
lembab/basah.
Konsistensi tanah ialah istilah yang berkaitan erat dengan kandungan air
yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang
berada di dalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah
mempunyai konsistensi yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil, dalam
keadaan ilmiah ataupun sangat terganggu, terbentuk agregat atau tanpa struktur,
maupun dalam keadaan lembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan
struktur berhubungan erat satu sama lain, struktur tanah mengangkut bentuk
ukuran dan pendefenisian alamiah yang merupakan hasil dari keragaman gaya
tarikan di dalam massa tanah. Sebaliknya, konsistensi meliputi corak dan
kekuatan dari gaya-gaya tersebut (Hakim, 1986).
Konsistensi tanah kering dicirikan dengan kerasnya tanah. Istilah yang
digunakan adalah lepas, lunak, sedikit, sangat keras dan ekstrem keras (Brady,
1974). Konsistensi basah dibagi atas dua sifat, yaitu kelekatan dan
plastisitas. Kelekatan tanah diuji
antara ibu jari dan telunjuk. Jika tidak ada tanah yang melekat di jari tangan
maka tanah tidak lekat. Kelekatan bertambah dengan seiring banyaknya tanah yang
menempel. Plastisitas adalah pengujian tanah dengan membuat pasta tanah dan
kemudian dilengkung-lengkungkan membentuk O, S atau 8. Tanah yang melekat
menunjukkan adhesinya tinggi, sehingga mudah menempel. Tanah yang plastis
menunjukkan kohesi antar agregat besar (Mc Cullagh and Nelder, 1989).
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya buti-butir tanah atau daya
adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan
yanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya
pencangkulan, pembajakan, dan lain sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah
tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau
kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah
tersebut (Hardowigeno, 1992).
Sementasi
juga merupkan suatu tipe konsistensi dan diakibatkan oleh bahan-bahan perekat,
seperti kalsium karbonat, silika atau oksida-oksida besi dan aluminium.
Sementasi sedikit dipengaruhi oleh kandungan kelembaban. Perekat dan kekerasan
merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sementasi (Darmadi, 2004).
Tanah yang lunak (tidak keras atau lepas-lepas) merupakan tanah yang mudah
dipenetrasi oleh akar tanaman sehingga memberikan kesempatan bagi tanaman untuk
berkembang dan tumbuh dengan baik. Tanah yang tidak banyak melekat pada tanah
menunjukkan dalam kondisi basah, tanah hanya mengandung sedikit oksigen dan
udara lain. Padahal udara juga merupakan factor penting pertumbuhan tanaman
(Bouma, 1992). Kohesi antar agregat sangat rendah pada kadar lengas yang
rendah, meningkat dengan cepat bila kelengasan meningkat mencapai puncak
kira-kira pada kapasitas lapang dan menurun dengan tajam bila kadar kelengasan
mendekati kejenuhan (Anonim, 2004).
Kandungan bahan organik juga mempengaruhi terbentuknya struktur maupun
konsistensi tanah di atas. Fungsi bahan organik tanah antara lain sebagai
perekat butiran tanah. Berkurangnya kandungan bahan organik pada lapisan tanah
bawah, menyebabkan sifat dari lempung menjadi lebih tampak. Lempung bersifat
plastis dan lekat. Akibatnya konsistensi tanah pada lapisan bawah cenderung
mempunyai konsistensi yang teguh pada kondisi lembab dan lekat pada kondisi
basah (Wiyono, 2006).
Faktor yang mempengaruhi kelengasan tanah adalah kadar air tanah, bahan
penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi, dan
faktor penentu struktur tanah. Tanah Entisol merupakan tanah muda yang belum
berkembang baik dengan struktur lepas-lepas dan belum membentuk agregat
sehingga sangat peka terhadap erosi. Tanah Entisol juga kurang liat, mempunyai
porositas rendah dan zat haranya juga rendah (Brady, 1974).
II. METODOLOGI
Praktikum
Dasar-dasar Ilmu Tanah Acara V “Konsistensi Tanah Kualitatif” ini dilaksanakan
pada 14 Maret 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan
dalam praktikum ini adalah contoh 5 jenis tanah (Vertisol, Rendzina, Ultisol,
Alfisol dan Entisol), agregat tidak terusik (bongkah) dan tanah kering udara
ukuran 2 mm. Masing-masing tanah agregat tidak terusik untuk konsistensi kering
dan tanah kering udara 2 mm untuk konsistensi basah. Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan
porselin.
Metode yang
digunakan dalam penentuan konsistensi tanah yaitu metode kualitatif. Metode
kualitatif ini dilakukan dengan menekan bongkah tanah diantara ujung telunjuk
dengan ibu jari atau ujung ibu jari dengan pangkal telapak tangan. Penetapan metode
kualitatif pada penentuan konsistensi tanah dapat digunakan untuk melihat
tingkat kekerasan tanah pada kondisi kering dan tingkat kelekatan (sticky) dan keliatan (plasticity) pada kondisi basah.
III.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Tabel 5.1. Konsistensi Tanah Dalam
Keadaan Kering
Tanah
|
Konsistensi Kering
|
Entisol
|
Agak Keras
|
Alfisol
|
Keras
|
Ultisol
|
Keras
|
Rendzina
|
Sangat Keras
|
Vertisol
|
Sangat Keras
|
Tabel 5.2. Konsistensi Tanah Dalam Keadaan Basah
Tanah
|
Kelekatan
|
Plastisitas
|
Entisol
|
Lekat
|
Plastis
|
Alfisol
|
Lekat
|
Plastis
|
Ultisol
|
Lekat
|
Plastis
|
Rendzina
|
Lekat
|
Agak Plastis
|
Vertisol
|
Sangat Lekat
|
Agak Plastis
|
Praktikum
acara V “ Konsistensi Tanah Kualitatif” bertujuan untuk menetapkan konsistensi
tanah dalam keadaan kering dan keadaan basah dari beberapa jenis tanah, yaitu
Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina dan Vertisol. Konsistensi tanah adalah istilah
yang berkaitan erat dengan kandungan air yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya
fisika yaitu kohesi dan adhesi yang bekerja dalam tanah pada kandungan yang
berbeda. Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan derajat
kohesi dan adhesi zarah-zarah tanah dengan benda lain atau pada berbagai tingkat kelengasan tanah, hal ini
ditunjukkan oleh adanya daya tahan terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
Setiap materi tanah mempunyai konsistensi, baik saat massa tanah itu besar atau
kecil, dalam keadaan alamiah atau sangat terganggu, bentuk agregat atau tanpa
struktur maupun dalam keadaan lembab atau kering. Tanah-tanah yang mempunyai
konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah
tanah.
Setiap jenis tanah memiliki
konsistensi tanah yang berbeda-beda. Faktor yang menentukan konsistensi yaitu
tekstur tanah, struktur tanah, jumlah koloid-koloid organik dan anorganik,
sifat, kondisi kelengasan tanah (kering, lembab, basah), serta kandungan air
tanah. Tekstur tanah berpengaruh terhadap penentuaan tata air dalam tanah,
berupa kecepatan inflitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah.
Struktur tanah berpengaruh tehadap susunan saling mengikat partikel-partikel
tanah, selain itu juga mempengaruhi sifat dan keadaan tanah antara lain gerakan
air, lalu lintas panas dan aerasi. Tekstur tanah bersama struktur tanah
menentukan pula drainase tanah. Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya
tanah-tanah akan kehilangan sifat malekat dan plastisitasnya dan dapat menjadi
gembur dan lunak, sebaliknya jika kandungan airnya berkurang akan menjadi keras
dan koheren. Dan jumlah koloid tanah yang berupa organik maupun anorganik berperan
dalam proses kimiawi yang akan menentukan konsistensi tanah. Lalu sifat tanah berperan
dalam membentuk ikatan antar zarah-zarah tanah sehingga menentukan kekuatan gaya
kohesi dan adhesi tanah. Kondisi kelengasan dan kandungan air tanah juga berfungsi
dalam pembentukan tingkat kelekatan, keliatan dan keteguhan tanah karena adanya
ikatan antar zarah-zarah tanah.
Berdasarkan praktikum yang
telah dilakukan dari jenis tanah Entisol, Alfisol, Ultisol,
Rendzina dan Vertisol diperoleh hasil untuk konsistensi tanah dalam
keadaan kering urutan konsistensi dari yang paling keras yaitu Rendzina,
Vertisol, Ultisol, Alfisol dan Entisol. Pada konsistensi tanah dalam keadaan
basah dapat dilihat tingkat kelekatan (stickness) dan keliatan (friability).
Urutan tanah yang memiliki kelekatan dan plastisitas dari yang paling lekat dan
palstis yaitu Vertisol, Rendzina, Ultisol, Alfisol dan Entisol.
Tanah Rendzina dan Vertisol memiliki konsistensi sangat keras pada saat
kondisi kering. Hal ini dapat dibuktikan pada saat penentuan konsistensi secara
kualitatif, jenis tanah tersebut tidak hancur saat ditekan dengan menggunakan
jari telunjuk dan ibu jari maupun ditekan dengan menggunakan pangkal telapak
tangan kiri dan ibu jari tangan kanan. Sedangkan dalam keadaan basah tanah
Vertisol sangat lekat, sementara tanah Rendzina daya stickness hanya lekat saja. Kelekatan tanah Vertisol terbukti saat
tanah kering udara diameter 0,5 mm dibuat adonan homogen bisa menempel banyak
diantara jari telunjuk dan ibu jari namun pada tanah rendzina hanya menempel
banyak disalah satu jari saja sehingga tingkat kelekatannya hanya lekat saja.
Tetapi kedua jenis tanah tersebut memiliki tingkat keliatan atau plastisitas
yang sama yaitu agak plastis karena adonan tanah yang telah dibuat pada saat
praktikum baik tanah rendzina maupun Vertisol hanya dapat dibuat pipa dan tidak
dapat dibuat bentuk tertentu.
Konsistensi tanah Rendzina
yang sangat keras pada kondisi kering serta memiliki daya lekat serta agak
plastis pada kondisi basah juga sesuai dengan hasil penelitian Anda (2008). Dalam penelitian tersebut konsistentesi tanah
renzina dalam keadaan kering sangat keras dan konsistensi dalam keadaan basah
memiliki kondisi yang lekat dan agak plastis. Hal ini karena tanah rendzina
didominasi oleh fraksi lempung sehingga pada keadaan kering, lempung sangat keras dan sulit
dihancurkan karena ikatan kuat antar partikel tanah sehingga keteguhan tanah
Rendzina tergolong tinggi. Sedangkan jika dalam kondisi basah maka lempung akan
bersifat lekat dan memiliki tingkat keliatan atau plastisitas yang agak tinggi.
Vertisol yang memiliki
konsistensi sangat keras pada kondisi kering dan tingkat kelekatan yang sangat
tinggi serta agak plastis sesuai dengan penelitian Tobing (2009).
Dalam penelitiannya Vertisol tergolong
tanah yang kurang subur karena konsistensi tanah sangat keras pada musim
kemarau dan konsistensi tanah sangat lekat pada saat musim hujan, serta fiksasi
kalium yang tinggi merupakan kendala-kendala yang cukup serius bila tanah tersebut
dimanfaatkan untuk keperluan pertanian. Vertisol
adalah tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman, bertekstur
liat dengan kandungan liat ≥ 30% pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm.
Tanah bersifat vertik ini merupakan tanah-tanah yang dicirikan oleh adanya
retakan-retakan yang lebar disertai dengan konsistensi tanah yang sangat keras
pada saat musim kemarau. Pada saat musim hujan, tanah ini akan mengembang.
Ikatan antar lapisan montmorillonit relatif lemah dan mempunyai ruang antar
lapisan yang dapat mengembang jika kandungan air pada ruang antar lapisan ini
meningkat dan akan mengerut jika kandungan air pada ruang antar lapisan ini menurun.
Tingginya daya mengembang dan mengerut dari montmorillonit menyebabkan mineral
ini dapat menjerap dan memfiksasi ion-ion logam dan persenyawaan organik
Retakan-retakan tanahnya segera menghilang dan konsistensi tanah berubah
menjadi sangat lekat dan sangat plastis. Bahan induk vertisol umumnya batu
kapur, napal, tuff, endapan alluvial dan abu vulkanik.
Konsistensi tanah Ultisol dan Alfisol
berdasarkan praktikum yang telah dilakukan secara kualitatif dalam kondisi
kering maupun saat kondisi basah adalah sama yaitu memiliki konsistensi keras pada kondisi kering dan lekat serta
plastis pada kondisi basah. Pada kondisi kering tanah hancur saat ditekan
dengan menggunakan telapak tangan kiri dan ibu jari tangan kanan sehingga memiliki
konsistensi keras. Sementara pada kondisi basah, tingkat kelekatan dapat
ditentukan setelah contoh tanah kering udara baik dari jenis Ultisol maupun Alfisol
dibuat adonan hingga homogen lalu adonan tersebut dipijit dan hasilnya hanya
menempel disalah satu jari saja sehingga tingkat kelekatan (stickness) adalah lekat. Lalu tingkat plastisitas atau keliatan
dari kedua jenis tanah tersebut yaitu plastis karena adonan tanah dapat dibuat
pipa dan dibuat bentuk tertentu seperti O, S, dan 8.
Menurut Ismail dan Gasmelsheed (1988), tanah Ultisol
memiliki konsistensi dimana semakin ke bawah semakin teguh atau keras dan
agregat berselaput liat sehingga memiliki tingkat keliatan yang plastis dan
pada kondisi basah konsitensinya lekat. Ultisol merupakan jenis tanah yang mengalami pelapukan
terbanyak, kandungan basa rendah (kurang dari 35%), bahan organik rendah, dan
memiliki kandungan lempung yang cukup. Ultisol memiliki tekstur lempung,
struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Hal
ini karena Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon Argilik atau
Kandik dengan nilai kejenuhan basa yang rendah. Pada umumnya tanah ini
berkembang dari bahan induk tua, seperti batu pasir dan batu liat. Sementara
Ultisol pada umumnya terbentuk dari bahan induk yang mengandung kuarsa seperti
tufa liparit, dasitik, atau riolit dan dijumpai di daerah pegunungan dengan
ketinggian diatas 1,000 m dari permukaan laut.
Ismail dan Gasmelsheed
(1988), juga menyebutkan bahwa tanah alfisol memiliki tekstur geluh lempungan sehingga memiliki
konsistensi dalam keadaan kering yang keras dan lekat serta plastis pada konsistensi
basah. Hal ini karena tanah alfisol pada umumnya mempunyai sifat struktur yang
kurang diinginkan karena memiliki kandungan lempung yang lebih rendah dalam
horizon A dan ketidakadaan kedudukan lempung dalam tanah aslinya. Dimana
apabila semakin tinggi kandungan lempung suatu tanah maka kelekatan dan
plastisitasnya semakin tinggi pula.
Hasil praktikum pada tanah Entisol
memiliki konsistensi agak keras dibandingkan dengan tanah lainnya seperti Rendzina, Vertisol, Ultisol dan Alfisol
yang rata-rata keras dan sangat keras. Hal ini karena saat bongkah tanah
Entisol ditekan dengan jari telunjuk dan ibu jari setelah ditekan kuat sudah
bisa pecah sehingga konsistensinya agak keras. Sementara pada kondisi basah
tanah Entisol memiliki tingkat kelekatan dan plastisitas seperti tanah Alfisol
dan Ultisol yaitu lekat dan plastis karena ketika adonan tanah
dipijit hanya menempel disalah satu jari saja sehingga tingkat kelekatan
(stickness) adalah lekat dan plastis karena adonan tanah dapat dibuat pipa dan
dibuat bentuk tertentu seperti O, S, dan 8.
Namun menurut penelitian Utami dan Handayani (2003), bahwa tanah Entisol
memiliki konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi
dan kandungan hara tersediakan rendah. Hal ini karena tanah Entisol didominasi oleh pasir (bertekstur pasir)
dan sedikit mengandung lempung. Oleh sebab itu, pada konsistensi kering
keteguhannya mudah dihancurkan seperti sifat pasir pada umumnya. Dan pada
konsistensi basah partikel Entisol kurang dapat menyimpan air dengan baik
(kadar lengas rendah) sehingga kelekatan dan keliatannya rendah pula. Entisol
memiliki tekstur geluh debuan, tanah biasa kasar, struktur remah dan
konsistensi lepas sampai gembur.
Dalam bidang pertanian, konsitensi
tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik, penting bagi
penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas
sehingga dapat dikontrol serapan hara dan pernapasan akar-akar pada tanaman
tersebut serta untuk desain alat-alat pertanian. Konsistensi tanah juga penting
untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien. Beberapa jenis tanah yang memiliki daya
lekat dan tingkat plastisitas yang tinggi juga dapat digunakan untuk industri
gerabah dan kerajinan cinderamata lain yang bahan dasarnya tanah. Contoh tanah
yang dapat digunakan adalah vertisol dan alfisol, karena kedua tanah ini
memiliki konsistensi basah yang jauh lebih baik dibanding jenis tanah yang
lain.
Pada praktikum konsistensi
tanah kualitatif digunakan metode pilinan dan dengan cara merasakan tekstur
dari jenis-jenis tanah yang diuji sehingga dapat diketahui konsistensi basah
dan konsistensi keringnya. Setiap manusia memiliki tingkat sensitifitas yang
berbeda, hal inilah yang menjadi kendala dalam praktikum ini. Karena perbedaan
tingkat sensitifitas, praktikan sulit menyatukan pendapat untuk menentukan
konsistensi kering maupun konsistensi basah dari tanah-tanah yang diuji.
Terlebih lagi saat penentuan konsistensi kering, praktikan pria biasanya
memiliki tingkat kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan praktikan
wanita. Karena pada konsistensi kering digunakan cara penekanan antara ibu jari
dan telunjuk, biasanya tanah yang diuji lebih mudah hancur jika yang melakukan
pengujian adalah praktikan pria. Namun keuntungan menggunakan metode secara
kualitatif ini yaitu mudah, cepat, dan dapat dilakukan dilaboratorim dan di
lapangan.
Konsistensi tanah berhubungan
erat dengan struktur dan tekstur tanah. Struktur tanah menyangkut bentuk, ukuran
dan fendfinisia agregat alamiah yang merupakan hasil dari keragaman gaya
tarikan dari dalam massa tanah. Sebaliknya konsistensi meliputi kekuatan dan
corak dari gaya-gaya tersebut. Dan Tekstur tanah berpengaruh terhadap penentuaan tata air
dalam tanah, berupa kecepatan inflitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan
air oleh tanah.
Sehingga dari hubungan ketiga komponen tersebut dapat digambarkan seperti
berikut:
Tanah
|
Struktur Tekstur Sebagai contoh hubungan
3 sifat fisik tersebut adalah suatu tanah dengan tekstur pasir maka akan mempunyai
struktur butir tunggal dan sifat konsistensi lepas-lepas. Sebaliknya tanah yang
bertekstur lempung akan mempunyai struktur gumpal, pejal atau baji dan
mempunyai konsistensi agak teguh-teguh (kering) dan plastis bila basah.
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan
diperoleh hasil bahwa:
1. Urutan konsistensi tanah dalam keadaan
kering dari yang paling
keras yaitu Rendzina, Vertisol, Ultisol, Alfisol dan Entisol.
2.
Pada
konsistensi tanah dalam keadaan basah dapat dilihat tingkat kelekatan
(stickness) dan keliatan (friability). Urutan tanah yang memiliki kelekatan dan
plastisitas dari yang paling lekat dan palstis yaitu Vertisol,
Rendzina, Ultisol, Alfisol dan Entisol.
V. PENGHARGAAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas
limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan
baik. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan ini, antara lain
kepada:
1.
Ir. Suci Handayani, M.P. selaku koordinator praktikum
Dasar-dasar Ilmu Tanah
2.
Para asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang
telah memberikan bimbingan sehingga praktikum dan penyelesaian laporan
sementara ini dapat berjalan dengan lancar
3.
Pihak-pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan
praktikum maupun dalam pembuatan laporan ini
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh
dari sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat kesalahan.
Semoga laporan yang telah kami susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang
membaca.
Yogyakarta, Maret 2013
Penyusun
DAFTAR PUSTAKA
Anda, M. 2008. Association of soil minerals and organic
matter and their impact on pH value.
Jurnal Sumber Daya Lahan (2) : 13-30.
Anonim. 2004. Tanah dan Kehidupan. <http://www.kompas.com>. Diakses pada
tanggal 17 Maret 2013.
Bouma,J. 1992. Effect of soil structure tillage and
agregation upon soil hydraulic properties. Soil Science Journal (56): 1-5.
Brady, N. C. 1974. The Nature and Properties of Soil 8th
Edition. MacMilliand Dub. Co, Inc. New York
Darmadi,
K. 2004. Aplikasi dan metodologi penelitian di daerah humus. Jurnal Survey
Tanah. (11): 171-176.
Hakim,
N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.
Hardjowigeno,
S. 1992. Ilmu Tanah Edisi Revisi. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Ismail,
H. A. E dan K. M. Gasmelseed. 1998. Soil consistency and swell potential using
static cane penetration machines. Journal of Ismlamic Academy of Sciens (1):
74-78.
McCullagh,
P dan S. A. Nelder. 1989. Generalized Linier Midels Interaching Prosses in Soil
Science. Lewis Publication. Florida.
Tobing,
R. 2009. Pengaruh Aplikasi Senyawa Humus Terhadap Sifat Kimia Tanah Vertisol
dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays).
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Utami,
S. N. H dan S. Handayani. 2003. Sifat kimia entisol pada sistem pertanian
organik. Jurnal Ilmu Pertanian (10): 63-69.
Wiyono, A. Syamsul dan E. Hanudin. 2006.
Aplikasi soil taxonomy pada tanah-tanah yang berkembang dari bentukan karst
gunung kidul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (6): 13-26.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar