Selasa, 12 April 2016

ACARA V
KONSISTENSI TANAH KUALITATIF

ABSTRAK

Praktikum acara V “Konsistensi Tanah Kualitatif” telah dilaksanakan pada hari Kamis, 14 Maret 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan derajat adhesi dan kohesi partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan tanah. Praktikum “Konsistensi Tanah Kualitatif” ini dilakukan dengan tujuan agar praktikan mengetahui konsistensi tanah baik tanah dalam keadaan kering maupun tanah dalam keadaan basah. Konsistensi kering digunakan untuk mengetahui tingkat kekerasan tanah. Sedangkan konsistensi basah digunakan untuk mengetahui tingkat kelekatan dan plastisitas tanah. Alat yang digunakan pada praktikum konsistensi basah adalah cawan porselin. Bahan yang digunakan untuk praktikum konsistensi kering adalah bongkah tanah dari 5 jenis tanah,sedangkan untuk konsistensi basah digunakan tanah kering udara 2mm dari 5 jenis tanah. Kelima jenis tanah itu antara lain Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina, dan Vertisol. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif . pada percobaan konsistensi kering didapat tingkat kekerasan tanah Entisol yaitu agak keras, tanah alfisol dan Ultisol keras, sedangkan untuk tanah Rendzina dan Vertisol sangat keras. Untuk konsistensi basah didapat dua kriteria, yaitu kelekatan dan plastisitas. Untuk kelekatan diperoleh hasil tanah Entisol, Alfisol, Ultisol dan Rendzina termasuk tanah lekat, sedangkan Vertisol sangat lekat. Untuk plastisitas diperoleh hasil tanah Entisol, Alfisol, dan Ultisol termasuk plastis, sedangkan untuk tanah Rendzina dan Vertisol agak plastis.



I.    PENGANTAR
Konsistensi tanah adalah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi dan adhesi dengan berbagai kelengasan tanah. Sifat fisik yang ditunjukkan adalah kekerasan, keliatan dan kelekatan. Konsistensi tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu tekstur tanah, bahan organik, kadar koloid dan sifat atau jenis koloid tanah.
Konsistensi tanah sangat berpengaruh pada pengolahan lahan pertanian. Dengan mengetahui konsistensi tanah secara tepat maka akan dapat diketahui cara pengolahan tanah yang tepat untuk lahan pertanian. Dengan teknik yang tepat, maka akan didapat hasil pertanian yang maksimal. Konsistensi tanah juga berpengaruh pada kadar lengas tanah untuk keperluan persediaan air tanaman. Tujuan dari Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah acara V yang berjudul Konsistensi Tanah Kualitatif adalah untuk menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan kering dan lembab/basah.
Konsistensi tanah ialah istilah yang berkaitan erat dengan kandungan air yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yakni kohesi dan adhesi yang berada di dalam tanah pada kandungan air yang berbeda-beda. Setiap materi tanah mempunyai konsistensi yang baik bila massa tanah itu besar atau kecil, dalam keadaan ilmiah ataupun sangat terganggu, terbentuk agregat atau tanpa struktur, maupun dalam keadaan lembab atau kering. Sekalipun konsistensi tanah dan struktur berhubungan erat satu sama lain, struktur tanah mengangkut bentuk ukuran dan pendefenisian alamiah yang merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan di dalam massa tanah. Sebaliknya, konsistensi meliputi corak dan kekuatan dari gaya-gaya tersebut (Hakim, 1986).
Konsistensi tanah kering dicirikan dengan kerasnya tanah. Istilah yang digunakan adalah lepas, lunak, sedikit, sangat keras dan ekstrem keras (Brady, 1974). Konsistensi basah dibagi atas dua sifat, yaitu kelekatan dan plastisitas. Kelekatan  tanah diuji antara ibu jari dan telunjuk. Jika tidak ada tanah yang melekat di jari tangan maka tanah tidak lekat. Kelekatan bertambah dengan seiring banyaknya tanah yang menempel. Plastisitas adalah pengujian tanah dengan membuat pasta tanah dan kemudian dilengkung-lengkungkan membentuk O, S atau 8. Tanah yang melekat menunjukkan adhesinya tinggi, sehingga mudah menempel. Tanah yang plastis menunjukkan kohesi antar agregat besar (Mc Cullagh and Nelder, 1989).
Konsistensi tanah menunjukkan kekuatan daya buti-butir tanah atau daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Hal ini ditunjukkan oleh daya tahan yanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Gaya-gaya tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan lain sebagainya. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah. Oleh karena tanah dapat ditemukan dalam keadaan lembab, basah atau kering maka penyifatan konsistensi tanah harus disesuaikan dengan keadaan tanah tersebut (Hardowigeno, 1992).
Sementasi juga merupkan suatu tipe konsistensi dan diakibatkan oleh bahan-bahan perekat, seperti kalsium karbonat, silika atau oksida-oksida besi dan aluminium. Sementasi sedikit dipengaruhi oleh kandungan kelembaban. Perekat dan kekerasan merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan sementasi (Darmadi, 2004). Tanah yang lunak (tidak keras atau lepas-lepas) merupakan tanah yang mudah dipenetrasi oleh akar tanaman sehingga memberikan kesempatan bagi tanaman untuk berkembang dan tumbuh dengan baik. Tanah yang tidak banyak melekat pada tanah menunjukkan dalam kondisi basah, tanah hanya mengandung sedikit oksigen dan udara lain. Padahal udara juga merupakan factor penting pertumbuhan tanaman (Bouma, 1992). Kohesi antar agregat sangat rendah pada kadar lengas yang rendah, meningkat dengan cepat bila kelengasan meningkat mencapai puncak kira-kira pada kapasitas lapang dan menurun dengan tajam bila kadar kelengasan mendekati kejenuhan (Anonim, 2004).
Kandungan bahan organik juga mempengaruhi terbentuknya struktur maupun konsistensi tanah di atas. Fungsi bahan organik tanah antara lain sebagai perekat butiran tanah. Berkurangnya kandungan bahan organik pada lapisan tanah bawah, menyebabkan sifat dari lempung menjadi lebih tampak. Lempung bersifat plastis dan lekat. Akibatnya konsistensi tanah pada lapisan bawah cenderung mempunyai konsistensi yang teguh pada kondisi lembab dan lekat pada kondisi basah (Wiyono, 2006).
Faktor yang mempengaruhi kelengasan tanah adalah kadar air tanah, bahan penyemen agregat tanah, bahan dan ukuran agregat tanah, tingkat agregasi, dan faktor penentu struktur tanah. Tanah Entisol merupakan tanah muda yang belum berkembang baik dengan struktur lepas-lepas dan belum membentuk agregat sehingga sangat peka terhadap erosi. Tanah Entisol juga kurang liat, mempunyai porositas rendah dan zat haranya juga rendah (Brady, 1974).

II.    METODOLOGI
Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah Acara V “Konsistensi Tanah Kualitatif” ini dilaksanakan pada 14 Maret 2013 di Laboratorium Tanah Umum, Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah contoh 5 jenis tanah (Vertisol, Rendzina, Ultisol, Alfisol dan Entisol), agregat tidak terusik (bongkah) dan tanah kering udara ukuran 2 mm. Masing-masing tanah agregat tidak terusik untuk konsistensi kering dan tanah kering udara 2 mm untuk konsistensi basah. Alat  yang digunakan dalam praktikum ini yaitu cawan porselin.
            Metode yang digunakan dalam penentuan konsistensi tanah yaitu metode kualitatif. Metode kualitatif ini dilakukan dengan menekan bongkah tanah diantara ujung telunjuk dengan ibu jari atau ujung ibu jari dengan pangkal telapak tangan. Penetapan metode kualitatif pada penentuan konsistensi tanah dapat digunakan untuk melihat tingkat kekerasan tanah pada kondisi kering dan tingkat kelekatan (sticky) dan keliatan (plasticity) pada kondisi basah.

III.             HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 5.1. Konsistensi Tanah Dalam Keadaan Kering
Tanah
Konsistensi Kering
Entisol
Agak Keras
Alfisol
Keras
Ultisol
Keras
Rendzina
Sangat Keras
Vertisol
Sangat Keras

Tabel 5.2. Konsistensi Tanah Dalam Keadaan Basah
Tanah
Kelekatan
Plastisitas
Entisol
Lekat
Plastis
Alfisol
Lekat
Plastis
Ultisol
Lekat
Plastis
Rendzina
Lekat
Agak Plastis
Vertisol
Sangat Lekat
Agak Plastis

Praktikum acara V “ Konsistensi Tanah Kualitatif” bertujuan untuk menetapkan konsistensi tanah dalam keadaan kering dan keadaan basah dari beberapa jenis tanah, yaitu Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina dan Vertisol. Konsistensi tanah adalah istilah yang berkaitan erat dengan kandungan air yang menunjukkan manifestasi gaya-gaya fisika yaitu kohesi dan adhesi yang bekerja dalam tanah pada kandungan yang berbeda. Konsistensi merupakan sifat fisik tanah yang menunjukkan derajat kohesi dan adhesi zarah-zarah tanah dengan benda lain atau pada berbagai tingkat kelengasan tanah, hal ini ditunjukkan oleh adanya daya tahan terhadap gaya yang akan mengubah bentuk. Setiap materi tanah mempunyai konsistensi, baik saat massa tanah itu besar atau kecil, dalam keadaan alamiah atau sangat terganggu, bentuk agregat atau tanpa struktur maupun dalam keadaan lembab atau kering. Tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
Setiap jenis tanah memiliki konsistensi tanah yang berbeda-beda. Faktor yang menentukan konsistensi yaitu tekstur tanah, struktur tanah, jumlah koloid-koloid organik dan anorganik, sifat, kondisi kelengasan tanah (kering, lembab, basah), serta kandungan air tanah. Tekstur tanah berpengaruh terhadap penentuaan tata air dalam tanah, berupa kecepatan inflitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Struktur tanah berpengaruh tehadap susunan saling mengikat partikel-partikel tanah, selain itu juga mempengaruhi sifat dan keadaan tanah antara lain gerakan air, lalu lintas panas dan aerasi. Tekstur tanah bersama struktur tanah menentukan pula drainase tanah. Dengan berkurangnya kandungan air, umumnya tanah-tanah akan kehilangan sifat malekat dan plastisitasnya dan dapat menjadi gembur dan lunak, sebaliknya  jika  kandungan airnya berkurang akan menjadi keras dan koheren. Dan jumlah koloid tanah yang berupa organik maupun anorganik berperan dalam proses kimiawi yang akan menentukan konsistensi tanah. Lalu sifat tanah berperan dalam membentuk ikatan antar zarah-zarah tanah sehingga menentukan kekuatan gaya kohesi dan adhesi tanah. Kondisi kelengasan dan kandungan air tanah juga berfungsi dalam pembentukan tingkat kelekatan, keliatan dan keteguhan tanah karena adanya ikatan antar zarah-zarah tanah.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dari jenis tanah Entisol, Alfisol, Ultisol, Rendzina dan Vertisol  diperoleh hasil untuk konsistensi tanah dalam keadaan kering urutan konsistensi dari yang paling keras yaitu Rendzina, Vertisol, Ultisol, Alfisol dan Entisol. Pada konsistensi tanah dalam keadaan basah dapat dilihat tingkat kelekatan (stickness) dan keliatan (friability). Urutan tanah yang memiliki kelekatan dan plastisitas dari yang paling lekat dan palstis yaitu Vertisol, Rendzina, Ultisol, Alfisol dan Entisol.
Tanah Rendzina dan Vertisol memiliki konsistensi sangat keras pada saat kondisi kering. Hal ini dapat dibuktikan pada saat penentuan konsistensi secara kualitatif, jenis tanah tersebut tidak hancur saat ditekan dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari maupun ditekan dengan menggunakan pangkal telapak tangan kiri dan ibu jari tangan kanan. Sedangkan dalam keadaan basah tanah Vertisol sangat lekat, sementara tanah Rendzina daya stickness hanya lekat saja. Kelekatan tanah Vertisol terbukti saat tanah kering udara diameter 0,5 mm dibuat adonan homogen bisa menempel banyak diantara jari telunjuk dan ibu jari namun pada tanah rendzina hanya menempel banyak disalah satu jari saja sehingga tingkat kelekatannya hanya lekat saja. Tetapi kedua jenis tanah tersebut memiliki tingkat keliatan atau plastisitas yang sama yaitu agak plastis karena adonan tanah yang telah dibuat pada saat praktikum baik tanah rendzina maupun Vertisol hanya dapat dibuat pipa dan tidak dapat dibuat bentuk tertentu.
Konsistensi tanah Rendzina yang sangat keras pada kondisi kering serta memiliki daya lekat serta agak plastis pada kondisi basah juga sesuai dengan hasil penelitian Anda (2008). Dalam penelitian tersebut konsistentesi tanah renzina dalam keadaan kering sangat keras dan konsistensi dalam keadaan basah memiliki kondisi yang lekat dan agak plastis. Hal ini karena tanah rendzina didominasi oleh fraksi lempung sehingga pada keadaan kering, lempung sangat keras dan sulit dihancurkan karena ikatan kuat antar partikel tanah sehingga keteguhan tanah Rendzina tergolong tinggi. Sedangkan jika dalam kondisi basah maka lempung akan bersifat lekat dan memiliki tingkat keliatan atau plastisitas yang agak tinggi.
Vertisol yang memiliki konsistensi sangat keras pada kondisi kering dan tingkat kelekatan yang sangat tinggi serta agak plastis sesuai dengan penelitian Tobing (2009). Dalam penelitiannya Vertisol tergolong tanah yang kurang subur karena konsistensi tanah sangat keras pada musim kemarau dan konsistensi tanah sangat lekat pada saat musim hujan, serta fiksasi kalium yang tinggi merupakan kendala-kendala yang cukup serius bila tanah tersebut dimanfaatkan untuk keperluan pertanian. Vertisol adalah tanah mineral yang mempunyai warna abu kehitaman, bertekstur liat dengan kandungan liat ≥ 30% pada horizon permukaan sampai kedalaman 50 cm. Tanah bersifat vertik ini merupakan tanah-tanah yang dicirikan oleh adanya retakan-retakan yang lebar disertai dengan konsistensi tanah yang sangat keras pada saat musim kemarau. Pada saat musim hujan, tanah ini akan mengembang. Ikatan antar lapisan montmorillonit relatif lemah dan mempunyai ruang antar lapisan yang dapat mengembang jika kandungan air pada ruang antar lapisan ini meningkat dan akan mengerut jika kandungan air pada ruang antar lapisan ini menurun. Tingginya daya mengembang dan mengerut dari montmorillonit menyebabkan mineral ini dapat menjerap dan memfiksasi ion-ion logam dan persenyawaan organik Retakan-retakan tanahnya segera menghilang dan konsistensi tanah berubah menjadi sangat lekat dan sangat plastis. Bahan induk vertisol umumnya batu kapur, napal, tuff, endapan alluvial dan abu vulkanik.
Konsistensi tanah Ultisol dan Alfisol berdasarkan praktikum yang telah dilakukan secara kualitatif dalam kondisi kering maupun saat kondisi basah adalah sama yaitu memiliki konsistensi  keras pada kondisi kering dan lekat serta plastis pada kondisi basah. Pada kondisi kering tanah hancur saat ditekan dengan menggunakan telapak tangan kiri dan ibu jari tangan kanan sehingga memiliki konsistensi keras. Sementara pada kondisi basah, tingkat kelekatan dapat ditentukan setelah contoh tanah kering udara baik dari jenis Ultisol maupun Alfisol dibuat adonan hingga homogen lalu adonan tersebut dipijit dan hasilnya hanya menempel disalah satu jari saja sehingga tingkat kelekatan (stickness) adalah lekat. Lalu tingkat plastisitas atau keliatan dari kedua jenis tanah tersebut yaitu plastis karena adonan tanah dapat dibuat pipa dan dibuat bentuk tertentu seperti O, S, dan 8.
Menurut Ismail dan Gasmelsheed (1988), tanah Ultisol memiliki konsistensi dimana semakin ke bawah semakin teguh atau keras dan agregat berselaput liat sehingga memiliki tingkat keliatan yang plastis dan pada kondisi basah konsitensinya lekat. Ultisol merupakan jenis tanah yang mengalami pelapukan terbanyak, kandungan basa rendah (kurang dari 35%), bahan organik rendah, dan memiliki kandungan lempung yang cukup. Ultisol memiliki tekstur lempung, struktur remah sampai gumpal lemah dan konsistensi gembur. Hal ini karena Ultisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai horizon Argilik atau Kandik dengan nilai kejenuhan basa yang rendah. Pada umumnya tanah ini berkembang dari bahan induk tua, seperti batu pasir dan batu liat. Sementara Ultisol pada umumnya terbentuk dari bahan induk yang mengandung kuarsa seperti tufa liparit, dasitik, atau riolit dan dijumpai di daerah pegunungan dengan ketinggian diatas 1,000 m dari permukaan laut.
Ismail dan Gasmelsheed (1988), juga menyebutkan bahwa tanah alfisol memiliki tekstur geluh lempungan sehingga memiliki konsistensi dalam keadaan kering yang keras dan lekat serta plastis pada konsistensi basah. Hal ini karena tanah alfisol pada umumnya mempunyai sifat struktur yang kurang diinginkan karena memiliki kandungan lempung yang lebih rendah dalam horizon A dan ketidakadaan kedudukan lempung dalam tanah aslinya. Dimana apabila semakin tinggi kandungan lempung suatu tanah maka kelekatan dan plastisitasnya semakin tinggi pula.
Hasil praktikum pada tanah Entisol memiliki konsistensi agak keras dibandingkan dengan tanah lainnya seperti Rendzina, Vertisol, Ultisol dan Alfisol yang rata-rata keras dan sangat keras. Hal ini karena saat bongkah tanah Entisol ditekan dengan jari telunjuk dan ibu jari setelah ditekan kuat sudah bisa pecah sehingga konsistensinya agak keras. Sementara pada kondisi basah tanah Entisol memiliki tingkat kelekatan dan plastisitas seperti tanah Alfisol dan Ultisol yaitu lekat dan plastis karena ketika adonan tanah dipijit hanya menempel disalah satu jari saja sehingga tingkat kelekatan (stickness) adalah lekat dan plastis karena adonan tanah dapat dibuat pipa dan dibuat bentuk tertentu seperti O, S, dan 8.
Namun menurut penelitian Utami dan Handayani (2003), bahwa tanah Entisol memiliki konsistensi lepas-lepas, tingkat agregasi rendah, peka terhadap erosi dan kandungan hara tersediakan rendah. Hal ini karena tanah Entisol didominasi oleh pasir (bertekstur pasir) dan sedikit mengandung lempung. Oleh sebab itu, pada konsistensi kering keteguhannya mudah dihancurkan seperti sifat pasir pada umumnya. Dan pada konsistensi basah partikel Entisol kurang dapat menyimpan air dengan baik (kadar lengas rendah) sehingga kelekatan dan keliatannya rendah pula. Entisol memiliki tekstur geluh debuan, tanah biasa kasar, struktur remah dan konsistensi lepas sampai gembur.
   Dalam bidang pertanian, konsitensi tanah penting untuk menentukan cara pengolahan tanah yang baik, penting bagi penetrasi akar tanaman di lapisan bawah dan kemampuan tanah menyimpan lengas sehingga dapat dikontrol serapan hara dan pernapasan akar-akar pada tanaman tersebut serta untuk desain alat-alat pertanian. Konsistensi tanah juga penting untuk menentukan cara penggarapan tanah yang efisien. Beberapa jenis tanah yang memiliki daya lekat dan tingkat plastisitas yang tinggi juga dapat digunakan untuk industri gerabah dan kerajinan cinderamata lain yang bahan dasarnya tanah. Contoh tanah yang dapat digunakan adalah vertisol dan alfisol, karena kedua tanah ini memiliki konsistensi basah yang jauh lebih baik dibanding jenis tanah yang lain.
Pada praktikum konsistensi tanah kualitatif digunakan metode pilinan dan dengan cara merasakan tekstur dari jenis-jenis tanah yang diuji sehingga dapat diketahui konsistensi basah dan konsistensi keringnya. Setiap manusia memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda, hal inilah yang menjadi kendala dalam praktikum ini. Karena perbedaan tingkat sensitifitas, praktikan sulit menyatukan pendapat untuk menentukan konsistensi kering maupun konsistensi basah dari tanah-tanah yang diuji. Terlebih lagi saat penentuan konsistensi kering, praktikan pria biasanya memiliki tingkat kekuatan yang lebih besar dibandingkan dengan praktikan wanita. Karena pada konsistensi kering digunakan cara penekanan antara ibu jari dan telunjuk, biasanya tanah yang diuji lebih mudah hancur jika yang melakukan pengujian adalah praktikan pria. Namun keuntungan menggunakan metode secara kualitatif ini yaitu mudah, cepat, dan dapat dilakukan dilaboratorim dan di lapangan.
Konsistensi tanah berhubungan erat dengan struktur dan tekstur tanah. Struktur tanah menyangkut bentuk, ukuran dan fendfinisia agregat alamiah yang merupakan hasil dari keragaman gaya tarikan dari dalam massa tanah. Sebaliknya konsistensi meliputi kekuatan dan corak dari gaya-gaya tersebut. Dan Tekstur tanah berpengaruh terhadap penentuaan tata air dalam tanah, berupa kecepatan inflitrasi, penetrasi dan kemampuan pengikatan air oleh tanah. Sehingga dari hubungan ketiga komponen tersebut dapat digambarkan seperti berikut:

Tanah
Konsistensi


Struktur                                   Tekstur                                                                       Sebagai contoh hubungan 3 sifat fisik tersebut adalah suatu tanah  dengan tekstur pasir maka akan mempunyai struktur butir tunggal dan sifat konsistensi lepas-lepas. Sebaliknya tanah yang bertekstur lempung akan mempunyai struktur gumpal, pejal atau baji dan mempunyai konsistensi agak teguh-teguh (kering) dan plastis bila basah.

IV. KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa:
1.      Urutan konsistensi tanah dalam keadaan kering dari yang paling keras yaitu Rendzina, Vertisol, Ultisol, Alfisol dan Entisol.
2.      Pada konsistensi tanah dalam keadaan basah dapat dilihat tingkat kelekatan (stickness) dan keliatan (friability). Urutan tanah yang memiliki kelekatan dan plastisitas dari yang paling lekat dan palstis yaitu Vertisol, Rendzina, Ultisol, Alfisol dan Entisol.

V. PENGHARGAAN
Puji syukur kami panjatkan pada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini kami ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan laporan ini, antara lain kepada:
1.      Ir. Suci Handayani, M.P. selaku koordinator praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah
2.      Para asisten praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah yang telah memberikan bimbingan sehingga praktikum dan penyelesaian laporan sementara ini dapat berjalan dengan lancar
3.      Pihak-pihak yang telah membantu, baik dalam pelaksanaan praktikum maupun dalam pembuatan laporan ini
Kami menyadari bahwa pembuatan laporan ini masih jauh dari sempurna. Kami mohon maaf apabila dalam laporan ini terdapat kesalahan. Semoga laporan yang telah kami susun ini dapat memberikan manfaat bagi yang membaca.

Yogyakarta,  Maret 2013
Penyusun









DAFTAR PUSTAKA

Anda, M. 2008. Association of soil minerals and organic matter and their impact on pH value.  Jurnal Sumber Daya Lahan (2) : 13-30.

Anonim. 2004. Tanah dan Kehidupan. <http://www.kompas.com>. Diakses pada tanggal 17 Maret 2013.

Bouma,J. 1992. Effect of soil structure tillage and agregation upon soil hydraulic properties. Soil Science Journal (56): 1-5.

Brady, N. C. 1974. The Nature and Properties of Soil 8th Edition. MacMilliand Dub. Co, Inc. New York

Darmadi, K. 2004. Aplikasi dan metodologi penelitian di daerah humus. Jurnal Survey Tanah.  (11): 171-176.

Hakim, N. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Lampung.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah Edisi Revisi. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.









Ismail, H. A. E dan K. M. Gasmelseed. 1998. Soil consistency and swell potential using static cane penetration machines. Journal of Ismlamic Academy of Sciens (1): 74-78.

McCullagh, P dan S. A. Nelder. 1989. Generalized Linier Midels Interaching Prosses in Soil Science. Lewis Publication. Florida.

Tobing, R. 2009. Pengaruh Aplikasi Senyawa Humus Terhadap Sifat Kimia Tanah Vertisol dan Pertumbuhan Tanaman Jagung (Zea mays). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Utami, S. N. H dan S. Handayani. 2003. Sifat kimia entisol pada sistem pertanian organik. Jurnal Ilmu Pertanian (10): 63-69.

Wiyono, A. Syamsul dan E. Hanudin. 2006. Aplikasi soil taxonomy pada tanah-tanah yang berkembang dari bentukan karst gunung kidul. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan (6): 13-26.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar