Selasa, 12 April 2016

Laporan Praktikum Dasar2 Ekologi ACARA III DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN TANAMAN BUDIDAYA


ACARA III
DAMPAK HUJAN ASAM TERHADAP PERKECAMBAHAN
TANAMAN BUDIDAYA


I. TUJUAN
1.      Mengetahui pengaruh lingkungan pH rendah terhadap perkecambahan tanaman budidaya.
2.      Mengetahui perbedaan tanggapan perkecambahan beberapa tanaman budidaya pada kondisi asam.


II. TINJAUAN PUSTAKA
Presitipasi asam merupakan suatu tipe polusi udara dimana asam sulfur dan nitrir yang dihasilkan oleh aktifitas manusia jatuh ke tanah  melalui hujan asam, hujan es, salju, atau kabut yang dapat mengurangi pH tanah dengan serius. Presitipasi asam inilah yang telah menyebabkan terjadinya kemunduran hutan, kemunduran perlahan, bahkan kematian tanaman. Hal ini dapat dikarenakan beberapa akibat perubahan pada tanah, seperti terlepasnya kation penting yang diakibatkan pretisipasi asam (Solomon et al., 2008).
            Kebakaran hutan serta pebakaran bahan bakar fosil, termasuk batu bara dan minyak, melepaskan sulfur dan nitrogen oksida yang bereaksi dengan air di atmosfer dan membentuk asam. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Hujan asam merupakan masalah regional yang diakibatkan oleh emisi lokal. Asam sulfur dan nitrogen tersebut dapat tertiup ratusan kilometer sebelum turun sebagai hujan asam (Campbell and Reece, 2009).
Hujan asam diartikan sebagai segala macam hujan dengan pH dibawah 5,6. Hujan secara alami bersifat asam (pH sedikit dibawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut dengan air hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Jenis asam dalam hujan ini sangat bermanfaat karena membantu melarutkan mineral dalam tanah yang dibutuhkan oleh tumbuhan dan binatang. Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan pengotor dalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan oksigen membentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke atmosfer dan bereaksi dengan air membentuk asam sulfat dan asam nitrat yang mudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Air hujan yang asam tersebut akan meningkatkan kadar keasaman tanah dan air permukaan yang terbukti berbahaya bagi kehidupan ikan dan tanaman (Dutta, 2012).
Sumber dari terjadinya desposisi di atmosfer dan dapat menjadi hujan asam dikategorikan sebagai sumber alami ataupun akibat aktifitas manusia. Emisi industri merupakan salah satu penyebab hujan asam akibat aktifitas manusia, sedangkan letusan gunung berapi merupakan salah satu penyebab alaminya. Sejak revolusi industri, emisi yang dihasilkan oleh perindustrian merupakan penyebab terbesar terjadinya desposisi asam di atmosfer (Mehta, 2010).
Menurut para ahli, zat-zat penyebab utama hujan asam ada 2 (Nazarudin, 2010) :
1. Nitrogen oksida
              Zat pencemar utamanya NO dan NO2. Sumbernya secara alami berasal dari hasil aktivitas bakteri, sedangkan secara non alami merupakan hasil dari asap kendaraan, produksi energi, dan pembuangan sampah. NOx di atmosfer akan mengakibatkan kerusakan tanaman, tetapi sukar ditentukan apakah kerusakan tersebut disebabkan langsung oleh NOx atau karena polutan sekunder yang diproduksi dalam siklus fotolistik NOx. Percobaan cara fumigasi tanaman dengan NO2 mwnunjukkan terjadinya bintik-bintik pada daunnya jika digunakan konsentrasi 1 ppm, sedangkan dengan konsentrasi lebih tinggi (3,5 ppm/lebih) terjadi nekrosis atau kerusakan tenun daun.
 2. Sulfur dioksida
               Zat pencemarnya SO2 dan SO3. Sebanyak dua pertiga dari jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber alam seperti volkano, dan terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Pembakaran batu arang, minyak bakar, gas, kayu, serta proses industri merupakan aktivitas manusia yang menambah kadar sulfur di udara. Kerusakan tanaman oleh  SO2 dipengaruhi oleh konsentrasinya dan waktu kontak. Kerusakan tiba-tiba terjadi jika kontak dengan SO2 pada konsentrasi tinggi dalam waktu sebentar, dengan gejala beberapa bagian daun menjadi kering dan mati, dan biasanya warnanya memucat. Kontak dengan SO2 pada konsentrasi rendah dalam waktu lama menyebabkan kerusakan kronis, yang ditandai dengan menguningnya warna daun karena terhambatnya mekanisme pembentukan klorofil.
Gaya berkecambah dan panjang akar tidak berlaku terkena efek dari perlakuan asam. Tetapi, berat dan diameter, kekokohan, tunas, biomasa akar, dan rasio tunas akar berpengaruh secara signifikan akibat perlakuan yang asam. Efek tersebut dapat mengakibatkan turunya hasil produktivitas tanaman (Carandang et al., 2011).


III. METODOLOGI
Praktikum Dasar-Dasar Ekologi acara III, ”Dampak Hujan Asam Terhadap Perkecambahan Tanaman Budidaya” dilaksanakan di Laboratorium Ekologi Tanaman, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta pada hari Rabu, 7 Mei 2013. Bahan yang digunakan yaitu biji atau benih tanaman padi (Oryza sativa), Kacang Tanah (Arachis Hypogaea), dan jagung (Zea mays), H2SO4, aquades, kertas filter. Peralatan yang digunakan adalah petridish sebagai wadah, sprayer plastik, gelas ukur, pipet dan juga pH tester.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu pembuatan larutan asam, aquadest 500 ml kemudian ditetesi H2SO4 sampai diperoleh pH 4,5, dan 6. agar pembuatan larutan lebih mudah, hasil yang dicapai, banyak larutannya dan tetesan yang diperlukan sampai diperoleh pH yang dikehendaki, dicatat untuk pembuatan larutan selanjutnya. Larutan dengan kadar yang berbeda tersebut dimasukkan ke dalam sprayer dengan label pH yang berbeda. Setelah itu 12 petridish disiapkan untuk perlakuan pH berbeda pada tanaman sampel. Tiap perlakuan diulang 3 kali. Masing-masing petridish diisi dengan 10 biji yang beralasskan kertas filter dan disemprot dengan pH yang dikehendaki. Untuk tiap petridish parameter yang dikehendaki meliputi jumlah biji yang berkecambah, panjang batang, panjang akar dilakukan pengamatan selama 7 hari sedangkan pada hari ke 7 diamati kecepatan berkecambah, gaya berkecambah, dan rasio akar/batang dengan rumus :
Indeks vigor dihittung dengan rumus :
IV =
                   S biji yang berkecambah hari ke-n
                        hari ke-n

Gaya berkecambah dihitung dengan rumus :
x 100%
GB=
                       S biji yang berkecambah      
                     S biji yang dikecambahkan

Rasio akar atau batang hari pengamatan terakhir yaitu :
Ratio =
                           Panjang akar
                          Panjang batang
Kemudian dibuat histogram tanaman padi, jagung, dan Kacang Tanah dengan pH 4,5 dan 6. Serta grafik panjang akar, panjang batang, indeks vigor dan gaya berkecambah.

HASIL PENGAMATAN

1.        Padi
a.      Gaya berkecambah
Padi
ph 4
73%
ph 5
87%
ph 6
100%
ph 7
97%

b.      Panjang batang
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
0,063333
0,716667
2,696667
3,986667
4,743333
7,513333
ph 5
0
0,033333
1,365
2,341
3,39
4,14
7,585
ph 6
0
0,006667
0,9575
2,483333
3,753333
4,906667
8,49
ph 7
0
0,246667
1,815833
3,294074
4,256296
5,277037
5,722963

c.       Panjang akar
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
0,11
0,910667
2,853333
3,876667
4,236
4,616667
ph 5
0
0,02
1,656667
2,53
3,573333
4,07
4,666667
ph 6
0
0,143333
2,196667
3,22
3,763333
4,906667
5,43
ph 7
0
0,53
1,864074
3,420741
4,585185
4,869259
5,337407




d.      Indeks Vigor
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
1,333333
1,113333
0,25
0,066667
0
0
ph 5
0
0,833333
2,133333
0
0,233333
0
0
ph 6
0
1,5
2,111111
0
0,066667
0
0,047619
ph 7
0
3,333333
0,888889
0
0,066667
0
0

e.       Rasio
padi
ph 4
0,614463
ph 5
0,615249
ph 6
0,639576
ph 7
0,93263

2.      Kacang Hijau
a.      Gaya Berkecambah
kacang hijau
ph 4
100%
ph 5
100%
ph 6
97%
ph 7
100%

b.      Panjang Batang
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
2,51333
2,91667
5,00667
8,13667
8,22667
10,0033
ph 5
0
2,873333
3,266667
4,33
6,093333
7,431667
9,723333
ph 6
0
1,786667
3,74
6,778889
8,749259
11,70111
13,27333
ph 7
0
0,92
3,307407
6,762963
10,80519
13,64
13,92333


c.       Panjang Akar
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
2,433333
4,53
5,155
5,168333
9,67
10,36
ph 5
0,343333
2,523333
3,203333
3,666667
3,65
11,03667
11,37667
ph 6
1,381852
2,81
4,210741
5,135556
5,509259
5,420741
5,867037
ph 7
1,264167
2,320741
4,126667
4,916667
5,419259
5,675556
6,032593


d.      Indeks Vigor
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
6,333333
1,666667
0
0
0,066667
0
0
ph 5
6,666667
1,333333
0
0,083333
0
0
0
ph 6
9,333333
0,166667
0
0
0
0
0
ph 7
9
0,333333
0,111111
0
0
0
0

e.       Rasio
kacang hijau
ph 4
1,035655
ph 5
1,170038
ph 6
0,442017
ph 7
0,433272

3.      Jagung
a.      Gaya Berkecambah
jagung
ph 4
97%
ph 5
100%
ph 6
97%
ph 7
100%

b.      Panjang Batang
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
0,865833
1,55
2,36
3,276667
4,23
5,38
ph 5
0
0,796667
2,083333
2,69
4,006667
4,646667
5,536667
ph 6
0
0,643333
2,4
3,153333
4,17
5,34
5,776667
ph 7
0
0,763333
1,523333
3,206667
4,178889
4,733333
5,216667



c.       Panjang Akar
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
0,926667
5,76
7,72
9,236667
11,82333
12,36
ph 5
0
1,086667
5,299091
6,373333
7,786667
9,586667
10,12333
ph 6
0
0,751667
4,906667
6,81
7,9
9,053333
9,21
ph 7
0,216667
1,293333
3,290741
7,784444
8,611111
9,953333
10,19333

d.      Indeks Vigor
Perlakuan
Hari ke-
1
2
3
4
5
6
7
ph 4
0
4
0,466667
0
0,066667
0
0
ph 5
0
3,333333
0,577778
0,25
0,066667
0
0,046667
ph 6
0
3,666667
0,766667
0
0
0
0
ph 7
0,666667
4,333333
0,111111
0,083333
0
0
0

e.       Rasio
jagung
ph 4
2,297398
ph 5
1,828417
ph 6
1,594345
ph 7
1,953994





V. PEMBAHASAN
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh salah satu faktor lingkungan, yaitu keasaman, terhadap perkecambahan dan tanggapannya pada beberapa tanaman budidaya. Biji dalam berkecambah memerlukan kondisi tertentu yang mendukung proses berkecambahnya biji, diantaranya kondisi lingkungan yang sesuai. Kadar keasaman tanah sangat mempengaruhi mudah  tidaknya suatu biji berkecambah. Tanaman satu dengan yang lain berbeda dalam keperluan pH. Bahkan dalam satu tanaman untuk proses pertumbuhan (mulai dari perkecambahan, pertumbuhan panjang akar, pertumbuhan panjang akar dan lain-lain) membutuhkan pH yang berbeda. Benih yang paling toleran dan cocok pada lingkungan pH tertentu yaitu benih yang memiliki gaya berkecambah lebih dari 80%, atau berkecambah dalam jumlah banyak pada lingkungan pH tertentu.
Pada dasarnya keadaan yang sangat asam misalnya disebabkan oleh hujan asam dapat mencuci hara dari tanah yang subur sehingga akan terjadi penurunan produktivitas. Selain itu, keadaan sangat asam dapat melepaskan logam berat yang semula terikat logam berat sehingga dapat meracuni tanaman. Oleh karena itu, meski tanaman toleran pada keadaan asam, ketoleranan ini dalam arti bukan pada keadaan ekstrem asam sekali atau sangat basa sekali, tapi keadaan yang mendekati ke asam atau mendekati ke basa. Apabila lingkungan amat sangat asam/basa biji, akar, tunas dapat busuk dan tidak lagi dapat berkecambah, serta tumbuh, karena pada dasarnya perkecambahan membutuhkan keadaan yang sedang saja.
1.      Padi
a.       Panjang Batang
 
            Grafik di atas menunjukkan bahwa padi justru lebih baik pada pH 4,5,dan 6. Hal tersebut ditunjukkan pada tinggi batang tanaman padi yang lebih panjang dibandingkan dengan pH 7. Pada pH 7 panjang padi justru lebih pendek daripada perlakuan dengan pH 4, 5, dan 6. Dari grafik diatas pertumbuhan padi lebih baik pada perlakuan asam daripada di perlakuan dengan pH 7.
b.      Panjang Akar
 
            Berdasarkan grafik di atas, dalam kaitannya dedngan panjang akar tanaman, padi dengan pH 6 dan 7 mampu tumbuh lebih baik dibandingkan dengan perlakuan lain (pH 4, 5, dan 6). Hal ini kemudian menjelaskan bahwa pH 7 dan 6 yang mendekati netral lebih optimal digunakan dalam perkecambahan padi. Karena meskipun tinggi batang padi pada pH 6 dan asam lebih tinggi daripada pH 7, namun panjang akar membuktikan bahwa pH yang netral maupun mendekati netral pH 6 dan 7 lebih mampu memberikan suasana tumbuh yang baik untuk padi.
c.    Gaya Berkecambah Padi
            Dalam hal gaya berkecambah, rata-rata padi mampu tumbuh berkecambah pada berbagai kondisi asam. Keempat perlakuan menunjukkan padi mampu berkecambah dan gaya berkecambahnya-pun cukup bervariasi pada tiap perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa dalam rentang pH 4 hingga 7, padi masih mampu berkecambah, tumbuh dan berkembang, namun dengan keterbatasan tertentu, misalnya yang telah disebutkan sebelumnya, pertumbuhan akar dan batang yang terhambat. Pada perkecambahan ini padi dengan perlakuan pH 6 dan pH netral memiliki gaya berkecambah yang lebih baik daripada pH 5 atau 4. Pada perlakuan pH 6 diperoleh Gaya berkecambah  100% dan pada perlakua pH netral diperoleh gaya berkecambah 97%.Sementara pH 4 dan pH 5 Gaya Berkecambahnya (GB) masing-masing 73% dan 87%. Dari hasil tersebut diperoleh kesimpulan bahwa perkecambahan padi lebih optimum dilakukan pada pH yang mendekati netral antara 6-7.
d.      Indeks Vigor
 
            Vigor benih merupakan kemampuan benih untuk tumbuh normal pada keadaan lingkungan yang optimal. Pada hakekatnya, vigor benih harus relecan dengan tingkat produksi, artinya dari benih yang bervigor tinggi akan dapat dicapai tingkat produksi yang tinggi. Vigor benih yang tinggi dicirikan antara lain tahan disimpan lama, tahan terhadap serangan hama penyakit, cepat dan merata tumbuhnya, serta mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal. Rendahnya vigor pada benih dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain faktor genetis, fisiologis, morfologis, sitologis, mekanis dan mikrobia. Kecepatan benih dalam berkecambah menjadi metode yang umum digunakan untuk mengekspresikan vigor bibit. Kecepatan berkecambah dapat dinyatakan dengan indeks vigor yang memperlihatkan jumlah benih yang berkecambah pada interval satu hari setelah dikecambahkan.
            Grafik tersebut menunjukkan padi dalam berbagai perlakuan dapat tumbuh dengan baik, cepat dan serempak, terutama padi dengan perlakuan netral (pH 7), dimana sebagian besar padi tumbuh pada hari kedua. Namun semakin lama, terlihat pada beberapa perlakuan, perkecambahan padi terhenti. Dapat dilihat pada pH 5 dan pH 7 yang pertumbuhannya berhenti pada hari enam, padahal pada hari tersebut, belum seluruh padi berkecambah. Hal ini dapat dikarenakan media tanam kertas filter yang kurang rapat, kemudian suasana pH yang cukup asam sehingga mengakibatkan pertumbuhan terhenti, kemudian kompetisi dalam memperoleh air yang kurang banyak diberikan untuk tanaman. Namun pada dasarnya, padi merupakan tanaman yang toleran dan cocok ditanam pada berbagai pH, terutama dalam rentang 4 hingga 7, dan optimal pada pH netral (7).
2.      Kacang Hijau
a.      Panjang Batang
 
            Berdasarkan grafik hasil pengamatan terhadap panjang batang tanaan, terlihat bahwa tanaman hijau panjang memiliki batang terpanjang pada pH 7 dan 6. Pada perlakuan dengan PH 4 dan 5, kacang panjang justru memiliki panjang batang yang lebih rendah. Hal ini memperlihatkan bahwa kacang tanah tumbuh optimal pada pH antara 6 hingga 7 pada kondisi relatif mendekati netral apabila dilihat dari pertambahan panjang batang tanaman kacang hijau.



b.      Panjang Akar
 

            Grafik di atas menunjukkan bahwa dalam kaitannya dengan panjang akar, pertumbuhan akar yang baik pada perkecambahan tanaman kacang hijau terjadi pada perlakuan pH paling asam, yaitu 4 dan 5, sedangkan pada kedua perlakuan lainnya, justru tidak terlalu memperlihatkan perbedaan yang berarti. Hal ini menunjukkan bahwa dalam rentang pH yang lebih panjang, yaitu 4-5, tanaman kacang panjang mampu tumbuh dengan baik, terlihat dari perbedaan panjang akar yang tidak terlalu signifikan, terutama jika dibandingkan pada perlakuan pH 6 hingga 7.
c.       Indeks Vigor
 
            Grafik menunjukkan vigor tanaman kacang tanah pada berbagai perlakuan. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa vigor tertinggi adalah pada pH 6, kemudian pH7, pH 5, dan pH 4. Hal ini menunjukkan bahwa tanaman kacang panjang tumbuh dengan optimum pada pH 6. Dan semua perkecambahan berhenti pada hari ke 3 hal tersebut ditunjukan oleh grafik hari ke 3 dan selanjutnya menunjukan angka 0. Kacang hijau tidak  semuanya dapat berkecambah dan tumbuh tetapi ada beberapa yang gagal berkecambah karena faktor-faktor tertentu, seperti embrio yang dorman, kondisi tidak terlalu asam dan lainnya.
3.      Jagung (Zea mays)
a.      Panjang Batang
 
            Berdasarkan grafik di atas, terlihat bahwa tanaman jagung tumbuh optimal pada semua perlakuan, apabila didasarkan pada panjang batang tanaman jagung. Jagung pada semua perlakuan memiliki panjang batang yang mirip. Hal ini memunculkan penjelasan awal bahwa jagung  dapa tumbuh optimal pada pH 4 hingga 7.
b.      Panjang akar
 
            Grafik tersebut menunjukkan panjang akar tanaman jagung pada berbagai jenis perlakuan. Dapat dilihat pada grafik, bahwa akar terpanjang adalah pada jagung dengan perlakuan pH 4, kemudian diikuti oleh pH 7, pH 5, dan pH 6 adalah yang paling pendek. Pertumbuhan dalam rentang pH 5 hingga 7 apabila ditinjau dari segi panjang akar sedikit terhambat daripada pH asam. Namun dalam hal ini, panjang akar pada pH 5,7 terbilang cukup terhambat dibandingkan dengan perlakuan pH 6, meskipun tinggi batang pada semua perlakuan  pH terbilang setara.
c.       Indeks Vigor
 
            Setelah memperhatikan grafik indeks vigor tanaman. Terlihat bahwa tanaman dengan pH 7 memiliki indeks vigor tertinggi, semua perlakuan rata-rata memiliki indeks vigor paling tinggi pada hari ke dua terutama pada hari kedua pengamatan, kemudian diikuti oleh perlakuan pH 4, pH 6, dan paling rendah pada pH 5.  Perkecambahan pada perlakuan ph 5 berhenti pada hari ke 5 dan semua benih tumbuh hal seupa terjadi pada perlakuan pH 7 dimana perkecambahan berheti pada hari ke 2 dan semua biji tumbuh 100%. Dari hasil tersebut perlakuan pH agak asam sampai pH netral  baik dalam membantu perkecambahan, walaupun  pada pH 5 waktu yang diperlukan lebih lama.




4.      Histogram Gaya Berkecambah
`           Dari histogram diatas untuk tanaman padi gaya berkecambah paling baik ada pada perlakuan pH 6 dengan persentase 100%, dan yang paling buruk ada pada perlakuan pH 4 dimana persentase gaya berkecambahnya dibawah 80%. Pada tanaman jagung gaya berkecambah yang paling baik ada pada perlakuan pH 5 dan 7 dengan persentase 100%. Dan pada tanaman kacang hijau perlakuan dengan pH 4,5, dan 7 menunjukan keberhasilan 100%. Pada tanamn padi perkecambahan akan optimal dilakukan pada pH 6 sampai pH 7. Untuk tanaman jagung perkecambahan optimal akan terjadi antara selang pH agak asam dan netral. Pada tanaman kacang hjau perlakuan pH tidak terlalu memberikan pengaruh yang signifikan.







5.      Histogram Rasio Panjang Akar/Batang
 Histogram rasio panjang batang/akar tersebut menunjukan bahwa tanaman padi memiliki rasio panjang batang/akar paling baik pada perlakuan pH 7 (netral). Pada tanaman jagung rasio paling baik ada pada perlakuan pH 4 kemudian perlakuan pH 7. Tanaman kacang hijau optimal pertumbuhannya pada perlakuan pH 5 dan pH 4. Dengan hasil dari histogram diatas padi lebih optimal tumbuh  pada kondisi netral, tanaman jagung tumbuh optimal pada kondisi asam sampai netral dan kacang hijau optimal tumbuh pada kondisi asam.









VI. KESIMPULAN
1.         Lingkungan pH berpengaruh terhadap perkecambahan tanaman padi (Oryza sativa), kacang tanah (Arachis hypogaea), dan jagung (Zea mays). Hal ini terbukti dari terhambatnya tanaman tersebut pada pH asam, serta pertumbuhan optimal pada pH tertentu.
2.      Padi (Oryza sativa) merupakan tanaman yang toleran terhadap asam, hal ini dibuktikan dengan pertumbuhan padi yang cukup baik pada pH 4 hingga 7, namun pertumbuhan optimal padi adalah pada pH 7.
3.      Kacang hijau (Vigna radiata) merupakan tanaman yang toleran terhadap asam. Tanaman kacang panjang tumbuh optimal pada pH 4 hingga pH 5.
4.         Jagung (Zea mays) merupakan tanaman yang cukup toleran terhadap asam, jagung mampu tumbuh dengan optimal pada pH 4 hingga 7, dan paling optimal pada pH 4.
















DAFTAR PUSTAKA

Campbell, N. A. and J. B. Reece. 2009. Biology, Fifth Edition. Pearson, Benjamin Cummings, San Fransisco

Carandang, V. Q., E. L. Tolentino Jr., R. V. O. Cruz, A. S. A. Castillo, R. G. Visco, and W. M. Carandang. 2011. Effect of simulter acid rain on the germination and early seedling growth of betis (Madhuca betis (Blanco)), antipolo (Artocarpus blancoi (Elmer) Merr.) and kalantas (Toona calantas Merr. and Rolfe) in two soil types in Laguna, Philipines. The Asian International Journal of Life Sciences : 239 – 258.


Dutta, R. 2012. Acid Rain Facts. <http://www.buzzle.com/articles/acid-rain-facts.html>. Diakses tanggal 9 Mei 2012.

Mehta, P. 2010. Science behind acid rain : analysis of its impact and advantages on life and heritage stucture. South Asian Jouenal of Tourism and Heritage : 123-132.

Nazarudin, Leni. 2010. Tren hujan asam di Jakarta. Buletin Meteorologi, Klimatologi, Kualitas udara, Geofisika, dan lingkungan 3 : 139-146.

Solomon, E. P., L. R. Berg, and D. W Martin. 2008. Biology, Eighth Edition. Thomson, Higher Education, Belmont.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar