Rabu, 06 April 2016

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH ACARA V BESAR BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT


LAPORAN PRAKTIKUM
DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH
ACARA V
BESAR BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT






Disusun Oleh :
Nama :
NIM : 13390
Golongan : C1
Prodi : Pemuliaan Tanaman
Asisten : Mahfud


LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BESAR BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN BIBIT
ABSTRAKSI
Praktikum Teknologi Benih Acara V dengan judul Besar Benih, Pengaruhnya pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit dilaksanakan pada 30 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh di lapangan dari benih yang berbeda ukurannya. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kacang tanah (Arachis hypogaea), kapas, kertas saring, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset, timbangan digital, dan germinator. Cara kerja yang dilakukan adalah dengan metode top paper dan metode pasir. Benih dengan ukuran yang besar memiliki kemampuan untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh lebih cepat dan lebih baik daripada benih berukuran sedang mupun kecil, dilihat dari indeks vigor dan gaya berkecambahnya.
Kata kunci : Besar benih, Gaya berkecambah, Indeks vigor
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Benih merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Benih yang berkualitas dapat menguntungkan, serta meningkatkan produktivitas. Kualitas benih tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah ukuran benih. Benih memiliki cadangan makanan yang tersimpan di dalam endosperm. Sehingga benih dengan ukuran besar memiliki cadangan makanan yang semakin banyak.
Benih yang baik akan menghasilkan bibit/ kecambah yang baik pula. Benih dengan kualitas yang baik akan memiliki gaya berkecambah yang tinggi, sehingga perkecambahannya lebih cepat dibandingkan benih dengan kualitas kurang baik. Selain itu benih yang berkualitas baik akan mempengaruhi indeks vigor benih pula, sehingga indeks vigor benih akan tinggi. Sehingga pengujian pada ukuran benih penting dilakukan agar diketahui pengaruhnya terhadap kecepatan berkecambah benih, pemunculan serta pertumbuhan bibit.
  1. Tujuan
  1. Mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh di lapangan dari benih yang berbeda ukurannya.­


  1. TINJAUAN PUSTAKA
Benih merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama pada saat musim tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan ukuran meliputi bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta kemurnian benih. Mutu dan kualitas benih sangat ditentukan oleh kondisi tanaman pada waktu di lapangan, saat panen serta saat proses setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih (Salomao, 2002).
Perkecambahan merupakan batas antara benih yang bergantung pada sumber makanan dari induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil hara. Oleh karenanya perkecambahan merupakan mata rantai terakhir dalam proses penanganan benih. Banyak benih relatif tahan terhadap pengaruh lingkungan, sementara benih yang berkecambah dan anakan sangat mudah rusak. Segera setelah perkecambahan dimulai, stres karena kurangnya air, suhu dan cahaya dapat menyebabkan kematian (Utomo, 2006).
Perkecambahan biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air yang rendah pada biji kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya serta memicu perubahan metabolik pada embrio yang menyebabkan biji melangsungkan pertumbuhan. Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah adalah radikula, yaitu akar embrionik. Berikutnya, ujung tunas harus menembus permukaan tanah (Campbell et al., 2003). Pemunculan kecambah di atas pemukaan tanah merupakan faktor yang mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang dapat meningkatkan vigor dilakukan pengamatan terhadap kecambah yang mampu muncul di atas pemukan tanah dari sejumlah benih yang dikecambahkan (Saleh, 2004).
Benih dengan ukuran yang lebih kecil memberi hasil biji yang lebih rendah 10 – 45%. Biji yang lebih besar menghasilkan luas kotiledon dua kali lipat dan potensi fotosintetiknya lebih tinggi dibandingkan dengan biji kecil. Laju pertumbuhan kecambah jagung meningkat dengan semakin besarnya ukuran biji dan benih yang berbentuk bulat lebih tinggi laju pertumbuhannya daripada yang berbentuk pipih. Biji yang berbentuk bulat besar biasanya terdapat di dasar tongkol dan bulat kecil pada ujung tongkol. Sekitar 75% dari biji di antara kedua tipe tersebut di atas berbentuk pipih. Biji yang berbentuk pipih ini berbeda-beda ukurannya dari kecil sampai besar (Gusta et al., 2003).
Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih berukuran kecil, mungkin pula embrionya lebih besar ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorgum (Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula (Sutopo, 2002).
Benih berukuran besar mempunyai kandungan cadangan makanan yang lebih banyak sehingga mempunyai vigor yang lebih tinggi dan mampu untuk tumbuh menjadi tanaman yang baik. Pada varietas yang sama, tanaman yang berasal dari benih yang berukuran besar akan mempunyai pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari benih yang berukuran lebih kecil (Thomson, 2000).
  1. METODOLOGI
Praktikum Teknologi Benih Acara V dengan judul Besar Benih, Pengaruhnya pada Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit dilaksanakan pada 30 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kacang tanah (Arachis hypogaea), kapas, kertas saring, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset, timbangan digital, dan germinator.
Cara kerja yang dilakukan adalah dengan metode top paper dan metode pasir. Contoh benih diambil dan dipisahkan berdasarkan ukuran (besar, sedang, kecil), masing-masing 150 benih sebanyak 4 ulangan. Uji daya tumbuh dan indeks vigor dilakukan pada cawan petri dengan media kapas dan kertas filter (top paper). Jumlah benih adalah 100 pada setiap cawan petri dan diulang sebanyak 4 kali, serta diamati selama 7 hari. Untuk uji pertumbuhan bibit pada media pasir dilakukan di dalam bak perkecambahan (metode pasir). Jumlah benih adalah 50 dan diulang sebanyak 4 kali, serta diamati selama 14 hari. Perkecambahannya diamati setiap hari hingga hari ke-7. Pada hari ke-14, 5 sampel bibit diambil dari masing-masing ulangan dan diukur tinggi bibit, jumlah daun, luas daun, bobot segar, serta bobot kering.





  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil
Tabel 1. Hasil analisis pertumbuhan kacang tanah
Ukuran
GB
IV
JD
tinggi
BS
BK
LD
Besar
99.5
5.65
5.65
15.8
20.75
2.08
50.2485
Sedang
97.25
5.53
4.5
14.275
17.5975
1.6525
46.952
Kecil
94.25
5.21
3.85
13.21
12.8
0.9975
34.659


  1. Pembahasan


Gambar 1. Histogram indeks vigor
Berdasarkan hasil yang diperoleh, dapat diketahui bahwa benih yang memiliki ukuran benih besar memiliki indeks vigor yang paling besar daripada benih berukuran sedang dan kecil. Hal ini dtunjukkan oleh gambar 1 yang dapat diketahui indeks vigor dari yang terbesar ke kecil secara berurutan, yaitu benih dengan ukuran besar> sedang> kecil. Hal ini dapat terjadi karena pada benih besar memiliki cadangan makanan yang lebih banyak daripada benih dengan ukuran sedang dan kecil. Hasil ini sesuai dengan teori yaitu jika suatu kelompok benih dengan ukuran seragam dan besar berarti mencerminkan kualitasnya yang baik, dimana kualitas benih tersebut dapat dinilai dari nilai daya tumbuh dan indeks vigor benih. Nilai daya tumbuh maupun indeks vigor tersebut dapat dihitung dari data jumlah benih berkecambahnya. Artinya jika semakin banyak jumlah total biji berkecambah sampai akhir pengamatan berarti menunjukkan nilai daya tumbuh yanag semakin baik. Jika semakin banyak jumlah biji berkecambah pada satu hari selama kurun waktu pengamatan tertentu berarti semakin tinggi nilai indeks vigornya.


Gambar 2. Histogram gaya berkecambah
Dari hasil pengamatan yang ditunjukkan dengan gambar 2 ini menunjukan hubungan antara ukuran benih dengan besar gaya berkecambah benih kacang tanah (Arachis hypogeae) pada metode bak pasir. Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa gaya berkecambah benih secara berurutan dari yang terbesar ke terkecil adalah benih dengan ukuran besar> sedang> kecil. Hal ini membuktikan bahwa besarnya besar benih mempengaruhi kemampuan benih untuk berkecambah yang digambarkan melalui gaya berkecambah. Pada jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein, lemak, dan mineral. Bahan-bahan tersebut digunakan benih sebagai bahan baku dan energi bagi embrio untuk perkecambahan. Benih yang ukurannya besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan benih yang ukurannya kecil, mungkin pula embrionya lebih besar sehingga berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan produksi daripada benih yang berukuran sedang dan kecil.








Gambar 3. Grafik pertumbuhan benih
Pada grafik di atas terlihat bahwa ada perbedaan antara daya tumbuh benih kacang tanah (Arachis hypogaea) yang berukuran besar, sedang, dan kecil. Grafik pertumbuhan benih yang ditunjukkan oleh gambar 3 menunjukkan bahwa benih ukuran besar memiliki pertumbuhan yang paling baik daripada benih ukuran sedang dan kecl. Pada hari ke 2, benih berukuran besar mengalami pertumbuhan maksimal, begitu juga pada benih sedang dan kecil, namun pertumbuhan yang paling baik adalah pada benih besar. Setelah itu, pada hari ke-3 dan seterusnya hingga hari ke-7, semua benih mengalami penurunan hingga pada akhirnya tidak mengalami pertumbuhan. Hasil ini dapat dijelaskan karena pengaruh banyak sedikitnya kandungan endosperm pada biji, dimana kandungan endosperm pada biji yang berukuran besar lebih banyak daripada biji berukuran sedang maupun kecil. Jika dibandingkan antar ketiga perlakuan, terlihat bahwa jumlah biji berkecambah paling banyak adalah pada perlakuan biji dengan ukuran besar. Hasil ini sesuai dengan teori yaitu jika suatu kelompok benih dengan ukuran seragam dan besar berarti mencerminkan kualitasnya yang baik, dimana kualitas benih tersebut dapat dinilai dari nilai daya tumbuh dan indeks vigor benih. Nilai daya tumbuh maupun indeks vigor tersebut dapat dihitung dari data jumlah benih berkecambahnya. Artinya jika semakin banyak jumlah total biji berkecambah sampai akhir pengamatan berarti menunjukkan nilai daya tumbuh yang semakin baik.
Berdasarkan data analisis yang dihasilkan dari data yang diperoleh pada praktikum ini, ukuran benih baik besar, sedang, maupun kecil tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap gaya berkecmbah dan indeks vigor. Namun, hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa benih dengan ukuran besar dan seragam berarti mencerminkan kualitasnya yang baik. Benih yang besar memiliki kandungan endosperm yang lebih banyak daripada benih dengan ukuran sedang maupun kecil, sehingga seharusnya ukuran benih memiliki pengaruh terhadap indeks vigor dan gaya berkecambah.
Kemunduran benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan kumulatif serta tidak dapat balik (reversible) akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor alam. Proses penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan penuruna daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal, penuruna pemunculan kecambah di lapangan (field emergence) terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat menurunkan produksi tanaman. Benih yang mempunyai vigor rendah menyebabkan pemunculan bibit dilapangan rendah, terutama dalam kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan (Egli dan Krony, 1996 cit.Viera et al., 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor Faktor internal mencakup sifat genetik , daya tumbuh dan vigor , kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan (Copeland dan Donald, l985).
  1. KESIMPULAN
  1. Benih dengan ukuran yang besar memiliki kemampuan untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh lebih cepat dan lebih baik daripada benih berukuran sedang mupun kecil, dilihat dari indeks vigor dan gaya berkecambahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Campbell, Neil A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi Ke-5 Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Gusta, L. V., E. N. Johnson, N. T. Nesbit, K. J. Kirkland. 2003. Effect of seeding date on canola seed vigor. Can. J. Plant Sci. 45 : 32-39.
Sutopo, L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Salomao, A. N. 2002. Tropical seeds species responces to liquid nitrogen exposure. Braz J. Plant Physiol. 14 : 133-138.
Thomson, J. R. 2000. Seed quality, seed multiplication systems, agronomy of seed production and seed storage in seed technology for genebank. LBPGR. Rome : 13-17.
Utomo, B. 2006. Ekologi Benih. USU Repository, Medan.
Copeland, L.O. dan M. B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and Technology. Burgess Publishing Company, New York.
Viera, R. D., D. M. Tekrony, D. B. Egli and M. Rucker. 2001. Electrical conductivity of soybean seeds after storage in several environment. Seed Science and Technology 29 : 599 – 608.
Saleh, S. M. 2004. Pematahan dormansi benih aren secara fisik pada berbagai lama ekstraksi buah. Agrosains 6: 78-83.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar