LAPORAN
PRAKTIKUM
DASAR-DASAR
TEKNOLOGI BENIH
ACARA
V
BESAR
BENIH, PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN
PERTUMBUHAN BIBIT
Disusun Oleh :
Nama :
NIM : 13390
Golongan : C1
Prodi : Pemuliaan
Tanaman
Asisten : Mahfud
LABORATORIUM
TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
BESAR BENIH,
PENGARUHNYA PADA KECEPATAN BERKECAMBAH, PEMUNCULAN DAN PERTUMBUHAN
BIBIT
ABSTRAKSI
Praktikum
Teknologi Benih Acara V dengan judul Besar Benih, Pengaruhnya pada
Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit dilaksanakan
pada 30 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Tujuan praktikum ini adalah untuk mengetahui kemampuan benih untuk
berkecambah, muncul, dan tumbuh di lapangan dari benih yang berbeda
ukurannya. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kacang tanah
(Arachis
hypogaea),
kapas, kertas saring, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan
yaitu cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset, timbangan
digital, dan germinator. Cara kerja yang dilakukan adalah dengan
metode top
paper
dan metode pasir. Benih dengan ukuran yang besar memiliki kemampuan
untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh lebih cepat dan lebih baik
daripada benih berukuran sedang mupun kecil, dilihat dari indeks
vigor dan gaya berkecambahnya.
Kata
kunci : Besar benih, Gaya berkecambah, Indeks vigor
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Benih merupakan
faktor penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Benih yang
berkualitas dapat menguntungkan, serta meningkatkan produktivitas.
Kualitas benih tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah
satunya adalah ukuran benih. Benih memiliki cadangan makanan yang
tersimpan di dalam endosperm. Sehingga benih dengan ukuran besar
memiliki cadangan makanan yang semakin banyak.
Benih yang baik
akan menghasilkan bibit/ kecambah yang baik pula. Benih dengan
kualitas yang baik akan memiliki gaya berkecambah yang tinggi,
sehingga perkecambahannya lebih cepat dibandingkan benih dengan
kualitas kurang baik. Selain itu benih yang berkualitas baik akan
mempengaruhi indeks vigor benih pula, sehingga indeks vigor benih
akan tinggi. Sehingga pengujian pada ukuran benih penting dilakukan
agar diketahui pengaruhnya terhadap kecepatan berkecambah benih,
pemunculan serta pertumbuhan bibit.
- Tujuan
- Mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah, muncul, dan tumbuh di lapangan dari benih yang berbeda ukurannya.
- TINJAUAN PUSTAKA
Benih
merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam
peningkatan produksi pertanian. Oleh sebab itu mutu dan jumlahnya
perlu mendapatkan perhatian dari semua pihak yang terkait terutama
pada saat musim tanam (pemakaian). Mutu benih yang sering dijadikan
ukuran meliputi bentuk dan ukuran benih, daya tumbuh, vigor, serta
kemurnian benih. Mutu dan kualitas benih sangat ditentukan oleh
kondisi tanaman pada waktu di lapangan, saat panen serta saat proses
setelah panen. Selain itu mutu benih sering juga dinilai berdasarkan
mutu genetik dan ciri - ciri fisiologis yang dibawa oleh benih
(Salomao, 2002).
Perkecambahan
merupakan batas antara benih yang bergantung pada sumber makanan dari
induknya dengan tanaman yang mampu berdiri sendiri dalam mengambil
hara. Oleh karenanya perkecambahan merupakan mata rantai terakhir
dalam proses penanganan benih. Banyak benih relatif tahan terhadap
pengaruh lingkungan, sementara benih yang berkecambah dan anakan
sangat mudah rusak. Segera setelah perkecambahan dimulai, stres
karena kurangnya air, suhu dan cahaya dapat menyebabkan kematian
(Utomo, 2006).
Perkecambahan
biji bergantung pada imbibisi, penyerapan air akibat potensial air
yang rendah pada biji kering. Air yang berimbibisi menyebabkan biji
mengembang dan memecahkan kulit pembungkusnya serta memicu perubahan
metabolik pada embrio yang menyebabkan biji melangsungkan
pertumbuhan. Organ pertama yang muncul dari biji yang berkecambah
adalah radikula, yaitu akar embrionik. Berikutnya, ujung tunas harus
menembus permukaan tanah (Campbell et
al.,
2003). Pemunculan kecambah di atas pemukaan tanah merupakan faktor
yang mencerminkan vigor suatu bibit. Untuk mengetahui perlakuan yang
dapat meningkatkan vigor dilakukan pengamatan terhadap kecambah yang
mampu muncul di atas pemukan tanah dari sejumlah benih yang
dikecambahkan (Saleh, 2004).
Benih
dengan ukuran yang lebih kecil memberi hasil biji yang lebih rendah
10 – 45%. Biji yang lebih besar menghasilkan luas kotiledon dua
kali lipat dan potensi fotosintetiknya lebih tinggi dibandingkan
dengan biji kecil. Laju pertumbuhan kecambah jagung meningkat dengan
semakin besarnya ukuran biji dan benih yang berbentuk bulat lebih
tinggi laju pertumbuhannya daripada yang berbentuk pipih. Biji yang
berbentuk bulat besar biasanya terdapat di dasar tongkol dan bulat
kecil pada ujung tongkol. Sekitar 75% dari biji di antara kedua tipe
tersebut di atas berbentuk pipih. Biji yang berbentuk pipih ini
berbeda-beda ukurannya dari kecil sampai besar (Gusta et
al.,
2003).
Di
dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak dan mineral. Dimana bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan
baku dan energi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa
benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan
lebih banyak dibandingkan dengan benih berukuran kecil, mungkin pula
embrionya lebih besar ukuran benih menunjukkan korelasi positif
terhadap kandungan protein pada benih sorgum (Sorghum vulgare), makin
besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat
pula (Sutopo, 2002).
Benih
berukuran besar mempunyai kandungan cadangan makanan yang lebih
banyak sehingga mempunyai vigor yang lebih tinggi dan mampu untuk
tumbuh menjadi tanaman yang baik. Pada varietas yang sama, tanaman
yang berasal dari benih yang berukuran besar akan mempunyai
pertumbuhan yang relatif lebih cepat dibandingkan dengan tanaman yang
berasal dari benih yang berukuran lebih kecil (Thomson, 2000).
- METODOLOGI
Praktikum
Teknologi Benih Acara V dengan judul Besar Benih, Pengaruhnya pada
Kecepatan Berkecambah, Pemunculan dan Pertumbuhan Bibit dilaksanakan
pada 30 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kacang tanah (Arachis
hypogaea),
kapas, kertas saring, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan
yaitu cawan petri, bak perkecambahan, oven, pinset, timbangan
digital, dan germinator.
Cara
kerja yang dilakukan adalah dengan metode top
paper
dan metode pasir. Contoh benih diambil dan dipisahkan berdasarkan
ukuran (besar, sedang, kecil), masing-masing 150 benih sebanyak 4
ulangan. Uji daya tumbuh dan indeks vigor dilakukan pada cawan petri
dengan media kapas dan kertas filter (top
paper).
Jumlah benih adalah 100 pada setiap cawan petri dan diulang sebanyak
4 kali, serta diamati selama 7 hari. Untuk uji pertumbuhan bibit pada
media pasir dilakukan di dalam bak perkecambahan (metode pasir).
Jumlah benih adalah 50 dan diulang sebanyak 4 kali, serta diamati
selama 14 hari. Perkecambahannya diamati setiap hari hingga hari
ke-7. Pada hari ke-14, 5 sampel bibit diambil dari masing-masing
ulangan dan diukur tinggi bibit, jumlah daun, luas daun, bobot segar,
serta bobot kering.
- HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
Tabel
1. Hasil analisis pertumbuhan kacang tanah
Ukuran
|
GB
|
IV
|
JD
|
tinggi
|
BS
|
BK
|
LD
|
Besar
|
99.5
|
5.65
|
5.65
|
15.8
|
20.75
|
2.08
|
50.2485
|
Sedang
|
97.25
|
5.53
|
4.5
|
14.275
|
17.5975
|
1.6525
|
46.952
|
Kecil
|
94.25
|
5.21
|
3.85
|
13.21
|
12.8
|
0.9975
|
34.659
|
- Pembahasan
Gambar 1. Histogram
indeks vigor
Berdasarkan hasil
yang diperoleh, dapat diketahui bahwa benih yang memiliki ukuran
benih besar memiliki indeks vigor yang paling besar daripada benih
berukuran sedang dan kecil. Hal ini dtunjukkan oleh gambar 1 yang
dapat diketahui indeks vigor dari yang terbesar ke kecil secara
berurutan, yaitu benih dengan ukuran besar> sedang> kecil. Hal
ini dapat terjadi karena pada benih besar memiliki cadangan makanan
yang lebih banyak daripada benih dengan ukuran sedang dan kecil.
Hasil ini sesuai dengan teori yaitu jika suatu kelompok benih dengan
ukuran seragam dan besar berarti mencerminkan kualitasnya yang baik,
dimana kualitas benih tersebut dapat dinilai dari nilai daya tumbuh
dan indeks vigor benih. Nilai daya tumbuh maupun indeks vigor
tersebut dapat dihitung dari data jumlah benih berkecambahnya.
Artinya jika semakin banyak jumlah total biji berkecambah sampai
akhir pengamatan berarti menunjukkan nilai daya tumbuh yanag semakin
baik. Jika semakin banyak jumlah biji berkecambah pada satu hari
selama kurun waktu pengamatan tertentu berarti semakin tinggi nilai
indeks vigornya.
Gambar 2. Histogram
gaya berkecambah
Dari
hasil pengamatan yang ditunjukkan dengan gambar 2 ini menunjukan
hubungan antara ukuran benih dengan besar gaya berkecambah benih
kacang tanah (Arachis
hypogeae)
pada metode bak pasir.
Dari gambar 2 dapat diketahui bahwa gaya berkecambah benih secara
berurutan dari yang terbesar ke terkecil adalah benih dengan ukuran
besar> sedang> kecil. Hal ini membuktikan bahwa besarnya besar
benih mempengaruhi kemampuan benih untuk berkecambah yang digambarkan
melalui gaya berkecambah.
Pada jaringan penyimpanan benih memiliki karbohidrat, protein,
lemak,
dan
mineral. Bahan-bahan tersebut digunakan benih sebagai bahan baku dan
energi bagi embrio untuk perkecambahan. Benih
yang ukurannya besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih
banyak dibandingkan benih yang ukurannya kecil, mungkin pula
embrionya lebih besar sehingga berpengaruh terhadap kecepatan
pertumbuhan produksi
daripada benih yang berukuran sedang dan kecil.
Gambar
3. Grafik pertumbuhan benih
Pada
grafik di atas terlihat bahwa ada perbedaan antara daya tumbuh benih
kacang tanah (Arachis
hypogaea)
yang berukuran besar, sedang, dan kecil. Grafik pertumbuhan benih
yang ditunjukkan oleh gambar 3 menunjukkan bahwa benih ukuran besar
memiliki pertumbuhan yang paling baik daripada benih ukuran sedang
dan kecl. Pada hari ke 2, benih berukuran besar mengalami pertumbuhan
maksimal, begitu juga pada benih sedang dan kecil, namun pertumbuhan
yang paling baik adalah pada benih besar. Setelah itu, pada hari ke-3
dan seterusnya hingga hari ke-7, semua benih mengalami penurunan
hingga pada akhirnya tidak mengalami pertumbuhan. Hasil ini dapat
dijelaskan karena pengaruh banyak sedikitnya kandungan endosperm pada
biji, dimana kandungan endosperm pada biji yang berukuran besar lebih
banyak daripada biji berukuran sedang maupun kecil. Jika dibandingkan
antar ketiga perlakuan, terlihat bahwa jumlah biji berkecambah paling
banyak adalah pada perlakuan biji dengan ukuran besar. Hasil ini
sesuai dengan teori yaitu jika suatu kelompok benih dengan ukuran
seragam dan besar berarti mencerminkan kualitasnya yang baik, dimana
kualitas benih tersebut dapat dinilai dari nilai daya tumbuh dan
indeks vigor benih. Nilai daya tumbuh maupun indeks vigor tersebut
dapat dihitung dari data jumlah benih berkecambahnya. Artinya jika
semakin banyak jumlah total biji berkecambah sampai akhir pengamatan
berarti menunjukkan nilai daya tumbuh yang semakin baik.
Berdasarkan
data analisis yang dihasilkan dari data yang diperoleh pada praktikum
ini, ukuran benih baik besar, sedang, maupun kecil tidak menunjukkan
pengaruh yang signifikan terhadap gaya berkecmbah dan indeks vigor.
Namun, hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa benih
dengan ukuran besar dan seragam berarti mencerminkan kualitasnya yang
baik. Benih yang besar memiliki kandungan endosperm yang lebih banyak
daripada benih dengan ukuran sedang maupun kecil, sehingga seharusnya
ukuran benih memiliki pengaruh terhadap indeks vigor dan gaya
berkecambah.
Kemunduran
benih merupakan proses penurunan mutu secara berangsur-angsur dan
kumulatif serta tidak dapat balik (reversible)
akibat perubahan fisiologis yang disebabkan oleh faktor alam. Proses
penuaan atau mundurnya vigor secara fisiologis ditandai dengan
penuruna daya berkecambah, peningkatan jumlah kecambah abnormal,
penuruna pemunculan kecambah di lapangan (field
emergence)
terhambatnya pertumbuhan dan perkembangan tanaman, meningkatnya
kepekaan terhadap lingkungan yang ekstrim yang akhirnya dapat
menurunkan produksi tanaman. Benih yang mempunyai vigor rendah
menyebabkan pemunculan bibit dilapangan rendah, terutama dalam
kondisi tanah yang kurang ideal. Sehingga benih kedelai yang akan
ditanam harus disimpan dalam lingkungan yang menguntungkan (suhu
rendah), agar kualitas benih masih tinggi sampai akhir penyimpanan
(Egli dan Krony, 1996 cit.Viera
et al.,
2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama
penyimpanan dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor
Faktor internal mencakup sifat genetik , daya tumbuh dan vigor ,
kondisi kulit dan kadar air benih awal. Faktor eksternal antara lain
kemasan benih, komposisi gas, suhu dan kelembaban ruang simpan
(Copeland dan Donald, l985).
- KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Campbell,
Neil A., Jane B. Reece, dan Lawrence G. Mitchell. 2003. Biologi Edisi
Ke-5 Jilid 2. Erlangga, Jakarta.
Gusta,
L. V., E. N. Johnson, N. T. Nesbit, K. J. Kirkland. 2003. Effect of
seeding date on canola seed vigor. Can. J. Plant Sci. 45 : 32-39.
Sutopo,
L. 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Salomao,
A. N. 2002. Tropical seeds species responces to liquid nitrogen
exposure. Braz J. Plant Physiol. 14 : 133-138.
Thomson,
J. R. 2000. Seed quality, seed multiplication systems, agronomy of
seed production and seed storage in seed technology for genebank.
LBPGR. Rome : 13-17.
Utomo,
B. 2006. Ekologi Benih. USU Repository, Medan.
Copeland,
L.O. dan M. B. Mc. Donald. 1985. Principles of Seed Science and
Technology. Burgess Publishing Company, New York.
Viera,
R. D., D. M. Tekrony, D. B. Egli and M. Rucker. 2001. Electrical
conductivity of soybean seeds after storage in several environment.
Seed Science and Technology 29 : 599 – 608.
Saleh,
S. M. 2004. Pematahan dormansi benih aren secara fisik pada berbagai
lama ekstraksi buah. Agrosains 6: 78-83.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar