Disusun Oleh :
Nama :
NIM : 13390
Golongan : C1
Prodi : Pemuliaan
Tanaman
Asisten : Mahfud
LABORATORIUM
TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
PENGUJIAN DAYA
TUMBUH BENIH
ABSTRAKSI
Praktikum
Teknologi Benih Acara III dengan judul Pengujian Daya Tumbuh Benih
dilaksanakan pada 23 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih,
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah
Mada. Tujuan praktikum ini adalah untuk menguji daya tumbuh berbagai
macam benih tanaman, mengidentifikasi kecambah/ bibit normal dan
abnormal, serta menguji perbedaan daya tumbuh benih yang memiliki
perbedaan umur simpan. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih
kedelai (Glycine
max),
benih jagung (Zea
mays),
larutan tertazolium, kapas, kertas saring, kertas merang/ cidi
blotter,
air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri,
bak perkecambahan, pinset, germinator, scalpel, gelas beker, dan
gelas ukur. Cara kerja praktikum ini dengan menggunakan 4 metode,
yaitu metode di atas kertas (Top
Paper),
metode di antara kertas (Between
paper),
metode pasir (Sand
Test),
dan uji cepat viabilitas (Tetrazolium
Test).
Pengujian daya tumbuh benih dapat dilakukan dengan metode di atas
kertas (top
paper),
metode di antara kertas (between
paper),
metode pasir (sand
test),
dan uji cepat viabilitas (tetrazolium
test).
Untuk mengidentifikasi kecambah atau bibit normal dan abnormal
menggunakan metode between
paper.
Umur simpan benih mempengaruhi perkecambahan, perkecambahan pada
benih baru menghasilkan bibit normal lebih banyak daripada benih
lama. signifikan.Kata kunci : Top
Paper,
Between
Paper,
Sand
Test,
Tetrazolium
Test,
Daya Tumbuh Benih
- PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Benih merupakan
faktor penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Benih yang
berkualitas dapat menguntungkan, serta meningkatkan produktivitas.
Sehingga perlu dilakukan pengujian daya tumbuh dari benih. Daya
tumbuh sendiri merupakan munculnya unsur-unsur utama dari lembaga
dari suatu benih yang diuji yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh
menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai
bagi benih tersebut. Pengujian daya tumbuh benih bertujuan untuk
mendapatkan gambaran/ keterangan dari benih yang diuji mendekati
kenyataan di lapangan.
Benih yang baik akan
mengahsilkan bibit/ kecambah yang normal, sedangkan benih yang
kualitasnya kurang akan menghasilkan bibit atau kecambah yang
abnormal. Benih abnormal ditunjukkan dengan perkecambahan yang
tumbuhnya tidak memenuhi syarat kecambah normal. Dari benih yang
diuji pun dapat diperoleh benih mati/ berjamur, benih segar tidak
tumbuh, serta benih keras yang dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor. Sehingga pengujian daya tumbuh benih penting dilakukan agar
dapat diketahui gambaran dari benih yang mendekati kenyataan kondisi
di lapangan.
- Tujuan
- Menguji daya tumbuh berbagai macam benih tanaman.
- Mengidentifikasi kecambah/ bibit normal dan abnormal.
- Menguji perbedaan daya tumbuh benih yang memiliki perbedaan umur simpan.
- TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan
(germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang
terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh,
tergantung pada viabilitas benih. Kondisi lingkungan yang cocok dan
pada beberapa tanaman, tergantung pada usaha pemecahan dormansi.
Viabilitas benih menunjuk pada persentase benih yang akan
menyelesaikan perkecambahan, kecepatan (speed) perkecambahan, dan
vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah. Viabilitas
partai benih dapat ditentukan dengan prosedur pengujian yang telah
dibakukan (Harjadi, 1993).
Pengujian daya
kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk
kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase
daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah
proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam
kondisi dan periode tertentu. Tujuan dari pengujian daya berkecambah
adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan,
membandingkan kualitas benih antar seed lot (kelompok benih), menduga
storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya
berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan
Utami, 2004).
Pengujian benih
adalah suatu usaha untuk mengevaluasi kualitas benih tanaman budidaya
dengan tujuan tertentu dalam pertanian dan juga digunakan untuk
menentukan kualitas biji rumput, bunga maupun tanaman kayu. Dalam
pengujian untuk sertifikasi benih diperlukan alat-alat yang mempunyai
kegunaan dan cara menggunakan yang berbeda-beda, sehingga perlu
pengenalan tentang bentuk, fungsi dan cara penggunaannya. Dengan
mengetahui fungsi dan cara penggunaannya maka akan menekan kerugian
akibat pengujian benih misalnya kesalahan dalam menggunakan alat akan
mengakibatkan diperoleh hasil yang tidak sesuai (Copeland, 1976).
Benih yang digunakan
dalam budidaya tanaman dituntut yang bermutu tinggi, yaitu sehat dan
bersih, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi
optimum dengan sarana teknologi yang maju. Petani sering mengalami
kerugian baik biaya maupun waktu akibat penggunaan benih yang kurang
baik. Karena kita beritikad hendak melindungi petani dari kegagalan
benih maka pengujian benih perlu dilakukan. Salah satu faktor yang
mengukur kualitas benih adalah persentase perkecambahan (Halmer,
1987).
Benih yang tidak
berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa
pengujian, yang digolongkan menjadi benih segar tidak tumbuh, benih
keras, dan benih mati. Benih segar tidak tumbuh adalah benih, selain
benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan
mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat
menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun
tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan
jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal. Benih
keras adalah benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian.
Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih
tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak
tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena
kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air. Benih mati adalah
benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar,
dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih
yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini
disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih.
Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang
menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih
tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya (Ryoo and Cho,
2002).
Kecambah abnormal
adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang
menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam
kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah yang struktur
pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau
tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah
dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat
atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak
semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah,
sedangkan radikula tumbuh sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah
yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada
benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus, 2008).
Benih ada yang belum
berkecambah karena dormansi. Peristiwa dormansi menimbulkan beberapa
kerugian seperti pertumbuhan yang tidak serempak dan mengganggu
ketepatan ketersediaan benih saat musim tanam (Nurissintani dkk,
2013)
- METODOLOGI
Praktikum Teknologi
Benih Acara III yaitu Pengujian Daya Tumbuh dilaksanakan pada tanggal
23 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kedelai (Glycine
max),
benih jagung (Zea
mays),
larutan tertazolium, kapas, kertas saring, kertas merang/ cidi
blotter,
air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri,
bak perkecambahan, pinset, germinator, scalpel, gelas beker, dan
gelas ukur.
Cara kerja dalam
pengujian daya tumbuh benih terdapat 4 metode, yaitu metode di atas
kertas (top
paper),
metode di antara kertas (between
paper),
metode pasir, dan uji cepat viabilitas (Tetrazolium
Test).
Untuk metode di atas kertas (top
paper)
pertama-tama disiapkan benih jagung dan kedelai dan masing-masing
diambil 100 benih sebanyak 4 ulangan. Kemudian 100 benih
dikecambahakan dalam cawan petri yang telah diberi alas kapas dan
kertas filter dan disiram dengan air sampai basah. Selanjutnya benih
dikecambahkan selama 7 hari, kemudian diamati setiap hari dan
dihitung benih yang berkecambah secara normal. Kriteria benih
dianggap telah berkecambah adalah akar telah keluar sepanjang 1 cm.
lalu daya tumbuh benih dihitung. Pada metode antar kertas (between
paper),
benih jagung dan kedelai masing-masing diambil 100 benih sebanyak 4
ulangan. Kemudian 2 lembar kertas cidi
blotter diambil
lalu dibasahi dan dibentangkan. Benih diatur yang antar barisnya
saling berselang dan diatur tidak melebihi 2/3 bagian kertas
perkecambahan. Setelah semua benih ditata, benih ditutup dengan
selembar kertas cidi
blotter basah.
Sepertiga bagian kertas yang tidak terisi benih ditangkupkan ke atas,
kemudian digulung. Kemudian gulungan ditata dalam germinator dengan
kedudukan berdiri, yaitu ujung kertas berada di bagian atas. Benih
dikecambahkan selama 7 hari, lalu diamati/ diidentifikasi kecambah
yang menjadi bibit normal, bibit abnormal, benih keras, benih segar
to=idak tumbuh, dan benih mati. Selanjutnya daya tumbuh benih/ bibit
dihitung berdasarkan jumlah bibit normal. Pada metode dalam pasir,
benih jagung dan kedelai masing-masing diambil 100 benih sebanyak 4
ulangan. Kemudian bak berisi pasir disiapkan dan 100 benih disusun di
dalamnya, lalu ditutup dengan pasir setebal 1-2 cm dan disiram dengan
air, serta media pasir dijaga selalu lembab. Selama 14 hari benih
dikecambahkan, lalu pada hari ke-7 benih yang berkecambah diamati
atau diidentifikasi. Selanjutnya daya benih dihitung. Pada metode
Tetrazolium
test benih
jagung dan kedelai disiapkan sebanyak 100 butir untuk 4 ulangan.
Benih yang akan diuji direndam dalam air selama 10 jam dalam suhu
ruang, lau ditiriskan. Benih yang sudah direndam kemudian dibelah
secara longitudinal sampai ¼ bagian endosperm. Kemudian larutan 0,1%
dari 2,3,5 triphenyl
tetrazolium chloride
disiapkan. Kemudian benih direndam dalam larutan tetrazolium selama 2
jam di suhu ruang. Evaluasi dimulai apabila reaksi pengecatan sudah
selesai. Kemudian larutan tetrazolium diganti dengan aquades. Benih
yang hidup/ viable
dan
yang mati/ non
viable
dipisahkan. Benih hidup ditandai dengan embrio yang berwarna merah
merata, sedangkan benih mati ditandai dengan embrio yang masih
berwarna putih. Selanjutnya persentase benih viable
dan
non
viable nya
dihitung.
- HASIL DAN PEMBAHASAN
- Hasil
Tabel 1. Gaya
berkecambah (%)
metode
|
kedelai
baru
|
kedelai
lama
|
jagung
baru
|
jagung
lama
|
top
|
84.5
|
64
|
95.5
|
64.25
|
between
|
79.5
|
64
|
69.75
|
69
|
pasir
|
100
|
85.5
|
100
|
86
|
tetrazolium
|
69
|
31
|
64
|
20
|
- Pembahasan
Benih merupakan
faktor penting dalam budidaya pertanian dan seluruh kegiatan
pertanian. Sehingga pengujian daya tumbuh, identifikasi kecambah
normal dan abnormal, serta pengujian perbedaan daya tumbuh benih
dengan perbedaan umur simpan perlu dilakukan agar diketahui gambaran
benih untuk lapangan. Pengujian daya tumbuh digunakan untuk
mendapatkan gambaran pertumbuhan dari benih yang diuji, yang
mendekati kenyataan di lapangan. Benih dinyatakan tumbuh kalau
mengeluarkan unsur-unsur utama dari lembaga, yaitu akar, tunas, akar
dan tunas. Yang dimaksudkan dengan daya tumbuh atau gaya berkecambah
ialah jumlah benih yang berkecambah dari sejumlah benih pada jangka
waktu yang telah ditentukan, dinyatakan dalam persen (Sudikno, 1977).
Gambar 1. Histogram
persentase daya tumbuh
Dari pengamatan,
diperoleh hasil yang ditunjukkan dengan Gambar 1. yaitu histogram
persentase daya tumbuh dengan metode top
paper, between paper, tetrazolium test, sand test,
yang dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa metode yang paling
sesuai adalah metode pasir (sand
test).
Hal ini dapat disebabkan karena pada media pasir lingkungannya lebih
mendukung daripada metode yang lain karena di luar mendapatkan sinar
matahari yang lebih intensif, pengairan yang lebih cukup karena
sering terkena hujan, dan sebagainya. Metode yang hasilnya paling
rendah adalah tetrazolium
test yang
digunakan untuk mengetahui benih tersebut viable
atau
non
viable.
Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengecatan pada saat praktikum
yang kurang lama (belum 10 jam), serta pengamatan yang kurang akurat
karena pengamatannya dengan visualisasi
yang tiap orang memiliki persepsi berbeda mengenai warna yang
mengenai embrio benih tersebut, dan sebagainya.
Gambar
2. Histogram gaya berkecambah
Berdasarkan
Gambar 2. dapat diketahui bahwa gaya berkecambah dari tanaman dengan
benih baru dan benih lama dari tanaman jagung ditunjukkan bahwa
jagung baru memiliki gaya berkecambah yang lebih besar daripada
jagung lama, yaitu pada benih jagung baru sebesar 95,5 dan jagung
lama 64,25. Begitu pula dengan kedelai, benih kedelai baru memiliki
gaya berkecambah yang lebih tinggi daripada benih jagung lama, yaitu
84, sedangkan benih kedelai lama gaya berkecambahnya sebesar 64.
Perbedaan yang ditunjukkan oleh gaya berkecambah ini signifikan
karena perbedaannya yang cukup jauh antara benih umur simpan lama
(2012) dengan yang baru (2014). Dari hasil ini dapat diketahui bahwa
lama umur simpan benih mempengaruhi gaya berkecambah dari benih
tersebut.
Gambar
3. Diagram pie daya tumbuh jagung baru metode between
paper
Bibit
dikatakan bibit atau kecambah normal apabila benih tersebut memiliki
struktur yang lengkap serta mengalami perkembangan yang baik, baik
perkembangan akar, batang, daun maupun alat-alat reproduksinya,
sedangkan bibit yang abnormal yaitu benih yang sudah berkecambah
namun tidak memenuhi syarat normal. Benih mati adalah benih yang
busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah waktu yang
ditentukan tetapi tidak dalam keadaan dorman. Benih segar tidak
tumbuh adalah benih yang dapat menyerap air namun tidak tumbuh. Benih
keras adalah benih yang tidak dapat menyerap air. Benih segar tidak
tumbuh adalah benih yang dapat menyerap air namun tetap tidak tumbuh.
Berdasarkan hasil yang diperoleh, Gambar 3. menunjukkan bahwa
sebanyak 88% benih pada jagung baru merupakan bibit normal, 5% benih
mati, 5,5% bibit abnormal, serta 1,5% untuk benih segar tidak tumbuh
dan 0% benih keras. Benih jagung yang mati dapat disebabkan karena
terdapat jamur yang tumbuh di benih. Hal ini bisa disebabkan karena
linkungan yang terlalu lembab dan karena saat meletakkan benih ke
dalam petridish keadaannya tidak steril. Hasil yang ditunjukkan daya
tumbuh benih jagung baru dengan metode between
paper baik
karena bibit atau kecambah normal yang tumbuh sebesar 88%. Sehingga
gambaran benih untuk kenyataan di lapangan cukup baik.
Gambar
4. Diagram pie daya tumbuh jagung lama metode between
paper
Berdasarkan
Gambar 4. Dapat diketahui bahwa jagung lama pada saat pengujian daya
tumbuh dengan between
paper
yaitu bibit normal sebesar 50,75%, benih abnormal sebesar 14%, benih
mati sebesar 33,5%, benih segar tidak tumbuh 5,5%, dan benih keras
sebesar 0,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pada jagung lama pertumbuhan
kecambahnya kurang baik karena hanya sedikit bibit atau kecambah
normal yang dihasilkan (50,75%), dan banyaknya benih yang mati yang
melebihi setengah dari bibit normal yang tumbuh. Selain itu bibit
abnormalnya juga cukup besar bila dilihat secara keseluruhan, yaitu
14%.
Dari
perbandingan jagung benih lama dan baru terlihat perbedaan yang
signifikan, karena jumlah bibit normal yang tumbuh pada jagung baru
sebesar 88% dan jagung lama sebesar 50,75%, serta persentase benih
mati pada jagung lama memiliki perbedaan yang besar dengan benih
jagung baru, yaitu 33,5% sedangkan benih jagung baru yang mati
sebesar 5%. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan umur jagung
lama (2012) dan jagung baru (2014), selain itu dapat disebabkan juga
karena pada jagung lama sudah mengalami penyimpanan yang bila terlalu
lama berdampak pada kondisi fisik maupun khemis benih., karena
kondisi lingkungan tempat penyimpanan benih dapat mempengaruhi
kondisi fisik dan khemis di dalam benih. Jika ruang simpan benih
suhunya terlalu tinggi dapat menyebabkan benih kehilangan air terlalu
banyak dan kondisi fisik benih kering sehingga banyak air yang
dibutuhkan jika ingin tumbuh dan jika pemberian air antara benih lama
dan baru sama banyak maka benih baru akan tumbuh lebih banyak dan
lebih cepat dibandingkan dengan benih lama meskipun pada pengujian
benih jagung ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Gambar
5. Diagram pie daya tumbuh kedelai baru metode between
paper
Gambar
5. menunjukkan bahwa daya tumbuh kedelai baru dengan metode between
paper
dihasilkan bibit normal sebesar 79,5%, bibit abnormal sebesar 11,75%,
benih segar tidak tumbuh 3,75%, benih mati sebesar 4%, serta benih
keras 1%. Hal ini menunjukkan bahwa bibit normal yang memiliki
struktur lengkap dan berkembang dengan baik dihasilkan dari benih
kedelai baru cukup banyak. Bibit abnormal dapat ditunjukkan dengan
perkecambahan yang tidak memenuhi syarat normal seperti kerdil,
kecambahnya berbentuk tidak seperti normal pada umumnya, dan
sebagainya. Benih segar tidak tumbuh dapat dikarenakan dormansi,
sedangkan benih mati dapat dikarenakan jamur karena keadaan yang
kurang steril atau tidak mendukung. Benih keras karena tidak bisa
menyerap air.
Gambar
6. Diagram pie daya tumbuh kedelai lama metode between
paper
Berdasarkan
Gambar 6. dapat diketahui bahwa pada benih kedelai lama bibit normal
sebesar 64%, bibit abnormal 5,5%, benih mati 23,25%, benih segar
tidak tumbuh 5,25%, serta benih keras sebesar 2%. Hal ini menunjukkan
bahwa pada kedelai lama tingkat kematian benih cukup besar
dibandingkan dengan benih kedelai baru. Benih kedelai yang mati
kebanyakan karena terdapat jamur yang tumbuh di benih. Hal ini bisa
disebabkan karena linkungan yang terlalu lembab dan karena saat
meletakkan benih ke dalam petridish keadaannya tidak steril, serta
karena faktor lama umur simpan benih.
Bibit
normal yang dihasilkan dari benih kedelai lama lebih sedikit
dibandingkan dengan kedelai baru yang cukup signifikan yaitu kedelai
lama 64% dan kedelai baru 79,5%. Pada benih baru maupun lama terdapat
benih segar tidak tumbuh, benih segar tak tumbuh ini bisa disebabkan
oleh karena dormansi. Hal ini dapat terjadi karena benih lama sudah
tidak segar dan sudah mengalami berbagai akibat dari penyimpanan yang
terlalu lama. Kondisi lingkungan tempat penyimpanan benih juga
mempengaruhi kondisi fisik dan khemis di dalam benih. Jika ruang
simpan benih suhunya terlalu tinggi dapat menyebabkan benih
kehilangan air terlalu banyak dan kondisi fisik benih kering sehingga
banyak air yang dibutuhkan jika ingin tumbuh dan jika pemberian air
antara benih lama dan baru sama banyak maka benih baru akan tumbuh
lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan benih lama.
Berdasarkan
hasil yang diperoleh dari praktikum ini dapat diketahui bahwa benih
lama dan benih baru memiliki perbedaan pada gaya berkecambah/ daya
tumbuh benih tersebut. Hal tersbeut dapat terjadi karena umur simpan
yang lebih lama dan kondisi penyimpanan dapat mempengaruhi kondisi
fisik maupun khemis pada benih. Dapat diketahui pula daya tumbuh yang
lebih baik adalah benih yang baru. Pada benih yang baru ditunjukkan
dengan semakin banyaknya bibit atau kecambah normal yang tumbuh.
Tabel
2. Data analisis kedelai
Metode
|
Umur
|
||
Lama | baru | Rerata | |
Top
|
0.12738
|
0.10943
|
0.10943
|
Between
|
0.12738
|
0.11279
|
0.11279
|
Sand
|
0.10836
|
0.10017
|
0.104265
|
Tetra
|
0.18765
|
0.12211
|
0.12211
|
Rerata
|
0.10836
|
0.111125
|
(+)
|
Berdasarkan
Tabel 2. dapat diketahui bahwa pada metode top
paper benih
lama kedelai (0,12738) dan benih kedelai baru (0,10943) memiliki
hasil yang tidak beda nyata. Pada metode between
paper benih
lama kedelai (0,12738) dan benih kedelai baru (0,11279) memiliki
hasil yang tidak beda nyata pula. Begitu juga pada metode sand
test benih
lama kedelai (0,10836) dan benih kedelai baru (0,10017) memiliki
hasil yang tidak beda nyata, sedangkan pada metode tetrazolium
test benih
lama kedelai (0,18765) dan benih kedelai baru (0,12211) memiliki
hasil yang berbeda nyata. Bila hasil menunjukkan beda nyata berarti
ada pengaruh dari perlakuan metode tersebut terhadap umur benih. Bila
hasil menunjukkan tidak ada beda nyata berarti tidak ada pengaruh
yang signifikan dari perlakuan metode terhadap benih dengan umur yang
berbeda.
Tabel
3. Data analisis jagung
Metode
|
Umur
|
||
Lama | Baru | Rerata | |
Top |
0.12872
|
0.10268
|
0.1157
|
Between |
0.28821
|
0.10716
|
0.197685
|
Sand |
0.10939
|
0.10017
|
0.10478
|
Tetra |
0.25175
|
0.13351
|
0.19263
|
Rerata |
0.194518
|
0.11088
|
(-)
|
Data
analisis jagung yang ditunjukkan dengan Tabel 3. menunjukkan bahwa
pada tiap metode tidak ada beda nyata. Antara metode top
paper, between paper, sand test, dan
tetrazolium
test
mempunyai hasil yang tidak beda nyata. Pada metode top
paper benih
jagung lama bernilai sebesar 0.12872 dan benih jagung baru bernilai
sebesar 0,10268. Pada metode between
paper
benih lamanya bernilai 0,28821 dan benih jagung baru bernilai
0,10716. Pada metode sand
test benih
lamanya bernilai sebesar 0,10939 dan benih baru sebesar 0,10017, dan
pada metode sand
test diperoleh
hasil pada benih lamanya sebesar 0,25175 serta benih baru sebesar
0,13351.
Duncan Grouping
Mean N plk
A
0.18765 4 tetlama
B
0.12738 4 Toplama
B
B
0.12738 4 betlama
B
C
B 0.12211 4 tetbaru
C
B
C
B 0.11279 4 betbaru
C
B
C
B 0.10943 4 Topbaru
C
B
C
B 0.10836 4 sanlama
C
C
0.10017 4 sanbaru
Hasil
analisis jagung
Untuk
rules sama kayak analisis yang kedelai
Duncan
Grouping Mean N plk
A
0.28821 4 betlama
A
A
0.25175 4 tetlama
A
A
0.13351 4 tetbaru
A
A
0.12872 4 Toplama
A
A
0.10939 4 sanlama
A
A
0.10716 4 betbaru
A
A
0.10268 4 Topbaru
A
A
0.10017 4 sanbaru
- KESIMPULAN
- Pengujian daya tumbuh benih dapat dilakukan dengan metode di atas kertas (top paper), metode di antara kertas (between paper), metode pasir (sand test), dan uji cepat viabilitas (tetrazolium test).
- Umur simpan benih mempengaruhi perkecambahan, perkecambahan pada benih baru menghasilkan bibit normal lebih banyak daripada benih lama.
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, L.O. 1976.
Principles of Seed and Technology. Burgess Publishing Company.
Minnesota.
Halmer,
P. 1987. Technical and Commercial Aspects of Seed Pelleting and Film
Coating. British Crop Protection Council, Thorton Heath.
Harjadi,
S.S. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Nurussintani,
W., Damanhuri, dan S.L. Purnamaningsih. 2013. Perlakuan pematahan
dormansi terhadap daya tumbuh benih 3 varietas kacang tanah (Arachis
hypogaea).
Jurnal Produksi Tanaman 1(1) : 86-93.
Rejesus,
B.M. 2008. Stored Product Pest Problems and Research Needs in the
Philippines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored
Procuct, Bogor.
Ryoo,
M.I. and H.Q. Cho. 2002. Feeding and oviposition preference and
demography of rice weevil. Entomol 21: 549-555.
Siregar, H. dan N.W.
Utami. 2004. Perkecambahan
biji
Kenari Babi
(Canarium
decumanum Gaertn.).
Jurnal
Kebun
Raya Indonesia 1 :25-29.
Sudikno,
T. S. 1977. Teknologi Benih.Yayasan Pembina Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar