Rabu, 06 April 2016

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR TEKNOLOGI BENIH ACARA III PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH










Disusun Oleh :
Nama :
NIM : 13390
Golongan : C1
Prodi : Pemuliaan Tanaman
Asisten : Mahfud


LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
PENGUJIAN DAYA TUMBUH BENIH
ABSTRAKSI
Praktikum Teknologi Benih Acara III dengan judul Pengujian Daya Tumbuh Benih dilaksanakan pada 23 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Tujuan praktikum ini adalah untuk menguji daya tumbuh berbagai macam benih tanaman, mengidentifikasi kecambah/ bibit normal dan abnormal, serta menguji perbedaan daya tumbuh benih yang memiliki perbedaan umur simpan. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kedelai (Glycine max), benih jagung (Zea mays), larutan tertazolium, kapas, kertas saring, kertas merang/ cidi blotter, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri, bak perkecambahan, pinset, germinator, scalpel, gelas beker, dan gelas ukur. Cara kerja praktikum ini dengan menggunakan 4 metode, yaitu metode di atas kertas (Top Paper), metode di antara kertas (Between paper), metode pasir (Sand Test), dan uji cepat viabilitas (Tetrazolium Test). Pengujian daya tumbuh benih dapat dilakukan dengan metode di atas kertas (top paper), metode di antara kertas (between paper), metode pasir (sand test), dan uji cepat viabilitas (tetrazolium test). Untuk mengidentifikasi kecambah atau bibit normal dan abnormal menggunakan metode between paper. Umur simpan benih mempengaruhi perkecambahan, perkecambahan pada benih baru menghasilkan bibit normal lebih banyak daripada benih lama. signifikan.Kata kunci : Top Paper, Between Paper, Sand Test, Tetrazolium Test, Daya Tumbuh Benih
  1. PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang
Benih merupakan faktor penting dalam kegiatan budidaya pertanian. Benih yang berkualitas dapat menguntungkan, serta meningkatkan produktivitas. Sehingga perlu dilakukan pengujian daya tumbuh dari benih. Daya tumbuh sendiri merupakan munculnya unsur-unsur utama dari lembaga dari suatu benih yang diuji yang menunjukkan kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman normal apabila ditanam pada lingkungan yang sesuai bagi benih tersebut. Pengujian daya tumbuh benih bertujuan untuk mendapatkan gambaran/ keterangan dari benih yang diuji mendekati kenyataan di lapangan.
Benih yang baik akan mengahsilkan bibit/ kecambah yang normal, sedangkan benih yang kualitasnya kurang akan menghasilkan bibit atau kecambah yang abnormal. Benih abnormal ditunjukkan dengan perkecambahan yang tumbuhnya tidak memenuhi syarat kecambah normal. Dari benih yang diuji pun dapat diperoleh benih mati/ berjamur, benih segar tidak tumbuh, serta benih keras yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Sehingga pengujian daya tumbuh benih penting dilakukan agar dapat diketahui gambaran dari benih yang mendekati kenyataan kondisi di lapangan.


  1. Tujuan
  1. Menguji daya tumbuh berbagai macam benih tanaman.
  2. Mengidentifikasi kecambah/ bibit normal dan abnormal.
  3. Menguji perbedaan daya tumbuh benih yang memiliki perbedaan umur simpan.
  1. TINJAUAN PUSTAKA
Perkecambahan (germination) merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa penting yang terjadi sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh, tergantung pada viabilitas benih. Kondisi lingkungan yang cocok dan pada beberapa tanaman, tergantung pada usaha pemecahan dormansi. Viabilitas benih menunjuk pada persentase benih yang akan menyelesaikan perkecambahan, kecepatan (speed) perkecambahan, dan vigor akhir dari kecambah-kecambah yang baru berkecambah. Viabilitas partai benih dapat ditentukan dengan prosedur pengujian yang telah dibakukan (Harjadi, 1993).
Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, lalu menghitung presentase daya berkecambahnya. Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode tertentu. Tujuan dari pengujian daya berkecambah adalah memperoleh informasi nilai penanaman benih dilapangan, membandingkan kualitas benih antar seed lot (kelompok benih), menduga storabilitas (daya simpan) benih, dan memenuhi apakah nilai daya berkecambah benih telah memenuhi peraturan yang berlaku (Siregar dan Utami, 2004).
Pengujian benih adalah suatu usaha untuk mengevaluasi kualitas benih tanaman budidaya dengan tujuan tertentu dalam pertanian dan juga digunakan untuk menentukan kualitas biji rumput, bunga maupun tanaman kayu. Dalam pengujian untuk sertifikasi benih diperlukan alat-alat yang mempunyai kegunaan dan cara menggunakan yang berbeda-beda, sehingga perlu pengenalan tentang bentuk, fungsi dan cara penggunaannya. Dengan mengetahui fungsi dan cara penggunaannya maka akan menekan kerugian akibat pengujian benih misalnya kesalahan dalam menggunakan alat akan mengakibatkan diperoleh hasil yang tidak sesuai (Copeland, 1976).
Benih yang digunakan dalam budidaya tanaman dituntut yang bermutu tinggi, yaitu sehat dan bersih, sebab benih harus mampu menghasilkan tanaman yang berproduksi optimum dengan sarana teknologi yang maju. Petani sering mengalami kerugian baik biaya maupun waktu akibat penggunaan benih yang kurang baik. Karena kita beritikad hendak melindungi petani dari kegagalan benih maka pengujian benih perlu dilakukan. Salah satu faktor yang mengukur kualitas benih adalah persentase perkecambahan (Halmer, 1987).
Benih yang tidak berkecambah adalah benih yang tidak berkecambah sampai akhir masa pengujian, yang digolongkan menjadi benih segar tidak tumbuh, benih keras, dan benih mati. Benih segar tidak tumbuh adalah benih, selain benih keras, yang gagal berkecambah namun tetap baik dan sehat dan mempunyai potensi untuk tumbuh menjadi kecambah normal. Benih dapat menyerap air, sehingga dapat terlihat benih tampak mengembang. Namun tidak ada pemunculan struktur penting dari perkecambahan benih. Dan jika waktu penyemaian diperpanjang benih akan tumbuh normal. Benih keras adalah benih yang tetap keras sampai akhir masa pengujian. Benih tersebut tidak mampu menyerap air terlihat dari besarnya benih tidak mengembang, dan jika dibandingkan dengan benih segar tidak tumbuh ukuran benih keras lebih kecil. Hal ini disebabkan karena kulit benih yang impermeabel terhadap gas dan air. Benih mati adalah benih yang sampai pada akhir masa pengujian tidak keras, tidak segar, dan tidak berkecambah. Benih mati dapat dilihat dari keadaan benih yang telah membusuk, warna benih terlihat agak kecoklatan. Hal ini disebabkan karena adanya penyakit primer yang menyerang benih. Disebabkan karena pada saat kultur teknis dilepangan tanaman yang menajdi induk talah terserang hama dan penyakit sehingga pada benih tersebut berpotensi membawa penyakit dari induknya (Ryoo and Cho, 2002).
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal. Kecambah di bawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal adalah kecambah rusak (kecambah yang struktur pentingnya hilang atau rusak berat. Plumula atau radikula patah atau tidak tumbuh). Kecambah cacat atau tidak seimbang adalah kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur pentingnya cacat atau tidak proporsional. Plumula atau radikula tumbuh tidak semestinya yaitu plumula tumbuh membengkok atau tumbuh kebawah, sedangkan radikula tumbuh sebaliknya. Kecambah lambat adalah kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah pada benih abnormal ukurannya lebih kecil (Rejesus, 2008). Benih ada yang belum berkecambah karena dormansi. Peristiwa dormansi menimbulkan beberapa kerugian seperti pertumbuhan yang tidak serempak dan mengganggu ketepatan ketersediaan benih saat musim tanam (Nurissintani dkk, 2013)


  1. METODOLOGI
Praktikum Teknologi Benih Acara III yaitu Pengujian Daya Tumbuh dilaksanakan pada tanggal 23 Maret 2015 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan-bahan yang digunakan meliputi benih kedelai (Glycine max), benih jagung (Zea mays), larutan tertazolium, kapas, kertas saring, kertas merang/ cidi blotter, air, dan pasir. Adapun alat-alat yang digunakan yaitu cawan petri, bak perkecambahan, pinset, germinator, scalpel, gelas beker, dan gelas ukur.
Cara kerja dalam pengujian daya tumbuh benih terdapat 4 metode, yaitu metode di atas kertas (top paper), metode di antara kertas (between paper), metode pasir, dan uji cepat viabilitas (Tetrazolium Test). Untuk metode di atas kertas (top paper) pertama-tama disiapkan benih jagung dan kedelai dan masing-masing diambil 100 benih sebanyak 4 ulangan. Kemudian 100 benih dikecambahakan dalam cawan petri yang telah diberi alas kapas dan kertas filter dan disiram dengan air sampai basah. Selanjutnya benih dikecambahkan selama 7 hari, kemudian diamati setiap hari dan dihitung benih yang berkecambah secara normal. Kriteria benih dianggap telah berkecambah adalah akar telah keluar sepanjang 1 cm. lalu daya tumbuh benih dihitung. Pada metode antar kertas (between paper), benih jagung dan kedelai masing-masing diambil 100 benih sebanyak 4 ulangan. Kemudian 2 lembar kertas cidi blotter diambil lalu dibasahi dan dibentangkan. Benih diatur yang antar barisnya saling berselang dan diatur tidak melebihi 2/3 bagian kertas perkecambahan. Setelah semua benih ditata, benih ditutup dengan selembar kertas cidi blotter basah. Sepertiga bagian kertas yang tidak terisi benih ditangkupkan ke atas, kemudian digulung. Kemudian gulungan ditata dalam germinator dengan kedudukan berdiri, yaitu ujung kertas berada di bagian atas. Benih dikecambahkan selama 7 hari, lalu diamati/ diidentifikasi kecambah yang menjadi bibit normal, bibit abnormal, benih keras, benih segar to=idak tumbuh, dan benih mati. Selanjutnya daya tumbuh benih/ bibit dihitung berdasarkan jumlah bibit normal. Pada metode dalam pasir, benih jagung dan kedelai masing-masing diambil 100 benih sebanyak 4 ulangan. Kemudian bak berisi pasir disiapkan dan 100 benih disusun di dalamnya, lalu ditutup dengan pasir setebal 1-2 cm dan disiram dengan air, serta media pasir dijaga selalu lembab. Selama 14 hari benih dikecambahkan, lalu pada hari ke-7 benih yang berkecambah diamati atau diidentifikasi. Selanjutnya daya benih dihitung. Pada metode Tetrazolium test benih jagung dan kedelai disiapkan sebanyak 100 butir untuk 4 ulangan. Benih yang akan diuji direndam dalam air selama 10 jam dalam suhu ruang, lau ditiriskan. Benih yang sudah direndam kemudian dibelah secara longitudinal sampai ¼ bagian endosperm. Kemudian larutan 0,1% dari 2,3,5 triphenyl tetrazolium chloride disiapkan. Kemudian benih direndam dalam larutan tetrazolium selama 2 jam di suhu ruang. Evaluasi dimulai apabila reaksi pengecatan sudah selesai. Kemudian larutan tetrazolium diganti dengan aquades. Benih yang hidup/ viable dan yang mati/ non viable dipisahkan. Benih hidup ditandai dengan embrio yang berwarna merah merata, sedangkan benih mati ditandai dengan embrio yang masih berwarna putih. Selanjutnya persentase benih viable dan non viable nya dihitung.


  1. HASIL DAN PEMBAHASAN
  1. Hasil
Tabel 1. Gaya berkecambah (%)
metode
kedelai baru
kedelai lama
jagung baru
jagung lama
top
84.5
64
95.5
64.25
between
79.5
64
69.75
69
pasir
100
85.5
100
86
tetrazolium
69
31
64
20

  1. Pembahasan
Benih merupakan faktor penting dalam budidaya pertanian dan seluruh kegiatan pertanian. Sehingga pengujian daya tumbuh, identifikasi kecambah normal dan abnormal, serta pengujian perbedaan daya tumbuh benih dengan perbedaan umur simpan perlu dilakukan agar diketahui gambaran benih untuk lapangan. Pengujian daya tumbuh digunakan untuk mendapatkan gambaran pertumbuhan dari benih yang diuji, yang mendekati kenyataan di lapangan. Benih dinyatakan tumbuh kalau mengeluarkan unsur-unsur utama dari lembaga, yaitu akar, tunas, akar dan tunas. Yang dimaksudkan dengan daya tumbuh atau gaya berkecambah ialah jumlah benih yang berkecambah dari sejumlah benih pada jangka waktu yang telah ditentukan, dinyatakan dalam persen (Sudikno, 1977).

Gambar 1. Histogram persentase daya tumbuh
Dari pengamatan, diperoleh hasil yang ditunjukkan dengan Gambar 1. yaitu histogram persentase daya tumbuh dengan metode top paper, between paper, tetrazolium test, sand test, yang dari gambar tersebut dapat diketahui bahwa metode yang paling sesuai adalah metode pasir (sand test). Hal ini dapat disebabkan karena pada media pasir lingkungannya lebih mendukung daripada metode yang lain karena di luar mendapatkan sinar matahari yang lebih intensif, pengairan yang lebih cukup karena sering terkena hujan, dan sebagainya. Metode yang hasilnya paling rendah adalah tetrazolium test yang digunakan untuk mengetahui benih tersebut viable atau non viable. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pengecatan pada saat praktikum yang kurang lama (belum 10 jam), serta pengamatan yang kurang akurat karena pengamatannya dengan visualisasi yang tiap orang memiliki persepsi berbeda mengenai warna yang mengenai embrio benih tersebut, dan sebagainya.


Gambar 2. Histogram gaya berkecambah
Berdasarkan Gambar 2. dapat diketahui bahwa gaya berkecambah dari tanaman dengan benih baru dan benih lama dari tanaman jagung ditunjukkan bahwa jagung baru memiliki gaya berkecambah yang lebih besar daripada jagung lama, yaitu pada benih jagung baru sebesar 95,5 dan jagung lama 64,25. Begitu pula dengan kedelai, benih kedelai baru memiliki gaya berkecambah yang lebih tinggi daripada benih jagung lama, yaitu 84, sedangkan benih kedelai lama gaya berkecambahnya sebesar 64. Perbedaan yang ditunjukkan oleh gaya berkecambah ini signifikan karena perbedaannya yang cukup jauh antara benih umur simpan lama (2012) dengan yang baru (2014). Dari hasil ini dapat diketahui bahwa lama umur simpan benih mempengaruhi gaya berkecambah dari benih tersebut.
Gambar 3. Diagram pie daya tumbuh jagung baru metode between paper


Bibit dikatakan bibit atau kecambah normal apabila benih tersebut memiliki struktur yang lengkap serta mengalami perkembangan yang baik, baik perkembangan akar, batang, daun maupun alat-alat reproduksinya, sedangkan bibit yang abnormal yaitu benih yang sudah berkecambah namun tidak memenuhi syarat normal. Benih mati adalah benih yang busuk sebelum berkecambah atau tidak tumbuh setelah waktu yang ditentukan tetapi tidak dalam keadaan dorman. Benih segar tidak tumbuh adalah benih yang dapat menyerap air namun tidak tumbuh. Benih keras adalah benih yang tidak dapat menyerap air. Benih segar tidak tumbuh adalah benih yang dapat menyerap air namun tetap tidak tumbuh. Berdasarkan hasil yang diperoleh, Gambar 3. menunjukkan bahwa sebanyak 88% benih pada jagung baru merupakan bibit normal, 5% benih mati, 5,5% bibit abnormal, serta 1,5% untuk benih segar tidak tumbuh dan 0% benih keras. Benih jagung yang mati dapat disebabkan karena terdapat jamur yang tumbuh di benih. Hal ini bisa disebabkan karena linkungan yang terlalu lembab dan karena saat meletakkan benih ke dalam petridish keadaannya tidak steril. Hasil yang ditunjukkan daya tumbuh benih jagung baru dengan metode between paper baik karena bibit atau kecambah normal yang tumbuh sebesar 88%. Sehingga gambaran benih untuk kenyataan di lapangan cukup baik.
Gambar 4. Diagram pie daya tumbuh jagung lama metode between paper
Berdasarkan Gambar 4. Dapat diketahui bahwa jagung lama pada saat pengujian daya tumbuh dengan between paper yaitu bibit normal sebesar 50,75%, benih abnormal sebesar 14%, benih mati sebesar 33,5%, benih segar tidak tumbuh 5,5%, dan benih keras sebesar 0,25%. Hal ini menunjukkan bahwa pada jagung lama pertumbuhan kecambahnya kurang baik karena hanya sedikit bibit atau kecambah normal yang dihasilkan (50,75%), dan banyaknya benih yang mati yang melebihi setengah dari bibit normal yang tumbuh. Selain itu bibit abnormalnya juga cukup besar bila dilihat secara keseluruhan, yaitu 14%.
Dari perbandingan jagung benih lama dan baru terlihat perbedaan yang signifikan, karena jumlah bibit normal yang tumbuh pada jagung baru sebesar 88% dan jagung lama sebesar 50,75%, serta persentase benih mati pada jagung lama memiliki perbedaan yang besar dengan benih jagung baru, yaitu 33,5% sedangkan benih jagung baru yang mati sebesar 5%. Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan umur jagung lama (2012) dan jagung baru (2014), selain itu dapat disebabkan juga karena pada jagung lama sudah mengalami penyimpanan yang bila terlalu lama berdampak pada kondisi fisik maupun khemis benih., karena kondisi lingkungan tempat penyimpanan benih dapat mempengaruhi kondisi fisik dan khemis di dalam benih. Jika ruang simpan benih suhunya terlalu tinggi dapat menyebabkan benih kehilangan air terlalu banyak dan kondisi fisik benih kering sehingga banyak air yang dibutuhkan jika ingin tumbuh dan jika pemberian air antara benih lama dan baru sama banyak maka benih baru akan tumbuh lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan benih lama meskipun pada pengujian benih jagung ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Gambar 5. Diagram pie daya tumbuh kedelai baru metode between paper
Gambar 5. menunjukkan bahwa daya tumbuh kedelai baru dengan metode between paper dihasilkan bibit normal sebesar 79,5%, bibit abnormal sebesar 11,75%, benih segar tidak tumbuh 3,75%, benih mati sebesar 4%, serta benih keras 1%. Hal ini menunjukkan bahwa bibit normal yang memiliki struktur lengkap dan berkembang dengan baik dihasilkan dari benih kedelai baru cukup banyak. Bibit abnormal dapat ditunjukkan dengan perkecambahan yang tidak memenuhi syarat normal seperti kerdil, kecambahnya berbentuk tidak seperti normal pada umumnya, dan sebagainya. Benih segar tidak tumbuh dapat dikarenakan dormansi, sedangkan benih mati dapat dikarenakan jamur karena keadaan yang kurang steril atau tidak mendukung. Benih keras karena tidak bisa menyerap air.
Gambar 6. Diagram pie daya tumbuh kedelai lama metode between paper
Berdasarkan Gambar 6. dapat diketahui bahwa pada benih kedelai lama bibit normal sebesar 64%, bibit abnormal 5,5%, benih mati 23,25%, benih segar tidak tumbuh 5,25%, serta benih keras sebesar 2%. Hal ini menunjukkan bahwa pada kedelai lama tingkat kematian benih cukup besar dibandingkan dengan benih kedelai baru. Benih kedelai yang mati kebanyakan karena terdapat jamur yang tumbuh di benih. Hal ini bisa disebabkan karena linkungan yang terlalu lembab dan karena saat meletakkan benih ke dalam petridish keadaannya tidak steril, serta karena faktor lama umur simpan benih.
Bibit normal yang dihasilkan dari benih kedelai lama lebih sedikit dibandingkan dengan kedelai baru yang cukup signifikan yaitu kedelai lama 64% dan kedelai baru 79,5%. Pada benih baru maupun lama terdapat benih segar tidak tumbuh, benih segar tak tumbuh ini bisa disebabkan oleh karena dormansi. Hal ini dapat terjadi karena benih lama sudah tidak segar dan sudah mengalami berbagai akibat dari penyimpanan yang terlalu lama. Kondisi lingkungan tempat penyimpanan benih juga mempengaruhi kondisi fisik dan khemis di dalam benih. Jika ruang simpan benih suhunya terlalu tinggi dapat menyebabkan benih kehilangan air terlalu banyak dan kondisi fisik benih kering sehingga banyak air yang dibutuhkan jika ingin tumbuh dan jika pemberian air antara benih lama dan baru sama banyak maka benih baru akan tumbuh lebih banyak dan lebih cepat dibandingkan dengan benih lama.
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari praktikum ini dapat diketahui bahwa benih lama dan benih baru memiliki perbedaan pada gaya berkecambah/ daya tumbuh benih tersebut. Hal tersbeut dapat terjadi karena umur simpan yang lebih lama dan kondisi penyimpanan dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun khemis pada benih. Dapat diketahui pula daya tumbuh yang lebih baik adalah benih yang baru. Pada benih yang baru ditunjukkan dengan semakin banyaknya bibit atau kecambah normal yang tumbuh.
Tabel 2. Data analisis kedelai
Metode
Umur
Lama baru Rerata
Top
0.12738
0.10943
0.10943
Between
0.12738
0.11279
0.11279
Sand

0.10836
0.10017
0.104265
Tetra
0.18765
0.12211
0.12211
Rerata
0.10836
0.111125
(+)




Berdasarkan Tabel 2. dapat diketahui bahwa pada metode top paper benih lama kedelai (0,12738) dan benih kedelai baru (0,10943) memiliki hasil yang tidak beda nyata. Pada metode between paper benih lama kedelai (0,12738) dan benih kedelai baru (0,11279) memiliki hasil yang tidak beda nyata pula. Begitu juga pada metode sand test benih lama kedelai (0,10836) dan benih kedelai baru (0,10017) memiliki hasil yang tidak beda nyata, sedangkan pada metode tetrazolium test benih lama kedelai (0,18765) dan benih kedelai baru (0,12211) memiliki hasil yang berbeda nyata. Bila hasil menunjukkan beda nyata berarti ada pengaruh dari perlakuan metode tersebut terhadap umur benih. Bila hasil menunjukkan tidak ada beda nyata berarti tidak ada pengaruh yang signifikan dari perlakuan metode terhadap benih dengan umur yang berbeda.
Tabel 3. Data analisis jagung
Metode
Umur
Lama Baru Rerata
Top
0.12872
0.10268
0.1157
Between
0.28821
0.10716
0.197685
Sand
0.10939
0.10017
0.10478
Tetra
0.25175
0.13351
0.19263
Rerata
0.194518
0.11088
(-)
Data analisis jagung yang ditunjukkan dengan Tabel 3. menunjukkan bahwa pada tiap metode tidak ada beda nyata. Antara metode top paper, between paper, sand test, dan tetrazolium test mempunyai hasil yang tidak beda nyata. Pada metode top paper benih jagung lama bernilai sebesar 0.12872 dan benih jagung baru bernilai sebesar 0,10268. Pada metode between paper benih lamanya bernilai 0,28821 dan benih jagung baru bernilai 0,10716. Pada metode sand test benih lamanya bernilai sebesar 0,10939 dan benih baru sebesar 0,10017, dan pada metode sand test diperoleh hasil pada benih lamanya sebesar 0,25175 serta benih baru sebesar 0,13351.


Duncan Grouping Mean N plk
A 0.18765 4 tetlama
B 0.12738 4 Toplama
B
B 0.12738 4 betlama
B
C B 0.12211 4 tetbaru
C B
C B 0.11279 4 betbaru
C B
C B 0.10943 4 Topbaru
C B
C B 0.10836 4 sanlama
C
C 0.10017 4 sanbaru
Hasil analisis jagung
Untuk rules sama kayak analisis yang kedelai
Duncan Grouping Mean N plk
A 0.28821 4 betlama
A
A 0.25175 4 tetlama
A
A 0.13351 4 tetbaru
A
A 0.12872 4 Toplama
A
A 0.10939 4 sanlama
A
A 0.10716 4 betbaru
A
A 0.10268 4 Topbaru
A
A 0.10017 4 sanbaru






  1. KESIMPULAN
  1. Pengujian daya tumbuh benih dapat dilakukan dengan metode di atas kertas (top paper), metode di antara kertas (between paper), metode pasir (sand test), dan uji cepat viabilitas (tetrazolium test).
  2. Untuk mengidentifikasi kecambah atau bibit normal dan abnormal menggunakan metode between paper.
  3. Umur simpan benih mempengaruhi perkecambahan, perkecambahan pada benih baru menghasilkan bibit normal lebih banyak daripada benih lama.


DAFTAR PUSTAKA
Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed and Technology. Burgess Publishing Company. Minnesota.
Halmer, P. 1987. Technical and Commercial Aspects of Seed Pelleting and Film Coating. British Crop Protection Council, Thorton Heath.
Harjadi, S.S. 1993. Pengantar Agronomi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Nurussintani, W., Damanhuri, dan S.L. Purnamaningsih. 2013. Perlakuan pematahan dormansi terhadap daya tumbuh benih 3 varietas kacang tanah (Arachis hypogaea). Jurnal Produksi Tanaman 1(1) : 86-93.
Rejesus, B.M. 2008. Stored Product Pest Problems and Research Needs in the Philippines. Proceeding of Biotrop Symposium on Pest of Stored Procuct, Bogor.
Ryoo, M.I. and H.Q. Cho. 2002. Feeding and oviposition preference and demography of rice weevil. Entomol 21: 549-555.
Siregar, H. dan N.W. Utami. 2004. Perkecambahan biji Kenari Babi (Canarium decumanum Gaertn.). Jurnal Kebun Raya Indonesia 1 :25-29.
Sudikno, T. S. 1977. Teknologi Benih.Yayasan Pembina Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.


­­­


LAMPIRAN


Tidak ada komentar:

Posting Komentar