Selasa, 26 April 2016

PASCA PANEN ACARA 9


Disusun oleh:
Nama      :Rizky Adi Pratama                  
NIM        :12897
Gol / Kel : C2 / 6
Asisten    : 1.Bella Vyatrisa
                               2.Bela Tri Wijayanti
                               3.Dhemas Adi Purwa
                   4.Istiklaliyah

LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015


I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
         Pemasaran merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis komoditas pertanian. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra komsumsi guna memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi konsumen serta memberikan keuntungan bagi produsen. Oleh karena itu,peranan pemasaran sangat penting dalam rangka meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna tempat dan nilai guna hak milik dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga pada komoditas pertanian (Limbong dan Sitorus, 1995)
       Seperti halnya komoditas hortikultura pada umumnya, peranan pemasaran pada komoditas sawo memberikan kontribusi penting mengingat sifat khusus dari hortikultura pada umunya seperti mudah busuk, mudah rusak, volumenious, produksinya bersifat musiman sementara konsumsinya sepanjang tahun.Sifat-sifat khusus tersebut menuntut adanya suatu perlakuan khusus berupa pengangkutan yang hati-hati, pengepakan yang baku dan baik, penyimpanan dengan suhu tertentu, dan berbagai cara pengawetan lain sehingga sawo dapat bertahan dalam waktu yang lama. Sementara itu konsumen menghendaki komoditas tersedia dekat dengan tempat mereka serta komoditas sawo dapat diperoleh sepanjang waktu dan dapat dikonsumsi dalam bentuk segar. Masing-masing keinginan produsen dan konsumen tersebut dapat dipenuhi dengan adanya suatu sistem pemasaran yang baik.Rantai pemasaran,penanganan pasca panen,kehilangan pasca panen komoditas hortikultura merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dan dimanajemen karena hal tersebut sangat berpengaruh pada harga,kualitas,dan kuantitas komoditas hortikultura pada tingkat produsen sampai tingkat konsumen.

B.Tujuan
1.Mengenal rantai perdagangan,penanganan pasca panen,dan kehilangan hasil komoditas sawo yang dialami selama proses pengangkutan hingga ke tangan konsumen.





II.TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran merupakan suatu proses sosial dan manajerial yang digunakan individu,rumah tangga,atau organisasi untuk memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka dengan cara menciptakan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain.Tujuan dari pemasaran adalah memenuhi kebutuhan individu maupun organisasi.Pemasaran memiliki langkah yang sistematis.Dalam melakukan pemasaran,hal yang harus diperhatikan ialah produk, harga, tempat,dan cara promosi(Simamora,2001).Pemasaran komoditas hortikultura merupakan proses penting yang dapat menentukan kuantitas dan kualitas produk hortikultura sampai pada konsumen.
Usaha komoditas hortikultura dapat dijadikan sumber akselerasi pertumbuhan sektor pertanian.Dari sisi permintaan,kenaikan jumlah penduduk,pendapatan,dan liberalisasi perdagangan merupakan faktor utama yang mempengaruhi permintaan.Kebutuhan masyarakat terhadap sayur-sayuran juga meningkat seiring kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan makanan alami.Selain perusahaan agribisnis,sifat khas produk hortikultura,yaitu mudah rusak,voluminous,dan harga yang fluktuatif.Pengusaha hortikultura juga mengalami masalah beragamnya tingkat permintaan produk dari yang tinggi hingga ke rendah(Kusumawaty dan Rasyid,2009).
Kehilangan pasca panen memiliki banyak pengertian.Pengertian tersebut meliputi kehilangan ekonomi,yaitu penurunan nilai jual karena perubahan bentuk fisik pada komoditas.Kehilangan secara kuantitatif yaitu kehilangan yang disebabkan penurunan berat  karena berkurangnya kadar air dan bahan kering karena respirasi.Kehilangan nutrisi seperti berkurangnya kandungan vitamin mineral dan gula. Penanganan pasca panen  yang baik dan benar dapat menekan kehilangan pasca panen dan menjaga kualitas nutrisi komoditas hortikultura(Sudheer dan Indira,2007).
Komoditas hortikultura yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai peluang pengembangan teknologi.Salah satu komoditas yang bernilai ekonomi tinggi adalah sawo.Adapun upaya yang dilaksanakan untuk  mendorong tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan, yaitu meliputi penumbuhan sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang sudah ada (Soleh, 1999 cit. Nopiana dan Balkis,2011).

Buah sawo merupakan buah yang memiliki persentase bagian buah sebesar 84 %.Buah tersebut bergizi tinggi.Salah satu kelemahan buah sawo adalah buah tersebut memiliki umur simpan yang cukup pendek.Selain itu,jumlah buah sawo yang diverifikasi oleh pengolah buah sangat sedikit.Hal tersebut disebabkan karena penanganan pasca panen yang kurang tepat sehingga dapat menyebabkan kualitas buah sawo tidak cukup baik untuk diolah(Rusdianto et al.,2009).

III.METODE PELAKSANAAN
Praktikum Rantai Pemasaran, Penanganan dan Kerusakan Pasca Panen dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda yaitu pasar induk, supermarket, dan pedagang eceran pada tanggal 10 Mei 2015.Peralatan yang digunakan,yaitu alat tulis dan kamera untuk dokumentasi.Bahan yang digunakan adalah materi cara pemasaran,penanganan,dan kerusakan komoditas sawo.
 Praktikum ini dilakukan dengan survei lapangan dan mengumpulkan data satu macam komoditas hortikultura,yaitu sawo. Data-data yang diambil antara lain:
1.      Macam varietas komoditas tersebut.
2.      Bagaimana komoditas sampai ke tangan penjual.
3.      Dengan apa komoditas diangkut.
4.      Bagaimana mengemas komoditas tersebut.
5.      Berapakah kehilangan hasil yang ada.
6.      Bagaimana dan seperti apa komoditas dijual kepada konsumen.
Hasil wawancara dari survei dibuat laporan kemudian dipresentasikan.








IV.HASIL
Hasil Survey Komoditas Buah Sawo
No.
Tempat
Rantai Pemasaran
Kehilangan Hasil Komoditas(%)
Varietas
1.
Pasar Induk
-
-
-
2.
Supermarket
-
-
-
3.
Pedagang Eceran
-
-
-

Keterangan
-  :Tidak menemukan pedagang buah sawo.
V.PEMBAHASAN
Pemasaran dapat didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan perpindahan barang-barang dan jasa dari produsen sampai konsumen dengan melalui proses pertukaran barang dengan uang atau jasa. Berdasarkan definisi tersebut, maka dapat di ambil kesimpulan bahwa tujuan akhir dari pemasaran adalah menempatkan barang –barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran yang di bangun berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).

Sebagian besar produsen tidak menjual barang mereka kepada pengguna akhir secara langsung di antara mereka terdapat sekelompok perantara yang melaksanakan beragam fungsi. Perantara ini membentuk saluran pemasaran (disebut juga saluran dagang atau saluran distribusi).Saluran pemasaran (marketing channels) adalah sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi.Beberapa perantara seperti pedagang grosir dan eceran. Yang membeli, berhak atas, dan  menjual kembali barang dagangan disebut Pedagang. Broker, perwakilan produsen, agen penjualan, mencari pelanggan dan dapat bernegosiasi atas nama produsen tetapi mereka tidak berhak atas barang maka mereka disebut agen. Periklanan yang membantu dalam proses distribusi tetapi juga tdak memiliki hak atas barang dan tidak menegosikasikan penjualan disebut fasilitator.Skema rantai pemasaran adalah seperti pada Gambar 1.

Gambar 1.Rantai Pemasaran
Rantai pemasaran merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada proses pemasaran.Rantai pemasaran akan mempengaruhi tingkat harga dan kualitas barang yang dipasarkan.Semakin panjang rantai pemasaran maka harga pada tingkat pengecer atau untuk konsumen menjadi tinggi.Hal tersebut disebabkan adanya perantara pemasaran yang terkait dalam melakukan pemasaran.Panjang pendek rantai pemasaran dapat berpengaruh pada kualitas komoditas hortikultura.Semakin panjang rantai pemasaran kualitas bisa menurun apabila penanganan pada tingkat pedagang kurang baik atau melewati saluran pemasaran yang tidak menerapkan penanganan pasca panen,seperti pada tingkat pedagang eceran di pasar.Kualitas komoditas juga bisa terjaga apabila proses pemasaran melewati bagian rantai pemasaran yang menerapkan penanganan pasca panen seperti di bagian pengemasan komoditas sehingga kualitas komoditas dapat terjaga.Contoh konkret yang lain adalah buah dari pasar induk dikemas dengan kardus lalu dikirim ke supermarket.Pada supermarket,komoditas hortikultura mendapat perlakuan seperti pendinginan komoditas pada suhu yang sesuai komoditas.Proses tersebut dapat menperlambat proses kemunduran komoditas sehingga kualitas komoditas hortikultura dapat terjaga.Pada supermarket harga komoditas hortikultura menjadi lebih tinggi daripada harga di tingkat petani karena proses penanganan dan pengemasan komoditas dilakukan dengan baik sehingga harga menjadi tinggi karena nilai jual yang menjadi tinggi karena adanya penanganan yang tepat serta pengemasan yang dapat meningkatkan nilai jual
Pengepul merupakan perantara pada proses pemasaran komoditas hortikultura.Pengepul dapat memberikan keuntungan.Hal tersebut disebabkan karena pengepul dapat memperluas jaringan pemasaran komoditas hortikultura.Jaringan pemasaran yang luas dapat meningkatkan kuantitas komoditas yang dijual.Pengepul juga dapat meminjamkan modal tanpa jaminan sehingga pedagang dapat meningkatkan kuantitas penjualan.Pengepul juga dapat memberikan dampak negatif apabila menjual suatu komoditas dengan harga tinggi pada tingkat pengecer sedangkan pengepul tersebut membeli komoditas dengan harga yang murah.Hal tersebut sangat menguntungkan pengepul dan dapat merugikan pada tingkat produsen atau pedagang besar.
        Distribusi juga sering dikenal sebagai bagian dari pemasaran. Dimana pemasaran juga diartikan sebagai proses distribusi. Saluran distribusi pada dasarnya merupakan perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut dapat digolongkan kedalamdua golongan, yaitu ; Pedagang perantara dan Agen perantara. Perbedaannya terletak pada aspek  pemilikan serta proses negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut. Distribusi adalah suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumendan para pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat, dan pengalihan hak milik.
Sawo (Manilkara zapota), juga dikenal dengan nama sapodilla(Inggris) merupakan tanaman buah yang berasal dari Amerika Tengah. Sawo tumbuh liar di hutan-hutan Amerika Tengah dan Mexico, dimana pohonnya disadap untuk diambil getahnya, dan getahnya diolah menjadi bahan dasar permen karet. Dari sana Sawo tersebar ke negara-negara lain termasuk Indonesia dimana merupakan tempat sawo tumbuh secara komersial.
Sawo berbentuk pohon setinggi 15-20 meter kalau sudah dewasa. Tanaman yang berdaun kecil-kecil ini tumbuh bagus di daerah dataran rendah, berbuah lebat di musim penghujan. Buahnya berbentuk bulat telur sepanjang 3 cm, warna kulitnya kuning tua sampai hitam kebiruan kalau sudah matang, banyaknya biji bervariasi antara 1-6 butir. Tanaman sawo dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl. Paling bagus ditanam di dataran rendah sekitar ketinggian 400 mdpl, suhu udara 28 C. di daerah pegunungan yang suhunya dingin pertumbuhan tanaman sawo akan lambat dan bahkan bisa kerdil. Karena dapat tumbuh dimana-mana(daerah kering maupun basah), sawo baik sekali dimanfaatkan sebagai tanamn pekarangan maupun penghijauan untuk perbaikan lingkungan.
Ada dua varietas tanaman sawo yang ditanam oleh masyarakat Indonesia, pertama adalah tanaman yang menghasilkan buah berbentuk bulat telur (terkenal dengan sebutan buah sawo manila) dengan ujung agak runcing. Kedua yang menghasilkan buah berbentuk bulat buntek seperti apel (sehingga disebut sawo apel) dengan ujung buah agak datar. Diantara berbagai varietas sawo manila yang sudah dikembangkan dan dikenal masyarakat adalah, Sawo Betawi (besar, lonjong, kulit tipis kecoklatan, tidak banyak mengandung getah, daging buahnya cokelat kemerahan, sangat manis, harum aromanya, tidak tahan disimpan lama karena cepat lembek dan busuk. ), Sawo Karat (Buahnya berbentuk lonjong, lebih kecil ukuranya dibanding sawo betawi, kulitnya tebal, kasar, berbintik-bintik cokelat seolah karatan. Buahnya selalu dipetik ketika masih mentah, kalau tidak kulit buah akan berkerut-kerut setelah masa), Sawo Kulon (ukuranya mirip sawo betawi tetapi bentuknya lonjong dan lebih lengket. Kulitnya cokelat kehijauan dan tidak mudah dibersihkandari selaputnya yang kasar. Daging buahnya berwarna cokelat muda, rasanya kurang manis, bahkan mengandung rasa agak asam).               
Gambar 2. Diagram Alir Perdagangan Sawo




Unsur-Unsur Yang Mendukung Perdagangan Sawo :
1. Pedagang sawo.
Penjual sawo merupakan tokoh kunci dalam proses distribusi sawo ke konsumen.
2. Petani sawo
Peran petani sawo sangat penting disini. Karena dari sinilah buah sawo diproduksi. Petani sawo adalah mereka yang mempunyai pohon sawo, baik itu dikembangkan dalam kebun sawo, atau yang hanya mempunyai buah sawo skala rumahan. Petani sawo yang mempunyai kebun yang luas.
3. Pemetik atau pencari sawo
Pemetik atau pencari sawo adalah mereka yang pekerjaan sehari-harinya mencari buah sawo di berbagai wilayah.selain mencari mereka juga memetik sendiri buah sawo yang masih di pohon. Pekerjaan ini membutuhkan ketelatenan, karena buah sawo harus dipetik satu persatu, agar buah tidak rusak. Selain sebagai pemetik, mereka juga sebagai penebas. Karena mereka juga membeli secara langsung dari petaninya.
4. Pencuci sawo
Pencuci sawo adalah mereka yang pekerjaanya hanya mencuci sawo. Biasanya mereka dibayar setiap 100 butir sawo dihargai 1500 rupiah. Namun banyak juga para pedagang yang mencuci sedniri sawo-sawonya. Sehingga memangkas biaya produksi.
5. Pengepul sawo
Penegepul adalah mereka yang kerjanya mengumpulkan buah sawo dari para petani dan pemetik. Jaringan mereka biasanya lebih luas dan mereka juga mengolah sawo sebelum dijual ke pasaran.Buah sawo yang sudah siap kirim ditarus dalam kotak yang tertutup rapat lengkap dengan karbit sebagai katalis agar sawo matang pada waktunya.
6. Penjual luar daerah
Penjual luar daerah yaitu para pengecer dari daerah-daerah lain yang belanja(kulak)nya di dusun Bunut. Biasanya mereka langsung membeli buah yang siap jual kepada pengepul. Keberadaan mereka tersebar di berbagai wilayah, baik itu pada pasar-pasar buah maupun berbagai tempat wisata.
7. Konsumen
Konsumen sawo adalah pembeli sawo dari pedagang dengan tujuan tertentu.
            Berdasarkan survei yang dilakukan ke berbagai tempat penjualan seperti Pasar Induk, Pedagang eceran dan supermarket, tidak ditemukan buah sawo, hal ini dikarenakan tidak musim dan tidak ada pasokan buah dari luar daerah. Selain itu, permintaan konsumen yang rendah akan buah sawo membuat pedagang tidak memasok buah sawo. Buah sawo yang biasa dijual di Yogyakarta adalah varietas manila. Pada saat pengangkutan dari petani ke pengepul, buah sawo diangkut menggunakan keranjang rotan, sedangkan ketika masuk ke pedagang eceran dapat menggunakan wadah plastik, piring atau jaring. Sawo yang dijual di supermarket dijual dengan menggunakn krat dari plastik dengan dialasi karet agar tidak sawo tidak mudah rusak. Berdasarkan wawancara dengan pedagang, kehilangan hasil panen dari Pasar Induk ke Pedagang sebesar 5%. Jumlah ini cukup kecil sehingga tidak berdampak terhadap hasil penjualan.

VI.KESIMPULAN
1.Rantai pemasaran sawo,yaitu dari petani sawo,pemetik sawo,pencuci sawo,pedagang eceran atau petani sawo,pemetik sawo,pencuci sawo,pengepul,pedagang luar daerah,pedagang eceran. Penanganan pasca panen buah sawo adalah dengan wadah plastik ditingkat pedagang eceran.Pedagang supermarket melakukan penanganan dengan krat dari plastik dengan dialasi karet. Kehilangan hasil panen dari pasar induk ke pedagang sebesar 5%.














DAFTAR PUSTAKA

Afandi,Aguss dkk.2014.Modul Participatory Action Research. LPPM UIN Sunan Ampel,Surabaya.
Kusumawaty,Yeni dan Tengku Harunur Rasyid.2009.Strategi pemasaran sayuran di Perusahaan Pacet Segar Cianjur.SAGU 8: 27-33.
Limbong, W. H. dan P. Sitorus. 1995. Kajian Pemasaran Komoditi Pertanian Andalan. Sosial Ekonomi Pertanian IPB,Bogor.
Nopiana,S.dan Siti Balkis.2011. Analisis Pendapatan pola tanam beruntun tanaman hortikultura di Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.EPP 8: 30-40.
Rozika, R.H. Murti dan S. Purwanti. 2013. Eksploitasi dan karakterisasi sawo(Manilkara zapota (L.) van Royen) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Vegetalika. 2 :101-104.
Rusdianto,U.,Leni Marlina,dan Kuswandi.2009.Teknik Budidaya Tanaman Sawo.<http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/downloads/Budidaya%20Sawo.pdf>.Diakses tanggal 11 Mei 2015.
Simamora,Bilson.2001.Memenangkan Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel.PT Gramedia Pustaka Utama,Jakarta.
Sudheer,K.P. dan V.Indira.2007.Post Harvest Technology of Horticultural Crops.Jai Barat Printing Press,New Delhi.


PASCA PANEN ACARA 10

PAPER
PASCA PANEN HORTIKULTURA
MENGHAMBAT KERUSAKAN KOMODITAS HORTIKULTURA DENGAN PENYINARAN UV-C
Description: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh8amFKgUtR4JeJtfdoVkf56TVuFdlRM9W0SLnqCalMx9WyOgHUMRXQvqPv7a1ni1VBt649VATNZIWmEs7XHDZGyvYxupSq2_XLiByhV0fehZWvCOBiHEqURq7CmMlt32UI-VFGjK0LaRgy/s1600/r4we.jpeg

Oleh:
Nama           : Andrew Budiherlando
Gol              : C2/A
Asisten         : 1. Bella Vyatrisa
                       2. Nurul Kumala Dewi
LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2016
Menghambat Kerusakan Komoditas Hortikultura dengan Penyinaran UV-C
      
Indonesia merupakan wilayah tropis dan beriklim basah.Daerah tropis memungkinkan tumbuhnya berbagai macam tumbuhan seperti buah,yaitu durian,duku,rambutan,dan kelengkeng. Salah satu permasalahan di Indonesia dalam persaingan pasar buah-buahan adalah kualitas mutu buah yang belum sesuai selera konsumen.Hanya ada sedikit jenis buah yang menempati pasar swalayan atau pasar dunia.Hal tersebut disebabkan penanganan pasca panen yang belum baik sehingga menyebabkan mutu buah menjadi tidak sesuai kriteria(Sunarjono,2008).
Pengertian Hortikultura (horticulture) berasal dari bahasa Latin hortus, yang berarti tanaman kebun dan cultura/colere, berarti budidaya, sehingga dapat diartikan sebagai budidaya tanaman kebun. Istilah hortikultura digunakan pada jenis tanaman yang dibudidayakan. Bidang kerja hortikultura meliputi pembenihan, pembibitan, kultur jaringan, produksi tanaman, hama dan penyakit, panen, pengemasan dan distribusi. Hortikultura merupakan salah satu metode budidaya pertanian modern.
Hortikultura merupakan cabang dari ilmu agronomi. Berbeda dengan agronomi, hortikultura memfokuskan pada budidaya tanaman buah (pomologi/frutikultur), tanaman bunga (florikultura), tanaman sayuran (olerikultura), tanaman herbal (biofarmaka), dan taman (lansekap). Salah satu ciri khas produk hortikultura adalah perisabel atau mudah rusak karena segar.
Hortikultura merupakan perpaduan antara ilmu, teknologi, seni, dan ekonomi. Praktek pertanian hortikultura modern berkembang berdasarkan pengembangan ilmu yang menghasilkan teknologi untuk memproduksi dan menangani komoditas hortikultura yang ditujukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi maupun kesenangan pribadi.
Kehilangan hasil tanaman buah dan sayuran dapat berupa penurunan kuantitas maupun kualitas. Penurunan kuantitas terjadi seperti penurunan bobot dan hilangnya produk, baik sebagian ataupun seluruhnya, yang disebabkan oleh kerusakan atau pembusukan. Kehilangan hasil karena penurunan kuantitas relatif mudah diamati. Bentuk kehilangan hasil yang relatif sulit diamati adalah menurunnya kualitas, seperti kerusakan tekstur, aroma, atau nilai gizi. Bentuk kehilangan yang lain adalah kehilangan daya tumbuh dan penurunan nilai jual yang disebabkan oleh turunnya harga. Kehilangan hasil dapat terjadi di lapangan atau di kebun, di tempat pengepakan, tempat penyimpanan, selama pengangkutan, di pasar besar atau pasar eceran. Kehilangan tersebut dapat terjadi karena fasilitas yang kurang memadai, pengetahuan  yang terbatas, manajemen yang tidak baik, pasar yang tidak berfungsi, atau penanganan oleh petani yang kurang hati-hati(Santoso dan Madya,2013).
Penggunaan sinar UV-C sudah banyak mendapatkan izin untuk digunakan di berbagai negara. Penggunaan sinar UV-C pada intensitas rendah(254 nm) dapat menghambat perkembangan patogen dan mengurangi kerusakan yang terdapat pada sayuran dan buah-buahan setelah panen(Ben-Yehoshua,2003cit.Valero dan Serrano,2010).
Radiasi sinar UV-C(240 nm-280 nm) dapat digunakan dalam penanganan pasca panen produk hortikultura. Pada intensitas yang rendah,irradiasi UV-C dapat merangsang reaksi yang bermanfaat pada organ biologi (Shama,2007 cit.Yahia,2011). Sinar UV-C dapat memperpanjang masa hidup setelah panen serta dapat menjaga kualitas buah di daerah tropis. Hal tersebut dapat menunda proses deteriorasi, penuaan,dan pematangan pada buah(Gonzalez-Aguilar et al.,2001;2007 cit. Yahia,2011). Perlakuan UV-C dapat meningkatkan biosintesis flavonoid sehingga proses deteriorasi dapat dicegah dan kualitas hasil tanaman setelah panen dapat terjaga(Gonzalez-Aguilar et al.,2001 cit.Yahia,2011).Sinar UV-C dapat merangsang atau menghambat sintesis senyawa bioaktif tergantung pada perbedaan kapasitas antioksidan pada buah(Gonzalez-Aguilar et al.,2007 cit. Yahia,2011).Alothman et al (2009) dalam Yahia(2011) menemukan bahwa pencahayaan UV-C dapat meningkatkan fenol dan flavonoid pada jambu biji dan pisang setelah diberi perlakuan tersebut selama 30 menit. Akan tetapi,pada komoditas anggur mengalami penurunan kualitas dengan perlakuan tersebut.Pada mangga,perlakuan pencahayaan dengan sinar UV-C dapat menurunkan kandungan vitamin C. Berdasarkan penelitian Terry dan Joyce(2004) dalam Yahia(2011) menunjukkan bahwa anggur,pisang mas,dan jambu biji meningkat antioksidan,polifenol,dan flavonoidnya karena irradiasi sinar UV-C.
Pencahayaan UV-C dapat mengurangi jamur pada bawang Bombay(Lu et al.,1987 cit.Narayanasamy,2006).dan ubi(Stevens et al.,1990 cit.Narayanasamy,2006).Sinar tersebut dapat mencegah adanya patogen yang ada setelah panen pada komoditas.Hal tersebut dapat dibuktikan dengan beberapa komoditas seperti apel, jeruk, lemon, anggur, strawberry, tomat, wortel, dan buncis(Narayanasamy,2006).
Susut berat buah tomat yang diberi penyinaran UV-C sampai dengan 10 menit lebih rendah dibanding kontrol. Penurunan susut berat tomat akibat penyinaran UV-C dipengaruhi oleh permeabilitas jaringan buah. Ruang antar sel kulit buah tomat yang diberi penyinaran UV-C sampai 10 menit lebih rapat sehingga kehilangan air yang terjadi lebih sedikit dibanding kontrol. persentase susut berat yang paling besar terdapat pada buah yang diberi penyinaran lampu UV-C selama 20 menit. Hal ini diduga karena buah yang diberi penyinaran UV-C selama 20 menit mengakibatkan kerusakan membran. Pada penelitian ini penyinaran UV-C selama 20 menit memiliki koefisien kematangan buah yang paling rendah yaitu 4,30. Menurut Maharaj et al (2010),pemberian penyinaran UV-C diduga dapat menghambat perombakan pigmen klorofil sehingga dapat menunda munculnya warna merah pada tomat. Semakin lama penyinaran UV-C maka pematangan buah semakin dihambat. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa penyinaran UV-C selama 20 menit akan mempercepat penurunan nilai kualitas visual tomat. Hal ini dikarenakan pada dosis penyinaran UV-C selama 20 menit, susut berat buahnya relatif tinggi dan terdapat bercak coklat dipermukaan kulitnya sehingga buah lebih cepat mengalami kemunduran kualitas dibanding control. Berdasarkan penelitian ini, semakin lama waktu penyinaran UV-C maka kandungan total asam tertitrasi buah semakin tinggi. waktu penyinaran UV-C tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C buah tomat. Hal ini karena vitamin C mudah sekali terdegradasi, baik oleh temperatur, cahaya maupun udara sekitar sehingga kadar vitamin C berkurang. Pada penyinaran UV-C selama 10 menit kekerasan buah tomat dapat dipertahankan lebih lama. Penyinaran UV-C mengakibatkan bercak coklat pada kulit buah tomat. Buah tomat tanpa penyinaran UV-C (kontrol) pada permukaan kulit buahnya tidak terdapat bercak coklat. Jumlah buah yang mempunyai bercak coklat paling banyak terdapat pada penyinaran UV-C selama 20 menit. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, semakin tinggi dosis penyinaran UV-C maka jumlah buah yang mempunyai bercak coklat semakin banyak(Setyaning,2012).
Perlakuan UV-C pada jarak 15 cm pada mangga dapat memberikan keuntungan maupun kerugian.Hal tersebut tergantung pada lama penyinaran yang dilakukan.Perlakuan dengan UV-C selama 10 menit secara signifikan dapat menunda pelunakan buah mangga yang disimpan pada suhu 5°C. Perlakuan UV-C secara signifikan dapat  mengurangi pembusukan pada buah mangga.Perlakuan tersebut juga dapat menekan pertumbuhan mikroba yang merugikan.Buah mangga yang diberi perlakuan  dengan UV-C selama 10 menit  memiliki penampilan yang lebih baik dan lebih kencang daripada perlakuan selama 20 menit dan kontrol. Konsentrasi spermidine meningkat pada fase awal dalam buah mangga dengan radiasi UV-C selama 20 menit(Gonzalez-Aguilar et al.,2001).

Daftar Pustaka
Gonzalez-Aguilar,G.A., C. Y. Wang,J. G. Buta,dan D. T. Krizek.2001. Use of UV-C irradiation to prevent decay and maintain postharvest quality of ripe `Tommy Atkins' mangoes. International Journal of Food Science and Technology 36: 767-773.
Narayanasamy,P.2006.Postharvest Pathogens and Disease Management.John Wiley dan Sons,Inc,New Jersey.
Santoso,M.B.dan Widyaiswara Madya.2013.Penanganan Pasca Panen Hortikultura.< http://bbppbinuang.info/news11-penanganan-pasca-panen-hortikultura.html>.Diakses tanggal 29 Maret 2015.
Setyaning,U.,Endang S.,dan Sri T.2012.Pengaruh lama penyinaran terhadap mutu dan umur simpan tomat(Lycopersicon esculentum Mill.).Skripsi.
Sunarjono,Hendro.2008.Berkebun 21 Jenis Tanaman Buah. Penebar Swadaya,Depok.
Valero,D.dan Maria S.2010 Postharvest Biology and Technology for Preserving Fruit Quality.CRC Press,Boca Raton.
Yahia,E.M.,2011.Postharvest biology and technology of tropical and subtropical fruits.Woodhead Publishing Series in Food Science,Technology and Nutrition 1: 60-62.