Disusun oleh:
Nama :Rizky Adi
Pratama
NIM :12897
Gol / Kel : C2 / 6
Asisten : 1.Bella
Vyatrisa
2.Bela Tri Wijayanti
3.Dhemas Adi Purwa
2.Bela Tri Wijayanti
3.Dhemas Adi Purwa
4.Istiklaliyah
LABORATORIUM HORTIKULTURA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
2015
I.PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pemasaran
merupakan salah satu subsistem penting dari sistem agribisnis komoditas
pertanian. Kegiatan pemasaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang terjadi
dalam proses mengalirkan barang dan jasa dari sentra produksi ke sentra
komsumsi guna memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi konsumen serta memberikan
keuntungan bagi produsen. Oleh karena itu,peranan pemasaran sangat penting
dalam rangka meningkatkan nilai guna bentuk, nilai guna waktu, nilai guna
tempat dan nilai guna hak milik dari suatu barang dan jasa secara umum dan juga
pada komoditas pertanian (Limbong dan Sitorus, 1995)
Seperti
halnya komoditas hortikultura pada umumnya, peranan pemasaran pada komoditas
sawo memberikan kontribusi penting mengingat sifat khusus dari hortikultura
pada umunya seperti mudah busuk, mudah rusak, volumenious, produksinya bersifat
musiman sementara konsumsinya sepanjang tahun.Sifat-sifat khusus tersebut
menuntut adanya suatu perlakuan khusus berupa pengangkutan yang hati-hati,
pengepakan yang baku dan baik, penyimpanan dengan suhu tertentu, dan berbagai
cara pengawetan lain sehingga sawo dapat bertahan dalam waktu yang lama.
Sementara itu konsumen menghendaki komoditas tersedia dekat dengan tempat
mereka serta komoditas sawo dapat diperoleh sepanjang waktu dan dapat
dikonsumsi dalam bentuk segar. Masing-masing keinginan produsen dan konsumen
tersebut dapat dipenuhi dengan adanya suatu sistem pemasaran yang baik.Rantai
pemasaran,penanganan pasca panen,kehilangan pasca panen komoditas hortikultura
merupakan komponen penting yang harus diperhatikan dan dimanajemen karena hal
tersebut sangat berpengaruh pada harga,kualitas,dan kuantitas komoditas
hortikultura pada tingkat produsen sampai tingkat konsumen.
B.Tujuan
1.Mengenal rantai perdagangan,penanganan pasca
panen,dan kehilangan hasil komoditas sawo yang dialami selama proses
pengangkutan hingga ke tangan konsumen.
II.TINJAUAN PUSTAKA
Pemasaran merupakan
suatu proses sosial dan manajerial yang digunakan individu,rumah tangga,atau
organisasi untuk memperoleh kebutuhan dan keinginan mereka dengan cara
menciptakan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain.Tujuan dari pemasaran
adalah memenuhi kebutuhan individu maupun organisasi.Pemasaran memiliki langkah
yang sistematis.Dalam melakukan pemasaran,hal yang harus diperhatikan ialah
produk, harga, tempat,dan cara promosi(Simamora,2001).Pemasaran komoditas
hortikultura merupakan proses penting yang dapat menentukan kuantitas dan
kualitas produk hortikultura sampai pada konsumen.
Usaha komoditas
hortikultura dapat dijadikan sumber akselerasi pertumbuhan sektor
pertanian.Dari sisi permintaan,kenaikan jumlah penduduk,pendapatan,dan
liberalisasi perdagangan merupakan faktor utama yang mempengaruhi
permintaan.Kebutuhan masyarakat terhadap sayur-sayuran juga meningkat seiring
kesadaran masyarakat akan hidup sehat dan makanan alami.Selain perusahaan agribisnis,sifat
khas produk hortikultura,yaitu mudah rusak,voluminous,dan harga yang
fluktuatif.Pengusaha hortikultura juga mengalami masalah beragamnya tingkat
permintaan produk dari yang tinggi hingga ke rendah(Kusumawaty dan
Rasyid,2009).
Kehilangan pasca panen
memiliki banyak pengertian.Pengertian tersebut meliputi kehilangan
ekonomi,yaitu penurunan nilai jual karena perubahan bentuk fisik pada
komoditas.Kehilangan secara kuantitatif yaitu kehilangan yang disebabkan
penurunan berat karena berkurangnya kadar air dan bahan kering
karena respirasi.Kehilangan nutrisi seperti berkurangnya kandungan vitamin
mineral dan gula. Penanganan pasca panen yang baik dan benar dapat
menekan kehilangan pasca panen dan menjaga kualitas nutrisi komoditas hortikultura(Sudheer
dan Indira,2007).
Komoditas hortikultura
yang diutamakan adalah komoditas yang bernilai ekonomi tinggi, mempunyai
peluang pasar besar dan mempunyai potensi produksi tinggi serta mempunyai
peluang pengembangan teknologi.Salah satu komoditas yang bernilai ekonomi
tinggi adalah sawo.Adapun upaya yang dilaksanakan untuk mendorong
tumbuh dan berkembangnya hortikultura unggulan, yaitu meliputi penumbuhan
sentra agribisnis hortikultura dan pemantapan sentra hortikultura yang sudah
ada (Soleh, 1999 cit. Nopiana dan Balkis,2011).
Buah sawo merupakan
buah yang memiliki persentase bagian buah sebesar 84 %.Buah tersebut bergizi
tinggi.Salah satu kelemahan buah sawo adalah buah tersebut memiliki umur simpan
yang cukup pendek.Selain itu,jumlah buah sawo yang diverifikasi oleh pengolah
buah sangat sedikit.Hal tersebut disebabkan karena penanganan pasca panen yang
kurang tepat sehingga dapat menyebabkan kualitas buah sawo tidak cukup baik
untuk diolah(Rusdianto et al.,2009).
III.METODE PELAKSANAAN
Praktikum Rantai Pemasaran,
Penanganan dan Kerusakan Pasca Panen dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda
yaitu pasar induk, supermarket, dan pedagang eceran pada tanggal 10 Mei
2015.Peralatan yang digunakan,yaitu alat tulis dan kamera untuk
dokumentasi.Bahan yang digunakan adalah materi cara pemasaran,penanganan,dan
kerusakan komoditas sawo.
Praktikum ini
dilakukan dengan survei lapangan dan mengumpulkan data satu macam komoditas
hortikultura,yaitu sawo. Data-data yang diambil antara lain:
1. Macam varietas
komoditas tersebut.
2. Bagaimana komoditas
sampai ke tangan penjual.
3. Dengan apa komoditas
diangkut.
4. Bagaimana mengemas
komoditas tersebut.
5. Berapakah kehilangan
hasil yang ada.
6. Bagaimana dan seperti
apa komoditas dijual kepada konsumen.
Hasil wawancara dari survei dibuat laporan
kemudian dipresentasikan.
IV.HASIL
Hasil Survey Komoditas Buah Sawo
No.
|
Tempat
|
Rantai Pemasaran
|
Kehilangan Hasil Komoditas(%)
|
Varietas
|
1.
|
Pasar Induk
|
-
|
-
|
-
|
2.
|
Supermarket
|
-
|
-
|
-
|
3.
|
Pedagang Eceran
|
-
|
-
|
-
|
Keterangan
- :Tidak menemukan pedagang buah sawo.
V.PEMBAHASAN
Pemasaran dapat
didefinisikan sebagai tindakan atau kegiatan yang berhubungan dengan
perpindahan barang-barang dan jasa dari produsen sampai konsumen dengan melalui
proses pertukaran barang dengan uang atau jasa. Berdasarkan definisi tersebut,
maka dapat di ambil kesimpulan bahwa tujuan akhir dari pemasaran adalah
menempatkan barang –barang ke tangan konsumen akhir. Untuk mencapai tujuan
tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan pemasaran yang di bangun
berdasarkan arus barang yang meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses
pengimbangan (equalisasi) dan proses penyebaran (dispersi).
Sebagian besar
produsen tidak menjual barang mereka kepada pengguna akhir secara langsung di
antara mereka terdapat sekelompok perantara yang melaksanakan beragam fungsi.
Perantara ini membentuk saluran pemasaran (disebut juga saluran dagang atau
saluran distribusi).Saluran pemasaran (marketing channels) adalah
sekelompok organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses
pembuatan produk atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau
dikonsumsi.Beberapa perantara seperti pedagang grosir dan eceran. Yang membeli,
berhak atas, dan menjual kembali barang dagangan disebut Pedagang.
Broker, perwakilan produsen, agen penjualan, mencari pelanggan dan dapat
bernegosiasi atas nama produsen tetapi mereka tidak berhak atas barang maka
mereka disebut agen. Periklanan yang membantu dalam proses distribusi tetapi
juga tdak memiliki hak atas barang dan tidak menegosikasikan penjualan disebut
fasilitator.Skema rantai pemasaran adalah seperti pada Gambar 1.
Gambar 1.Rantai
Pemasaran
Rantai pemasaran
merupakan faktor yang sangat berpengaruh pada proses pemasaran.Rantai pemasaran
akan mempengaruhi tingkat harga dan kualitas barang yang dipasarkan.Semakin
panjang rantai pemasaran maka harga pada tingkat pengecer atau untuk konsumen
menjadi tinggi.Hal tersebut disebabkan adanya perantara pemasaran yang terkait
dalam melakukan pemasaran.Panjang pendek rantai pemasaran dapat berpengaruh
pada kualitas komoditas hortikultura.Semakin panjang rantai pemasaran kualitas
bisa menurun apabila penanganan pada tingkat pedagang kurang baik atau melewati
saluran pemasaran yang tidak menerapkan penanganan pasca panen,seperti pada
tingkat pedagang eceran di pasar.Kualitas komoditas juga bisa terjaga apabila
proses pemasaran melewati bagian rantai pemasaran yang menerapkan penanganan
pasca panen seperti di bagian pengemasan komoditas sehingga kualitas komoditas
dapat terjaga.Contoh konkret yang lain adalah buah dari pasar induk dikemas dengan
kardus lalu dikirim ke supermarket.Pada supermarket,komoditas hortikultura
mendapat perlakuan seperti pendinginan komoditas pada suhu yang sesuai
komoditas.Proses tersebut dapat menperlambat proses kemunduran komoditas
sehingga kualitas komoditas hortikultura dapat terjaga.Pada supermarket harga
komoditas hortikultura menjadi lebih tinggi daripada harga di tingkat petani
karena proses penanganan dan pengemasan komoditas dilakukan dengan baik
sehingga harga menjadi tinggi karena nilai jual yang menjadi tinggi karena
adanya penanganan yang tepat serta pengemasan yang dapat meningkatkan nilai
jual
Pengepul merupakan
perantara pada proses pemasaran komoditas hortikultura.Pengepul dapat
memberikan keuntungan.Hal tersebut disebabkan karena pengepul dapat memperluas
jaringan pemasaran komoditas hortikultura.Jaringan pemasaran yang luas dapat
meningkatkan kuantitas komoditas yang dijual.Pengepul juga dapat meminjamkan
modal tanpa jaminan sehingga pedagang dapat meningkatkan kuantitas
penjualan.Pengepul juga dapat memberikan dampak negatif apabila menjual suatu
komoditas dengan harga tinggi pada tingkat pengecer sedangkan pengepul tersebut
membeli komoditas dengan harga yang murah.Hal tersebut sangat menguntungkan
pengepul dan dapat merugikan pada tingkat produsen atau pedagang besar.
Distribusi
juga sering dikenal sebagai bagian dari pemasaran. Dimana pemasaran juga
diartikan sebagai proses distribusi. Saluran distribusi pada dasarnya merupakan
perantara yang menjembatani antara produsen dan konsumen. Perantara tersebut
dapat digolongkan kedalamdua golongan, yaitu ; Pedagang perantara dan Agen
perantara. Perbedaannya terletak pada aspek pemilikan serta proses
negoisasi dalam pemindahan produk yang disalurkan tersebut. Distribusi adalah
suatu proses penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumendan para
pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan. Proses
distribusi tersebut pada dasarnya menciptakan faedah (utility) waktu, tempat,
dan pengalihan hak milik.
Sawo (Manilkara
zapota), juga dikenal dengan nama sapodilla(Inggris) merupakan
tanaman buah yang berasal dari Amerika Tengah. Sawo tumbuh liar di hutan-hutan
Amerika Tengah dan Mexico, dimana pohonnya disadap untuk diambil getahnya, dan
getahnya diolah menjadi bahan dasar permen karet. Dari sana Sawo tersebar ke
negara-negara lain termasuk Indonesia dimana merupakan tempat sawo tumbuh
secara komersial.
Sawo berbentuk pohon
setinggi 15-20 meter kalau sudah dewasa. Tanaman yang berdaun kecil-kecil ini
tumbuh bagus di daerah dataran rendah, berbuah lebat di musim penghujan.
Buahnya berbentuk bulat telur sepanjang 3 cm, warna kulitnya kuning tua sampai
hitam kebiruan kalau sudah matang, banyaknya biji bervariasi antara 1-6 butir.
Tanaman sawo dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 1000 mdpl.
Paling bagus ditanam di dataran rendah sekitar ketinggian 400 mdpl, suhu udara
28 C. di daerah pegunungan yang suhunya dingin pertumbuhan tanaman sawo akan
lambat dan bahkan bisa kerdil. Karena dapat tumbuh dimana-mana(daerah kering
maupun basah), sawo baik sekali dimanfaatkan sebagai tanamn pekarangan maupun
penghijauan untuk perbaikan lingkungan.
Ada dua varietas
tanaman sawo yang ditanam oleh masyarakat Indonesia, pertama adalah tanaman
yang menghasilkan buah berbentuk bulat telur (terkenal dengan sebutan buah sawo
manila) dengan ujung agak runcing. Kedua yang menghasilkan buah berbentuk bulat
buntek seperti apel (sehingga disebut sawo apel) dengan ujung buah agak datar.
Diantara berbagai varietas sawo manila yang sudah dikembangkan dan dikenal
masyarakat adalah, Sawo Betawi (besar, lonjong, kulit tipis kecoklatan, tidak
banyak mengandung getah, daging buahnya cokelat kemerahan, sangat manis, harum
aromanya, tidak tahan disimpan lama karena cepat lembek dan busuk. ), Sawo
Karat (Buahnya berbentuk lonjong, lebih kecil ukuranya dibanding sawo betawi,
kulitnya tebal, kasar, berbintik-bintik cokelat seolah karatan. Buahnya selalu
dipetik ketika masih mentah, kalau tidak kulit buah akan berkerut-kerut setelah
masa), Sawo Kulon (ukuranya mirip sawo betawi tetapi bentuknya lonjong dan
lebih lengket. Kulitnya cokelat kehijauan dan tidak mudah dibersihkandari
selaputnya yang kasar. Daging buahnya berwarna cokelat muda, rasanya kurang
manis, bahkan mengandung rasa agak asam).
Gambar 2. Diagram Alir Perdagangan Sawo
Unsur-Unsur Yang Mendukung Perdagangan Sawo :
1. Pedagang sawo.
Penjual sawo merupakan tokoh kunci dalam
proses distribusi sawo ke konsumen.
2. Petani sawo
Peran petani sawo sangat penting disini.
Karena dari sinilah buah sawo diproduksi. Petani sawo adalah mereka yang
mempunyai pohon sawo, baik itu dikembangkan dalam kebun sawo, atau yang hanya
mempunyai buah sawo skala rumahan. Petani sawo yang mempunyai kebun yang luas.
3. Pemetik atau pencari sawo
Pemetik atau pencari sawo adalah mereka yang
pekerjaan sehari-harinya mencari buah sawo di berbagai wilayah.selain mencari
mereka juga memetik sendiri buah sawo yang masih di pohon. Pekerjaan ini
membutuhkan ketelatenan, karena buah sawo harus dipetik satu persatu, agar buah
tidak rusak. Selain sebagai pemetik, mereka juga sebagai penebas. Karena mereka
juga membeli secara langsung dari petaninya.
4. Pencuci sawo
Pencuci sawo adalah mereka yang pekerjaanya
hanya mencuci sawo. Biasanya mereka dibayar setiap 100 butir sawo dihargai 1500
rupiah. Namun banyak juga para pedagang yang mencuci sedniri sawo-sawonya.
Sehingga memangkas biaya produksi.
5. Pengepul sawo
Penegepul adalah mereka yang kerjanya
mengumpulkan buah sawo dari para petani dan pemetik. Jaringan mereka biasanya
lebih luas dan mereka juga mengolah sawo sebelum dijual ke pasaran.Buah sawo
yang sudah siap kirim ditarus dalam kotak yang tertutup rapat lengkap dengan
karbit sebagai katalis agar sawo matang pada waktunya.
6. Penjual luar daerah
Penjual luar daerah yaitu para pengecer dari
daerah-daerah lain yang belanja(kulak)nya di dusun Bunut. Biasanya
mereka langsung membeli buah yang siap jual kepada pengepul. Keberadaan mereka
tersebar di berbagai wilayah, baik itu pada pasar-pasar buah maupun berbagai
tempat wisata.
7. Konsumen
Konsumen sawo adalah pembeli sawo dari
pedagang dengan tujuan tertentu.
Berdasarkan
survei yang dilakukan ke berbagai tempat penjualan seperti Pasar Induk,
Pedagang eceran dan supermarket, tidak ditemukan buah sawo, hal ini dikarenakan
tidak musim dan tidak ada pasokan buah dari luar daerah. Selain itu, permintaan
konsumen yang rendah akan buah sawo membuat pedagang tidak memasok buah sawo.
Buah sawo yang biasa dijual di Yogyakarta adalah varietas manila. Pada saat
pengangkutan dari petani ke pengepul, buah sawo diangkut menggunakan keranjang
rotan, sedangkan ketika masuk ke pedagang eceran dapat menggunakan wadah
plastik, piring atau jaring. Sawo yang dijual di supermarket dijual dengan
menggunakn krat dari plastik dengan dialasi karet agar tidak sawo tidak mudah
rusak. Berdasarkan wawancara dengan pedagang, kehilangan hasil panen dari Pasar
Induk ke Pedagang sebesar 5%. Jumlah ini cukup kecil sehingga tidak berdampak
terhadap hasil penjualan.
VI.KESIMPULAN
1.Rantai pemasaran sawo,yaitu dari petani
sawo,pemetik sawo,pencuci sawo,pedagang eceran atau petani sawo,pemetik
sawo,pencuci sawo,pengepul,pedagang luar daerah,pedagang eceran. Penanganan
pasca panen buah sawo adalah dengan wadah plastik ditingkat pedagang
eceran.Pedagang supermarket melakukan penanganan dengan krat dari plastik
dengan dialasi karet. Kehilangan hasil panen dari pasar induk ke pedagang
sebesar 5%.
DAFTAR PUSTAKA
Afandi,Aguss
dkk.2014.Modul Participatory Action Research. LPPM UIN Sunan Ampel,Surabaya.
Kusumawaty,Yeni dan
Tengku Harunur Rasyid.2009.Strategi pemasaran sayuran di Perusahaan Pacet Segar
Cianjur.SAGU 8: 27-33.
Limbong, W. H. dan P.
Sitorus. 1995. Kajian Pemasaran Komoditi Pertanian Andalan. Sosial
Ekonomi Pertanian IPB,Bogor.
Nopiana,S.dan Siti
Balkis.2011. Analisis Pendapatan pola tanam beruntun tanaman hortikultura di
Desa Bangunrejo Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara.EPP
8: 30-40.
Rozika, R.H. Murti dan
S. Purwanti. 2013. Eksploitasi dan karakterisasi sawo(Manilkara zapota (L.)
van Royen) di Daerah Istimewa Yogyakarta. Vegetalika. 2 :101-104.
Rusdianto,U.,Leni
Marlina,dan Kuswandi.2009.Teknik Budidaya Tanaman Sawo.<http://hortikultura.litbang.pertanian.go.id/downloads/Budidaya%20Sawo.pdf>.Diakses tanggal 11 Mei
2015.
Simamora,Bilson.2001.Memenangkan
Pasar dengan Pemasaran Efektif dan Profitabel.PT Gramedia Pustaka
Utama,Jakarta.
Sudheer,K.P. dan
V.Indira.2007.Post Harvest Technology of Horticultural Crops.Jai Barat Printing
Press,New Delhi.