Selasa, 20 Februari 2018


Resume Journal

TANGGAPAN HASIL PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG AKIBAT PEMBERIAN PUPUK UREA, SP-36 DAN KCL

Jagung dinilai memiliki responsifitas yang tinggi terhadap beberapa jenis unsur hara karena aktivitas fotosintesisnya yang melalui jalur C4, jalur C4 memerlukan unsur hara yang lebih tinggi untuk mengimbangi aktivitas fisiologis dan metabolismenya yang tinggi. Jagung membutuhkan unsur hara nitrogen, posfor dan kalium dalam jumlah yang lebih tinggi dibanding tanaman C3. Kekhasan jalur C4 dalam menggunakan nutrisi menjadikan jagung sangat direkomendasikan dalam pendugaan kesuburan tanah secara biologis.
Fotosintesis merupakan satu proses fisiologi penting yang terjadi di dalam tubuhyang dapat menangkap energi cahaya kemudian energi tersebut dirubah menjadi energi kimia selanjutnya energi disimpan dalam bentuk karbohidrat (Mirzoyev dan Aliyev, 2010).
Panjang akar merupakan variabel yang mempengaruhi serapan nutrisi oleh akar, semakin panjang ukuran akar maka semakin besar kemungkinan hara diserap
Berat kering total adalah hasil dari penyerapan unsur hara seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Unsur-unsur tersebut diserap tanaman sebagai nutrisi dan digunakan untuk menyusun jaringan tanaman (Rosmarkam dan Yuwono, 2002)

KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan tanaman dapat meningkat setelah diberi pupuk Urea dan pupuk KCl
2. Tanpa pemberian pupuk SP-36 (P2O5), dapat meningkatkan panjang akar dan luas akar jagung pada umur 8 mst
3. Penanaman jagung ditanah tegalan disarankan hanya memberikan pupuk Urea dan KCl

Potensi Jamur Mikoriza Arbuskular Unggul Dalam Peningkatan Pertumbuhan Dan Kesehatan Bibit Tebu (Saccharum officinarum L.)


Tebu merupakan salah satu bahan pokok industri gula. Permasalahan industri gula berpangkal pada empat hal utama yaitu: (1) inefisiensi di tingkat usaha tani; (2) inefisiensi di tingkat pabrik gula; (3) belum efektifnya kebijakan pemerintah guna mendorong perkembangan industri gula Indonesia; dan (4) industri dan perdagangan gula di pasar internasional yang sangat distortif.
Tanaman yang bermikoriza cenderung lebih tahan terhadap kekeringan dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza. Setelah periode kekurangan air, akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini disebabkan karena hifa jamur mampu menyerap air yang ada pada pori – pori tanah saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyerapan hifa yang sangat luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil akan meningkat
Meningkatnya tinggi tanaman akibat pemberian mikoriza diduga karena bertambah baiknya kondisi perakaran tanaman. Kondisi perakaran yang lebih baik tentunya menyebabkan unsur hara yang tersedia dalam tanah mudah diserap oleh tanaman dengan bantuan JMA. Menurut Husin (1994; cit Maryeni & Hervani, 2008) hifa JMA merupakan bagian terpenting dari mikoriza, karena hifa ini akan membantu penyerapan unsur hara dari tanah. Dengan adanya hifa ini, penyerapan hara terutama fosfor menjadi lebih besar dibanding dengan tanaman yang tidak terinfeksi dengan JMA. Fungsi utama dari hifa adalah untuk menyerap fosfor dari dalam tanah.
Lozano & Azcon (2000) menyatakan bahwa JMA dapat meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi kekurangan air melalui peningkatan penyerapan hara, transpirasi daun, dan efisiensi penguunaan air sehingaa terjadi penurunan nisbah akar terhadap tajuk tanaman. Keadaan itu menunjukkan bahwa fotosintesis tanaman meningkat dan fotosintat lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan tajuk.
Menurut Taufiq (2000) bobot kering tanaman (akar dan tajuk) menunjukkan tingkat efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut. Berat kering total hasil panen tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2 selama pertumbuhan (Gardner et al., 1991). Semakin tinggi bobot kering maka reaksi metabolisme semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh sehingga proses fotosintesis berjalan lancar.  Berat kering tanaman memperlihatkan pola tanaman mengakumulasikan produk dari fotosintesis.
Adanya JMA pada bibit tebu dapat menekan atau meminimalkan terjadinya penyakit, karena bibit bermikoriza menjadi lebih sehat, nutrisi, dan hara tercukupi. Intensitas penyakit karat jingga dapat ditekan karena tebu memiliki pertumbuhan yang baik. JMA mampu menyerap unsur hara lebih baik dibandingkan dengan tebu yang tanpa diberi JMA. Terpenuhinya unsur hara dan pertumbuhan yang baik diduga dapat meningkatkan ketahanan tebu terhadap penyakit karat jingga.


KESIMPULAN
1. Hasil eksplorasi pertanaman tebu di berbagai lokasi, diperoleh jamur mikoriza Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp., Entrophospora sp., Sclerocystis sp., dan Sculetolspora sp. Dari keenam genus tersebut, genus Glomus yang dominan.
2. Hasil uji infektivitas dengan menggunakan klon tebu PS 862 menunjukkan bahwa isolat MS, PKP, KLT, dan BTG menunjukkan infektivitas yang paling tinggi dan dapat dijadikan kandidat bahan dalam pupuk hayati.
3. Penambahan Jamur Mikoriza Arbuskular (JMA) pada bibit tebu menyebabkan pertumbuhan bibit tebu menjadi lebih baik yang ditandai dengan nilai berat segar dan berat kering tebu yang lebih tinggi.
4. Penyakit tanaman yang diperoleh dari tebu yang diinokulasi JMA adalah penyakit karat jingga, virus garis, bercak daun, dan blendok palsu (bakteri).
5. Penyakit karat jingga merupakan penyakit yang paling dominan pada bibit tebu mempunyai intensitas yang lebih rendah pada bibit tebu yang diinokulasi dengan JMA dibandingkan kontrol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar