Resume Journal
TANGGAPAN HASIL
PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG AKIBAT PEMBERIAN PUPUK UREA, SP-36 DAN KCL
Jagung dinilai memiliki responsifitas yang tinggi terhadap
beberapa jenis unsur hara karena aktivitas fotosintesisnya yang melalui jalur
C4, jalur C4 memerlukan unsur hara yang lebih tinggi untuk mengimbangi
aktivitas fisiologis dan metabolismenya yang tinggi. Jagung membutuhkan unsur
hara nitrogen, posfor dan kalium dalam jumlah yang lebih tinggi dibanding
tanaman C3. Kekhasan jalur C4 dalam menggunakan nutrisi menjadikan jagung
sangat direkomendasikan dalam pendugaan kesuburan tanah secara biologis.
Fotosintesis merupakan satu proses fisiologi penting yang
terjadi di dalam tubuhyang dapat menangkap energi cahaya kemudian energi tersebut
dirubah menjadi energi kimia selanjutnya energi disimpan dalam bentuk
karbohidrat (Mirzoyev dan Aliyev, 2010).
Panjang akar merupakan variabel yang mempengaruhi serapan
nutrisi oleh akar, semakin panjang ukuran akar maka semakin besar kemungkinan
hara diserap
Berat kering total adalah hasil dari penyerapan unsur hara
seperti nitrogen, fosfor dan kalium. Unsur-unsur tersebut diserap tanaman
sebagai nutrisi dan digunakan untuk menyusun jaringan tanaman (Rosmarkam dan
Yuwono, 2002)
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
1. Pertumbuhan tanaman dapat meningkat setelah diberi pupuk
Urea dan pupuk KCl
2.
Tanpa pemberian pupuk SP-36 (P2O5), dapat meningkatkan panjang akar dan luas
akar jagung pada umur 8 mst
3. Penanaman jagung ditanah tegalan disarankan hanya
memberikan pupuk Urea dan KCl
Potensi Jamur
Mikoriza Arbuskular Unggul Dalam Peningkatan Pertumbuhan Dan Kesehatan Bibit
Tebu (Saccharum officinarum L.)
Tebu merupakan salah satu bahan pokok industri gula. Permasalahan
industri gula berpangkal pada empat hal utama yaitu: (1) inefisiensi di tingkat
usaha tani; (2) inefisiensi di tingkat pabrik gula; (3) belum efektifnya
kebijakan pemerintah guna mendorong perkembangan industri gula Indonesia; dan
(4) industri dan perdagangan gula di pasar internasional yang sangat distortif.
Tanaman yang bermikoriza cenderung lebih tahan terhadap
kekeringan dibandingkan dengan tanaman yang tidak bermikoriza. Setelah periode
kekurangan air, akar yang bermikoriza akan cepat kembali normal. Hal ini
disebabkan karena hifa jamur mampu menyerap air yang ada pada pori – pori tanah
saat akar tanaman tidak mampu lagi menyerap air. Penyerapan hifa yang sangat
luas di dalam tanah menyebabkan jumlah air yang diambil akan meningkat
Meningkatnya tinggi tanaman akibat pemberian mikoriza diduga
karena bertambah baiknya kondisi perakaran tanaman. Kondisi perakaran yang
lebih baik tentunya menyebabkan unsur hara yang tersedia dalam tanah mudah
diserap oleh tanaman dengan bantuan JMA. Menurut Husin (1994; cit Maryeni &
Hervani, 2008) hifa JMA merupakan bagian terpenting dari mikoriza, karena hifa
ini akan membantu penyerapan unsur hara dari tanah. Dengan adanya hifa ini,
penyerapan hara terutama fosfor menjadi lebih besar dibanding dengan tanaman
yang tidak terinfeksi dengan JMA. Fungsi utama dari hifa adalah untuk menyerap
fosfor dari dalam tanah.
Lozano & Azcon (2000) menyatakan bahwa JMA dapat
meningkatkan ketahanan tanaman pada kondisi kekurangan air melalui peningkatan
penyerapan hara, transpirasi daun, dan efisiensi penguunaan air sehingaa
terjadi penurunan nisbah akar terhadap tajuk tanaman. Keadaan itu menunjukkan
bahwa fotosintesis tanaman meningkat dan fotosintat lebih banyak digunakan
untuk pertumbuhan tajuk.
Menurut Taufiq (2000) bobot kering tanaman (akar dan tajuk)
menunjukkan tingkat efesiensi metabolisme dari tanaman tersebut. Berat kering
total hasil panen tanaman merupakan penimbunan hasil bersih asimilasi CO2
selama pertumbuhan (Gardner et al., 1991). Semakin tinggi bobot kering maka
reaksi metabolisme semakin baik karena tanaman memiliki daun yang kokoh
sehingga proses fotosintesis berjalan lancar.
Berat kering tanaman memperlihatkan pola tanaman mengakumulasikan produk
dari fotosintesis.
Adanya JMA pada bibit tebu dapat menekan atau meminimalkan
terjadinya penyakit, karena bibit bermikoriza menjadi lebih sehat, nutrisi, dan
hara tercukupi. Intensitas penyakit karat jingga dapat ditekan karena tebu
memiliki pertumbuhan yang baik. JMA mampu menyerap unsur hara lebih baik dibandingkan
dengan tebu yang tanpa diberi JMA. Terpenuhinya unsur hara dan pertumbuhan yang
baik diduga dapat meningkatkan ketahanan tebu terhadap penyakit karat jingga.
KESIMPULAN
1.
Hasil eksplorasi pertanaman tebu di berbagai lokasi, diperoleh jamur mikoriza
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp., Entrophospora sp., Sclerocystis
sp., dan Sculetolspora sp. Dari keenam genus tersebut, genus Glomus yang
dominan.
2.
Hasil uji infektivitas dengan menggunakan klon tebu PS 862 menunjukkan bahwa
isolat MS, PKP, KLT, dan BTG menunjukkan infektivitas yang paling tinggi dan
dapat dijadikan kandidat bahan dalam pupuk hayati.
3.
Penambahan Jamur Mikoriza Arbuskular (JMA) pada bibit tebu menyebabkan
pertumbuhan bibit tebu menjadi lebih baik yang ditandai dengan nilai berat
segar dan berat kering tebu yang lebih tinggi.
4.
Penyakit tanaman yang diperoleh dari tebu yang diinokulasi JMA adalah penyakit
karat jingga, virus garis, bercak daun, dan blendok palsu (bakteri).
5.
Penyakit karat jingga merupakan penyakit yang paling dominan pada bibit tebu
mempunyai intensitas yang lebih rendah pada bibit tebu yang diinokulasi dengan
JMA dibandingkan kontrol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar