Senin, 19 Februari 2018

MAKALAH MANAJEMEN USAHA PERTANIAN KOMODITAS CABAI MERAH


MAKALAH MANAJEMEN USAHA PERTANIAN
KOMODITAS CABAI MERAH
http://zeagallery.com/wp-content/uploads/2013/07/Logo+UGM++.jpg


Oleh    :
                                   
           



FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

BAB I
A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan potensi pertanian yang cukup menjanjikan. Berbagai komoditas tanaman diusahakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia. Cabai keriting merupakan salah satu komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Masyarakat Indonesia yang cenderung menyukai rasa pedas dalam masakannya. Hal ini membuat cabai menjadi kebutuhan bumbu dapur yang sering dicari dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Harga cabai keriting di pasaran yang cukup menjanjikan membuat banyak petani memilih membudidayakan komoditas ini. Namun, seringkali harga tersebut mengalami fluktuasi tergantung dari cuaca dan iklim serta berbagai faktor produksi lain yang membuat harga cabai keriting dapat melonjak turun atau naik.
Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) adalah tumbuhan perdu yang berkayu, dan buahnya berasa pedas yang disebabkan oleh kandungan kapsaisin. Saat ini cabai menjadi salah satu komoditas sayuran yang banyak di butuhkan masyarakat, baik masyarakat lokal maupun internasional. Permintaan cabai semakin meningkat sebanding pertambahan jumlah penduduk. Budidaya cabai menjadi peluang usaha yang masih sangat menjanjikan, bukan hanya untuk pasar lokal saja namun juga berpeluang untuk memenuhi pasar ekspor (Santika, 2008).
Cabai termasuk komoditas hortikultura yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia. Permintaan cabai di Indonesia cukup tinggi dan relatif kontinyu, yakni rata-rata sebesar 4,6 kg per kapita per tahun( Istiyanti, 2010 cit Setiadi, 2010). Permintaan yang terus menerus dari masyarakat membuat petani juga berusaha untuk memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Selain itu masa tanam cabai merah keriting yang relatif cepat membuat masyarakat memilih membudidayakan tanaman ini. Dalam satu kali tanam, tanaman cabai merah keriting ini dapat dipanen 4-5 kali panen.
Tanaman cabai merupakan salah satu pilihan bagi petani di banyak wilayah termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di Yogyakarta terdapat empat kabupaten penghasil cabai yakni Sleman, Bantul, Gunungkidul dan Kulonprogo ( Isyanti, 2010 cit BPS Sleman, 2007). Keberadaan cabai secara umum di Indonesia belum bisa digantikan oleh komoditas lain. Selera masyarakat Indonesia yang menyukai cita rasa pedas semakin meningkat. Peningkatan tersebut dapat terlihat dengan semakin banyaknya kedai, restoran atau warung makanan yang menggunakan cabai sebagai bahan bakunya. Permintaan akan cabai akan terus meningkat sebanding dengan meningkatnya produsen makanan yang menggunakan cabai merah keriting sebagai bahan bakunya. Cabai sendiri dapat di konsumsi dalam keadaan segar, kering, serbuk dan produk olahan lain. Usaha budidaya cabai keriting perlu ditingkatkan agar tetap layak menjadi salah satu usaha tani petani Indonesia.


B.     Rumusan masalah
Cabai keriting merupakan komoditas yang menjanjikan namun memiliki harga yang selalu fluktuatif. Harga yang seringkali fluktuatif ini membuat para petani cabai seringkali tidak mendapatkan harga yang layak bahkan merugi. Budidaya cabai keriting juga seringkali terkendala oleh adanya OPT. Teknis produksi atau budidaya meliputi agroklimat, budidaya dan produktivitas cabai keriting juga perlu diperhatikan. Oleh karena itu makalah ini mengangkat masalah yang berkaitan dengan usaha tani cabai keriting meliputi teknis produksi, biaya produksi, hasil produksi, tenaga kerja yang digunakan, sifat usaha tani, sarana produksi serta faktor-faktor produksi lain.  
C.     Tujuan
1.      Mengetahui faktor-faktor produksi cabai keriting
2.      Mengetahui kendala-kendala dalam usaha tani cabai keriting
3.      Mengetahui dan menganalisis usaha tani komoditas cabai keriting






BAB II
USAHA TANI CABAI KERITING
A.    Faktor Produksi Alami
Tanaman cabai keriting sangat cocok ditanam pada ketinggian 0 – 500 m dpl dengan suhu antara 19– 30C dan curah hujan 1.000 – 3.000 m m/tahun.Tanaman cabai membutuhkan tanah yang gembur dan banyak mengandung unsur hara serta dapat tumbuh optimal pada tanah regosol dan andosol dengan pH tanah antara 6 - 7. Untuk menghindari genangan air pada lahan. Untuk penanaman cabai keriting lebih baik pada lahan yang agak miring dengan tingkat kemiringan tidak lebih dari 250. Lahan yang terlalu miring dapat menyebabkan erosi dan hilangnya pupuk, karena tercuci oleh air hujan (Rahman, 2010).
            Kebutuhan air untuk cabai keriting juga tidak terlalu berlebihan, tanah cukup sebatas pada kapasitas lapang, tidak menggenang, apabila menggenang tanaman akan membusuk. Tanaman cabai juga tidak harus ditanam di atas lahan yang luas, cabai juga dapat ditanam di atas polybag atau pot.
Hal- hal yang perlu dilakukan untuk budidaya tanaman cabai keriting berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu petani cabai keriting di Sleman yang bernama ibu Sumin, 52 tahun yakni:
a.       Persiapan lahan
Persiapan lahan dilakukan dengan cara mencangkul tanah yang akan ditanami agar menjadi gembur. Kemudian lahan dibuat bedengan.. Lahan yang diiliki ibu Sumin untuk menanam cabai yakni 75 m2
b.      Pemupukan
Pemupukan dilakukan satu kali pada saat persiapan lahan saja. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang.
c.       Penanaman cabai
Bibit cabai yang ditanam kira-kira sudah siap untuk pindah tanam memiliki 5-6 helai daun. Bibit didapatkan dari hasil pembibitan dari benih yang beliau dapatkan dari took-toko pertanian.
d.      Pemberian mulsa
Pemberian mulsa untuk meminimalisir adanya gulma serta mengurangi evaporasi air dalam tanah.
e.       Pemeliharaan
Pemeliharaan meliputi pengendalian OPT, penyiraman, pemberian ajir, dan penyulaman. Pengendalian OPT oleh narasumber dilakukan tergantung pada kondisi tanaman. Apabila kondisi tanaman baik tidak perlu dilakukan pengendalian menggunakan pestisida. Namun, apabila tanaman terserang OPT, baru dilakukan penyemprotan. OPT yang sering kali menyerang adalah lalat buah, walang sangit, penyakit daun keriting serta adanya gulma. Gulma dapat dihilangkan dengan cara manual. Penyiraman dilakukan untuk mencukupi kebutuhan air tanaman cabai yang di tanam pada musim kemarau. Penyiraman dilakukan satu hari sekali di pagi hari. Pemberian ajir dilakukan agar tanaman cabai tetap berdiri tegak dan batangnya kuat, tidak mudah roboh. Penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati, diganti dengan tanaman yang baru.
f.       Panen
Tanaman cabai keriting dapat dipanen hingga lima kali dalam satu kali masa tanam. Pemetikan dilakukan dengna rentang 4-5 hari sekali. Dengan lahan 75m2, ibu Sumin dapat memanen 90kg setiap kali petik. Hasil panen tersebut di jual kepada tengkulak dengan harga Rp 8.500,-/kg
Teknis budidaya tanaman cabai keriting tersebut apabila dibandingkan dengan teori kurang lebih sama. Seringkali petani menggunakan ilmu titen dalam usaha budidayanya. Teori hanyalah sebatas pengetahuan untuk menambah wawasan, untuk di lapangannya seringkali berbeda dengan teori bahkan lebih kompleks.
B.     Lahan dan Kepemilikan Lahan
Lahan yang dimiliki ibu Sumin ada 150m2 dan merupakan lahan milik sendiri. Lahan tersebut dimanfaatkan setengahnya untuk menanam cabai dan setengahnya yang lain untuk menanam kacang tanah. Selain itu narasumber juga bekerja sebagai petani sakap di lahan sakap yang ditanami kacang tanah dan padi. Jika panen, hasilnya adakn dibagi dengan bagian 1/3 kacang tanah dan ½ padi. Namun, dalam makalah ini hanya akan dibahas tentang komoditas utamanya saja yakni cabai keriting.
C.     Sarana produksi
Dalam budidaya tanaman cabai keriting, ibu Sumin menggunakan sarana-sarana produksi seperti benih, pupuk, pestisida, ajir dan mulsa. Dalam satu kali musim tanam ibu Sumin menggunakan 6kotak benih cabai yangg dibeli di toko pertanian, pupuk kandang yang digunakan saat mengolah tanah sebanyak 6karung/produksi, pestisida sebanyak 4 botol.
Tabel 1.  biaya sarana produksi
satuan
harga/satuan(Rp)
harga total(Rp)
Produksi:
benih
6 kotak
60,000
360,000
pupuk
6 karung/produksi
30,000
180,000
pestisida
4 botol/ produksi
40,000
160,000
ajir
80,000
mulsa
80,000
D.    Tenaga Kerja
Usaha tani cabai keriting yang dijalani narasumber menggunakan tenaga kerja dalam sebanyak 2orang untuk perawatan dan panen. Sedangkan tenaga kerja luar 2 orang dengan HOK 1 minggu setiap orang. Tenaga kerja luar tersebut digaji Rp 50.000,- per orang . Tenaga Kerja luar ini hanya digunakan saat pengolahan lahan saja.
E.     Panen dan Pasca Panen
Cabai keriting yang ditanam oleh narasumber dipanen setelah 80-90hari setelah tanam. Dalam satu kali musim panen dapat dipanen sebanyak lima kali panen dengan bobot setiap panen sebesar 90kg. Sehingga produksinya sebesar 450kg setiap satu kali musim dan produktivitasnya untuk lahan 75m2 sebesar 6kg/m2 . Hasil panen ini akan dijual ke pasar atau tengkulak dengan harga Rp8.500,-/kg.
F.      Analisis Usaha Tani
Tabel 2. Biaya produksi, pendapatan petani
satuan
harga/satuan
harga total
Produksi:
benih
6 kotak
60,000
360,000
pupuk
6 karung/produksi
30,000
180,000
pestisida
4 botol/ produksi
40,000
160,000
ajir
80,000
mulsa
80,000
tenaga kerja dalam
14 hok
tenaga kerja luar
14 hok
50,000/ hok
700,000
total biaya produksi
1,560,000
hasil produksi
5 kali petik x 90kg
8,500/kg
3,825,000
pendapatan petani
2,265,000
Dari hasil analisis tersebut didapatkan bahwa untuk lahan 75m2 dalam satu kali musim tanam cabai keriting pendapatan yang didapat sebesar Rp2.265.000,- . Dengan demikian, untuk setiap bulannya maka pendapatan dari hasil usaha cabai sebesar Rp775.000,-.
Jika dianalisis kelayakan usaha taninya menggunakan B/C rasio dengan cara membandingkan antara penerimaan kotor (hasil penjualan) dan biaya total yang dikeluarkan maka , usaha tani tersebut layak untuk diusahakan sesuai dengan perhitungan di bawah ini
Kelayakan usaha tani=
R/C= 3,825,000/ 1,560,000
            = 2,45 à > 1 sehingga layak

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan :
1.      Faktor-faktor produksi usaha tani cabai keriting meliputi iklim, tanah, tenaga kerja, agroklimat dll
2.      Kendala dalam usaha tani ini adalah fluktuasi harga serta adanya OPT
3.      Dari hasil analisis usaha tani cabai tersebut layak untuk diusahakan
DAFTAR PUSTAKA

Rahman, S. 2010. Meraup Untung Bertanam Cabai Rawit dengan Polybag. Lily Publisher : Yogyakarta
Santika,A. 2008. Agribisnis Cabai. Jakarta: Penebar Swadaya.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar