Senin, 19 Februari 2018

ACARA II UJI SARING KETAHANAN TOMAT TERHADAP NEMATODA


ACARA II
UJI SARING KETAHANAN TOMAT TERHADAP NEMATODA

ABSTRAKSI
Praktikum Metode Pemuliaan Tanaman acara II yaitu Uji Saring Ketahanan Tanaman Tomat Terhadap Nematoda dengan tujuan melakukan uji saring ketahanan 4 kultivar tomat terhadap nematoda, mengetahui gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh nematoda, dan mengetahui perbedaan tanaman yang tahan dan peka terhadap nematoda dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Oktober 2015 di Rumah Kaca Jurusan Budidaya Petanian, Fakultas Pertanian, Universitas gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih tomat Gondol Putih, Gondol Ijo, Makoto, Tahan dan setengah Tahan. Kemudian Nematoda puru akar stadia 2, pupuk organik dan anorganik, gas, hematoxilin, eosin, alcohol, emersi dan tanah steril.  Sedangkan alat yang digunakan adalah polibag, bak pembibitan , gembor, alat sterilisasi tanah, alat ekstrasi-isolasi, perlengkapan menghitung nematode, hand counter, mikroskop, alat penangas/pengukus. Dapat disimpulkan empat kultivar tomat yang dipakai diuji ketahanan terhadap nematoda puru akar dengan menginokulasi tanaman tersebut, kemudian diamati. Gejala pada bagian tanaman tersebut dikenal dengan sebutan puru. Pada akar, serangan nematoda ini menyebabkan berkurangnya volume dan efisiensi fungsi sistem perakaran. Dari hasil pengamatan yang dilakukan, intensitas serangan yang paling kecil sampai terbesar yakni varietas Gondol Putih, Gondol Hijau, Makoto, Setengah Tahan, dan Tahan. Dengan begitu kultivar Gondol Putih merupakan varietas yang tahan terhadap nematoda, sedangkan kultivar Tahan merupakan varietas yang rentan.
Kata kunci : Inokulasi, Nematoda, Tahan

I.                   PENDAHULUAN
A.                Latar Belakang
Tomat (Lycopersicon esculentum Mill.) adalah komoditas unggulan hortikultura yang mempunyai nilai ekonomis penting di Indonesia. Buah tomat banyak dimanfaatkan sebagai sayuran,bumbu masak, buah meja, minuman, dan sebagai bahan baku industri misalnya dibuat saus, bahan pewarna makanan, dan kosmetik. Di Indonesia, kebutuhan pasar sayuran terutama buah tomat dari tahun ke tahun meningkat. Hal ini tercermin dari angka produksi tomat, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) produksi tomat berturut-turut meningkat pada tahun 2007 sampai tahun 2011. Kendala yang sering dihadapi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri yaitu ketidaksesuaian antara kualitas yang diperlukan dengan kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu, kurang tersedianya tomat varietas unggul yang mempunyai produksi tinggi, buah berkualitas baik, dan tahan terhadap hama dan penyakit. Penyakit yang menginfeksi tanaman tomat antara lain puru akar disebabkan nematoda puru akar (Meloidogyne spp.)
Nematoda puru akar (root knot nematodes) adalah infeksi patogen bengkak  akar yang disebabkan oleh nematoda Meloidoggyne spp dimulai oleh bagian akar dan terjadi pada semua tingkat pertumbuhan tanaman. Gejala khas yang tampak setelah infeksi ialah terbentuknya puru atau benjolan-benjolan pada akar tanaman inang. Selain menyerang tanaman yang termasuk Familia Solanaceae, patogen ini dapat pula menginfeksi tanaman pertanian lain terutama sayur-sayuran seperti lobak, kubis , sawi dan beberapa tanaman perkebunan seperti kopi, jeruk, tembakau dan sebagainya. Tanaman yang diserang ditandai adanya terbentuknya puru atau gall pada sistem perakarannya, daunnya mengalami klorosis,tanaman kerdil, daunya layu dan banyak gugur, sedangkan akar lebih sedikit, bila tanaman yang terserang hebat/parah, maka tanaman tersebut akan mati. Oleh karena itu diperlukannya uji saring utung mengetahui kultivar tomat mana yang tahan terhadap nematoda.
B.                 Tujuan
1.                  Melakukan uji saring ketahanan 4 kultivar tomat terhadap nematoda
2.                  Mengetahui gejala kerusakan yang ditimbulkan oleh nematoda
3.                  Mengetahui perbedaan tanaman yang tahan dan peka terhadap nematoda

II. TINJAUAN PUSTAKA
Nematoda puru akar (Meloidogyne sp.) merupakan salah satu penyakit penting pada berbagai tanaman berekonomi tinggi.Akibat serangan nematoda puru akar menyebabkan kerusakan secara kualitatif maupun kuantitatif. Kerusakan akibat nematoda puru akar pada berbagai tanaman, baik di daerah tropik maupun subtropik cukup besar sehingga sangat merugikan secara ekonomi.  Meloidogyne spp. yang dikenal sebagai nematoda puru akar merupakan nematoda parasit penting yang memiliki distribusi yang luas dan mampu menginfeksi berbagai macam tanaman pertanian. Terdapat 6 spesies utama Meloidogyne yang merugikan secara ekonomi, yaitu M. incognita, M. arenaria, M. javanica, M. hapla, M. fallax dan M. chitwoodi.  M. arenaria, M. incognita, dan M. javanica pernah dilaporkan menyerang kentang di Jawa  Barat dengan gejala khas bintil pada umbi kentang. Informasi mengenai spesies Meloidogyne yang menginfeksi diidentifikasi dengan metode identifikasi didasarkan pada karakter morfologi. Namun kini identifikasi dapat dilakukan berdasarkan karakter molekul DNA dengan teknik polymerase chain reaction (PCR) (Supramana & Gede, 2015). Selain nematoda puru akar menyerang tanaman tomat, ternyata menurut Munif, et al. (2015), salah satu tanaman budidaya yang dapat terserang oleh nematoda ini ialah padi. Serangan nematoda puru akar (NPA) pada tanaman padi dapat mengakibatkan kehilangan hasil yang bervariasi bergantung pada tingkat kepadatan populasi nematoda. Beberapa hasil laporan menyatakan bahwa kehilangan hasil yang disebabkan oleh NPA pada tanaman padi berkisar 20–80% di berbagai kawasan Asia Selatan dan Tenggara.
NPA menyerang bagian tanaman di bawah permukaan tanah terutama akar,  dan umbi. Gejala pada bagian tanaman tersebut dikenal dengan sebutan puru. Gejala pada bagian tajuk seperti kekurangan nutrisi dan kekurangan air. Secara umum keberadaan nematoda ini tidak mematikan tanaman tetapi dapat mempredisposisikan patogen sekunder lain seperti bakteri dan cendawan untuk menginfeksi dan dapat menyebabkan kematian pada tanaman. Secara umum gejala pada bagian tajuk menyebabkan tanaman layu, umbi yang dihasilkan pun sedikit (Apriliyani, 2015). 
Penggunaan musuh alami nematoda puru akar ini berasal dari kelompok organisme, seperti jamur dan bakteri.Keduanya bersifat antagonis sehingga dapat digunakan sebagai agens hayati yang sesuai untuk mengendalikan nematoda puru akar. Ditinjau dari segi  keamanan lingkungan, pengendalian nematoda dengan menggunakan agens hayati baik jamur ataupun bakteri merupakan alternatif pilihan yang lebih baik dibandingkan dengan cara konvensional yang menggunakan pestisida kimia (Yus, et al., 2014). Siddiqui dan Mahmood (1998) cit Yus, et al. (2014),  menyatakan bahwa kelompok bakteri yang banyak digunakan sebagai agens hayati nematoda puru akar, antara lain Pasteuria penetrans, kelompok Bacillus dan Pseudomonas. Adapun pengendalian dengan penggunaan pestisida dapat juga dilakukan. Penggunaan pestisida sintetik yang tidak bijaksana akan merusak lingkunga n dan kesehatan manusia. Hal ini terjadi karena tidak semua pestisida yang digunakan mampu mengenai OPT sasaran. Tiga puluh persen pestisida terbuang ke tanah pada musim kemarau, dan 80% pada musim hujan, kemudian pestisida ini akan terbuang juga ke dalam perairan. Bahan beracun itu akan mempengaruhi biota  baik yang ada di dalam tanah, air maupun bagian permukaan atas tanaman termasuk mikroba epifit yang terdapat pada permukaan tanaman. Biota-biota berguna lainnya yang mungkin dipengaruhi pestisida (Suryaningsih & Widjaja, 2014).

III. METODOLOGI
Praktikum Metode Pemuliaan Tanaman acara II yaitu Uji Saring Ketahanan Tanaman Tomat Terhadap Nematoda dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Oktober 2015 di Rumah Kaca Jurusan Budidaya Petanian, Fakultas Pertanian, Universitas gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah benih tomat Gondol Putih, Gondol Ijo, Makoto, Tahan dan setengah Tahan. Kemudian Nematoda puru akar stadia 2, pupuk organik dan anorganik, gas, hematoxilin, eosin, alcohol, emersi dan tanah steril.  Sedangkan alat yang digunakan adalah polibag, bak pembibitan , gembor, alat sterilisasi tanah, alat ekstrasi-isolasi, perlengkapan menghitung nematode, hand counter, mikroskop, alat penangas/pengukus.
            Petama disiapkan benih tomat dengan berbagai varietas, kemudian ditanam pada bak pembibitan dengan media yang steril. Sterilisasi dilakukan dengan mengukus media media selama 2-3 jam. Dengan dilakukan penyiraman tiap hari digunakan air steril/aquadest yang disediakan. Kemudian setelah bibit berumur 21 hari kemudian dipindahkan dalam polibag dengan media steril (1 kg/polibag). Tanaman dipastikan hidup dan pada hari ke 28 dilakukan inokulasi nematode. Setelah pada umur ± 45 hari dilakukan pengamatan dengan dibongkar tanaman. Pembongkaran dilakukan dengan memberikan air yang banyak sehingga tanah menjadi lunak sehingga akar tidak putus. Setelah itu akar dilakukan scoring 0-5 yaitu 0 untuk tidak ada tanda terbentuknya gall/puru (benjolan), 1 untuk tampak sedikit, 2 untuk <25 24-50="" 3="" 4="" 50-75="" 5="" dan="" untuk="">75%. Kemudian diukur tinggi tanaman, panjang akar, dan volume akar. Setelah itu dilakukan uji analisis varian dengan Rancangan Acak Kelompok Lengkap Subsampling dengan kelompok sebagai blok. Analisis varian kemudian dilakukan analisis varian kemudian dilanjutkan dengan uji DMRT α=5%  untuk membandingkan rerata antar tanaman.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.                Hasil
Tabel 1. Anova Tinggi Tanaman
SR
Df
Sum Sq
Mean Sq
F value
Pr(>F)  
kultivar
4
915.4 
228.85  
2.215 
0.104
kelompok
5
447.7  
89.55  
0.867 
0.520
kultivar:kelompok
20
2065.9 
103.29  
2.396
0.0166 *
Residuals
28
1206.9  
43.10                 



Tabel 2. Anova Panjang Akar
SR
Df
Sum Sq
Mean Sq
F value
Pr(>F) 
kultivar
4
6.522  
1.630  
1.379 
0.277
kelompok 
5
8.097  
1.619  
1.370 
0.277
kultivar:kelompok
20
23.644 
1.1822  
1.750
0.0848
Residuals
28
18.910 
0.6754                



Tabel 3. Anova Volume Akar
SR
Df
Sum Sq
Mean Sq
F value
Pr(>F) 
kultivar
4
4.035 
1.0088  
1.668
0.19683  
kelompok
5
13.107
2.6214  
4.334
0.00781 **
kultivar:kelompok
20
12.098 
0.6049  
0.841
0.6517 
Residual
28
20.150 
0.7196                



Tabel 4. Anova Skor
SR
Df
Sum Sq
Mean Sq
F value
Pr(>F) 
kultivar
4
16.636  
4.159  
5.132
0.00519**
kelompok
5
7.089  
1.418  
1.750
0.16940  
kultivar:kelompok
20
16.21  
0.810  
0.567
0.9037 
Residuals 
28
40.00  
1.429                



Tabel 5. Hasil Uji Lanjut DMRT
Kultivar
Karakter

Tinggi Tanaman
Panjang Akar
Skoring
Volume Akar
Tahan
26.35a
4.08a
0.08b
1.75a
½ Tahan
17.62b
3.19a
1.08a
1.03a
Makoto
25.99a
3.77a
1.42a
1.28a
Gondol Putih
25.9a
3.30a
1.42a
1.16a
Gondol Hijau
18.38b
3.36a
1.64a
1.55a
B. Pembahasan
Nematoda penyakit tumbuhan merupakan salah satu organisme pengganggu tumbuhan yang menyebabkan kerusakan sel atau jaringan akar. Bentuk kerusakan sel atau jaringan akar yang biasa terlihat adalah puru akar. Dalam bidang pertanian nematoda cukup menjadi permasalahan yang serius. Karena kerugian langsung yang disebabkan oleh nematoda adalah dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian. Pada tanaman sayuran penurunan hasil produksi dapat mencapai 50% apabila serangan nematoda tersebut bersamaan dengan patogen lain, seperti cendawan, bakteri dan virus.
Meloidogyne spp. merupakan nematoda yang berkembang sangat cepat dan mempunyai daya tekan tinggi terhadap pertumbuhan tanaman dengan gejala khas terlihat pada akar, yaitu berupa bintil-bintil yang disebut dengan puru akar (Whitehead, 1998). Selain terbentuknya gall atau puru pada sistem perakarannya, tanaman yang terserang Meloidogyne spp daunnya mengalami klorosis, tanaman kerdil, daunnya layu dan banyak yang gugur, akar lebih sedikit, dan bila tanaman yang terserang hebat atau parah maka tanaman yang terserang akan mati (Taylor and Sasser, 1978). Nematoda puru akar menyerang pada bagian tanaman yang ada di bawah permukaan tanah terutama akar, umbi, dan polong. Gejala pada bagian tanaman tersebut dikenal dengan sebutan puru. Pada akar, serangan nematoda ini menyebabkan berkurangnya volume dan efisiensi fungsi sistem perakaran. Akar yang terserang berat lebih pendek daripada akar yang sehat dengan sedikit akar lateral dan rambut akar. Gangguan pada sistem perakaran ini menyebabkan   berkurangnya   penyerapan   air   dan   nutrisi   dari   dalam   tanah   sehingga menimbulkan gejala yang tampak seperti malnutrisi dan kekurangan air. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), daun layu pada siang hari, menguning, gugur dan akhirnya mengurangi jumlah bunga dan buah. Akar tanaman yang terserang nematoda akan menjadi membengkak, atau memanjang dengan besar bervariasi, ini disebabkan karena, adanya nematode betina, telur, dan larva. Betina   yang   dewasa   akan   menimbulkan   pembengkakan   pada   akar   tanaman,   sedangkan nematoda jantan akan menimbulkan bisul-bisul yang berbau busuk pada akar, ini disebabkan karena adanya air ludah atau kotoran atau nematoda yang bisa menyebabkan hipertropi.
Tomat merupakan salah satu tanaman sayuran yang sangat penting, karena diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Kemampuan tomat untuk dapat berbuah sangat tergantung dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya, baik dari faktor eksternal maupun internal tanaman tomat. Upaya untuk menanggulangi permasalahan yang berkaitan dengan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tomat adalah dengan perbaikan teknik budidaya tanaman tomat. Salah satu permasalahan yang sering muncul pada pertanaman tomat adalah interaksi antara lingkungan dengan tanaman yang sering tidak menguntungkan bagi tanaman, misalnya adanya nematoda Meloidogyne spp. Yang ada pada akar tanaman tomat. Oleh karena itu, diperlukan suatu kegiatan pemuliaan tanaman yang bertujuan untuk mendapatkan varietas atau kultivar yang tahan terhadap nematoda tersebut.
Kegiatan pemuliaan tanaman dimaksudkan untuk mendapatkan varietas tanaman yang sifatnya unggul dan mempunyai nilai ekonomis. Tujuan akhir setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan tanaman dengan sifat yang lebih baik (unggul) dalam hal ini adalah sifat-sifat tertentu yang diinginkan pemulia. Salah satu kegiatan yang ada pada pemuliaan tanaman yaitu melakukan seleksi untuk mendapatkan tanaman yang diharapkan. Pada praktikum kali ini, dilakukan proses penyaringan atau seleksi tanaman tomat yang telah diinfeksi nematoda puru akar. Pengamatan yang dilakukan yaitu dengan mengamati pertumbuhan tanaman tomat dan kenampakan luar (fenotipe).
            Pengetahuan tentang pertahanan tanaman sangat cepat berkembang. Tanaman menggunakan berbagai sistem untuk menghambat, membatasi atau mencegah pertumbuhan parasit. Semua tanaman mempunyai potensi secara genetik untuk mekanisme resistensi terhadap cendawan, bakteri, virus dan nematoda patogen. Mekanisme tersebut pada tanaman yang resisten cepat terjadi setelah patogen muncul, sehingga dapat menghambat atau mencegah perkembangan patogen, sebaliknya pada tanaman yang rentan, mekanisme tersebut lebih lambat terjadi sehingga patogen telah berkembang terlebih dahulu. Keberhasilan patogen berkembang di dalam inang sangat tergantung dari pengenalan inang terhadap patogen suatu interaksi yang kompatibel antara inang dan patogen akan menyebabkan patogen mampu menekan kemampuan tanaman untuk menghambat inokulasi berikutnya dari patogen yang tidak kompatibel dan sebaliknya interaksi yang tidak kompatibel dapat melidungi tanaman dari infeksi patogen yang kompatibel
Ada beberapa mekanisme resistensi yang dilakukan tanaman sebagai reaksi dari infeksi nematoda parasit, diantaranya adalah sebagai berikut :
1.      Menghasilkan zat beracun
            Tanaman tertentu yang tumbuh pada tanah yang terinfeksi nematoda mampumenekan populasi nematoda.Seperti Tagetes patula (kenikir /marigold).Tanaman inimengandung derivat theophene dan ?-tetratrienil dari ekstraksi daun dan batangnya yang bersifat nematisidal terhadap Tylenchus semipenetrans dan Anguina tritici. Eksudat akar dari beberapa tanaman Cruciferae mengandung isotiosianat yang dapat menghambat penetasantelur nematoda siste. Asam asparagurik yang diisolasi dari ekstrak akar tanaman Asparagus officinalis dapat menekan populasi M. incognita, Pratylenchus penetrans dan Paratrichodorus dengan cara menghambat kholinesterase yang merupakan enzim saraf dan alat indera. Suatu penelitian menemukan sejumlah senyawa fenolik yang tinggi di dalam tanaman tomat dan tembakau yang resisten terhadap Meloidogyne daripada tanamn yang rentan.
2.      Reaksi Hipersensitif
Banyak nematoda mendorong kematian sel di sekitar tempat infeksinya secara cepat apabila mereka masuk ke dalam inang yang tidak kompatibel. Feeding site pada tanaman yang resisten menunjukkann gejala yang sama dengan tanaman yang rentan pada interaksi inang resisten dengan nematoda endoparasit sedentari, tetapi dalam beberapa hari nematoda akan mati dan tidak mampu menyelesaikan siklus hidupnya. Hal ini diduga karena tanaman memberikan respon pertahanan dari infeksi namatoda tersebut,  sehingga menghambat perkembangan nematoda. Bentuk pertahanan nekrotik dan hipersensitif merupakan suatu bentuk pertahanan yang umum terjadi pada interaksi inang-nematoda. Kelihatannya jaringan yang mengalami nekrotik akan mengisolasi parasit obligat dari substansi hidup disekitarnya karena patogen sangat tergantung pada bahan makanan dari jaringan tersebut, karena kematian sel menyebabkan nematoda juga mati. Lebih cepat sel-selinang mati setelah infeksi nematoda, maka tanaman terlihat lebih tahan.
3.      Fitoaleksin
            Fitoaleksin adalah zat toksin yang dihasilkan oleh tanaman dalam jumlah yang cukup hanya setelah dirangsang oleh berbagai mikroorganisme patogenik atau oleh kerusakan mekanis dan kimia. Fitoaleksin dihasilkan oleh sel sehat yang berdekatan dengan sel-sel rusak dan nekrotik sebagai jawaban terhadap zat yang berdifusi dari sel yang rusak. Fitoaleksin terakumulasi mengelilingi jaringan nekrosis yang rentan dan resisten. Ketahanan terjadi apabila satu jenis fitoaleksin atau lebih mencapai konsentrasi yang cukup untuk mencegah patogen berkembang. Beberapa fitoaleksin dikenal sebagai agensia resistensi terhadap cendawan dan bakteri, tetapi hanya ada beberapa contoh dari aktivitasnya terhadap nematoda..
Sebuah penelitian mengungkapkan, infeksi oleh Meloidogyne spp menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap infeksi oleh jamur patogen. Oleh karena kandungan eksudat puru akar dirubah dan jumlahnya meningkat, maka jamur pada stadium istirahat yang terjangkau oleh akar tersebut berubah menjadi sel yang membengkak (giant cell) pada jaringan akar tanaman yang disebabkan oleh adanya parasitisme oleh Meloidogyne spp., umumnya mempredisposisi tanaman oleh serangan patogen menular khususnya oleh cendawan dan bakteri. Resistensi terhadap nematoda puru akar diamati awalnya dalam beberapa aksesi dari tomat liar spesies Lycopersicon Peruvianum, dan kemudian terbukti karena gen dominan tunggal bernama Mi. Penelitian lebih lanjut menunjukkan bahwa gen ini mengontrol tiga spesies utama Meloidogyne arenaria, M.incognita dan M.javanica.
Upaya pengendalian nematoda Meloidogyne spp. sebagai penyebab puru akar telah banyak dilakukan, antara lain dengan sanitasi, pergiliran tanaman, pengaturan cara bercocok tanam, penggunaan varietas tahan, dan aplikasi nematisida. Penggunaan nematisida berbahan kimia sintetik merupakan cara yang sering dilakukan untuk mengendalikan nematoda puru akar, baik sebagai fumigan maupun nematisida sistemik. Nematisida ini menimbulkan banyak efek samping seperti membunuh fauna tanah dan membebaskan senyawa organik, termasuk N sehingga menurunkan kesuburan tanah. Alternatif yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak negatif tersebut adalah dengan menggunakan nematisida lain yang lebih murah, mudah didapat, aman bagi manusia dan lingkungan yaitu dengan menggunakan pestisida nabati dari tumbuhan yang menghasilkan zat nematisida. Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas Linn.) mengandung bahan aktif flavonoid dan tanin yang dapat digunakan sebagai nematisida. Jarak pagar mengandung racun yang cukup kuat berupa alkaloid. Daun dan batang jarak pagar juga mengandung polifenol. Berdasarkan hal di atas maka dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun jarak pagar dalam menghambat perkembangan nematoda puru akar Meloidogyne spp. pada tanaman tomat.
Salah satu jenis tanaman yang dapat digunakan sebagai pestisida nabati adalah tanaman pepaya (Carica papaya L). Untuk maksud tersebut biji papaya dapat dimanfaatkan, karena biji pepaya mengandung glukosida cacirin dan karpain, yang berkhasiat untuk membunuh cacing. Selain itu pepaya juga mengandung papain dan karposit yang merupakan bahan yang mengandung enzim pro-teolitik yang berguna untuk melunakkan daging. Pengendalian nematoda Meloidogyne spp. dengan menggunakan pestisida nabati dapat dilakukan dengan berbagai cara aplikasi, seperti penyemprotan pada permukaan tanaman, fumigasi, dan kontak langsung pestisida dengan nematoda.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, intensitas serangan yang paling kecil sampai terbesar yakni varietas Gondol Putih, Gondol Hijau, Makoto, Setengah Tahan, dan Tahan. Varietas Gondol Putih cenderung tahan dan mempunyai kenampakan luar (fenotip) yang lebih baik dari pada varietas yang lain. Setiap metode seleksi bergantung pada nilai heritabilitas dari sifat tanaman yang akan diperbaiki. Macam seleksi tentunya akan mendapatkan hasil yang berbeda kualitas antara satu metode dengan metode lainnya. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan. Ada anggapan yang menyatakan, bahwa seleksi massa tidak efektif untuk perbaikkan hasil, karena hanya tanaman-tanaman yang memperlihatkan keturunan yang baik saja yang dipilih sebagai tetua untuk siklus seleksi berikutnya. Variabilitas genetik yang luas merupakan salah satu syarat keberhasilan seleksi terhadap karakter yang diinginkan juga nilai rata-rata yang tinggi. Tetapi dengan melihat variabilitas genetik saja sangat sulit untuk mempelajari suatu karakter. Untuk itu diperlukan parameter genetik lain, seperti heritabilitas (Wicaksana, 2001).
Pada intensitas serangan diamati banyaknya serangan Meloidogyne spp. yang menyebabkan puru akar tanaman tomat dengan diskoring antara 0-5. Berdasarkan data hasil pengamatan tabel 1 terlihat, bahwa Kultivar dan kelompok (blok) tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada tinggi tanaman, sedangakan kultivar dalam perlakuan menunjukan pengaruh yang signifikan pada tinggi tanaman. Intensitas serangan yang terendah yaitu tomat varietas tahan dengan nilai skoring munculnya puru akar 1. Pada hasil uji lanjut (Tabel 5) terlihat bahwa tinggi tanaman tomat varietas Tahan, Makoto dan Gondol Putih tidak berbeda nyata serta tinggi tanaman tomat varietas Setengah Tahan dan Gondol Hijau tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata.  Namun tinggi tanaman tomat varietas Tahan, Makoto dan Gondol Putih berbeda nyata dengan tomat varietas Setengah Tahan dan Gondol. Secara teori menyatakan bahwa Makoto merupakan varietas yang dirakit oleh pemulia tanaman sebagai varietas yang tahan terhadap nematoda, namun Gondol putih merupakan varietas yang rentan. Pada parameter tinggi tanaman, nilai tertinggi adalah tanaman tomat varietas Makoto 40 cm, varietas Setengah Tahan 38,5 cm, dan varietas Tahan 36 cm, sedangkan nilai terendah ada pada tanaman tomat varietas Gondol Putih dan Gondol Hijau. Namun, pada uji lanjut terlihat, bahwa terdapat beda nyata antara tomat varietas Gondol Putih dengan varietas Gondol Hijau.
Tabel anova panjang akar tanaman tomat menunjukkan, bahwa Kultivar dan kelompok (blok) tidak memberikan pengaruh yang signifikan pada panjang akar, dan juga kultivar dalam perlakuan tidak menunjukan pengaruh yang signifikan pada panjang akar. Tanaman tomat dengan varietas Gondol hijau memiliki panjang akar tertinggi yaitu 29 cm, dan varietas Gondol Putih memiliki panjang akar terpendek yaitu 3 cm. Setelah di uji lanjut, panjang akar untuk tiap-tiap varietas tomat menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Hal ini di dapat dikatakan, bahwa meskipun kelima varietas tomat tersebut menunjukkan intensitas serangan yang berbeda-beda, namun mempunyai panjang akar yang tidak berbeda nyata. Hal ini dikarenakan adanya faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan akar. Pada praktikum, media yang digunakan untuk menumbuhkan tanaman tomat yaitu tanah yang dicampur dengan pupuk kandang. Dalam hal ini, sangat dimungkinkan, bahwa unsur-unsur hara yang diserap tiap varietas tanaman tomat tersebut berbeda-beda. Davide dan Trianthaphyllou (1967) menyatakan, bahwa perbedaan kandungan unsur N,P, K dan Ca dalam jaringan akar diduga erat kaitanya dengan perbedaan perpanjangan akar tanaman pada varietas yang diuji meskipun intensitas serangan nematoda berbeda.
Untuk parameter volume akar, nilai volume tertinggi ada pada tomat varietas tahan dengan nilai 4 mm dan volume terendah pada tomat varietas Setengah Tahan dan Gondol Putih dengan nilai 0,1 mm. Namun, hasil uji lanjut DMRT menunjukkan, bahwa tidak ada beda nyata dari ke lima varietas tomat tersebut. Hal tersebut dapat disebabkan karena ketika perawatan, terdapat kelompok yang jarang melakukan penyiraman tanaman, sehingga ketersediaan air di dalam tanah sedikit. Hal ini dapat menghambat pertumbuhan tanaman tomat yang akan mempengaruhi volume akar tanaman.







V. KESIMPULAN
1.      Empat kultivar tomat yang dipakai ialah Gondol Putih, Gondol Ijo, Makoto, Tahan dan setengah Tahan yang diuji ketahanan terhadap nematoda puru akar dengan menginokulasi tanaman tersebut, kemudian diamati.
2.      Gejala pada bagian tanaman tersebut dikenal dengan sebutan puru. Pada akar, serangan nematoda ini menyebabkan berkurangnya volume dan efisiensi fungsi sistem perakaran. Hal ini menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat (kerdil), daun layu pada siang hari, menguning, gugur dan akhirnya mengurangi jumlah bunga dan buah
3.      Dari hasil pengamatan yang dilakukan, intensitas serangan yang paling kecil sampai terbesar yakni varietas Gondol Putih, Gondol Hijau, Makoto, Setengah Tahan, dan Tahan. Varietas Gondol Putih cenderung tahan dan mempunyai kenampakan luar (fenotip) yang lebih baik dari pada varietas yang lain. Untuk parameter volume akar, nilai volume tertinggi ada pada tomat varietas tahan dan volume terendah pada tomat varietas Setengah Tahan dan Gondol Putih. Pada parameter tinggi tanaman, nilai tertinggi adalah tanaman tomat varietas Makoto,  Setengah Tahan, dan varietas Tahan, sedangkan nilai terendah ada pada tanaman tomat varietas Gondol Putih dan Gondol Hijau. Dengan begitu kultivar Gondol Putih merupakan varietas yang tahan terhadap nematoda, sedangkan kultivar Tahan merupakan varietas yang rentan.











DAFTAR PUSTAKA
Aprilyani. 2015. Deteksi dan Identifikasi Spesies Nematoda Puru Akar Meloidogyne Penyembab Umbi Berbintil pada Kentang. IPB Press, Bogor.
Davide, R. G., Triantaphyllou. 1967. Influence of environment on development and sex differentiation of root-knot nematodes II. Effect of host nutrition, Nematologica 13: 111-117.
Munif, A., Mochamad Y.N., dan Gede, S. 2015. Identifikasi nematoda puru akar, Meloidogyne graminicola, pada tanaman padi di Jawa Barat. Jurnal Fitopatologi Indonesia 11: 113—120.
Nezriyetti dan Trias N. 2012. Efektivitas ekstrak daun jarak pagar (Jatropa curcas L.) dalam menghambat perkembangan nematoda puru akar Meloidogyne spp. pada tanaman tomat. Jurnal Biospecies Fakultas Pertanian Universitas Jambi 5: (2) hal 35 – 39.
Rukmana, R. 1995. Pepaya Budidaya Dan Pasca Panen. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. hal 16-17.
Supramana, Aprilyani, dan Gede, S. 2015. Meloidogyne incognita penyebab umbi berbintil pada kentang di beberapa sentra produksi kentang di  Jawa 11: 153—159.
Suryaningsih, E., dan Widjaja, W.H. 2004. Mengenal Hama dan Penyakit pada Tanaman Sayuran. PT. Mitra Buana Pasundan, Bandung.
Taylor, A.L. and J.N. Sasser. 1978. Biologi, identification and control of root knot nematodes (Meloidogyne spp) International Carolina Meloidogyne Project. Nor Carolina State University Graphics, USA.
Yus, I.D.M., Bambang, T.R., dan Toto, H. 2014. Pengaruh aplikasi bakteri Pseudomonas fluorescens DAN Bacillus subtilis terhadap mortalitas nematoda puru akar (Meloidogyne javanica) di laboratorium. Jurnal HPT 2: 9—17.
Whitehead, A.G. 1998. Plant Nematode Control. CAB International, London.
Wicaksana, N. 2001. Phenotypic performance and several genetic parameters of 16 genotypes of potato at medium wet land. Zuriat 12: 15-21.














LAPORAN PRAKTIKUM METODE PEMULIAAN TANAMAN UJI SARING KETAHANAN TANAMAN TOMAT TERHADAP NEMATODA

HB Disk:Documents:Logo UGM +.jpg










Disusun oleh :
M. Iqbal               (12
Desy Kurniawati         (13178)
Dhinai Saraswati (13180)
Lutfi Ariansyah   (131)
Aprilia Dwi K.    (131)



LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2015
LAMPIRAN
DATA AWAL

   kultivar kelompok ulangan   tt   pa  s  vol
1    makoto        6       1   NA   NA NA   NA
2    makoto        6       2 40.0 12.0  1 2.00
3     tahan        6       1 30.0 25.0  0 1.00
4     tahan        6       2 36.0 26.0  0 4.00
5  tahanset        6       1 27.0 28.0  2 2.00
6  tahanset        6       2  3.8  5.1  0 0.50
7        gp        6       1 27.5 13.0  1 2.00
8        gp        6       2 30.0 12.0  1 3.00
9        gh        6       1 18.8 24.5  3 3.00
10       gh        6       2 19.0 15.5  1 2.00
11       gp        1       1 25.8  7.5  1 0.75
12       gp        1       2 16.8  5.5  0 0.25
13       gh        1       1 15.0  5.0  1 2.00
14       gh        1       2 21.2 12.5  0 2.00
15 tahanset        1       1 29.2 11.0  1 2.00
16 tahanset        1       2 22.9 11.0  0 1.50
17    tahan        1       1 22.0  9.0  0 1.00
18    tahan        1       2 24.4 11.0  0 3.00
19   makoto        1       1 33.2 15.2  2 3.00
20   makoto        1       2 27.8 11.5  0 0.90
21 tahanset        4       1  5.4  5.0  2 0.10
22 tahanset        4       2  6.5  8.0  1 0.10
23       gh        4       1 28.3 29.0  1 2.00
24       gh        4       2 22.0 20.0  1 2.00
25    tahan        4       1 32.5 23.0  0 3.00
26    tahan        4       2 21.4 15.0  0 1.00
27   makoto        4       1 32.0 15.5  0 2.00
28   makoto        4       2 20.0  9.0  0 0.50
29       gp        4       1 28.0 12.0  2 1.00
30       gp        4       2 35.0 13.5  1 0.50
31       gh        3       1 14.5  1.5  2 1.00
32       gh        3       2 12.0  4.6  1 0.50
33    tahan        3       1 23.0 13.0  0 1.00
34    tahan        3       2 29.0 24.0  1 2.00
35   makoto        3       1 19.0  9.5  0 1.00
36   makoto        3       2 29.0 26.0  4 1.00
37 tahanset        3       1 31.0 16.0  1 2.00
38 tahanset        3       2 38.5 17.0  0 2.00
39       gp        3       1 34.0 17.0  3 2.00
40       gp        3       2 10.0  3.0  0 0.10
41    tahan        2       1 21.5 14.8  0 0.50
42    tahan        2       2 14.9  5.9  0 0.50
43   makoto        2       1 12.4  7.8  0 0.20
44   makoto        2       2 20.5 14.8  0 0.50
45       gp        2       1 32.2  8.7  3 1.50
46       gp        2       2 19.0  9.6  2 0.30
47 tahanset        2       1  3.9  7.8  2 0.10
48 tahanset        2       2  4.1  4.5  0 0.10
49       gh        2       1 22.4 12.8  3 1.00
50       gh        2       2 20.6 14.1  2 1.00
51    tahan        5       1 27.5 33.0  0 3.00
52    tahan        5       2 34.0 10.9  0 1.00
53       gh        5       1  8.4  3.0  3 0.50
54       gh        5       2   NA   NA NA   NA
55       gp        5       1 21.0 17.1  0 1.00
56       gp        5       2 31.5 18.5  3 1.50
57   makoto        5       1 22.0 17.5  1 1.00
58   makoto        5       2 30.0 22.4  3 2.00
59 tahanset        5       1 18.5  7.8  0 1.00
60 tahanset        5       2 20.6 10.2  4 1.00

PEMFAKTORAN SUMBER RAGAM
> str(ba)
Error in str(ba) : object 'ba' not found
> str(a)
'data.frame':   60 obs. of  7 variables:
 $ kultivar: Factor w/ 5 levels "gh","gp","makoto",..: 3 3 4 4 5 5 2 2 1 1 ...
 $ kelompok: int  6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 ...
 $ ulangan : int  1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 ...
 $ tt      : num  NA 40 30 36 27 3.8 27.5 30 18.8 19 ...
 $ pa      : num  NA 12 25 26 28 5.1 13 12 24.5 15.5 ...
 $ s       : int  NA 1 0 0 2 0 1 1 3 1 ...
 $ vol     : num  NA 2 1 4 2 0.5 2 3 3 2 ...
> a$kelompok=as.factor(a$kelompok)
> a$ulangan=as.factor(a$kelompok)
> str(a)
'data.frame':   60 obs. of  7 variables:
 $ kultivar: Factor w/ 5 levels "gh","gp","makoto",..: 3 3 4 4 5 5 2 2 1 1 ...
 $ kelompok: Factor w/ 6 levels "1","2","3","4",..: 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 ...
 $ ulangan : Factor w/ 6 levels "1","2","3","4",..: 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 ...
 $ tt      : num  NA 40 30 36 27 3.8 27.5 30 18.8 19 ...
 $ pa      : num  NA 12 25 26 28 5.1 13 12 24.5 15.5 ...
 $ s       : int  NA 1 0 0 2 0 1 1 3 1 ...
 $ vol     : num  NA 2 1 4 2 0.5 2 3 3 2 ...
UJI KENORMALAN
Kenormalan tinggi tanaman
Shapiro-Wilk normality test
data:  a$tt
W = 0.96577, p-value = 0.1007
#kesimpulan data tinggi tanaman berdistribusi normal

Kenormalan Panjang akar
Shapiro-Wilk normality test
data:  a$pa
W = 0.95309, p-value = 0.02526
#kesimpulan data panjang akar tidak berdistribusi normal

Kenormalan Skor
Shapiro-Wilk normality test
data:  a$s
W = 0.80838, p-value = 3.135e-07
#kesimpulan data skoring tidak berdistribusi normal

Kenormalan Volume akar
Shapiro-Wilk normality test
data:  a$vol
W = 0.91127, p-value = 0.0004398
kesimpulan data volulme akar tidak berdistribusi normal
UJI HOMOGENITAS VARIANS
Uji Levene TT
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = "mean")
            Df F value   Pr(>F)  
group  4  4.3249 0.004221 **
53                   
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
kesimpulan varians tinggi tanaman tidak homogen

Uji Levene PA
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = "mean")
      Df F value Pr(>F)
group  4  1.8146 0.1397
kesimpulan varians panjang akar tanaman homogen

Uji Levene Skor
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = "mean")
      Df F value   Pr(>F)  
group  4   4.636 0.002774 **
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
kesimpulan varians skor tanaman tidak homogen

Uji Leven Volume Akar
Levene's Test for Homogeneity of Variance (center = "mean")
      Df F value Pr(>F)
group  4  1.5227 0.2089
kesimpulan varians volume akar tanaman homogen

TRANSFORMASI PADA SELURUH DATA
> at=transform(a,ttlog=log10(tt),ttr=sqrt(tt),ttsin=asin((sqrt(tt))/100),palog=log10(pa),par=sqrt(pa),pasin=asin((sqrt(pa))/100),slog=log10(s),sr=sqrt(s),ssin=asin((sqrt(s))/100),vollog=log10(vol),volr=sqrt(vol),volsin=asin((sqrt(vol))/100))
Kemudian dilakukan uji kembali pada seluruh kemungkinan transformasi yang dihasilkan.

KESIMPULAN UJI KENORMALAN DAN UJI HETEROGENITAS
DATA
Uji Homogenitas (Levene)
Uji Kenormalan (Scheffe)
PA
Homogen
*
TT
*
Normal
VOL
Homogen
*
S
*
*
PAsqrt
Homogen
Normal
TTsqrt
*
*
VOLsqrt
Homogen
*
Ssqrt
*
*
PAasin
Homogen
Normal
TTasin
*
*
VOLasin
Homogen
*
Sasin
*
*
PAlog
*
*
TTlog
*
*
VOLlog
*
*
Slog
MathError
MathError
Kesimpulan : Data yang dipilih adalah PAsqrt, TT, VOL, dan S, dengan pertimbangan jika seluruh transformasi data tidak normal maupun homogen varians maka data yang dipilih adalah data awal dan duanggan NORMAL dan HOMOGEN.
ANOVA
> #anova tt
> anott1=aov(tt~kultivar+kelompok+kultivar/kelompok,data=at)
                  Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)  
kultivar           4  915.4  228.85   5.309 0.0026 **
kelompok           5  447.7   89.55   2.077 0.0982 .
kultivar:kelompok 20 2065.9  103.29   2.396 0.0166 *
Residuals         28 1206.9   43.10                 
---
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
2 observations deleted due to missingness

> anott2=aov(tt~kultivar+kelompok+Error(kultivar:kelompok),data=at)
Error: kultivar:kelompok
          Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
kultivar   4  915.4  228.85   2.215  0.104
kelompok   5  447.7   89.55   0.867  0.520
Residuals 20 2065.9  103.29              
Error: Within
          Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
Residuals 28   1207    43.1              

> #anova pa (transformasi jadi par, sqrt pa)
> anopa1=aov(par~kultivar+kelompok+kultivar/kelompok,data=at)
                  Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) 
kultivar           4  6.522  1.6304   2.414 0.0725 .
kelompok           5  8.097  1.6194   2.398 0.0625 .
kultivar:kelompok 20 23.644  1.1822   1.750 0.0848 .
Residuals         28 18.910  0.6754                
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
2 observations deleted due to missingness

> anopa2=aov(par~kultivar+kelompok+Error(kultivar:kelompok),data=at)
Error: kultivar:kelompok
          Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
kultivar   4  6.522   1.630   1.379  0.277
kelompok   5  8.097   1.619   1.370  0.277
Residuals 20 23.644   1.182              
Error: Within
          Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
Residuals 28  18.91  0.6754              

> #anova vol
> anovol1=aov(vol~kultivar+kelompok+kultivar/kelompok,data=at)
                  Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) 
kultivar           4  4.035  1.0088   1.402 0.2590 
kelompok           5 13.107  2.6214   3.643 0.0116 *
kultivar:kelompok 20 12.098  0.6049   0.841 0.6517 
Residuals         28 20.150  0.7196                
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
2 observations deleted due to missingness

> anovol2=aov(vol~kultivar+kelompok+Error(kultivar:kelompok),data=at)
Error: kultivar:kelompok
          Df Sum Sq Mean Sq F value  Pr(>F)  
kultivar   4  4.035  1.0088   1.668 0.19683  
kelompok   5 13.107  2.6214   4.334 0.00781 **
Residuals 20 12.098  0.6049                  
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
Error: Within
          Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
Residuals 28  20.15  0.7196              

> #anova s
> anos1=aov(s~kultivar+kelompok+kultivar/kelompok,data=at)
                  Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F) 
kultivar           4  16.64   4.159   2.911 0.0393 *
kelompok           5   7.09   1.418   0.992 0.4402 
kultivar:kelompok 20  16.21   0.810   0.567 0.9037 
Residuals         28  40.00   1.429                
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
2 observations deleted due to missingness

> anos2=aov(s~kultivar+kelompok+Error(kultivar:kelompok),data=at)
Error: kultivar:kelompok
          Df Sum Sq Mean Sq F value  Pr(>F)  
kultivar   4 16.636   4.159   5.132 0.00519 **
kelompok   5  7.089   1.418   1.750 0.16940  
Residuals 20 16.207   0.810                  
Signif. codes:  0 ‘***’ 0.001 ‘**’ 0.01 ‘*’ 0.05 ‘.’ 0.1 ‘ ’ 1
Error: Within
          Df Sum Sq Mean Sq F value Pr(>F)
Residuals 28     40   1.429              

UJI LANJUT
> duncantt=duncan.test(tt,kultivar,20,0.81,alpha=0.05)
$statistics
      Mean       CV MSerror
  22.87069 3.935168    0.81
$parameters
  Df ntr
  20   5
$Duncan
     Table CriticalRange
2 2.949998     0.7802426
3 3.096506     0.8189926
4 3.189616     0.8436190
5 3.254648     0.8608192
$means
               tt       std  r  Min  Max
gh       18.38182  5.548841 11  8.4 28.3
gp       25.90000  7.690017 12 10.0 35.0
makoto   25.99091  7.926469 11 12.4 40.0
tahan    26.35000  6.210036 12 14.9 36.0
tahanset 17.61667 12.466744 12  3.8 38.5
$comparison
NULL
$groups
       trt                      means M
1 tahan                 26.35000 a
2 makoto             25.99091 a
3 gp       25.90000 a
4 gh       18.38182 b
5 tahanset           17.61667 b

> duncanpa=duncan.test(par,kultivar,20,1.182,alpha=0.05)
$statistics
      Mean       CV MSerror
  3.537795 30.73096   1.182
$parameters
  Df ntr
  20   5
$Duncan
     Table CriticalRange
2 2.949998     0.9425315
3 3.096506     0.9893414
4 3.189616     1.0190901
5 3.254648     1.0398680
$means
              par       std  r      Min      Max
gh       3.359083 1.3558080 11 1.224745 5.385165
gp       3.302609 0.7694919 12 1.732051 4.301163
makoto   3.766209 0.7191893 11 2.792848 5.099020
tahan    4.075928 1.0109282 12 2.428992 5.744563
tahanset 3.189286 0.9215335 12 2.121320 5.291503
$comparison
NULL
$groups
       trt                      means M
1 tahan                   4.075928 a
2 makoto                3.766209 a
3 gh                           3.359083 a
4 gp                          3.302609 a
5 tahanset           3.189286 a

> duncans=duncan.test(s,kultivar,20,0.81,alpha=0.05)
$statistics
      Mean CV MSerror
  1.034483 87    0.81
$parameters
  Df ntr
  20   5

$Duncan
     Table CriticalRange
2 2.949998     0.7802426
3 3.096506     0.8189926
4 3.189616     0.8436190
5 3.254648     0.8608192
$means
                  s       std  r Min Max
gh       1.63636364 1.0269106 11   0   3
gp       1.41666667 1.1645002 12   0   3
makoto   1.00000000 1.4142136 11   0   4
tahan    0.08333333 0.2886751 12   0   1
tahanset 1.08333333 1.2401124 12   0   4
$comparison
NUL
$groups
       trt                    means M
1 gh                           1.63636364 a
2 gp                          1.41666667 a
3 tahanset           1.08333333 a
4 makoto               1.00000000 a
5 tahan                  0.08333333 b

> duncanvol=duncan.test(vol,kultivar,20,0.6049,alpha=0.05)
$statistics
      Mean       CV MSerror
  1.351724 57.53786  0.6049
$parameters
  Df ntr
  20   5
$Duncan
     Table CriticalRange
2 2.949998     0.6742624
3 3.096506     0.7077490
4 3.189616     0.7290304
5 3.254648     0.7438943
$means
              vol       std  r Min Max
gh       1.545455 0.7891307 11 0.5   3
gp       1.158333 0.8725181 12 0.1   3
makoto   1.281818 0.8530160 11 0.2   3
tahan    1.750000 1.1965861 12 0.5   4
tahanset 1.033333 0.8381075 12 0.1   2
$comparison
NULL
$groups
       trt                    means M
1 tahan                 1.750000 a
2 gh                         1.545455 a
3 makoto             1.281818 a
4 gp       1.158333 a
5 tahanset           1.033333 a




Tidak ada komentar:

Posting Komentar