Selasa, 20 Februari 2018

ACARA VII SELEKSI POHON INDUK KAKAO


ACARA VII
SELEKSI POHON INDUK KAKAO

ABSTRAKSI
Praktikum Metode Pemuliaan Tanaman acara VII yang berjudul Seleksi Pohon Induk Kakao yang dilaksanakan pada tanggal 05 November 2015 di Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Praktikum ini bertujuan untuk melakukan seleksi ketahanan pohon induk kakao terhadap serangan hama Helopeltis dan mengetahui pengaruh variabel produksi terhadap hasil pada tanaman kakao. Alat dan bahan yang digunakan yaitu buah kakao, besek, abu gosok, dan timbangan analitik. Buah kakao diskoring berdasarkan tingkat kerusakan akibat serangan Helopeltis antonii (skor 1-10) dan tekstur permukaan kulitnya, halus skor 0 samapi kasar skor 5. Dilakukan pengambilan data yaitu dihitung jumlah biji per pod, jumlah pod per pohon per tahun, berat biji per pod, berat biji, jumlah biji lebih dari 1 gram (per pod), hasil biji per pohon per tahun. Buah kakao yang paling baik dengan kriteria hasil tertinggi dan serangan helopeltis paling rendah sekaligus adalah buah kakao bernomor 18 dengan indeks hasil sebesar 2250 dan intensitas serangan sebesar 0, kakao nomor 20 dengan indeks hasil sebesar 2550 dan intensitas serangan sebesar 0, dan kakao nomor 21 dengan indeks hasil sebesar 2250 dan intesitas serangan sebesar 0. Variabel-variabel yang memiliki korelasi paling besar terhadap hasil biji/pohon/tahun adalah berat biji/polong dan jumlah biji>1gram.

Kata kunci : kakao, biji, Helopeltis


I.     PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak potensi pada bidang pertanian. Salah satu tanaman yang dikembangkan di berbagai daerah di Indonesia adalah tanaman kakao. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu komoditas yang sangat penting di Indonesia. Hal tersebut dikarenakan secara aspek sosial ekonomi kakao menguntungkan untuk dibudidayakan. Indonesia merupakan negara ketiga produsen kakao terbesar di Indonesia, sehingga tanaman kakao yang sehat dan berkualitas sangat penting untuk selalu diupayakan.
Keberadaan organisme pengganggu tumbuhan tak bisa lepas dari kegiatan budidaya tanaman, seperti pada perkebunan tanaman kakao. Adanya organisme penganggu tumbuhan pada saat tertentu akan menyebabkan produktivitas suatu tanaman mengalami penurunan secara signifikan. Salah satu hama yang menyebabkan turunnya produktivitas kakao di Indonesia adalah keberadaan hama pengisap buah kakao (Helopeltis antonii). Hama ini merusak dengan cara menusuk dan menghisap buah kakao maupun tunas-tunas muda pada tanaman kakao. Adanya serangan dari hama ini dapat menyebabkan kematian pada buah kakao muda, sedangkan serangan hama Helopeltis antonii pada buah berumur sedang akan menyebabkan buah menjadi abnormal. Hal tersebut tentunya akan menurunkan kualitas dan daya hasil buah kakao, oleh karena itu sebagai pemulia tanaman harus dapat mengetahui seleksi kakao yang tahan terhadap serangan hama Helopeltis.

B.  Tujuan
1.      Melakukan seleksi ketahanan pohon induk kakao terhadap serangan hama Helopeltis.
2.      Mengetahui pengaruh variabel produksi terhadap hasil pada tanaman kakao.


II.      TINJAUAN PUSTAKA

Kakao merupakan salah satu tanaman perkebunan penting di Indonesia, karena kakao sebagai penghasil devisa Negara, sebagai sumber penghasilan bagi petani maupun masyarakat lainnya. Indonesia merupakan salah satu produsen kakao utama di dunia setelah Pantai Gading dan Ghana. Indonesia mempunyai tanaman kakao paling luas di dunia yaitu sekitar 1.462.000 ha yang terdiri dari 90% perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan swasta dan negara, dengan produksi mencapai 1.315.800 ton/tahun (Karmawati et al., 2010 cit. Siswanto dan Karmawati, 2012).
Menurut Crozier et al. (2011) kakao memiliki buah yang biasa dikenal sebagai pod. Pada masing-masing pod tersebut memproduksi sekitar 35-50 biji yang dikelilingi oleh pulp berlendir. Pulp tersebut mengandung zat penghambat perkecambahan, namun karena biji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji dalam buah pun dapat tumbuh bila terlambat dipanen (Susanto, 1994). Menurut Lasisi (2014), berdasarkan beratnya, kakao memiliki kandungan yang terdiri dari sekitar 74,4% sekam atau kulit ari, 22,5% biji basah (wet beans) dan 3,1% plasenta. Jika polong kakao dibuka perlu adanya tindakan-tindakan khusus, seperti menyimpan di arang atau lapukan serbuk gergaji yang baik, diperlukan untuk menjaga viabilitas (Wod dan Lass, 2001).
Organisme pengganggu tumbuhan (OPT) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman kakao. Salah satu hama utama kakao yang banyak dijumpai hampir di seluruh provinsi di Indonesia adalah Helopeltis spp. Jenis Helopeltis yang menyerang tanaman kakao diketahui lebih dari satu spesies, yaitu Helopeltis antonii, Helopeltis theivora dan Helopeltis claviver (Karmawati et al., 2010). Stadium yang merusak dari hama ini adalah nimfa (serangga muda) dan imagonya. Nimfa dan imago menyerang buah muda dengan cara menusukkan alat mulutnya ke dalam jaringan, kemudian mengisap cairan di dalamnya. Sambil mengisap cairan, kepik tersebut juga mengeluarkan cairan yang bersifat racun yang dapat mematikan sel-sel jaringan yang ada di sekitar tusukan. Selain buah, hama ini juga menyerang pucuk dan daun muda (Siswanto dan Karmawati, 2012).
Hama pengisap buah Helopeltis antonii menyerang pucuk dan buah dengan cara menusukkan stiletnya untuk mengisap cairan. Aktivitas makan tersebut meninggalkan gejala serangan berupa bercak-bercak berwarna cokelat kehitaman. Serangan Helopeltis antonii dapat menyebabkan kematian pucuk dan menghambat pembentukan buah, bahkan dapat menyebabkan gugur, sehingga menurunkan kuantitas dan kualitas hasil kakao. Serangan hama Helopeltis antonii dapat menurunkan produksi buah kakao 50-60% (Sulistyowati, 2008 cit. Indriati et al., 2015). Serangan pada buah muda akan menyebabkan terjadinya bercak yang akan bersatu sehingga kulit buah menjadi retak, buah menjadi kurang berkembang dan menghambat pekembangan biji. Serangan pada buah tua menyebabkan terjadinya bercak-bercak cekung berwarna coklat muda, yang selanjutnya akan berubah menjadi kehitaman (Siswanto dan Karmawati, 2012).
Pada proses seleksi tanaman agar diperoleh sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka penentuan kriteria seleksi harus dilakukan untuk menentukan keefektifan proses seleksi. Beberapa informasi yang diperlukan dalam menentukan kriteria seleksi adalah keragaman genetik dan heritabilitas (Syukur et al., 2010). Menurut Poehlman dan Sleeper (1995) dalam Syukur et al. (2010) keragaman genetik sangat mempengaruhi keberhasilan suatu proses seleksi dalam program pemuliaan tanaman. Selain itu, perlu juga diketahui nilai heritabilitas karakter-karakter yang akan dijadikan target seleksi (Pinaria et al., 1995 cit. Syukur et al., 2010).


III.             METODOLOGI

Praktikum acara VII yang berjudul Seleksi Pohon Induk Kakao dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 5 November 2015 di Ruang Sidang Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan adalah buah kakao, abu gosok, besek (bambu) yang telah diberi nomer, alat pencatat data, dan timbangan analitik.
Cara kerja pada praktikum ini yaitu setiap kelompok dibagi buah kakao yang telah diberi nomer 1-100. Buah kakao diskoring berdasarkan tingkat kerusakan akibat serangan Helopeltis antonii (skor 1-10) dan tekstur permukaan kulitnya, halus skor 0 samapi kasar skor 5. Biji kakao dikeluarkan dari buahnya, kemudian dihilangkan pulpnya dengan menggunakan abu gosok sampai bersih. Biji kakao yang sudah dibersihkan, kemudian dikeringkan samapi kering. Setelah dikeringkan, dilakukan pengambilan data yaitu dihitung jumlah biji per pod, jumlah pod per pohon per tahun, berat biji per pod, berat biji, jumlah biji lebih dari 1 gram (per pod), hasil biji per pohon per tahun. Kemudian dihitung korelasi antar sifat dan hasil, serta data dianalisis regresi berganda dengan Stepwise Forward atau Backward komponen hasil dengan biji dan Path Analysis untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel terhadap hasil biji/ tahun. Analisis dengan Principle Component Analysis berdasarkan komponen hasil kerusakan Helopeltis.


IV.             HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Tabel 1. Nilai korelasi antar variabel

Jumlah pod/pohon/tahun
Jumlah biji/pod
Berat biji/polong
Rerata berat biji
Jumlah biji > 1 gram

Jumlah pod/pohon/tahun
1




Jumlah biji/pod
0.924327679
1




Berat biji/polong
0.356298306
0.406173058
1



Rerata berat biji
-0.282835017
-0.294523771
0.724850872
1


Jumlah biji > 1 gram
0.038569359
0.084275411
0.837963228
0.780200965
1

hasil biji/pohon/tahun
0.980274881
0.949876421
0.364020186
-0.280843148
0.052411796


 



Jumlah pod/pohon/tahun (X1)
Jumlah biji/pod (X2)
Berat biji/polong (X3)
Rerata berat biji (X4)
Jumlah biji > 1 gram (X5)
Jumlah pod/pohon/tahun (X1)





Jumlah biji/pod (X2)
19.97433709




Berat biji/polong (X3)
3.144475953
3.665356603



Rerata berat biji (X4)
-2.431603127
-2.541432627
8.676474102


Jumlah biji > 1 gram (X5)
0.318287909
0.697433962
12.66205564
10.28521876

hasil biji/pohon/tahun (X6)
40.90060923
25.05514869
3.222907631
-2.413006558
0.432793595

Keterangan Warna
Significant
Not Significant


Tabel 2. Pengaruh nilai langsung dan tidak langsung
Pengaruh Langsung / T. Langsung
Jumlah pod/pohon/tahun
Jumlah biji/pod
Berat biji/polong
Rerata berat biji
Jumlah biji > 1 gram
Jumlah pod/pohon/tahun
0.691964
0.639602
0.246546
-0.195712
0.026689
Jumlah biji/pod
0.471214
0.509791
0.207063
-0.150145
0.042963
Berat biji/polong
-0.111794
-0.127443
-0.313765
-0.227433
-0.262924
Rerata berat biji
-0.072836
-0.075846
0.186664
0.257520
0.200918
Jumlah biji > 1 gram
0.001727
0.003773
0.037513
0.034927
0.044767
JUMLAH
0.980
0.950
0.364
-0.281
0.052

PENGARUH L/TL
jumlah biji per pod
Berat biji per polong (gram)
Rerata berat biji (gram)
Jumlah biji > 1 gram per buah
jumlah biji per pod
5.541244955
-1.720447294
-1.720447294
1.579801763
Berat biji per polong (gram)
-2.221958722
7.156521214
4.411878003
5.416951343
Rerata berat biji (gram)
-0.271355172
0.53879755
0.873985205
0.471580817
Jumlah biji > 1 gram per buah
-2.04793106
-5.437171845
-3.875896196
-7.183235217
jumlah
1
0.537699625
-0.310480282
0.285098705

B.     Pembahasan
Seleksi pohon induk kakao bertujuan untuk mendapatkan pohon induk dengan karakteristik yang sesuai dengan yang diharapkan, yang nantinya akan digunakan sebagai bahan pemuliaan tanaman kakao. Pada praktikum ini seleksi didasarkan pada buah dan biji kakao. Karena pohon induk tanaman tidak dapat diamati secara langsung, maka penentuan karakter-karakter terpilih hanya berdasarkan karakterbuah dan biji yang dikehendaki. Karakter hasil tanaman dapat diamati dari jumlah biji per buah, bobot biji, dan jumlah buah dalam satu pohon. Khusus untuk jumlah buah per pohon diperkirakan rata-rata 50 buah (karena tidak dilakukan pengamatan langsung terhadap tanaman).
Karakter kualitatif yang diamati adalah kehalusan kulit buah dan tingkat serangan Helopeltis sp. Tingkat serangan ini digunakan untuk menentukan tingkat ketahanannya terhadap hama tersebut. Semakin tinggi tingkat serangan maka tingkat ketahanannya semakin rendah, dan sebaliknya. Hama ini merupakan salah satu hama utama pada tanaman kakao sehingga perlu diwaspadai sejak awal. Dilakukan tindakan preventif untuk mencegah kerugian yang besar. Salah satu upaya preventi terebut adalah dengan menggunakan tanaman yang tahan.
Pohon induk yang dikehendaki adalah yang hasilnya tinggi dan tahan terhadap serangan hama Helopeltis sp. Pada buah yang diamati memiliki keragaman yang cukup luas ehingga datanya menyebar hampir merata. Garis hasil menunjukkan semakin ke kanan atas berarti hasil tanaman semakin meningkat. Demikian juga dengan tingkat serangan. Oleh karena itu, nomor buah yang diamati yang paling mendekati karakter yang diinginkan adalah nomor-nomor buah yang mendekati nol koma nol pada.
Hama penghisap buah kakao (Helopeltis spp.) merupakan hama penting yang tingkat pengrusakannya menduduki peringkat kedua setelah hama penggerek buah kakao. Serangan hama ini dapat menurunkan produktivitas 50-60%. Hama penghisap buah kakao berwujud kepik yang terdiri dari beberapa spesies antara lain H.antonii, H. claviver, dan H. theivora. Hama ini menyerang hamper semua tanaman kakao di Indonesia dan beberapa negara pembudidaya kakao lainnya seperti papua, Filipina, Srilanka, dan sebagian negara-negara Afrika.
Hama penghisap buah dapat menyerang buah kakao saat pagi dan sore hari. Karena ia tidak menyukai keberadaan cahaya, ketika siang hari hama ini biasanya bersembunyi di bagian tanaman yang gelap seperti sela-sela atau bagia daun yang menhadap ke bawah. Hama penghisap buah dapat menyerang saat masih dalam fase nimfa dan imago. Serangan dilakukan dengan cara menusuk kulit buah muda maupun yang sudha tua menggunkan mulutnya yang menyerupai jarum. Mulutnya itu kemudian menghisap cairan manis yang ada di dalam kulit buah, lalu bersama dengan tusukan tersebut mulutnya mengeluarkan cairan racun yang dapat mematikan sel dan jaringan yang terdapat disekitar lubang tusukan.
Serangan pada buah muda menyebabkan kulit buah menjadi retak dan terjadinya pertumbuhan buah yang abnormal (malformasi). Karena pertumbuhannya abnormal, perkembangan bijipun akan terhambat dan mengakibatkan penurunan produktivitas hasil panen. Pada intensitas serangan yang tinggi, buah muda yang terserang bias mati, mongering, dan gugur. Serangan pada buah tua menyebabkan kulit buah dipenuhi dengan bitnik-bintik hitam yang merupakan luka n=bekas tusukan. Namun serangan pada buah tua merupakan luka bekas tusukan. Namun serangan pada buah tua biasanya jarang terjadi karena kulit buah sudah terlalu keras dan tidak mengandung cairan yang bias dimakan oleh hama penghisap. Serangan dapat pula terjadi pada pucuk daun muda. Daun muda yang terserang biasanya dalam beberapa hari langsung layu, mengering, dan akhirnya mati. Daun-daun tersebut pada akhirnya akan gugur dan ranting akan merangas kering dan akan menjadi seperti lidi.  
Grafik 1. Hasil Analisis PCA Seleksi Pohon Induk Kakao

Seleksi tanaman induk kakao bertujuan untuk mendapatkan buah kakao dengan hasil yang tinggi dan dengan serangan helopeltis yang rendah. Berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dilakukan analisis dengan Principle Component Analysis (PCA) untuk mengetahui nomor pohon indukan yang memiliki hasil tertinggi dan ketahanan terbaik terhadap helopeltis.hasil analisis PCA pada grafik diatas menjelaskan bahwa tanda panah hasil biji pohon menunjukkan banyaknya jumlah biji yang dihasilkan dalam satu buah kakao, semakin mendekati garis tersebut maka semakin banyak biji yang dihasilkan dalam satu buah. Sedangkan pada arah berlawanan, tanda panah berketerangan present merupakan banyaknya serangan hama helopeltis yang menyerang satu buah kakao, semakin mendekati garis tersebut maka semakin banyak serangan yang didapatkannya. Satu buah kakao mewakili satu pohon induk kakao.
Grafik diatas menjelaskan bahwa buah kakao yang paling baik dengan kriteria hasil tertinggi dan serangan helopeltis paling rendah sekaligus adalah buah kakao bernomor 18 dengan indeks hasil sebesar 2250 dan intensitas serangan sebesar 0, kakao nomor 20 dengan indeks hasil sebesar 2550 dan intensitas serangan sebesar 0, dan kakao nomor 21 dengan indeks hasil sebesar 2250 dan intesitas serangan sebesar 0. Sedangkan untuk kakao yang paling buruk yaitu dengan indeks hasil rendah dan serangan helopeltis yang tinggi adalah kakao bernomor 8 dengan indeks hasil sebesar 900 dan intensitas serangan sebesar 4, kakao bernomor 22 dengan indeks hasil sebesar 1500 dan intesitas serangan sebesar 9, dan kakao bernomor 24 dengan indeks hasil sebesar 1550 dan intensitas serangan sebesar 7.
Kriteria yang paling penting dan digunakan sebagai acuan untuk menyeleksi pohon tetua baru pada populasi pembenihan kakao adalah pohon dengan produksi pulp normal. Ukuran biji adalah kriteria terpenting kedua, karena dalam biji komersial dari pasar kakao kering dibutuhkan setidaknya biji seberat 1 gram.  Produksi pulp dari pohon dalam waktu tertentu didapatkan dengan mengalikan pod yang dipanen pada periode tersebut dengan rata-rata volume biji basah. Nilai tersebut dibagi dengan rata-rata jumlah bii per pod, yang kemudian menunjukkan nilai berat rerata per biji basah. Untuk mendapatkan berat biji rerata untuk kakao pasar, nilai tersebut di kalikan dengan rasio kering/basah dari pohon (Ruinard, 1961).
Sasaran pemuliaan tanaman kakao adalah mendapatkan varietas atau klon unggul yang emiliki produktivitas mencapai 2 to/ha/tahun, jumlah buah untuk menghasilkan biji kering sebanyak 1 kg adalah sekitar 25 buah, berat biji kering yang seragam 1,1–1,2 g/biji (mutu A), kadar lemak biji mencapai 55% atau lebih. Selain itu, varietas atau klon tersebut memiliki tingkat ketahanan/toleransi terhadap penyakit busuk kakao, Vascular Streak Dieback (VSD), dan hama penggerek buah kakao, serta helopeltis. Varietas atau klon unggul diharapkan memiliki daya adaptasi luas terhadap kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, seperti kekeringan, kelebihan air, dan kemasaman tanah (Rahardjo, 2011)
Dalam kegiatan seleksi, korelasi antar karakter tanaman berguna untuk mengestimasi suatu karakter tertentu. Untuk itu, diiperlukan penduga atau karakter yang mudah diamati. Seleksi efektif dapat terjadi apabila korelasi atau keeratan hubungan atar karakter penduga dengan karakter yang diinginkan dalam suatu program seleksi mendekati nilai 1. Koefisien korelasi dapat bernilai negatif apabila bertambahnya nilai suatu sifat diikuti penurunan sifat yang lain. Sementara itu, koefisien korelasi yang bernilai 0 menunjukkan tidak adanya hubungan antar variabel.

jumlah biji per pod
Berat biji per polong (gram)
Rerata berat biji (gram)
Jumlah biji > 1 gram per buah
hasil biji/pohon/tahun
jumlah biji per pod
1
Berat biji per polong (gram)
0.538
1
Rerata berat biji (gram)
-0.310
0.616
1
Jumlah biji > 1 gram per buah
0.285
0.757
0.540
1
hasil biji/pohon/tahun
1
0.538
-0.310
0.285
1

Pada praktikum seleksi pohon induk kakao, digunakan 5 variabel yang didapatkan dari pengukuran atau perhitungan secara kuantitatif. Kelima variabel tersebut adalah jumlah biji per pod, berat biji per polong, rerata berat biji, jumlah biji lebih dari 1 gram per pod, serta hasil biji per pohon per tahun. Kelima variabel tersebut dianalisis keeratan hubungannya satu sama lain. Hubungan keeratan tertinggi yang ditunjukan oleh koefisien korelasi sebesar 0,76 terdapat pada hubungan jumlah biji lebih dari atau sama dengan 1 gram dengan berat biji per polong.  Koefisien korelasi berat biji per polong dengan jumlah biji per pod sebesar 0,54; koefisien korelasi rerata berat biji dengan berat biji per polong sebesar 0.62; koefisien korelasi hasil biji per pohon per tahun dengan berat biji per polong sebesar 0,54 serta; koefisien korelasi jumlah biji lebih dari atau sama dengan 1 gram per buah dengan rerata berat biji adalah 0,54. Selain itu, koefisien korelasi rerata berat biji dengan jumah biji per pod, jumlah biji lebih dari atau sama dengan 1 gram per buah dengan jumlah biji per pod, rerata berat biji dengan hasil biji per pohon per tahun, dan jumlah bii lebih dari atau sama dengan 1 gram dengan hasil biji per pohon per tahun tidak signifikan setelah dilakukan t-test.
Berdasarkan hasil pengamatan juga dapat diketahui pengaruh langsung serta tidak langsung dari beberapa parameter terhadap hasil biji kakao per tahun. Parameter yang paling berpengaruh berdasarkan data adalah jumlah biji per pod dengan nilai 1,0000 sedangkan keempat parameter (variabel) yang lain yaitu berat biji per polong, rerata berat biji serta berat biji yang lebih dari 1 gram dengan nilai pengaruh 0,7569.



V.                KESIMPULAN

1.      Buah kakao yang paling baik dengan kriteria hasil tertinggi dan serangan helopeltis paling rendah sekaligus adalah buah kakao bernomor 18 dengan indeks hasil sebesar 2250 dan intensitas serangan sebesar 0, kakao nomor 20 dengan indeks hasil sebesar 2550 dan intensitas serangan sebesar 0, dan kakao nomor 21 dengan indeks hasil sebesar 2250 dan intesitas serangan sebesar 0.
2.      Variabel yang memiliki korelasi tertinggi ditunjukan oleh koefisien yaitu sebesar 0,76 terdapat pada hubungan jumlah biji lebih dari atau sama dengan 1 gram dengan berat biji per polong. Jika kedua variabel tersebut meningkat, maka produksi biji/pohon/tahun juga akan meningkat.



DAFTAR PUSTAKA

Crozier, S. J., A. G. Preston, J. W. Hurst, M. J. Payne, J. Mann, L. Hainly, D. L. Miller. 2011. Cacao seeds are a “super fruit”: a comparative analysis of various fruit powders and products. Chemistry Central Journal 5: 5.
Indriati, G., Dadang, dan D. Prijono. 2015. Aktivitas insektisida ekstrak buah cabai jawa (Piper retrofractum) terhadap Helopeltis antonii (Hemiptera: Miridae). Jurnal Litri 21 (1): 33-40.
Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, J. Munarso, K. Ardana dan Rubiyo. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kakao. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan.
Lasisi, D. 2014. A comparative study of effects of drying methods on quality of cocoa beans. International Journal of Engineering Research & Technology (IJERT) 3 (1): 991-996.
Rahardjo, P. 2011. Menghasilkan Benih dan Bibit Kakao Unggul. Pebebar Swadaya, Depok.
Ruinard, J. 1961. Variability of various pod characters as a factor in cacao selection. Euphytica 10: 134–146.
Siswanto dan Karmawati, Elna. 2012. Pengendalian hama utama kakao (Conopomorpha cramerella dan Helopeltis spp.) dengan pestisida nabati dan agens hayati. Perspektif 11 (2): 99-103.
Susanto. 1994. Tanaman Kakao, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Kanisius, Yogyakarta.
Syukur, M., S. Sujiprihati, R. Yunianti, dan K. Nida. 2010. Pendugaan komponen ragam, heritabilitas dan korelasi untuk menentukan kriteria seleksi cabai (Capsicum annuum L.) populasi F5. Jurnal Hortikultura Indonesia 1 (3): 74-80.
Wood, G. A. R. dan R. A. Lass. 2001. Cocoa. Blackwell Science, UK.



LAPORAN PRAKTIKUM
METODE PEMULIAAN TANAMAN
ACARA VII
SELEKSI POHON INDUK KAKAO
Description: https://encrypted-tbn2.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcTHjR_iSMWd6vnKTCf4S_MAphiAdwI06sW0W41EWDbQwauOpCG2
 







Disusun oleh :

Chailendriani P. A.     (13390)
Anastyri Galuh K.      (13416)
Maryam Muharrron    (13442)
Irfanty Mufidah          (13444)
Roby Dosar S.            (13446)

Penanggungjawab       : Maryam Muharroron
Golongan/ Kelompok : C4/ 6
Asisten                        : Siti Nurwijayanti F.

LABORATORIUM PEMULIAAN TANAMAN DAN GENETIKA
JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015
LAMPIRAN
                               




Tidak ada komentar:

Posting Komentar