Senin, 19 Februari 2018

Manajemen Unsur Hara


Pemeliharaan dan manajemen kesuburan tanah adalah pokok dari pengembangan pertanian dan produksi pangan yang berkelanjutan. Manajemen kesuburan tanah meliputi cara menentukan nutrisi yang tepat diberikan pada tanah, tanaman yang cocok dibudidayakan, dan rotasi pergantian komoditas tanaman yang ditanam. Pengelolaan kesuburan tanah bertujuan untuk emngoptimumpkan kesuburan tanah.
Tanaman kelapa sawit banyak menempati tanah-tanah yang memiliki tingkat kesuburan fisik dan kimia yang rendah. Pemupukan dapat mendukung produktivitas tanaman sawit, mengingat kelapa sawit  tergolong tanaman yang konsumtif terhadap unsur hara. Pemupukan pada kelapa sawit pada lahan petani, harus mempertimbangkan banyak faktor, diantaranya : jumlah hara yang diserap tanaman, hara yang dikembalikan, hara yang hilang dari zona perakaran, dan hara yang terangkut panen, serta  emampuan tanah menyediakan hara. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia, adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk mencapai zona perakaran tanaman.
Oleh karena itu diperlukan metode empiris untuk menentukan status hara di dalam tanah dan tanaman untuk  memberikan pedoman yang efektif bagi praktik pemupukan. Diagnosis kebutuhan pupuk untuk tanaman kelapa sawit dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal tersebut penting untuk diperhatian agar diperoleh hasil (produk) yang optimal. Metode diagnosis kebutuhan hara untuk tanaman kelapa sawit dapat dilakukan berdasarkan hasil percobaan pemupukan. Kebanyakan petani sawit belum banyak mengetahui cara pemupukan yang benar untuk meningkatkan hasil tanaman kelapa sawitnya, terutama dalam meningkatkan tandan buah segar.
Tanaman kelapa sawit memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat bahwa 1 ton TBS yang dihasilkan setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP, dan 4,9 kg Kiserit. Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar 30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap biaya pemeliharaan. Pemanfaatan pupuk organik, dapat memperbaiki lahan petani dalam meningkatkan tandan buah kelapa sawit, apalagi bila di barengi dengan pupuk anorganik. Menurut Pahan (2007), bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah dan memberikan hara bagi tanaman. Pemberian bahan organik sebagai pupuk memberikan pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman, karena kemampuannya memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, Aplikasi kompos tandan kosong kelapa sawit pada percobaan di pot dapat meningkatkan KTK media tanah dari 20,6 mejadi 39,7 me/100 g tanah (Darmosarkoro, et.al. 2001).
Dalam menentukan pemupukan anorganik pada kelapa sawit harus mengacu pada konsep efektivitas dan efisiensi yang maksimum. Menurut Pahan (2007) sifat pupuk yang penting adalah kandungan unsur hara utama pupuk, kandungan unsur hara tambahan, rekasi kimia pupuk di dalam tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim. Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsure hara dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi. Menurut Sugiyono, et al. (2005), perimbangan hara kation K, Ca dan Mg di dalam tanah, terutama K vs Mg, menjadi faktor pembatas bagi tercapainya produktivitas kelapa sawit. Antagonisme K vs Mg mengakibatkan defisiensi hara K dan atau Mg di lapangan. Defisiensi K dan Mg disebabkan kadar hara di tanah rendah. Lahan di perkebunan kelapa sawit didominasi oleh tanah-tanah marginal. Tanah tersebut memiliki karakteristik fisika dan kimia sehingga tingkat kesuburan tanahnya rendah dan kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman (Koedadiri dan Winarno, 1999).
Irama penyerapan hara oleh setiap tanaman berbedabeda. Tanaman teh dipetik teratur setiap seminggu sekali sehingga penyerapan harapun akan mengikuti irama pemetikan. Oleh karena itu hal penting dalam pemupukan adanya curah hujan di antara dua waktu pemupukan, serta waktu penyerapan oleh tanaman. Waktu pemupukan terbaik, yaitu pada kondisi dimana jumlah curah hujan antara 60 – 200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan unsur hara dari pupuk belum dapat diserap dengan sempurna karena belum terurai secara keseluruhan. Sedangkan lebih dari 200 mm/minggu sebagian akan larut terbawa aliran air.
Pusat Penelitian Teh dan Kina telah merekomendasikan pemupukan teh berdasarkan TBM dan TM. Untuk mengoptimalkan serapan hara oleh tanaman diperlukan dosis yang tepat. Dalam rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis yang tepat agar kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga dapat menunjang produktivitas yang ingin dicapai. Namun demikian untuk mempermudah pemberian pupuk di lapangan pedoman umum untuk dosis pemupukan sudah harus ditetapkan baik untuk tanaman TBM maupun tanaman TM (Tabel 4 dan 5).




Prinsip pemberian pupuk ke dalam tanah bertujuan terjaganya imbangan pupuk yang ada agar setiap waktu dibutuhkan tanaman sudah tersedia. Pemberian pupuk tunggal dapat menyebabkan tidak tersedia serempak akibat pemberian, sehingga pupuk diberikan dalam bentuk
tercampur. Pupuk campuran ada 3 macam: (1) pupuk dimana NPK berbentuk butiran yang disebut pupuk NPK mejemuk, (2) pupuk campuran dari bahan pupuk tunggal sesuai dengan rekomendasi pupuk dengan imbangan N-PK-Mg-S-mikro, dan (3) pupuk campuran dari pupuk tunggal yang dirakit oleh pekebun sendiri. Jenis pupuk tunggal yang biasa dipakai petani (PPTK, 2006).

Urea N = 46%
ZA N = 21%
SP36 P2O5 = 36%
Fosfat alam P2O5 = 30%
MOP/KCl K2O = 60%
ZK K2O = 50%
Seng Sulfat Zn = 22%
Kieserit MgO = 27%



Darmosarkoro, W.,E.S. Sutarta, S. Rahutomo. 2001. Peluang Penggunaan Pupuk Majemuk dan Pupuk Organik dari Limbah Kelapa Sawit. PPKS. Medan.
Koedadiri, A.D dan Winarna. 1999. Kesesuaian Lahan dan Produktivitas Tanah typic paleudult,  sammentic Paleudult dan Tropohumods untuk Kelapa Sawit. Warta PPKS vol. 7 No.2 Medan. Hal 61-67.
Pahan., I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa sawit. Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
PPTK. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK, Gambung.
Sugiyono, Edy S. Sutarta, W. Darmosarkoro dan Heri Santoso. 2005. Peranan Perimbangan K, Ca dan Mg Tanah dalam Rekomendasi Pemupukkan Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PPKS 19-20 April 2005. Medan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar