Pemeliharaan dan
manajemen kesuburan tanah adalah pokok dari pengembangan pertanian dan produksi
pangan yang berkelanjutan. Manajemen kesuburan tanah meliputi cara menentukan
nutrisi yang tepat diberikan pada tanah, tanaman yang cocok dibudidayakan, dan rotasi
pergantian komoditas tanaman yang ditanam. Pengelolaan kesuburan tanah bertujuan
untuk emngoptimumpkan kesuburan tanah.
Tanaman kelapa sawit
banyak menempati tanah-tanah yang memiliki tingkat kesuburan fisik dan kimia
yang rendah. Pemupukan dapat mendukung produktivitas tanaman sawit, mengingat
kelapa sawit tergolong tanaman yang
konsumtif terhadap unsur hara. Pemupukan pada kelapa sawit pada lahan petani,
harus mempertimbangkan banyak faktor, diantaranya : jumlah hara yang diserap
tanaman, hara yang dikembalikan, hara yang hilang dari zona perakaran, dan hara
yang terangkut panen, serta emampuan
tanah menyediakan hara. Kemampuan tanah dalam meyediakan hara mempunyai
perbedaan yang sangat menyolok dan tergantung pada jumlah hara yang tersedia,
adanya proses fiksasi dan mobilisasi, serta kemudahan hara tersedia untuk
mencapai zona perakaran tanaman.
Oleh karena itu
diperlukan metode empiris untuk menentukan status hara di dalam tanah dan
tanaman untuk memberikan pedoman yang
efektif bagi praktik pemupukan. Diagnosis kebutuhan pupuk untuk tanaman kelapa
sawit dilakukan untuk mengetahui jumlah pupuk yang harus diaplikasikan. Hal
tersebut penting untuk diperhatian agar diperoleh hasil (produk) yang optimal.
Metode diagnosis kebutuhan hara untuk tanaman kelapa sawit dapat dilakukan
berdasarkan hasil percobaan pemupukan. Kebanyakan petani sawit belum banyak
mengetahui cara pemupukan yang benar untuk meningkatkan hasil tanaman kelapa
sawitnya, terutama dalam meningkatkan tandan buah segar.
Tanaman kelapa sawit
memerlukan pupuk dalam jumlah yang tinggi, mengingat bahwa 1 ton TBS yang
dihasilkan setara dengan 6,3 kg Urea, 2,1 kg TSP, 7,3 kg MOP, dan 4,9 kg Kiserit.
Pemupukan pada tanaman kelapa sawit membutuhkan biaya yang sangat besar sekitar
30% terhadap biaya produksi atau sekitar 60% terhadap biaya pemeliharaan.
Pemanfaatan pupuk organik, dapat memperbaiki lahan petani dalam meningkatkan
tandan buah kelapa sawit, apalagi bila di barengi dengan pupuk anorganik.
Menurut Pahan (2007), bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah dan
memberikan hara bagi tanaman. Pemberian bahan organik sebagai pupuk memberikan
pengaruh yang sangat kompleks bagi pertumbuhan tanaman, karena kemampuannya
memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, Aplikasi kompos tandan kosong kelapa
sawit pada percobaan di pot dapat meningkatkan KTK media tanah dari 20,6 mejadi
39,7 me/100 g tanah (Darmosarkoro, et.al. 2001).
Dalam menentukan
pemupukan anorganik pada kelapa sawit harus mengacu pada konsep efektivitas dan
efisiensi yang maksimum. Menurut Pahan (2007) sifat pupuk yang penting adalah
kandungan unsur hara utama pupuk, kandungan unsur hara tambahan, rekasi kimia
pupuk di dalam tanah, serta kepekaan pupuk terhadap pengaruh iklim. Respon
tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada keadaan tanaman dan ketersediaan
hara di dalam tanah, Semakin besar respon tanaman, semakin banyak unsure hara
dalam tanah (pupuk) yang dapat diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.
Menurut Sugiyono, et al. (2005), perimbangan hara kation K, Ca dan
Mg di dalam tanah, terutama K vs Mg, menjadi faktor pembatas bagi
tercapainya produktivitas kelapa sawit. Antagonisme K vs Mg mengakibatkan
defisiensi hara K dan atau Mg di lapangan. Defisiensi K dan
Mg disebabkan kadar hara di tanah rendah. Lahan di perkebunan kelapa
sawit didominasi oleh tanah-tanah marginal. Tanah tersebut memiliki
karakteristik fisika dan kimia sehingga tingkat kesuburan tanahnya rendah dan
kurang menguntungkan untuk pertumbuhan tanaman (Koedadiri dan Winarno, 1999).
Irama penyerapan hara
oleh setiap tanaman berbedabeda. Tanaman
teh dipetik teratur setiap seminggu sekali sehingga
penyerapan harapun akan mengikuti irama pemetikan.
Oleh karena itu hal penting dalam pemupukan adanya
curah hujan di antara dua waktu pemupukan, serta waktu
penyerapan oleh tanaman. Waktu pemupukan terbaik,
yaitu pada kondisi dimana jumlah curah hujan antara
60 – 200 mm/minggu. Kurang dari 60 mm/minggu menyebabkan
unsur hara dari pupuk belum dapat diserap dengan
sempurna karena belum terurai secara keseluruhan. Sedangkan
lebih dari 200 mm/minggu sebagian akan larut terbawa
aliran air.
Pusat Penelitian Teh dan
Kina telah merekomendasikan
pemupukan teh berdasarkan TBM dan TM.
Untuk mengoptimalkan serapan hara oleh tanaman diperlukan
dosis yang tepat. Dalam
rangka pemupukan perlu mempertimbangkan dosis
yang tepat agar kehilangan pupuk dapat diperkecil sehingga
dapat menunjang produktivitas yang ingin dicapai.
Namun demikian untuk mempermudah pemberian pupuk
di lapangan pedoman umum untuk dosis pemupukan
sudah harus ditetapkan baik untuk tanaman TBM
maupun tanaman TM (Tabel 4 dan 5).
Prinsip pemberian pupuk
ke dalam tanah bertujuan terjaganya
imbangan pupuk yang ada agar setiap waktu dibutuhkan
tanaman sudah tersedia. Pemberian pupuk tunggal
dapat menyebabkan tidak tersedia serempak akibat pemberian, sehingga pupuk diberikan dalam
bentuk
tercampur. Pupuk campuran ada 3 macam: (1)
pupuk dimana NPK berbentuk butiran yang disebut
pupuk NPK mejemuk, (2) pupuk
campuran dari bahan pupuk tunggal sesuai
dengan rekomendasi pupuk dengan imbangan N-PK-Mg-S-mikro, dan (3) pupuk
campuran dari pupuk tunggal yang
dirakit oleh pekebun sendiri. Jenis pupuk tunggal yang biasa dipakai petani (PPTK, 2006).
Urea
N = 46%
ZA
N = 21%
SP36
P2O5 = 36%
Fosfat
alam P2O5 = 30%
MOP/KCl
K2O = 60%
ZK
K2O = 50%
Seng
Sulfat Zn = 22%
Kieserit
MgO = 27%
Darmosarkoro, W.,E.S. Sutarta, S. Rahutomo. 2001.
Peluang Penggunaan Pupuk Majemuk dan Pupuk Organik dari Limbah Kelapa Sawit.
PPKS. Medan.
Koedadiri, A.D dan Winarna. 1999. Kesesuaian Lahan dan
Produktivitas Tanah typic paleudult, sammentic
Paleudult dan Tropohumods untuk Kelapa Sawit. Warta PPKS vol. 7 No.2 Medan. Hal
61-67.
Pahan., I. 2007. Panduan Lengkap Kelapa sawit.
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir. Penebar Swadaya. Jakarta.
PPTK. 2006. Petunjuk kultur teknis tanaman teh. Edisi ketiga. PPTK, Gambung.
Sugiyono, Edy S. Sutarta, W. Darmosarkoro dan Heri
Santoso. 2005. Peranan Perimbangan K, Ca dan Mg Tanah dalam Rekomendasi
Pemupukkan Kelapa Sawit. Pertemuan Teknis Kelapa Sawit PPKS 19-20 April 2005.
Medan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar