LAPORAN PRAKTIKUM
METODE
PEMULIAAN TANAMAN
ACARA
I
SELEKSI
GALUR MURNI PADA KACANG TANAH (Arachis
hypogaea L.)
Disusun
Oleh:
Nama : Wili Setiyoko
NIM : 12408
Gol : C3
Asisiten : Muhammad Habib Widyawan
LABATORIUM
GENETIKA DAN PEMULIAAN TANAMAN
JURUSAN
BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2013
ACARA
I
SELEKSI
GALUR MURNI PADA KACANG TANAH (Arachis
hypogaea L.)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Seleksi merupakan usaha perbaikan genetik dalam suatu kegiatan pemuliaan
tanaman. Karakter yang baik ditentukan oleh genotipe, tatapi ekspresinya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Dalam mencari serta memilih sifat genetis
yang baik, maka harus disertai dengan menentukan lingkungan yang cocok dan
paling ekonomis. Keturunan yang didapatkan tersebut diharapkan mempunyai sifat
yang baik daripada induknya. Sifat genetik yang disukai pada induk diusahakan
agar frekuensinya meningkat.
Seleksi galur murni atau pure line selection diperkenalkan oleh Johansen
tahun 1903. Beliau menyeleksi tanaman Princess
Bean yang tumbuh bercampur. Kemudian, beliau mendapatkan tanaman murni yang
baik dari rata-rata populasi. Seleksi galur murni merupakan menyeleksi tanaman
yang baik untuk mendapatkan tanaman yang lebih baik dari rata-rata populasinya.
Pada praktikum ini, digunakan kacang tanah sebagai sampel tanaman. Seleksi ini
dilakukan dengan cara polong yang dihasilkan apakah mendapatkan polong yang
banyak atau tidak. Oleh karena itu, pada praktium ini akan dibahas mengenai
seleksi galur murni pada kacang tanah.
B. Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui homozigositas pada galur murni pada kacang tanah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kacang tanah merupakan tanaman menyerbuk sendiri. Menurut
Allard (1960) akibat dari penyerbuk sendiri adalah terjadinya silang dalam.
Dengan adanya silang dalam, selain terjadi fiksasi sifat-sifat keturunan, juga
mengakibatkan meningkatnya jumlah individu homozigot dan terjadi pemisahan
populasi ke dalam kelompok-kelompok genetik berbeda (galur). Menurut Bari et al. (1974), keragaman yang terbesar
terdapat pada keragaman antar galur. Di antara galur-galur tersebut kini
merupakan kelompok-kelompok populasi yang secara genetik berbeda, dan keragaman
di dalam galur itu sendiri lebih kecil atau keadaannya seragam. Dengan kata
lain, hasil akhir dari penyerbuk sendiri adalah bermacam-macam famili
homozigot.
Dalam kegiatan pemuliaan tanaman, seleksi merupakan kegiatan
utama. Seleksi dapat dilakukan bila terdapat keragaman dalam suatu populasi
untuk sifat yang diinginkan. Dengan seleksi, genotipe yang dikehendaki dapat
dipisahkan dari genotipe yang tidak dikehendaki, kemudian mengembangkannya baik
secara terpisah, maupun secara kelompok genotipe terpilih. Genotipe yang
terpilih dapat diteruskan kepada serangkaian pengujian untuk digunakan sebagai
bahan untuk hibridisasi. Hal ini tergantung dari cara seleksi yang digunakan
untuk kemampuan mengisolasi genotipe yang jitu dalam proses seleksi sehingga
suatu program dapat berhasil atau gagal (Bari et al., 1974).
Terdapat dua bentuk seleksi untuk memperbaiki sifat
tanaman, yaitu pertama, seleksi antara populasi yang sudah ada untuk
meningkatkan sifat yang diinginkan, dan kedua, seleksi dalam populasi untuk
memperoleh tanaman yang digunakan guna menciptakan varietas atau galur baru.
Untuk yang kedua, populasi yang dimaksud berupa keturunan hasil persilangan,
yang biasanya terdiri dari tanaman hasil segregasi. Tanaman budidaya yang sudah
ada saat ini pada dasarnya merupakanhasil seleksi selama berabad-abad. Seleksi ini
dapat berlangsung secara alami atau buatan berdasarkan individu atau kelompok dari
populasi campuran. Efektifitas seleksi sangat tergantung pada adanya keragaman
genetik yang dapat bersumber dari jenis lokal, koleksi, atau populasi
bersegregasi (Poespodarsono, 1988).
Keragaman juga dapat didapatkan dari variasi somaklonal pada tanaman kacang tanah
hasil kultur in vitro dan hasil seleksi in vitro. Teknik kultur jaringan,
terutama yang melibatkan fase kalus, dapat menginduksi terjadinya variasi
somaklonal, yaitu perubahan yang terjadi pada tanaman yang diregenerasikan dari
kultur in vitro dan pada umumnya bersifat heritable. Variasi somaklonal dapat
diketahui dengan menganalisis fenotip, protein, jumlah dan struktur kromosom,
serta DNA. Selain variasi somaklonal, sumber variasi lain yang dapat diamati
pada tanaman regeneran adalah variasi epigenetik yang merupakan modifikasi
ekspresi genetik, biasanya bersifat reversibel (Henikoff and Matzke 1997 dalam
Rahayu dan Sudarsono, 2009).
Seleksi in vitro diawali dengan menginduksi embrio
somatik (ES) dan variasi somaklonal kacang tanah cv. Lokal Bima. Seleksi in
vitro untuk ketahanan terhadap penyakit layu fusarium dilakukan pada populasi
ES dengan media selektif yang mengandung filtrat kultur Fusarium sp. Setelah dilakukan seleksi in vitro, diperoleh populasi
ES yang insensitif terhadap media filtrat kultur. Embrio somatik insensitif ini
dikecambahkan dan menghasilkan planlet. Planlet-palnlet ini ditanam untuk memproduksi
tanaman generasi R1 dan R2. Tanaman generasi R2 inilah yang akan dievaluasi ketahanannya
terhadap penyakit layu cendawan Fusarium
sp. (Sumarjan dan Hemon, 2011).
Rais (1997) mengemukakan bahwa perbaikan genetik kacang
tanah untuk hasil berhubungan dengan jumlah polong, jumlah cabang, jumlah biji
per polong, dan bobot 100 biji. Tanaman yang berdaya hasil tinggi harus
mempunyai jumlah polong yang banyak. Jumlah polong yang banyak dapat diketahui
dengan lebih dari 20, jumlah biji 2-3-4 per polong, dan mempunyai bobot biji
yang berat (45-55 gram per 100 biji).
Keragaan karakter presentase jumlah polong berbiji tiga,
jumlah polong total, dan jumlah polong isi berbeda nyata antar genotipe.
Seleksi nyata meningkatkan persentase jumlah polong yang berbiji tiga. Galur
GWS-08 dan GWS-11 memiliki persentase jumlah polong yang berbiji tiga lebih
tinggi yaitu masing-masing sebesar 14,02% dan 12,13 % dibandingkan galur
lainnya yaitu GWS-13 (5,50%) dan GWS-48 (4,48%). Pengaruh interaksi genotipe
dan seleksi tidak nyata terhadap semua karakter yang diamati (Purwaningsih,
2002).
III.
METODOLOGI
Praktikum Metode Pemuliaan Tanaman acara 1 yaitu “Seleksi Galur Murni Pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.)” dilaksanakan pada hari Rabu, 2
Oktober 2013 di Kebun Pecobaan dan
Pendidikan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada di Banguntapan, Bantul,
Yogyakarta. Alat dan bahan yang digunakan adalah benih kacang tanah berpolong 2
dan 3, pupuk kandang, pupuk NPK, pupuk Ponska, cangkul, gembor, ember, dan
meteran.
Benih kacang yang telah disiapkan dipisahkan ke dalam
4 kelompok benih yaitu polong 2 dipisahkan ke dalam biji 1 dan 2 sedangkan
polong 3 dipisahkan ke dalam biji 2 (dan 1) dan 3. Tiap kelompok benih ditanam
pada petak-petak yang berbeda.Tanaman di rawat hingga panen. Panen
dilakukan pada umur 70 hari setelah tanam. Data diambil dengan cara biji
diambil secara terpisah per tanaman,
dihitung jumlah biji berpolong 1, 2, dan 3. Masing-masing polong dihitung
terpisah, kemudian dihitung jumlah polong biji 3 dan 2 (dan 1) dari polong 3
dan 2 (dan 1), juga polong berbiji 2 dan 1 dari polong 2 dan 1. Data dianalisi
dengan menggunakan uji-kontingensi untuk membandingkan
rerata variabel yang diamati (jumlah polong dan jumlah biji), antara tanaman yang
berasal dari polong berbiji 3 dan 2 (atau 1) dari tanaman polong berbiji 3, antara
tanaman yang berasal dari polong berbiji 2 dan 1 dari tanaman polong berbiji 2,
dan antara tanaman dengan polong berbiji 2 dari tanaman polong berbiji 2 dan 3.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pengamatan
Tetua polong 2
Hasil
|
Kelompok
|
O
|
E
|
(O-E)2/E
|
Ket
|
Polong 2
|
1
|
1935
|
1456,56
|
157,16
|
*
|
2
|
1523
|
1060,76
|
201,42
|
*
|
|
3
|
2259
|
1736,93
|
156,92
|
*
|
|
4
|
1291
|
842,42
|
238,87
|
*
|
|
5
|
917
|
445,27
|
499,78
|
*
|
|
6
|
1811
|
1618,56
|
22,88
|
*
|
|
7
|
1983
|
1665,60
|
60,48
|
*
|
|
Polong 3
|
1
|
144
|
622,44
|
367,76
|
*
|
2
|
66
|
528,24
|
404,48
|
*
|
|
3
|
136
|
658,07
|
414,18
|
*
|
|
4
|
78
|
526,58
|
382,14
|
*
|
|
5
|
355
|
826,73
|
269,17
|
*
|
|
6
|
64
|
256,44
|
144,41
|
*
|
|
7
|
102
|
329,40
|
156,98
|
*
|
Ket : CHI Tabel : 0,00393214< x< 3,841459149
Tetua polong 3
Hasil
|
Kelompok
|
O
|
E
|
(O-E)2/E
|
Ket
|
Polong 2
|
1
|
384
|
862,44
|
265,42
|
*
|
2
|
206
|
668,24
|
319,74
|
*
|
|
3
|
325
|
847,07
|
321,76
|
*
|
|
4
|
224
|
672,58
|
299,18
|
*
|
|
5
|
95
|
566,73
|
392,66
|
*
|
|
6
|
335
|
527,44
|
70,21
|
*
|
|
7
|
256
|
483,40
|
106,97
|
*
|
|
Polong 3
|
1
|
847
|
368,56
|
621,10
|
*
|
2
|
795
|
332,76
|
642,08
|
*
|
|
3
|
843
|
320,93
|
849,28
|
*
|
|
4
|
869
|
420,42
|
478,63
|
*
|
|
5
|
1524
|
1052,27
|
211,48
|
*
|
|
6
|
276
|
83,56
|
443,15
|
*
|
|
7
|
323
|
95,60
|
540,91
|
*
|
Ket : CHI Tabel : 0,00393214< x< 3,841459149
B. Pembahasan
Seleksi atau memilih galur yang terbaik dalam suatu populasi hasil
persilangan merupakan pekerjaan yang sulit dan memerlukan tingkat dedikasi yang
tinggi. Ini dilakukan karena sangat menentukan tingkat keberhasilan pembentukan
varietas unggul baru tersebut. Untuk itu, faktor ketelitian, ketelatenan, serta
ketekunan dan objektivitas yang tinggi harus selalu melekat dalam diri
seseorang saat melakukan kegiatan seleksi ini.
Ada dua kegiatan utama pada perlakuan seleksi tersebut, yaitu sebagai berikut.
Ada dua kegiatan utama pada perlakuan seleksi tersebut, yaitu sebagai berikut.
1. Seleksi galur murni
Kegiatan utama
yang dilakukan adalah menyeleksi galur murni dari generasi ke generasi hasil
persilangan yang ditanam secara terpisah dan menilai derajat keragaman dalam
galur. Galur-galur terpilih dievaluasi lebih lanjut mengenai pemenuhan beberapa
syarat yang akan dicapai. Selanjutnya galur terpilih tersebut dikembangkan
melalui tahapan evaluasi standar sebelum dilepas menjadi varietas unggul baru.
Contoh: kacang
tanah varietas Zebra sebagai varietas unggul baru yang telah dilepas tahun 1992
merupakan salah satu hasil kegiatan seleksi galur murni pada populasi F4 dari
hasil persilangan MGS-9-2-5 dengan NC 3035-9.
2. Seleksi massa.
Seleksi massa terdiri
dari dua macam, yaitu seleksi massa positif dan seleksi massa negatif. Seleksi
massa negatif dilakukan dengan cara membuang individu galur/tanaman yang tidak
disenangi, tetapi mempertahankan galur/tanaman yang diinginkan. Sementara
kegiatan memilih yang diarahkan hanya pada individu galur atau tanaman yang
terbaik sesuai dengan tujuan pembentukan varietas baru disebut kegiatan seleksi
massa positif.
Contoh: kacang
tanah varietas lokal Jepara yang telah diresmikan sebagai varietas unggul
merupakan salah satu contoh hasil seleksi massa.
Dalam praktikum ini
seleksi galur murni dilakukan dengan melihat jumlah biji polong anakannya,
apakah sama dengan jumlah biji indukannya atau tidak. Hasil seleksi galur murni
untuk tetua polong 2.
Hasil
|
Kelompok
|
O
|
E
|
(O-E)2/E
|
Ket
|
Polong 2
|
1
|
1935
|
1456,56
|
157,16
|
*
|
2
|
1523
|
1060,76
|
201,42
|
*
|
|
3
|
2259
|
1736,93
|
156,92
|
*
|
|
4
|
1291
|
842,42
|
238,87
|
*
|
|
5
|
917
|
445,27
|
499,78
|
*
|
|
6
|
1811
|
1618,56
|
22,88
|
*
|
|
7
|
1983
|
1665,60
|
60,48
|
*
|
|
Polong 3
|
1
|
144
|
622,44
|
367,76
|
*
|
2
|
66
|
528,24
|
404,48
|
*
|
|
3
|
136
|
658,07
|
414,18
|
*
|
|
4
|
78
|
526,58
|
382,14
|
*
|
|
5
|
355
|
826,73
|
269,17
|
*
|
|
6
|
64
|
256,44
|
144,41
|
*
|
|
7
|
102
|
329,40
|
156,98
|
*
|
Dari tabel di atas daat didapatkan bahwa tetua polong 2
memiliki hasil anak polong 2 dan polong 3. Dari segi jumlahnya, hasil polong 2
lebih banyak dari polong 3. Akan tetapi, polong 3 muncul dari tetua polong 2
ini. Kemudian, setelah diuji dengan kontingensi didapatkan ada pengaruh (beda
nyata) dari hasil dengan tetua anakan. Oleh karena itu, jumlah polong tetua
terkait dengan jumlah polong anakan sehingga dapat diduga bahwa tetua yang
digunakan sudah galur murni dan homozigot untuk sifat jumlah polong sehingga
ada keterkaitan antara jumlah polong tetua dan jumlah polong anakan.
Hasil dari pengamatan dengan tetua polong 3, sebagai
berikut:
Hasil
|
Kelompok
|
O
|
E
|
(O-E)2/E
|
Ket
|
Polong 2
|
1
|
384
|
862,44
|
265,42
|
*
|
2
|
206
|
668,24
|
319,74
|
*
|
|
3
|
325
|
847,07
|
321,76
|
*
|
|
4
|
224
|
672,58
|
299,18
|
*
|
|
5
|
95
|
566,73
|
392,66
|
*
|
|
6
|
335
|
527,44
|
70,21
|
*
|
|
7
|
256
|
483,40
|
106,97
|
*
|
|
Polong 3
|
1
|
847
|
368,56
|
621,10
|
*
|
2
|
795
|
332,76
|
642,08
|
*
|
|
3
|
843
|
320,93
|
849,28
|
*
|
|
4
|
869
|
420,42
|
478,63
|
*
|
|
5
|
1524
|
1052,27
|
211,48
|
*
|
|
6
|
276
|
83,56
|
443,15
|
*
|
|
7
|
323
|
95,60
|
540,91
|
*
|
Dari tabel tersebut, dapat diketahui bahwa tetua polong 3
memiliki hasil anakan polong 2 dan 3. Dari segi jumlahnya, tetua polong 3 ini
menghasilkan polong 3 yang lebih banyak dari polong 2. Akan tetapi, jika diuji
dengan kontingensi maka mandapatkan hasil yang beda nyata. Artinya ada pengaruh
nyata dari tetua polong 3 terhadap polong anakan yang dihasilkan. Hal ini
diduga karena jumlah polong tetua
terkait dengan jumlah polong anakan sehingga dapat diduga bahwa tetua yang
digunakan sudah galur murni dan homozigot untuk sifat jumlah polong sehingga
ada keterkaitan antara jumlah polong tetua dan jumlah polong anakan. Oleh
karena itu, ada pengaruh dari hasil anakan tetua polong 3 ini terhadap polong
anakan karena tetua polong 3 sudah bisa dikatakan sebagai tetua yang homozigot.
.
Dalam
upaya perbaikan genetik, seleksi galur murni banyak digunakan untuk mandapatkan
varietas yang homozigot. Galur murni dapat terjadi apabila persilangan dalam
suatu galur antara dua individu menghasilkan keturunan dengan penampilan
standar yang sama dengan kedua tetuanya. Galur murni ini dapat dibuat dengan
cara penyerbukan/pembuahan sendiri (selfing). Tanaman yang heterozigot kalau
dilakukan selfing terus-menerus
sampai 6-7 generasi akan menjadi homozigot.
Dari hasil tetua polong yang sudah diuji secara
statistik, kedua tetua sudah tergolong dalam kreteria homozigot walaupun masih
ada pemunculan polong dengan jumlah yang lain. Akan tetapi, jika dilihat dari
jumlah polong anakan yang dihasilkan, tetua yang digunakan menghasilkan jumlah
anakan yang sesuai dengan tetuanya. Hal ini memungkinkan untuk mendapatkan
tetua polong yang homozigot. Caranya yaitu dilakukan selfing terus-menerus sampai 6-7 generasi. Misalnya, untuk mendapatkan
polong 3 maka bisa dilakukan selfing
terus-menerus dengan seleksi tiap hasil selfing.
Hal ini diupayakan untuk mandapatkan galur yang homozigot sehingga nantinya
yang diharapkan bisa mendapatkan polong 3 dan bisa mendapatkan varietas baru
kacang tanah berpolong 3.
V.
KESIMPULAN
1.
Tetua
yang digunakan merupakan galur murni yang untuk sifat jumlah polong sehingga
ada keterkaitan antara jumlah polong tetua dan jumlah polong anakan.
2.
Seleksi galur
murni dilakukan seleksi individual pada tanaman penyerbuk sendiri secara terus
menerus sampai 6-7 generasi hingga
diperoleh tanaman dengan genotipe homozigot.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley-Sons, New York.
Bari, A.,M. Sjarkani, dan E. Sjamsudin. 1974. Pengantar Pemuliaan Tanaman.
Departemen Agronomi Faperta IPB, Bogor.
Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. Pusat Antar
Universitas IPB, Bogor.
Purwaningsih, I. 2002. Seleksi Polong Berbijji Tiga pada Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.) : Evaluasi Dua
Generasi Seleksi. Skripsi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Rahayu, E.W. dan Sudarsono. 2009. Varian kualitatif kacang tanah hasil
kultur in vitro dan hasil seleksi in vitro. Biosaintifika 1 : 33-40.
Rais, S.A. 1997. Perbaikan varietas kacang tanah. Buletin AgroBio 1 :
40-46.
Sumarjan, A. dan F. Hemon. 2011. Ketahanan beberapa galur kacang tanah
hasil kultur in vitro terhadap penyakit layu cendawan Fusarium sp. Crop Agro 4 : 52- 57.
LAMPIRAN
Perhitungan
Kelompok 1
|
|||
Oij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
Jumlah
|
Polong 2
|
1935
|
384
|
2319
|
Polong 3
|
144
|
847
|
991
|
Jumlah
|
2079
|
1231
|
3310
|
Pj
|
0,628096677
|
0,371903323
|
|
Eij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
|
Polong 2
|
1456,556193
|
862,4438066
|
|
Polong 3
|
622,4438066
|
368,5561934
|
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
||
Polong 2
|
157,1573257
|
265,4184242
|
|
Polong 3
|
367,7576573
|
621,0951824
|
|
X2
|
1411,42859
|
||
Chiinv
|
3,841459149
|
||
0,00393214
|
|||
Kelompok 2
|
|||
Oij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
Jumlah
|
Polong 2
|
1523
|
206
|
1729
|
Polong 3
|
66
|
795
|
861
|
Jumlah
|
1589
|
1001
|
2590
|
Pj
|
0,480060423
|
0,302416918
|
|
Eij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
|
Polong 2
|
1060,764865
|
668,2351351
|
|
Polong 3
|
528,2351351
|
332,7648649
|
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
||
Polong 2
|
201,421943
|
319,7397277
|
|
Polong 3
|
404,4814628
|
642,0789654
|
|
X2
|
1567,722099
|
||
Chiinv
|
3,841459149
|
||
0,00393214
|
|||
Kelompok 3
|
|||
Oij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
Jumlah
|
Polong 2
|
2259
|
325
|
2584
|
Polong 3
|
136
|
843
|
979
|
Jumlah
|
2395
|
1168
|
3563
|
Pj
|
0,723564955
|
0,352870091
|
|
Eij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
|
Polong 2
|
1736,929554
|
847,0704463
|
|
Polong 3
|
658,0704463
|
320,9295537
|
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
||
Polong 2
|
156,919174
|
321,7649158
|
|
Polong 3
|
414,1768596
|
849,2753243
|
|
X2
|
1742,136274
|
||
Chiinv
|
3,841459149
|
||
0,00393214
|
|||
Kelompok 4
|
|||
Oij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
Jumlah
|
Polong 2
|
1291
|
224
|
1515
|
Polong 3
|
78
|
869
|
947
|
Jumlah
|
1369
|
1093
|
2462
|
Pj
|
0,413595166
|
0,33021148
|
|
Eij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
|
Polong 2
|
842,4187652
|
672,5812348
|
|
Polong 3
|
526,5812348
|
420,4187652
|
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
||
Polong 2
|
238,8659091
|
299,1833756
|
|
Polong 3
|
382,1350077
|
478,6302155
|
|
X2
|
1398,814508
|
||
Chiinv
|
3,841459149
|
||
0,00393214
|
|||
Kelompok 5
|
|||
Oij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
Jumlah
|
Polong 2
|
917
|
95
|
1012
|
Polong 3
|
355
|
1524
|
1879
|
Jumlah
|
1272
|
1619
|
2891
|
Pj
|
0,38429003
|
0,489123867
|
|
Eij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
|
Polong 2
|
445,2659979
|
566,7340021
|
|
Polong 3
|
826,7340021
|
1052,265998
|
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
||
Polong 2
|
499,7753472
|
392,6585804
|
|
Polong 3
|
269,1711822
|
211,4797676
|
|
X2
|
1373,084877
|
||
Chiinv
|
3,841459149
|
||
0,00393214
|
|||
Kelompok 6
|
|||
Oij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
Jumlah
|
Polong 2
|
1811
|
335
|
2146
|
Polong 3
|
64
|
276
|
340
|
Jumlah
|
1875
|
611
|
2486
|
Pj
|
0,566465257
|
0,184592145
|
|
Eij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
|
Polong 2
|
1618,563958
|
527,4360418
|
|
Polong 3
|
256,4360418
|
83,56395817
|
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
||
Polong 2
|
22,87931225
|
70,21065543
|
|
Polong 3
|
144,4088356
|
443,1531369
|
|
X2
|
680,6519402
|
||
Chiinv
|
3,841459149
|
||
0,00393214
|
|||
Kelompok 7
|
|||
Oij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
Jumlah
|
Polong 2
|
1893
|
256
|
2149
|
Polong 3
|
102
|
323
|
425
|
Jumlah
|
1995
|
579
|
2574
|
Pj
|
0,602719033
|
0,174924471
|
|
Eij
|
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
|
Polong 2
|
1665,600233
|
483,3997669
|
|
Polong 3
|
329,3997669
|
95,6002331
|
|
(Oij-Eij)^2/Eij
|
|||
Tetua Polong 2
|
Tetua Polong 3
|
||
Polong 2
|
31,04625765
|
106,9728567
|
|
Polong 3
|
156,9844887
|
540,9051036
|
|
X2
|
835,9087066
|
||
Chiinv
|
3,841459149
|
||
0,00393214
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar