TUGAS RESUME
ORASI ILMIAH PROF. HADI SUSILO ARIFIN DI IPB
Oleh: Ari Murti Ahmadi (13388)
Indonesia memiliki kekayaan Sumber
Daya Manusia yang sangat melimpah. Saat ini diperkirakan Indonesia memiliki
jumlah penduduk sebesar 450 juta jiwa yang tersebar di seluruh kepulauan
Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Dengan jumlah penduduk yang sangat
banyak, permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah tentang ketahanan
pangan nasional. Penyediaan pangan nasional sangatlah penting mengingat makanan
adalah kebutuhan dasar manusia. Sayangnya, seiring bertambahnya jumlah manusia
dan segala kegiatan pembangunannya, sektor pertanian sering diabaikan bahkan
dikorbankan untuk memuluskan kegiatan pembangunan.
Pekarangan menjadi salah satu hal
yang dapat dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat setempat.
Ruang Terbuka Hijau adalah salah satu contoh pekarangan yang dibangun oleh
pemerintah. BPS mencatat terdapat kenaikan jumlah luas RTH, yaitu dari 5 juta
ha pada tahun 2000 menjadi 10 juta ha pada tahun 2010. Pekarangan sendiri
mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam pemenuhan kebutuhan pangan
masyarakat, baik kebutuhan pangan substansial maupun komersial. Tentu masih
banyak hal yang harus dilakukan guna memaksimalkan fungsi pekarangan sebagai senjata
dalam mewujudkan ketahanan pagan nasional.
Prof. Hadi Susilo menyebutkan bahwa
terdapat 4 fungsi dasar dari pekarangan. Fungsi yang pertama adalah fungsi
produksi subsisten, fungsi produksi komersial, fungsi sosial budaya dan fungsi
biofisik lingkungan. Keempat fungsi pekarangan tersebut sangatlah identik
dengan kehidupan masyarakat di Indonesia yang mempunyai local wisdom dan kekayaan budaya yang masih dijunjung tinggi. Biasanya, pekarangan bagian depan digunakan
untuk kegiatan sosial, tempat bertemu dengan tetangga dan bermain anak-anak.
Adapun pekarangan samping dan belakang digunakan untuk prektik pekarangan agroforestry. Tata ruang pekarangan di
Indonesia masih sangat kental dipengaruhi oleh adat-istiadat dan budaya
peninggalan nenek moyang setempat, seperti yang ada di kepulauan Bali.
Jumlah keanekaragaman tanaman pada
pekarangan sangat dipengaruhi oleh luas pekarangan yang dimiliki. Selain itu
arus urbanisasi juga sangat mempengaruhi perkembangan pekarangan di desa maupun
di perkotaan. Vertical garden,
tabulampot dan greenroof dinilai
paling tepat untuk pekarangan masyarakat kota yang sangat mengedepankan nilai
estetika. Untuk masyarakat pedesaan lebih mengedepankan pekrangan yang bersifat
menghasilkan, bukan untuk hiasan yang secara nilai ekonomis bernilai tinggi. Keanekaragaman
tanaman pekarangan yang biasanya dimiliki oleh masyarakat pedesaan sangat
membantu untuk percepatan keanekaragaman bahan konsumsi penduduk.
Pemberdayaan pekarangan yang
didasari kearifan lokal dapat diandalkan sebagai lahan produktif untuk
subsisten dan untuk komersial jika dilakukan dengan agregat satu kampung.
Keanekaragaman biodiversitas tanaman pekarangan berfungsi untuk membantu
ketahanan pangan dan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Hal ini juga
dapat membantu meningkatkan pendapatan tambahan masyarakat setempat melalui
tanaman pekarangan. Dari segi sosial dan ekonomi, pekarangan mempunyai
potensial yang besar untuk terus digali kemanfaatannya khususnya bagi
masyarakat Indonesia. Dari segi analisis gizi, pekarangan berperan penting
dalam peningkatan gizi keluarga 137 kilo kalori energi dan 4 gram protein per
keluarga.
Konsumsi beras di Indonesia masih
tergolong sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Konsumsi
beras bisa dikurangi dengan menggerakkan masyarakat untuk mengkonsumsi pangan
lokal. Salah satu yang dapat dilakukan adalah percepatan penganekaragaman
konsumsi pangan dengan pemanfaatan lahan pekarangan keluarga. Dengan logika
sederhana, apabila masing-masing keluarga memiliki ketahanan pangan yang baik,
maka untuk tingkatan yang lebih luas (desa, kecamatan, hingga nasional)
ketahanan pangan warga Indonesia dapat terjamin dengan sendirinya. Bukan tidak
mungkin, bahwa ketahanan pangan nasional dimulai dari pekarangan masing-masing
rumah tangga di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, masih
banyak hal yang perlu dilakukan dan dibenahi dalam hal pengelolaan dan
menajemennya. Kegiatan penyuluhan dan dukungan koperasi desa. Oleh karena itu,
pekarangan perlu dilakukan secara agregat dalam satu kampung dan mendapatkan support yang lebih dari pemerintah
setempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar