Senin, 19 Maret 2018


TUGAS RESUME
ORASI ILMIAH PROF. HADI SUSILO ARIFIN DI IPB
Oleh: Ari Murti Ahmadi (13388)
Indonesia memiliki kekayaan Sumber Daya Manusia yang sangat melimpah. Saat ini diperkirakan Indonesia memiliki jumlah penduduk sebesar 450 juta jiwa yang tersebar di seluruh kepulauan Indonesia, dari Sabang sampai Merauke. Dengan jumlah penduduk yang sangat banyak, permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia adalah tentang ketahanan pangan nasional. Penyediaan pangan nasional sangatlah penting mengingat makanan adalah kebutuhan dasar manusia. Sayangnya, seiring bertambahnya jumlah manusia dan segala kegiatan pembangunannya, sektor pertanian sering diabaikan bahkan dikorbankan untuk memuluskan kegiatan pembangunan.
Pekarangan menjadi salah satu hal yang dapat dimanfaatkan dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat setempat. Ruang Terbuka Hijau adalah salah satu contoh pekarangan yang dibangun oleh pemerintah. BPS mencatat terdapat kenaikan jumlah luas RTH, yaitu dari 5 juta ha pada tahun 2000 menjadi 10 juta ha pada tahun 2010. Pekarangan sendiri mempunyai fungsi yang sangat strategis dalam pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, baik kebutuhan pangan substansial maupun komersial. Tentu masih banyak hal yang harus dilakukan guna memaksimalkan fungsi pekarangan sebagai senjata dalam mewujudkan ketahanan pagan nasional.
Prof. Hadi Susilo menyebutkan bahwa terdapat 4 fungsi dasar dari pekarangan. Fungsi yang pertama adalah fungsi produksi subsisten, fungsi produksi komersial, fungsi sosial budaya dan fungsi biofisik lingkungan. Keempat fungsi pekarangan tersebut sangatlah identik dengan kehidupan masyarakat di Indonesia yang mempunyai local wisdom dan kekayaan budaya yang masih dijunjung tinggi.  Biasanya, pekarangan bagian depan digunakan untuk kegiatan sosial, tempat bertemu dengan tetangga dan bermain anak-anak. Adapun pekarangan samping dan belakang digunakan untuk prektik pekarangan agroforestry. Tata ruang pekarangan di Indonesia masih sangat kental dipengaruhi oleh adat-istiadat dan budaya peninggalan nenek moyang setempat, seperti yang ada di kepulauan Bali.
Jumlah keanekaragaman tanaman pada pekarangan sangat dipengaruhi oleh luas pekarangan yang dimiliki. Selain itu arus urbanisasi juga sangat mempengaruhi perkembangan pekarangan di desa maupun di perkotaan. Vertical garden, tabulampot dan greenroof dinilai paling tepat untuk pekarangan masyarakat kota yang sangat mengedepankan nilai estetika. Untuk masyarakat pedesaan lebih mengedepankan pekrangan yang bersifat menghasilkan, bukan untuk hiasan yang secara nilai ekonomis bernilai tinggi. Keanekaragaman tanaman pekarangan yang biasanya dimiliki oleh masyarakat pedesaan sangat membantu untuk percepatan keanekaragaman bahan konsumsi penduduk.
Pemberdayaan pekarangan yang didasari kearifan lokal dapat diandalkan sebagai lahan produktif untuk subsisten dan untuk komersial jika dilakukan dengan agregat satu kampung. Keanekaragaman biodiversitas tanaman pekarangan berfungsi untuk membantu ketahanan pangan dan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Hal ini juga dapat membantu meningkatkan pendapatan tambahan masyarakat setempat melalui tanaman pekarangan. Dari segi sosial dan ekonomi, pekarangan mempunyai potensial yang besar untuk terus digali kemanfaatannya khususnya bagi masyarakat Indonesia. Dari segi analisis gizi, pekarangan berperan penting dalam peningkatan gizi keluarga 137 kilo kalori energi dan 4 gram protein per keluarga.
Konsumsi beras di Indonesia masih tergolong sangat tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Konsumsi beras bisa dikurangi dengan menggerakkan masyarakat untuk mengkonsumsi pangan lokal. Salah satu yang dapat dilakukan adalah percepatan penganekaragaman konsumsi pangan dengan pemanfaatan lahan pekarangan keluarga. Dengan logika sederhana, apabila masing-masing keluarga memiliki ketahanan pangan yang baik, maka untuk tingkatan yang lebih luas (desa, kecamatan, hingga nasional) ketahanan pangan warga Indonesia dapat terjamin dengan sendirinya. Bukan tidak mungkin, bahwa ketahanan pangan nasional dimulai dari pekarangan masing-masing rumah tangga di Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, masih banyak hal yang perlu dilakukan dan dibenahi dalam hal pengelolaan dan menajemennya. Kegiatan penyuluhan dan dukungan koperasi desa. Oleh karena itu, pekarangan perlu dilakukan secara agregat dalam satu kampung dan mendapatkan support yang lebih dari pemerintah setempat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar