Senin, 19 Maret 2018


LAPORAN SEMENTARA KEGIATAN KERJA LAPANGAN
PERAKITAN VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BISI
DI PT BISI INTERNATIONAL Tbk, KEDIRI, JAWA TIMUR







Disusun oleh:
                                                         Nama  :   Roby Dosar Sa’banuari
                                                         NIM    :   13/352292/PN/13446
                                                     




PROGRAM STUDI PEMULIAAN TANAMAN
DEPARTEMEN AGRONOMI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN
KEGIATAN KERJA LAPANGAN
SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2015/2016
PERAKITAN VARIETAS JAGUNG HIBRIDA BISI
DI PT BISI INTERNATIONAL Tbk,KEDIRI, JAWA TIMUR

Disusun oleh:
                                                    Nama  :    Roby Dosar Sa’banuari
                                                    NIM    :    13/352292/PN/13446

Usulan kegiatan ini telah disahkan dan diterima sebagai kelengkapan mata kuliah Kerja Lapangan (PNB 3080) dan persiapan pelaksanaan Kerja Lapangan di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur.
Menyetujui:                                                     Tanda Tangan              Tanggal
Dosen Pembimbing


Ir. Suprianta, M.P.                                          ………………..          ……………

Mengetahui :
Komisi Kerja Lapangan
Departemen Agronomi


Ir. Rohlan Rogomulyo, M.P.                          ………………..          ……………

Mengetahui :
Ketua Departemen
Agronomi


Dr. Ir. Endang Sulistyaningsih, M.Sc.            ………………..          ……………


I.              PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Menurut Hallauer dan Miranda (1986) pemuliaan jagung telah efektif dalam mengembangkan varietas unggul dan hibrida untuk memenuhi kondisi budidaya yang berubah dengan cepat selama 100 tahun terakhir. Jagung adalah tanaman ekonomis penting dalam perekonomian dunia dan merupakan bahan dalam barang manufaktur yang mempengaruhi sebagian besar populasi dunia.
Varietas jagung hibrida telah terbukti memberikan hasil yang lebih baik dari varietas jagung bersari bebas. Secara umum, varietas hibrida lebih seragam dan mampu berproduksi lebih tinggi 15 - 20% dari varietas bersari bebas (Morris, 1995). Selain itu, varietas hibrida menghasilkan biji yang lebih besar dibandingkan varietas bersari bebas (Wong, 1991).
Berdasarkan data BPS (2016) hasil jagung tahun 2010 sebesar 44,36 ku/ha dengan produksi 18.327.636 ton. Pada tahun 2011, hasil jagung mengalami peningkatan menjadi 45,65 ku/ha. Produksi jagung menurun menjadi 17.643.250 ton di tahun yang sama. Tahun 2012, produktivitas jagung meningkat menjadi 48,93 ku/ha dengan produksi 19.377.030 ton. Produktivitas jagung pada tahun 2013, 2104, dan 2015 yaitu 18.511.863 ton, 19.008.426 ton, dan 19.612.435 ton (BPS, 2016).
Dalam upaya untuk meningkatkan produksi dan pemenuhan kebutuhan jagung nasional, Pemerintah terus menggalakkan penggunaan benih jagung hibrida. Hal tersebut tentu saja tidak lepas dari peran perusahaan benih sebagai penyedia benih hibrida. PT BISI International merupakan salah satu produsen benih jagung hibrida terbesar di Indonesia. PT BISI International memproduksi dan memasarkan benih jagung hibrida di Indonesia sejak tahun 1986, dan merupakan salah satu industri benih jagung hibrida terbesar. Sudah banyak varietas jagung hibrida yang dilepaskan dimana setiap varietas jagung hibrida tersebut memiliki keunggulan dan keunikan karakter yang sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan petani jagung Indonesia. Oleh kerena itu perlu diadakannya kegiatan kerja lapangan untuk mempelajari kegiatan perakitan varietas jagung hibrida BISI di PT BISI International Tbk.

B.       Tujuan Pelaksanaan Kerja lapangan
1.        Tujuan Umum
Tujuan umum pelaksanaan kerja lapangan adalah untuk mengetahui metode pemuliaan tanaman jagung yang dilaksanakan di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur untuk mendapatkan varietas jagung hibrida, sehingga mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai pemuliaan tanaman jagung secara langsung.
2.        Tujuan Khusus
Tujuan khusus pelaksanaan kerja lapangan adalah untuk mengetahui tahapan perakitan jagung hibrida di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur yang meilputi :
a.         Koleksi varietas jagung hibrida yang terdapat di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur.
b.        Penyusunan program perakitan varietas jagung hibrida di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur.
c.         Metode seleksi yang digunakan untuk pemuliaan tanaman jagung terutama untuk perakitan varietas jagung hibrida di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur.
d.        Metode pemuliaan tanaman yang digunakan untuk perakitan varietas jagung hibrida di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur.


II.           TINJAUAN PUSTAKA
A.    Tanaman Jagung (Zea mays)
Klasifikasi Tanaman Jagung:
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Liliopsida
Sub Kelas        : Commelinidae
Ordo                : Poales
Famili              : Poaceae
Genus              : Zea
Spesies             : Zea mays L.
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian  antara 1m  sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m. Tinggi tanaman  biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai kedalaman 8 m meskipun  sebagian  besar  berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Bunga betina tanaman jagung berupa "tongkol" yang terbungkus oleh semacam  pelepah dengan "rambut". Rambut jagung sebenarnya adalah tangkai putik. Tanaman jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah (diklin) dalam  satu  tanaman (Monoecious).  Bunga betina berwarna putih  panjang dan biasa disebut rambut jagung. Bunga betina dapat menerima tepung sari disepanjang rambutnya. Tongkol tumbuh dari buku, diantara batang dan pelepah daun (ketiak daun).  Bunga jantan cenderung siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini dari bunga betinanya.
Penyerbukan  pada  jagung  terjadi bila serbuk sari dari bunga jantan jatuh dan menempel pada rambut tongkol (bunga betina). Pada jagung umumnya terjadi penyerbukan silang (Cross pollinated crop). Penyerbukan terjadi dari serbuk sari tanaman  lain. Sangat jarang  penyerbukan yang serbuk sarinya dari tanaman sendiri (Purwono dan Hartono, 2006).

B.     Pemuliaan Tanaman Jagung
Pembentukan galur unggul pada dasarnya terdiri dari empat tahap, yaitu pembentukan  galur-galur  murni yang stabil, vigor tinggi; pengujian daya gabung dan penampilan galur-galur murni tersebut; penggunaan galur-galur murni terpilih dalam pembentukan  hibrida yang lebih produktif; dan perbaikan daya hasil serta ketahanan terhadap hama dan penyakit.
Pemuliaan  tanaman menyerbuk silang seperti jagung didasari oleh adanya efek heterosis. Heterosis atau ketegapan hibrida adalah pertambahan ukuran atau vigor pada hibrida F1 yang melebihi tetua-tetuanya atau melebihi rata-rata tetuanya. Tanaman F1 yang memperlihatkan gejala heterosis berarti mengalami peningkatan karakteristik, seperti ukuran tanaman, ketegapan atau produktivitas yang lebih tinggi, dibanding dengan kedua tetuanya. Heterosis seringkali juga dianggap sebagai lawan dari depresi silang dalam (inbreeding depression) (Poehlman and Sleper 1995).

C.    Jagung Hibrida
Inbrida sebagai tetua hibrida memiliki tingkat homozigositas yang tinggi. Inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) atau melalui persilangan antar saudara. Inbrida dapat dibentuk menggunakan bahan dasar varietas bersari bebas atau hibrida pada dasarnya melalui seleksi tanaman dan tongkol selama silang diri (Anonim, 2010). Silangan sendiri tanaman jagung mengakibatkan terjadinya depresi silang kerabat (inbreeding), dan silangan dua tetua yang homozigot menghasilkan F1 yang sangat vigor (Shull, 1908). Jones (1918) melanjutkan penelitian tentang adanya gejala lebih vigor tanaman  F1 jagung tersebut, yang selanjutnya memanfaatkannya pada bentuk varietas hibrida tanaman jagung. Khusus dalam pemuliaan  hibrida, pengenalan dan eksploitasi pola heterotik sangat penting untuk memaksimalkan heterosis (Pabendon et al., 2007).
Varietas jagung hibrida di Indonesia pertama kali dilepas pada tahun 1983 yang dihasilkan oleh PT BISI, yaitu varietas C-1 yang merupakan hibrida silang puncak (topcross hybrid), yaitu persilangan antara populasi bersari bebas dengan silang tunggal dari Cargill. Selanjutnya pada tahun 1980an PT BISI melepas CPI-1, Pioneer melepas hibrida P-1 dan P-2, dan IPB melepas hibrida IPB-4. Pada awalnya hibrida yang dilepas di Indonesia adalah hibrida silang ganda atau double cross hybrid, namun sekarang lebih banyak hibrida silang tunggal dan modifikasi silang tunggal. Hibrida silang tunggal mempunyai potensi hasil yang tinggi dengan fenotipe tanaman lebih seragam daripada hibrida silang ganda atau silang puncak.


III.        PELAKSANAAN KERJA LAPANGAN
A.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kerja Lapangan
Praktik kerja lapangan dilaksanakan di PT PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur selama satu bulan mulai Desember-Januari 2016.
B.       Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan
Tabel 1. Jadwal Kegiatan Kerja Lapangan di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur.
No.
Kegiatan
Minggu Ke-
I
II
III
IV
1.
Studi pustaka dan observasi mengenai keadaan umum dari PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur.
 



2.
Mempelajari kegiatan budidaya khususnya pemuliaan tanaman jagung
 
 


3.
Mengenal koleksi varietas jagung hibrida
4.
Mempelajari metode pemuliaan tanaman jagung yang digunakan untuk perakitan varietas hibrida

 
 
 
5.
Mengenal dan mempelajari metode seleksi yang digunakan untuk perakitan varietas hibrida


C.      Pelaksanaan Kerja Lapangan
Pelaksanaan kerja lapangan menitikberatkan pada kegiatan pemuliaan tanaman untuk mendapatkan varietas jagung hibrida di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur. Kegiatan yang dilakukan selama kegiatan kerja lapangan di PT BISI International Tbk. adalah :
1.        Mempelajari Budidaya Tanaman Jagung
Kegiatan ini dilakukan dengan mengikuti praktik budidaya tanaman jagung yang dilaksanakan di kebun percobaan jagung milik PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur. Diharapkan mahasiswa akan mengetahui cara budidaya tanaman jagung yang baik dan benar.
2.        Mengenal Koleksi Varietas Jagung Hibrida
Pengenalan varietas jagung hibrida dilakukan dengan melakukan pengamatan terhadap karakter dan keunggulan varietas tersebut. Diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini mahasiswa akan mengenal plasma nutfah jagung sebagai sumber keragaman genetik untuk perakitan varietas unggul di PT BISI International Tbk.
3.        Mempelajari Metode Pemuliaan Tanaman Jagung di PT BISI International Tbk
Kegiatan ini dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan pemuliaan tanaman secara langsung dan melalui studi pustaka. Kegiatan pemuliaan yang diikuti berupa isolasi, kastrasi, hibridisasi, dan pemanenan benih. Diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini mahasiswa akan memiliki keterampilan dalam kegiatan pemuliaan tanaman.
4.        Mengenal dan Mempelajari Metode Seleksi dan Penyaringan Tanaman di PT BISI International Tbk
Kegiatan ini dilakukan dengan mengikuti kegiatan seleksi dan penyaringan terhadap tanaman yang memiliki ketahanan terhadap lingkungan tertentu di PT BISI International Tbk. Diharapkan dengan mengikuti kegiatan ini mahasiswa akan mengetahui cara seleksi dan penyaringan untuk mengetahui tanaman yang memiliki ketahanan terhadap lingkungan tertentu.
D.      Pengumpulan Informasi
Selama kegiatan kerja lapangan berlangsung metode yang digunakan untuk memperoleh informasi adalah sebagai berikut :
1.        Metode Langsung
a)        Praktik langsung pada beberapa kegiatan pemuliaan tanaman jagung.
b)        Observasi atau pengamatan, yaitu metode pengumpulan data secara langsung di lapangan.
c)        Wawancara atau interview, yaitu metode pengumpulan data dan informasi dengan mengajukan pertanyaan kepada peneliti serta teknisi laboratorium di PT BISI International Tbk.
d)       Dokumentasi dalam bentuk foto.
2.        Metode Tidak Langsung
a)        Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara membaca dan menelaah pustaka mengenai pemuliaan tanaman jagung.
b)        Pengumpulan data sekunder yang tersedia di PT BISI International Tbk.

E.       Ruang Lingkup Masalah
1.        Masalah Umum
a)        Sejarah berdirinya PT BISI International Tbk.
b)        Struktur Organisasi, Tugas Pokok, serta Visi dan Misi PT BISI International Tbk.
c)        Sumber Daya Manusia dan Infrastruktur di PT BISI International Tbk.
d)       Lokasi, Topografi dan keadaan iklim di PT BISI International Tbk.
e)        Kultivar yang dimiliki oleh PT BISI International Tbk.
f)         Lokasi penanaman tanaman jagung yang ada di PT BISI International Tbk.
2.        Masalah Khusus
a)        Kegiatan pemuliaan tanaman jagung di PT BISI International Tbk.
b)        Asal dan deskripsi koleksi plasma nutfah yang terdapat di PT BISI International Tbk.
c)        Metode pemuliaan tanaman jagung terutama untuk perakitan varietas jagung hibrida di PT BISI International Tbk.
d)       Varietas jagung hibrida yang dihasilkan oleh PT BISI International Tbk.


DAFTAR PERTANYAAN
  1. Masalah Umum
1.                  Bagaimana sejarah berdirinya PT BISI International Tbk?
2.                  Bagaimana struktur organisasi yang ada di PT BISI International Tbk?
3.                  Apakah tugas pokok yang dimiliki oleh PT BISI International Tbk?
4.                  Apakah visi misi yang dimiliki oleh PT BISI International Tbk?
5.                  Di mana lokasi perusahaan dan kebun yang dimiliki oleh PT BISI International Tbk?
6.                  Bagaimana keadaan topografi PT BISI International Tbk?
7.                  Bagaimana keadaan iklim PT BISI International Tbk?
8.                  Bagaimana budidaya tanaman jagung yang ada di PT BISI International Tbk?
9.                  Di mana saja lokasi penanaman tanaman jagung yang ada di PT BISI International Tbk?

  1. Masalah Khusus
1.                  Dari mana asal koleksi plasma nutfah yang terdapat di PT BISI International Tbk?
2.                  Bagaimana deskripsi plasma nutfah yang terdapat di PT BISI International Tbk?
3.                  Bagaimana langkah-langkah pemuliaan tanaman jagung di PT BISI International Tbk?
4.                  Bagaimana metode seleksi yang digunakan dalam perakitan varietas jagung hibrida di PT BISI International Tbk?
5.                  Apa saja varietas jagung hibrida yang dihasilkan oleh PT BISI International Tbk?
6.                  Varietas jagung hibrida yang telah dihasilkan oleh PT BISI International Tbk memiliki keunggulan apa saja?
7.                  Apa hambatan yang dialami oleh PT BISI International Tbk dalam pelaksanaan pemuliaan tanaman jagung?









BAB IV
KEADAAN UMUM PT. BISI INTERNATIONAL Tbk.
A.       Sejarah Umum PT BISI International Tbk.
PT. BISI International Tbk. didirikan pada tahun 1983. Perusahaan ini awalnya merupakan Perusahaan Penanaman Modal Asing (PMA) dengan nama PT. Bright Indonesia Seed Industry yang berlokasi di Jalan Raya Pare Wates, Desa Sumber Agung, Kecamatan Ploso Klaten, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Pada tahun 1994, PT. Bright Indonesia Seed Industry berganti menjadi Perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri dengan nama PT. Benih Inti Subur Intani atau sering disebut PT. BISI International Tbk. Perusahaan ini merupakan penghasil benih hibrida di Indonesia untuk komoditas tanaman jagung, padi, hortikultura dan sekaligus salah satu penghasil utama pestisida di Indonesia serta distributor berbagai jenis pupuk. Kantor pusat perseroan berada di Sidoarjo, Jawa Timur dengan fasilitas pengolahan yang terletak di Kediri, Jawa Timur.
Perseroan didirikan oleh Charoen Pokphand Group dan telah beroperasi lebih dari 25 tahun. Saat ini, PT. BISI International Tbk. mengoperasikan pusat penelitian dan pengembangan sekaligus menjalankan kegiatan produksi, pemasaran, distribusi serta penjualan yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. PT. BISI International Tbk. memiliki tiga anak perusahaan, yaitu PT. Multi Sarana Indotani (MSI) yang merupakan produsen pestisida, PT. Tanindo Subur Prima (TSP) yang merupakan importir dan distributor benih hortikultura dan PT. Tanindo Intertraco (Tinco) yang mendistribusikan dan memasarkan produk PT. MSI dan PT. BISI International Tbk.
Dalam upaya mengembangkan benih lokal, PT. BISI International Tbk. telah dianugerahi penghargaan Satya Lencana yang merupakan penghargaan tertinggi dari pemerintah untuk individu atau institusi yang telah memberikan sumbangsih yang luar biasa kepada bangsa dan negara. PT. BISI International Tbk. sebagai perusahaan multinasional yang senantiasa mengikuti perkembangan teknologi dan memiliki fasilitas laboratorium yang modern pabrik dan laboratorium  PT. BISI International, Tbk. telah mendapatkan kepercayaan dari pemerintah sebagai Instalasi karantina tumbuhan dan memiliki wewenang untuk mengevaluasi kesehatan benih karena memiliki Sertifikat Karantina Mandiri yang diterbitkan melalui SK Menteri tahun 2006. Disamping itu PT. BISI International, Tbk. juga mendapatkan Akreditasi Sistem Mutu dari Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura LSSM - BTPH pada tahun 2000. Juga pada tahun 2005 mendapat Sertifikat untuk Sertifikasi Sistem Managemen Mutu sesuai standar SNI dan LSSM - BTPH dan KAN (Komite Akreditasi Nasional). Ditahun yang sama, PT. BISI International, Tbk. mulai mengembangkan Eksport hingga ke Mancanegara antara lain China, Philipina, Jepang, Vietnam dan Malaysia yang kemudian dikembangkan lagi pemasarannya ke India pada tahun 2008. Upaya ini menunjukkan karya perbenihan Bangsa Indonesia telah diakui kualitasnya oleh pihak Luar Negeri.
Kokohnya usaha PT. BISI International Tbk. ditopang oleh tujuan yang satu yaitu memberikan yang terbaik bagi petani Indonesia, besar maupun kecil, dengan cara memberikan kemudahan serta harga yang terjangkau untuk berbagai benih tanaman pangan dan hortikultura, produk kimia pertanian yang diformulasikan secara cermat serta dukungan keahlian dan teknologi mutakhir dalam bidang usaha tani guna memastikan hasil yang optimal. Sejak bulan Mei 2007, PT. BISI International Tbk. telah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta.
B.       Struktur Organisasi PT. BISI International Tbk.
Rapat Umum Pemegang Saham

 

Dewan Komisaris
 

Komite Audit
Direksi
 

Audit Internal
 


Human        Marketing      seed        Field Crop     Seed Quality  Research &   New project   Finance & Resources               Processing  Prod & GA    control           Development  Development Accounting

Gambar 4.1. Struktur organisasi PT BISI Internasional Tbk





C.       Visi dan Misi PT. BISI International Tbk.
1.      Visi
Visi dari PT. BISI International Tbk. adalah memberi pangan dunia yang berkembang.
2.      Misi
PT. BISI International Tbk. memiliki 2 misi yaitu
a.       Meningkatkan permintaan dunia akan pangan, pakan, bahan bakar, dan serat.
b.      Memberikan produk, teknologi, dan dukungan inovatif untuk membantu petani meningkatkan produktivitas.
Dalam menjalankan kegiatannya, PT BISI International Tbk menerapkan 5 falsafah perusahaan. Falsafah perusahaan yang dimaksud ialah:
1.    Berguna bagi nusa dan bangsa
2.    Berdedikasi untuk membangun dan memajukan pertanian
3.    Saling menghormati dan membina kerjasama
4.    Berpegang teguh pada kualitas dan memberikan pelayanan yang terbaik
5.    Berjuang terus untuk mencari yang terbaik
D.       Departemen Penelitian dan Pengembangan
Tim penelitian dan pengembangan produk melakukan pengamatan melalui penerapan teknologi pemuliaan tanaman dengan menggabungkan penelitian lapangan dan penelitian laboratorium, sehingga produk yang dihasilkan merupakan benih tanaman yang berkualitas tinggi, tahan hama penyakit, memiliki adaptasi yang luas, cita rasa enak dan diminati oleh petani pengguna dan konsumen hasil panen.  Hingga saat ini departemen penelitian dan pengembangan produk PT. BISI International Tbk. telah memiliki lahan pengujian dan penelitian yang terletak  pada dataran rendah, menengah dan tinggi  yang tersebar diseluruh Indonesia. Lahan pengujian dan penelitian tersebut diantaranya berlokasi di Sumberagung, Kencong, Kambingan, Pujon, Karang Ploso, Lembang, Citapen, Mataram, Brastagi, Lampung dan Subang. Lahan-lahan penelitian dan pengujian yang dimiliki oleh Departemen Penelitian dan pengembangan Produk (R & D) antara lain
a.       Farm RD Sumberagung terletak di desa Sumberagung, kecamatan Plosoklaten, Kabupaten  Kediri, dengan total luas 6 hektar.  Farm Sumberagung telah dilengkapi sarana dan prasarana penelitian dan pengujian varietas introduksi, gedung proses dan produksi benih yang dilengkapi peralatan produksi dengan standarisasi kualitas perbenihan yang berlaku, gudang penyimpanan benih yang berupa ruang pendingin, gedung laboratorium Biotech, gedung Pengujian Mutu (Quality Assurance / QA) dan gedung pusat managemen PT. BISI.
b.      Farm RD Kencong memiliki luas lahan 10 hektar yang terletak di desa Kencong, kecamatan Kepung, kabupaten Kediri. Dengan ketinggian 150 meter dari permukaan air laut, farm kencong difungsikan sebagai lahan pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul tanaman hortikultura dataran rendah sampai menengah serta kegiatan produksi varietas tanaman hibrida F1.
c.       Farm RD Kambingan terletak di desa Kambingan, kecamatan Pagu, kabupaten Kediri, dengan total luas lahan 10 hektar. Lahan RD ini difungsikan untuk pengujian varietas introduksi dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman jagung, jagung manis dan padi. Varietas unggul yang telah dihasilkan Farm RD Kambingan adalah Jagung Hibrida BISI 2, Jagung Hibrida BISI 18, Padi Hibrida INTANI, Jagung manis hibrida Sweet Boy dan lain-lain.
d.      Farm RD Pujon terletak di kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, dengan luas lahan 3.4 hektar. Farm Pujon dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan air laut difungsikan sebagai lokasi pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman sayur hortikultura dataran tinggi melalui penerapan tehnologi pemuliaan tanaman.
e.       Farm RD Karang Ploso terletak 10 kilometer dari kota Malang tepatnya di desa Ngijo, kecamatan Karang Ploso, kabupaten Malang dengan ketinggian 550 meter dari permukaan air laut dengan luas lahan 15 hektar.  Lokasi ini digunakan sebagai lokasi pengujian dan penelitian varietas introduksi tanaman sayuran dataran menengah, jagung, padi, dan varietas tanaman bersari bebas dan hibrida dengan tehnologi pemuliaan tanaman.
f.       Farm RD Lembang dengan luas lahan 16.4 hektar dan berada pada ketinggian 1000 meter dari permukaan air laut, difungsikan sebagai lokasi pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman sayur hortikultura dataran tinggi melalui penerapan tehnologi pemuliaan tanaman.
g.      Farm RD Citapen merupakan lahan BISI yang terletak di desa Citapen, kecamatan Ciawi kabupaten Bogor dengan total luas 5 hektar dan ketinggian 600 meter dari permukaan air laut.  Farm ini difungsikan sebagai lokasi pengujian varietas introduksi maupun varietas hasil dari penelitian dan pengembangan tanaman horti maupun tanaman pangan untuk pengujian adaptasi tanaman pada dataran menengah.
h.      Farm RD Mataram merupakan lahan penelitian yang terletak di desa Bagik Polak, kecamatan Labuapi, kabupaten Lombok Barat dengan ketinggian 20 meter dari permukaan air laut.  Lahan seluas 60 hektar ini difungsikan sebagai lahan percontohan dan pengujian varietas introduksi serta varietas hasil penelitian BISI untuk adaptasi tanaman pada dataran rendah.
i.        Farm RD Brastagi dengan luas lahan 6 hektar, Farm Brastagi dengan ketinggian 1000 meter dari permukaan air laut difungsikan sebagai lokasi pengujian dan penelitian untuk menemukan varietas unggul baru tanaman sayur hortikultura dataran tinggi melalui penerapan tehnologi pemuliaan tanaman.
j.        Farm RD Lampung merupakan lahan BISI dengan total luas 20 hektar yang difungsikan sebagai lokasi pengujian varietas introduksi serta varietas hasil penelitian BISI untuk adaptasi tanaman pada dataran rendah (ketinggian 50 meter dari permukaan air laut).
k.      Farm RD Subang terletak pada ketinggian 10 meter dari permukaan air laut. Farm Subang memiliki total lahan seluas 60 hektar difungsikan sebagai lahan percontohan dan pengujian varietas introduksi serta varietas hasil penelitian BISI untuk adaptasi tanaman pada dataran rendah.
Perseroan memiliki 12 fasilitas penelitian dan pengembangan di dalam negeri dengan jumlah lahan 231 hektar yang mendukung kegiatan operasional. Fasilitas-fasilitas tersebut memiliki lokasi yang strategis. Diversifikasi dalam pemilihan wilayah fasilitas penelitian dan pengembangan sangatlah penting untuk mempelajari ketahanan tanaman terhadap berbagai macam suhu, serangan OPT, curah hujan dan tingkat ketinggian lahan.
Perseroan juga telah memiliki laboratorium Penelitian dan Biotechnology yang dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas teknologi penelitian dan pengembangan benih tanaman. Serangkaian penelitian laboratorium yang dilakukan secara menyeluruh merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menunjang penelitian lapangan guna mendapatkan varietas benih tanaman yang unggul. Fasilitas tersebut antara lain:
o  Laboratorium Plant Protection
Laboratorium ini digunakan untuk menyeleksi ketahanan tanaman terhadap hama dan penyakit serta memeriksa kesehatan benih.
o  Laboratorium Molecular Breeding
Laboratorium ini digunakan untuk pemetaan gen tanaman sehingga mempercepat proses pemuliaan tanaman dan memeriksa kemurnian benih.
o  Laboratorium Tissue-Culture
Laboratorium ini digunakan untuk membiakkan tanaman melalui kultur embrio atau anther. Laboratorium ini juga sangat penting dalam kegiatan pemuliaan tanaman.
o  Laboratorium Plant Physiology
Laboratorium ini digunakan untuk menyeleksi adaptasi tanaman terhadap kekurangan air, unsur hara, keasaman tanah dan salinitas tanah.


BAB V
BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG HIBRIDA
1.      Pemilihan Bahan Tanam
Benih yang akan digunakan sebaiknya bermutu tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya, serta berasal dari varietas unggul (daya tumbuh besar, tidak tercampur benih/varietas lain, tidak mengandung kotoran, tidak tercemar hama dan penyakit). Benih dikatakan memiliki mutu yang baik apabila bentuk, ukuran dan warnanya seragam; permukaan kulit benih harus bersih dan mengkilat; tidak tercampur dengan benih hampa dan macam-macam kotoran, seperti tanah, sisa kulit, biji rumput, dan sebagainya; kadar air cukup rendah dan benih sudah mengalami masa istirahat yang cukup, namun masih juga belum mengalami masa simpan terlalu lama sampai kadaluwarsa; benih memiliki daya tumbuh tinggi (>90%); benih viabel (mampu berkecambah dan tumbuh menjadi bibit normal); serta sesai nama. Benih yang demikian dapat diperoleh bila menggunakan benih bersertifikat. Pada umumnya benih yang dibutuhkan sangat bergantung pada kesehatan benih, kemurnian benih dan daya tumbuh benih. Penggunaan benih jagung hibrida biasanya akan menghasilkan produksi yang lebih tinggi. Tetapi jagung hibrida mempunyai beberapa kelemahan dibandingkan varietas bersari bebas yaitu harga benihnya yang lebih mahal dan hanya dapat digunakan maksimal 2 kali turunan dan tersedia dalam jumlah terbatas.
 








Gambar 5.1. Kegiatan pemilihan bahan tanam
2.      Persiapan Lahan
Pengolahan lahan akan memberikan lingkungan tumbuh akar tanaman jagung yang optimal. Pada kondisi lahan yang bertekstur tanah berat (kandungan liatnya tinggi), pengolahan lahan tidak mutlak dilakukan, apabila kondisi di lahan diguyur hujan atau tanah yang akan ditanami jagung masih basah maka tidak dilakukan pengolahan lahan, benih jagung langsung ditanam. Persiapan lahan dilakukan dengan cara membalik tanah dan memecah bongkah tanah agar diperoleh tanah yang gembur untuk memperbaiki aerasi. Pengolahan tanah di PT BISI sudah menggunakan teknik mekanisasi, artinya penggemburan lahan digunakan menggunakan traktor. Tanah yang akan ditanami sebelumnya dilakukan pengairan, setelah itu kemudian tanah diratakan menggunakan mesin (digaru) untuk menghasilkan lingkungan yang sama bagi pertumbuhan tanaman. Pada saat pengolahan lahan bagian tanah disekitar area penanaman dibuat tanggul untuk manahan air tetap berada di lahan pada saat dilakukan pengairan.
Pada kegiatan persiapan lahan juga dilakukan kegiatan pemupukan dasar. Pupuk dasar diaplikasikan ke lahan bersamaan dengan pembuatan bedengan. Aplikasi pupuk dasar ini yaitu 4 hari sebelum planting. Pupuk dasarnya meliputi pupuk kandang, petroganik, NPK, dan dolomit (untuk tanah yang asam atau bekas pertanaman padi).
Description: C:\Users\Hidayat\Downloads\Images\23-large1.jpg
Gambar 5.2. Kegiatan persiapan lahan
3.      Penanaman
PT BISI International menggunakan standar penanaman benih jagung satu lubang satu tanaman, hal ini berkaitan dengan pemenuhan standar produksi dimana dalam suatu luasan lahan tertentu dituntut penanaman dalam jumlah yang besar. Apabila ditanam satu lubang lebih dari satu tanaman maka penanaman menjadi kurang efisien. Selain itu pertumbuhan tanaman dari benih yang ditanam satu benih per lubang relatif lebih baik karena peluang persaingan antar tanaman dalam satu lubang tanam lebih kecil dibandingkan dengan tanaman yang ditanam lebih dari satu benih per lubang tanam.
Jarak tanam jagung Hibrida yang dianjurkan adalah jarak tanam 70 x 20 cm. Dalam perakitan varietas jagung hibrida sendiri galur-galur ditanam pada kondisi yang lebih rapat misalnya 70 x 17,5 cm agar galur-galur tersebut telah terbiasa ditanam pada kondisi populasi yang rapat. Penanaman menggunakan alat berupa tugal mata dua untuk membuat lubang tanam dan lubang tempat pupuk agar lebih efisien. Benih ditanam dalam lubang pada kedalaman  3-5 cm yang dibuat dengan tugal kemudian ditutup dengan tanah. Satu lubang untuk benih ditambah  insektisida bahan aktif Carbofuran dan satunya untuk pupuk.
P_20150707_134354
Gambar 5.3. Kegiatan penanaman
4.      Pemeliharaan Tanaman
a.       Pemupukan
Salah satu kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung adalah pengaplikasian pupuk berimbang ke dalam tanah, dengan memperhatikan kadar unsur hara tanah, jenis pupuk yang sesuai dan kondisi lingkungan fisik di areal penanaman. Aplikasi pemupukan ke dalam tanah perlu mempertimbangkan jenis pupuk serta dosis/takaran pada jenis tanah dan lingkungan tertentu.
Pemupukan dapat dilakukan bersamaan saat dilakukan penanaman sesuai dosis rekomendasi. Pada saat pemupukan dasar dianjurkan untuk menggunakan pupuk NPK majemuk (compound), dengan dosis 200 kg/ha untuk tanah subur atau 300 kg/ha untuk tanah kurang subur. Dosis anjuran lain dengan menggunakan urea 150 kg/ha, SP-36 150 kg/ha dan KCl 75 kg/ha. Pemupukan susulan I dilakukan pada umur ± 3 minggu/21 hst pada saat penyiangan gulma dan pembumbunan. Dosis anjuran dengan  menggunakan pupuk urea 150 kg/ha. Pupuk diletakkan pada lubang yang dibuat dengan tugal dengan jarak ± 10 cm dari tanaman. Pemupukan susulan II dilakukan pada umur ± 6 minggu/40 hst dengan pupuk urea 150 kg/ha.
 Description: IMG_20170127_083422
Gambar 5.4. Kegiatan Pemupukan
b.      Penjarangan
Kegiatan penjarangan dilakukan pada saat umur tanaman 18 hst dengan mencabut tanaman yang bentuknya kecil-kecil dan tanam yang tumbuhnya terlalu over dibandingkan dengan tanaman lainnya (tidak normal), dan juga disisakan tanaman sesuai dengan jarak tanam (1 tanaman per lubang). Kegiatan penjarangan juga dilakukan untuk menghilangkan tanaman yang sakit misalnya akibat terserang bulai sehingga tidak menjadi inokulum bagi patogen.
Description: D:\Asal Jepret\Asus\KL\P_20150810_084724.jpg  Description: IMG_20170207_135535
Gambar 5.5. Kegiatan penjarangan
c.       Penyiangan
Penyiangan dilakukan pada saat umur tanaman 21 hst dengan mencabut dan membersihkan gulma disekitar tanaman jagung. Kegiatan dapat dilakukan dengan cara manual menggunakan gatul atau dapat dilakukan pengaplikasian herbisida secara semprot.
Description: IMG_20170203_091330
Gambar 5.6. Kegiatan penyiangan
d.      Pembumbunan
Tujuan kegiatan ini untuk mematikan gulma, memperbaiki pori-pori tanah dan merangsang tumbuhnya akar-akar baru (akar tunjang). Pembumbunan dilakukan pada saat umur tanaman + 25 hst dan 40 hari saat pemupukan ke-3. Dalam budidaya jagung hibrida kegiatan pembumbunan penting dilakukan untuk mencegah terjadinya roboh akar.
Description: C:\Users\Hidayat\AppData\Local\Microsoft\Windows\INetCache\Content.Word\P_20150710_092632.jpg
Gambar 5.7. Kegiatan Pembumbunan
e.       Pengairan
Pengairan dilakukan sesuai dengan kondisi lahan dan curah hujan. Diperlukan skema cara pengaturan air yang baik agar tanaman tidak tergenang yaitu dengan pembuatan saluran drainase diantara  tanaman jagung. Pada lahan sawah yang pengairannya bagus, saluran air perlu diperhatikan agar tanaman tidak tergenang terlalu lama. Pada lahan tegal dan sawah kurang air bisa dibuatkan sumur sebagai sumber pengairan.
Waktu pengairan biasanya dilakukan kurang lebih 15 hari sekali dengan cara mengalirkan pada larikan dan secepatnya dibuang dan dipastikan  tidak ada yang menggenang. Tanaman jagung membutuhkan air yang cukup untuk mendukung pertumbuhan dan produksi yang optimal. Air sangat diperlukan terutama saat penanaman (0 HST), pembungaan (45-55 HST) dan saat pengisian biji (60-80 HST).
P_20150709_081501
Gambar 5.8. Kegiatan pengairan
f.       Pengendalian OPT
Pengendalian OPT dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu
-        Kultur Teknis
Penanaman dilakukan di awal musim dan serentak di daerah yang terinfestasi oleh OPT.
-       Pengendalian mekanis/fisik
Memusnahkan gerombolan telur dan larva dengan menggerusnya.
-       Pengendalian hayati
Pelepasan musuh alami seperti parasit telur Trichogramma spp sebanyak ± 200.00/ha serta predator larva dan pupa Euborellia annulata pada saat 35-45 hari sesudah penanaman atau segera setelah ditemukan kelompok telur penggerek di permukaan daun.
-       Pengendalian kimiawi
Penggunaan insektisida (berbahan aktif karbofuran) pada 30-35 hari setelah tanam; penyemprotan insektisida (berbahan aktif pyrethroid, monokrotofos, triazofos).
Description: D:\Asal Jepret\Asus\KL\P_20150810_102828.jpg
Gambar 5.9. Kegiatan aplikasi pestisida
5.      Pemanenan
Tanaman jagung dapat dipanen setelah tanaman berumur 95-105 HST (di dataran rendah) dan 115-130 HST (di dataran tinggi), tergantung pada varietas jagung yang ditanam. Tanaman jagung siap panen dapat dilihat berdasarkan penampilan visual tanaman, ciri-cirinya yaitu: sebagian besar daun dan bagian tanaman yang lain mulai mengering; klobot jagung berwarna coklat muda dan kering; bila klobot dibuka, biji keras, mengkilat dan bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji; ada tanda hitam (black layer) pada pangkal bijinya sebagai tanda biji sudah masak fisiologis; serta kadar air biji 25-35%. Setelah panen, jagung dipipil dan dipisahkan dari janggelnya. Pipilan jagung dikeringkan sampai kadar air mencapai 15%.
Description: D:\Asal Jepret\Asus\KL\P_20150808_084848.jpg
 






(i)
Gambar 5.10. Kegiatan penjemuran tongkol setelah panen (i)


BAB VI
PEMULIAAN TANAMAN JAGUNG DI PT BISI International Tbk.
Pemuliaan tanaman jagung secara umum bertujuan untuk mendapatkan varietas-varietas yang mempunyai kuantitas dan kualitas hasil tinggi serta resistensi terhadap hama dan penyakit penting. Varietas unggul yang dikehendaki tersebut dapat diperoleh melalui evaluasi terhadap sifat morfologi-agronomi. Strategi pemuliaan tanaman jagung untuk mendapatkan varietas unggul baru adalah dengan cara persilangan dan seleksi berulang sebagai usaha pemuliaan jangka panjang, introduksi dari luar negeri dan perbaikan populasi, serta seleksi untuk stabilitas hasil yang dilakukan pada berbagai sentra produksi jagung. Evaluasi diperlukan untuk mengetahui manfaat suatu genotype, sehingga dapat ditentukan genotipe-genotipe yang dapat dilepas sebagai varietas baru, dapat dijadikan tetua dalam persilangan atau masih diperlukan seleksi lebih lanjut. Evaluasi bermanfaat untuk mengetahui keragaman genetik yang ada sehingga sumber-sumber genetik yang ada dapat dimanfaatkan secara optimal. Data hasil evaluasi akhir digunakan untuk mendeskripsikan suatu populasi. Evaluasi suatu populasi mulai dilakukan pada tahap koleksi plasma nutfah. Jumlah evaluasi yang dilakukan bergantung pada kebutuhan dan sumber keragaman yang ada serta terkait beberapa aspek, seperti agronomi, patologi, morfologi, biokimia, dan sitologi.
Dalam kegiatan polinasi ada beberapa alat dan bahan yang harus dipersiapkan, antara lain, kantong polinasi, ear bag, tassel bag, stapler, dan gunting. Kantong polinasi digunakan untuk menyimpan alat-alat yang akan digunakan selama kegiatan polinasi, ear bag digunakan untuk penutupan tongkol, tassel bag digunakan untuk penutupan tassel (bunga jantan), stapler digunakan untuk menjaga tassel bag agar tidak terlepas dan gunting digunakan untuk pemotongan silk untuk memicu pertumbuhan rambut tongkol. Langkah-langkah kegiatan polinasi adalah sebagai berikut:
1.        Detaselling
Detaselling merupakan kegiatan penghilangan organ bunga jantan pada tanaman betina dengan cara dicabut. Detaselling penting dilakukan pada kegiatan crossing, di mana proses polinasi dilakukan dari tanaman jantan ke tanaman betina. Tujuan dari dilakukannya detaselling adalah untuk mencegah terjadinya selfing atau polen menyerbuki tanaman betina pada tanaman yang sama. Kegiatan detaselling dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan alat. Cara manual dilakukan dengan mencabut bunga jantan secara langsung. Cara ini tidak dapat dilakukan untuk tanaman yang memiliki karakter tinggi tanaman yang tinggi, karena pekerja akan kesulitan untuk mencabut bunga jantan. Sedangkan apabila menggunakan alat, alat yang digunakan adalah gunting. Cara ini lebih efisien, karena waktu untuk menyelesaikan detaselling lebih cepat.
P_20150711_081416_DF
Gambar 6.1. Kegiatan detaselling
2.        Penutupan tongkol
Penutupan tongkol dilakukan sejak awal terlihat tongkol muncul atau sebelum rambut tongkol muncul. Tongkol yang sudah muncul ditutup dengan ear bag. Tujuan penutupan tongkol adalah untuk menghindari tongkol tersebut diserbuki oleh polen dari tanaman yang tidak diinginkan.
Description: IMG_20170104_075807
Gambar 6.2. Kegiatan penutupan tongkol
3.        Penutupan tassel
Penutupan tassel dilakukan ketika kotak polen yang ada pada poros utama tassel telah pecah sebesar 10%. Tassel ditutup selama 24 jam sebelum polen dikumpulkan untuk menyerbuki bunga betina. Apabila pada saat polinasi terdapat kotak polen yang sebagian besar telah pecah, maka dapat langsung dilakukan pengambilan polen dilanjutkan dengan proses polinasi. Hal ini tetap tergantung pada kondisi bunga betina untuk siap diserbuki. Fungsi dari penutupan tassel adalah untuk menjaga kemurnian polen.
Description: IMG_20170104_075840
Gambar 6.3. Kegiatan penutupan tassel
4.        Pengambilan polen
Pengambilan polen dapat dilakukan ketika sudah dapat dipastikan bahwa sebagian besar kotak polen telah pecah. Tanaman yang tinggi dapat sedikit dirundukan untuk mempermudah pengambilan polen. Tassel bag digoyang dan diketuk-ketuk agar polen yang masih ada di kotak polen dapat keluar. Setelah polen diperkirakan cukup, tassel bag diambil dan ujung atas yang terbuka segera dilipat untuk mencegah masuk dan bercampurnya polen asing.
Description: IMG_20170104_075838
Gambar 6.4. Kegiatan pengambilan polen
5.        Penyerbukan
Proses penyerbukan diawali dengan membuka ear bag. Polen yang telah dikumpulkan kemudian ditaburkan ke atas rambut tongkol (silk). Tongkol yang telah diserbuki segera ditutup kembali untuk menghindari penyerbukan dari polen tanaman jantan lain. Jika tanaman betina lambat mengeluarkan rambut maka dapat dilakukan pemotongan pada ujung tongkol 2-3 cm untuk memicu pertumbuhan rambut tongkol.
Description: IMG_20170104_080215
Gambar 6.5. Kegiatan penyerbukan
Alur Perakitan Varietas Hibrida
1.      Inbreed Development
Keragaman genetik plasma nuftah berperan penting dalam program pemuliaan. Menurut Paliwal (2000) faktor terpenting dalam pembentukan hibrida adalah pemilihan plasma nutfah pembentuk populasi dasar yang akan menentukan tersedianya tetua unggul. Tetua yang berasal dari plasma nutfah superior dengan karakter agronomi ideal akan menghasilkan galur yang memiliki daya gabung umum dan daya gabung khusus yang tinggi. Dalam proses perakitan hibrida dibutuhkan sedikitnya dua populasi yang memiliki latar belakang plasma nutfah dengan keragaman genetik yang luas, penampilan persilangan menonjol, dan menunjukkan tingkat heterosis tinggi. Populasi yang digunakan juga harus memiliki toleransi terhadap cekaman silang dalam (inbreeding stress) dan mampu menghasilkan galur inbrida berdaya hasil tinggi. Adanya perbedaan frekuensi gen-gen yang berbeda dari masing-masing inbrida sebagai tetua, berperan penting dalam memperoleh heterosis yang tinggi. Dalam pembentukan hibrida diutamakan persilangan-persilangan antara bahan genetik atau populasi yang kontras atau berbeda sumber plasma nutfahnya.
Efisiensi pemilihan populasi sebagai sumber genetik inbrida dalam pembentukan hibrida bergantung kepada kemampuan populasi untuk menghasilkan vigor yang tinggi, karakter ideotipe yang stabil, galur inbred produktif dengan penampilan baik dan daya gabung yang tinggi. Seleksi dari populasi yang tidak memiliki gen-gen yang diinginkan tidak menjamin keberhasilan program pemuliaan meskipun secara teliti dengan metode yang baik.




1.1.   Alur Perakitan Galur Inbred
Inbrida sebagai tetua hibrida memiliki tingkat homozigositas yang tinggi. Inbrida jagung diperoleh melalui penyerbukan sendiri (selfing) atau melalui persilangan antarsaudara. Perakitan galur inbred dapat dilakukan dengan metode konvensional. Metode konvensional merupakan metode perakitan galur murni dengan cara persilangan. Metode konvensional ini dilakukan dengan hand pollination, di mana kegiatan polinasi dilakukan dengan bantuan manusia. Penyerbukan sendiri atau silang dalam pada tanaman menyerbuk silang akan mengakibatkan terjadinya segregasi pada lokus yang heterozigot, frekuensi genotipe yang homozigot bertambah, dan genotipe heterozigot berkurang. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan vigor dan produktivitas tanaman, atau disebut juga depresi silang dalam (inbreeding depression). Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk mendapatkan galur murni dengan cara konvensional.
 



















Gambar 6.6. Bagan alur perakitan galur inbred
Langkah awal dalam program hibrida adalah mencari populasi-populasi superior yang merupakan pasangan heterotik (heterotic pattern) dan atau melakukan pembentukan populasi baru. Pembentukan populasi dan program seleksi bertujuan untuk memaksimalkan karakter penting, selain mempertahankan karakter lain pada tingkat yang sama, atau di atas standar  minimum untuk diterima sebagai varietas komersial. Misalnya, kalau karakter hasil yang menjadi tujuan utama, maka populasi harus memiliki daya hasil yang beragam, tetapi karakter lainnya seperti saat berbunga, umur panen, ketahanan terhadap penyakit, dan kualitas hasil harus lebih seragam. Populasi dasar yang digunakan dapat berupa varietas bersari bebas, varietas lokal, maupun varietas hibrida yang telah dikomersilkan. Syaratnya varietas hibrida yang akan diekstrak terdiri dari percampuran lebih dari 5 varietas hibrida. Populasi tersebut ditanam pada musim pertama sebagai populasi dasar. Pada populasi tersebut kemudian dilakukan selfing. Pada waktu panen, tongkol dari tanaman hasil selfing tersebut (generasi S1) dipanen secara terpisah dan diberi nomor. Pemilihan musim tanam berdasarkan pada tujuan pembentukan varietas hibrida. Jika varietas hibrida yang ingin dibentuk diharapkan dapat tahan terhadap kekeringan maka penanaman dilakukan pada musim kemarau.
Pada musim berikutnya, nomor-nomor terpilih (generasi S1 ) ditanam kembali secara terpisah, kemudian dilakukan selfing kembali pada tanaman terpilih. Pemilihan dapat dilakukan berdasarkan pada nomor atau antar nomor. Kegiatan tersebut dapat dilakukan sampai generasi selfing ke 7 atau ke 8. Pemilihan tanaman umumnya berdasarkan pada fenotipe tanaman (visual selection), yaitu hanya tanaman terbaik yang diseleksi untuk dilakukan selfing. Pada generasi S4 pemilihan mulai dilakukan berdasarkan pada daya gabung umum (general combining ability). Sebagian hasil panen dari masing-masing nomor ditanam untuk pengujian dan sisanya untuk ditanam pada musim selanjutnya. Daya gabung umum merupakan penampilan rata-rata dari suatu galur inbred yang disilangkan dengan beberapa galur inbred yang lain. Uji daya gabung umum ini dilakukan dengan menyilangkan nomor-nomor galur dengan tester. Tester merupakan galur inbred yang telah diketahui karakter-karakter dan daya gabung yang baik serta bersifat stabil. Nomor-nomor calon inbred digunakan sebagai tanaman betina dan tanaman tester sebagai tanaman jantan.
Nomor-nomor terpilih pada pengujian menggunakan tester ini akan dipanen secara terpisah untuk kemudian ditanam pada musim selanjutnya. Pada generasi berikutnya, selain berdasarkan pada daya gabung umum, pemilihan tanaman juga dilakukan berdasarkan daya gabung khusus (specific combining ability). Daya gabung khusus adalah penyimpangan penampilan persilangan suatu galur inbred dengan galur inbred yang lain terhadap daya gabung umum. Pada generasi ini jumlah tester akan semakin banyak karena untuk melihat daya gabung masing-masing kelompok tanaman terpilih. Seleksi yang dilakukan pada 5 hingga 6 generasi selfing menyebabkan tanaman-tanaman dalam satu galur akan tampak serupa, tetapi akan berbeda dengan galur lain. Generasi selfing ke 6 yang terpilih sebagian akan diperbanyak dan dilepas sebagai inbred baru. Pada generasi ke 7 jumlah nomor tanaman akan semakin sedikit. Pada tahap ini dilakukan uji multilokasi untuk melihat kemampuan adaptasi tanaman. Nomor-nomor yang lolos kemudian dapat didaftarkan untuk dilepaskan sebagai varietas hibrida.
Penyerbukan sendiri atau silang pada tanaman menyerbuk silang akan mengakibatkan terjadinya segregasi pada lokus yang heterozigot, frekuensi genotipe yang homozigot bertambah, dan genotipe heterozigot berkurang. Hal tersebut akan menyebabkan penurunan vigor dan produktivitas tanaman, atau disebut juga depresi silang dalam (inbreeding depression).
Efek dari silang dalam (inbreeding) pada tanaman menurut Takdir et. al , 2007 adalah:
1.        Timbul keragaman fenotipe, penampilan tanaman kurang baik dibanding tanaman asalnya, seperti hasil lebih rendah, tanaman lebih pendek, defisiensi klorofil yang nampak dengan timbulnya noda-noda pada daun tanaman. Sifat lain yang jarang terjadi adalah timbulnya endosperm yang tidak berguna dan resistensi terhadap beberapa penyakit seperti karat, hawar, dan bercak daun Helminthosporium. Keragaman fenotipe sangat berguna untuk memilih tanaman yang dikehendaki.
2.        Silang dalam beberapa generasi akan mengakibatkan adanya perbedaan antar galur, tetapi antar tanaman dalam galur yang sama akan semakin seragam.
3.        Ciri utama akibat silang dalam adalah berkurangnya vigor yang diikuti oleh pengurangan hasil, dan ini berhubungan erat dengan pengurangan tinggi tanaman, panjang tongkol, dan beberapa karakter lain. Pengurangan hasil akan berlangsung terus meskipun pengurangan ukuran tanaman sudah tidak nampak.
4.        Adanya perbaikan dalam populasi dan perbaikan galur (recycle breeding), penampilan galur semakin baik, dapat diperoleh galur dengan hasil 2-4 t/ha, tanaman tegap, daun hijau, tahan rebah, tahan hama dan penyakit.
Fenomena heterosis merupakan aksi dan interaksi gen-gen dominan yang baik yang terkumpul dalam satu genotipe F1 sebagai hasil persilangan dua tetua. Persilangan antarindividu yang berbeda homozigot akan menghilangkan penampilan sifat yang tidak baik, sekaligus memunculkan akumulasi gen-gen dominan dengan sifat baik yang selanjutnya menimbulkan fenomena heterosis (Baihaki, 1989). Gejala heterosis dapat dilihat dan diukur berdasarkan penampilan karakter atau sifat tanaman, seperti tinggi tanaman, hasil, kandungan minyak, dan protein.
J.G. Koelreuter merupakan orang pertama yang memperhatikan dan mencatat gejala heterosis ketika ia melihat pertumbuhan yang sangat baik dari tembakau hasil persilangan dua varietas yang berbeda (Baihaki, 1989). Secara umum, jika dua genotipe yang berlainan (unrelated or distantly related individuals) dari satu spesies tanaman disilangkan maka keturunannya sering lebih baik dari kedua tetuanya atau memperlihatkan gejala heterosis dan sering disebut sebagai vigor atau ketegapan hibrida (hybrid vigor). Ketegapan hibrida adalah pertambahan ukuran atau vigor pada hibrida F1 yang melebihi tetua-tetuanya atau melebihi rata-rata tetuanya. Tanaman F1 yang memperlihatkan gejala heterosis atau ketegapan hibrida berarti mengalami peningkatan karakteristik, seperti ukuran tanaman, ketegapan atau produktivitas yang lebih tinggi, dibanding dengan kedua tetuanya (Poehlman and Sleper 1995). Shull (1908) merupakan orang pertama yang mengajukan teori mengenai gejala heterosis dan memperkenalkan istilah heterosis. Konsep heterosis dikembangkan melalui galur murni jagung dalam upaya pemanfaatan keunggulan khusus vigor hibrida dari hasil persilangan.
1.2.   Seleksi Galur Murni
Seleksi yang dilakukan pada perakitan galur murni adalah seleksi ear to row. Pada seleksi ini, tongkol dari tanaman terpilih diberi nomor dan ditanam dalam baris yang sama. Secara singkat prosedur seleksi ear to row adalah sebagai berikut:
1)      Pada generasi awal yang beragam diseleksi secara individual berdasarkan fenotipenya. Tongkol dari tanaman terpilih dipisahkan dan diberi nomor.
2)      Biji dari tongkol terpilih diberi nomor dan ditanam dalam satu baris. Petak percobaan harus terpisah dari tanaman lain yang sejenis.
3)      Pengamatan dilakukan baik pada individu tanaman maupun barisan. Seleksi didasarkan tanaman terbaik dari barisan terbaik. Barisan di sini merupakan kelompok tanaman satu famili.
1.3.Evaluasi Galur
Evaluasi galur inbrida dapat digolongkan menjadi dua, yaitu galur dievaluasi berdasarkan galur per galur itu sendiri dan penampilan keturunannya. Pada evaluasi pertama, galur dilihat penampilan atau responnya seperti daya hasil, umur berbunga, sinkronisasi berbunga, tinggi tanaman dan tongkol, ketahanan terhadap hama dan penyakit, dan interaksi galur dengan lingkungan. Informasi ini diperlukan dalam pembuatan hibrida komersial. Evaluasi kedua adalah menilai daya gabung untuk memilih galur-galur yang mempunyai potensi untuk pembuatan hibrida. Evaluasi daya gabung yang dilakukan adalah dengan metode top cross. Top cross merupakan persilangan antara tanaman terpilih dengan tester. Tester merupakan galur yang sudah murni dengan karakteristik yang telah diketahui dan tanaman telah stabil. Jenkins et. al. (1954) menganjurkan pembuatan persilangan antara galur dengan populasi (tetua penguji) yang mempunyai keragaman genetik yang luas. Hasil persilangan (topcross) dievaluasi untuk menentukan galur-galur yang memberi harapan untuk digunakan dalam pembuatan hibrida. Dari evaluasi persilangan dapat diketahui galur yang dapat digunakan untuk pembentukan hibrida, yaitu galur yang memiliki hasil yang lebih baik daripada hibrida pembanding. Untuk tetua penguji dapat digunakan varietas bersari bebas, hibrida silang tunggal, silang tiga jalur, silang ganda, dan galur inbrida. Galur penguji atau tester adalah galur yang memiliki daya gabung umum yang baik. Untuk tetua penguji digunakan galur yang telah digunakan dalam pembentukan hibrida, sehingga dari evaluasi tersebut diperoleh galur pasangan dengan galur penguji yang menghasilkan hibrida yang lebih baik dari hibrida pembanding. Evaluasi dengan hibrida silang tunggal memberikan gambaran pasangan yang tepat dengan salah satu galur penyusun hibrida tetua penguji.
Evaluasi galur dilakukan dengan penanaman crossing block. Di mana tanaman female dan male ditanam dalam satu blok yang terpisah. Tanaman female adalah tanaman calon inbred yang terpilih dan tanaman male adalah tanaman tester. Pada evaluasi galur dilakukan pola penanaman split planting, yaitu pola pengaturan penanaman tanaman female dan male sedemikian rupa sehingga terjadi nicking. Tujuan dari pola penanaman split planting adalah agar polen dari tanaman jantan dapat menyerbuki pada semua perbedaan pembungaan tanaman betina. Pola penanaman split planting misalnya 3-0-0, artinya tanaman jantan pertama ditanam tiga hari lebih cepat dari tanaman betina dan tanaman jantan kedua ditanam bersamaan dengan tanaman betina. Polinasi yang dilakukan adalah dengan hand pollination.
2.        Hybrid Production
Varietas hibrida merupakan generasi pertama (F1) hasil persilangan antara tetua berupa galur inbred atau varietas bersari bebas yang berbeda genotipe. Varietas hibrida dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan genotipe tanaman yang unggul. Keunggulan tersebut antara lain produksi tanaman yang tinggi, umur tanaman yang pendek, ketahanan tanaman terhadap penyakit, respon tanaman terhadap pemupukan, serta sifat genetis tanaman yang lebih baik dibandingkan dengan varietas lokal. Dalam pembuatan varietas hibrida dua galur yang homozigot disilangkan dan diperoleh generasi F1 yang heterozigot, kemudian ditanam sebagai varietas hibrida



Description: Picture1





Gambar 6.7. Cara memproduksi benih jagung hibrida






2.1     Perakitan Jagung Hibrida
Berdasarkan banyak persilangan dan banyak galur inbred yang digunakan untuk membuatnya, dikenal adanya tiga jenis jagung hibrida (Poehlman dan Sleeper, 1995).
1.      Hibrida Silang tunggal (single cross)
Hibrida silang tunggal adalah hibrida hasil persilangan antara dua galur inbred. Tidak semua persilangan antara dua galur inbred menghasilkan hibrida yang superior, bahkan pada kenyataannya sangat sedikit yang superior. Biji hibrida silang tunggal biasanya sangat sedikit sehingga biaya untuk produksi benih sangat mahal, sehingga dikembangkan hibida silang ganda dan persilangan yang lain.
Gambar 6.8. Persilangan hibrida silang tunggal
2.      Hibrida silang ganda (double cross)
Hibrida silang ganda yaitu hibrida hasil persilangan antara dua hibrida silang tunggal. Biji hibrida silang ganda dihasilkan dari jagung hibrida silang tunggal yang diserbuki oleh hibrida silang tunggal yang lain. Karena merupakan persilangan dari dua tetua yang heterosigot, maka hibrida silang ganda tidak seragam seperti hibrida silang tunggal.
Gambar 6.9. Persilangan hibrida silang ganda
3.      Persilangan lain (other cross)
Galur inbred dimungkinkan untuk dikombinasikan melalui tipe persilangan silain silang tunggal dan silang ganda. Hibrida silang tiga jalur (three-way cross) adalah hibrida hasil persilangan antara hibrida silang tunggal dengan suatu galur inbred. Selain itu juga dikenal kultivar silang inbred (inbred-variety cross) yaitu hasil persilangan antara galur inbred dengan varietas bersari bebas. Kultivar ini sering digunakan dalam pengujian keturunan. Sebuah Multiple cross adalah kombinasi persilangan yang melibatkan lebih dari 4 galur inbred . Multiple cross secara umum berdaya hasil lebih rendah dibandingkan dengan hibrida silang ganda terbaik walaupun dihasilkan dari empat galur inbred yang sama.









Gambar 6.10. Persilangan hibrida silang tiga jalur


2.2         Pengujian Hybrid
Tidak semua hibrida yang terbentuk dapat dilepas sebagai varietas hibrida. Terutama pada jagung yang sifatnya harus bersifat unggul nasional atau memiliki daya adaptasi yang luas di berbagai kondisi geografi dan iklim di Indonesia. Oleh sebab itu, sebelum melepas suatu varietas jagung hibrida perlu dilakukan beberapa pengujian terlebih dulu. Pengujian hibrida ini dilakukan untuk mengetahui daya adaptabilitas dan stabilitas hibrida yang dihasilkan. Pengujian hibrida terdiri dari 4 tahapan dengan pemberian kode G untuk masing-masing tahapan yaitu G1, G2, G3 dan G4. Kegiatan seleksi tanaman dilakukan berdasarkan analisis dari data yang ada. Berikut tahapan pengujian hibrida:
1.      G1 trial
Pada tahap G1 atau uji daya hasil pendahuluan (test cross), pengujian hibrida dilakukan untuk melihat performa tanaman, potensi hasil, ketahanan penyakit, ketahanan terhadap kekeringan, dan daya adaptasi tanaman. Pada tahap ini nomor-nomor yang diujikan ditanam pada beberapa daerah tertentu. Uji daya hasil pendahuluan ini hanya dilakukan pada satu musim. Nomor-nomor yang lolos pengujian akan masuk ke tahap selanjutnya.
2.      G2 trial
Pengujian ini di sebut sebagai retest. Pada tahapan ini nomor-nomor hibrida ditanam pada daerah yang lebih banyak dibanding tahapan sebelumnya, namun tetap pada 1 musim tanam.
3.      G3 trial
Pada tahap G3 trial atau advance test, kegiatan penilaian terhadap nomor-nomor hibrida yang diuji masih sama seperti pada tahap G1 dan G2, namun lokasi penanaman lebih banyak. Jumlah lokasi pengujian bisa dilakukan pada lokasi yang sama pada tahap sebelumnya namun dilakukan pada 2 musim tanam.
4.      G4 trial
Pengujian terakhir adalah G4 trial atau uji multilokasi. Pada tahap ini, nomor-nomor yang diujikan semakin sedikit. Lokasi penanaman pada 8 lokasi berbeda pada 2 musim tanam, atau dapat pula dilakukan hanya pada 1 musim namun pada 16 lokasi yang berbeda.
Hibrida yang lolos dalam tahap pengujian akan dilepas sebagai varietas jagung hibrida baru yang selanjutnya akan diproduksi untuk dipasarkan sebagai jagung hibrida komersial. Dalam kegiatan produksi jagung hibrida komersial, yang perlu diperhatikan antara lain :
1.        Dalam suatu area pertanaman harus terdiri dari tanaman (yang diperlakukan sebagai) jantan dan betina.  Tongkol (rambut/silk) tanaman betina merupakan tanaman yang akan mendapat polen (serbuk sari) dari tanaman jantan.
Description: D:\Asal Jepret\Asus\KL\P_20150711_094628.jpg
Description: D:\Asal Jepret\Asus\KL\P_20150711_074037_PN.jpg
 






             




Gambar 6.Y. Produksi benih jagung hibrida dengan pola tanam berselang
2.        Tassel atau pollen (serbuk sari) tanaman betina harus dicabut sebelum rambut pada tongkolnya keluar, kegiatan ini dinamakan detasselling.
Description: P_20150711_081416_DF
Gambar 6.Y. Kegiatan detasselling pada produksi benih jagung hibrida
3.        Kemudian tongkol dari tanaman jantan dipotong untuk menghindari pencampuran dengan tongkol tanaman betina (male cutting) setelah proses polinasi selesai.
4.        Isolasi jarak dan waktu  dilakukan dengan cara tidak boleh ada tanaman jagung jenis lain yang berada pada jarak 200-300 m atau 40 hari setelah/sebelum tanam dari areal pertanaman. Tanaman yang ada pada area penanaman sebisa mungkin seragam, tanaman yang berbeda (penyakit, off type, hama, jenis lain) harus segera dicabut (roguing).
Description: D:\Asal Jepret\Asus\KL\P_20150711_074016_HDR.jpg
 






(i)

(ii)
Gambar 6.Y. Kegiatan isolasi jarak (i)
2.3.Hasil Perakitan Jagung Hibrida
Varietas BISI-18
DESKRIPSIINDUK BETINA JAGUNG HIBRIDA BISI-18
Asal                                               : FS46 adalah galur murni tropis yang
                                                        dikembangkan pertama kali oleh Charoend
                                                        seed Co., Ltd Thailand
Golongan                                      : Galur Murni
Umur                                             : -50% keluar rambut = 57 hari
                                                        - Masak fisiologis = 100 hari
Batang                                           : Kokoh dan tegak
Warna batang                                : Hijau
Tinggi tanaman                             : 150 cm
Tinggi tongkol                               : 70 cm
Daun                                             : Sempit, bergelombang, agak tegak
Warna                                            : Hijau gelap
Keragaman tanaman                     : Seragam
Bentuk malai                                 :Kompak dan tegak
Warna sekam                                 : Ungu
Warna anthera                               : Ungu
Warna rambut                               : Ungu
Tipe biji                                         : Semi mutiara
Warna biji                                      : Oranye
Jumlah baris biji                            : 14-16
Penutupan tongkol                        : Baik
Perakaran                                      : Baik
Kerebahan                                     : Tahan
Ketahanan penyakit                      : Tahan terhadap penyakit bulai dan tahan
                                                        terhadap karat daut.
DESKRIPSI INDUK JANTAN JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI-18
Asal                                               : FS17 adalah galur murni tropis yang
                                                        dikembangkan pertama kali oleh Charoend
                                                        seed Co., Ltd Thailand
Golongan                                      : Galur Murni
Umur                                             : -50% keluar rambut = 59 hari
                                                        - Masak fisiologis = 105 hari
Batang                                           : Kokoh dan tegak
Warna batang                                : Hijau
Tinggi tanaman                             : 180 cm
Tinggi tongkol                               : 90 cm
Daun                                             : Sedang dan tegak
Warna                                            : Hijau
Keragaman tanaman                     : Seragam
Bentuk malai                                 :terbuka dan tegak
Warna sekam                                 : Ungu
Warna anthera                               : Merah keunguan
Warna rambut                               : Ungu
Tipe biji                                         : Mutiara
Warna biji                                      : Kuning Oranye
Jumlah baris biji                            : 14-16
Penutupan tongkol                        : Baik
Perakaran                                      : Baik
Kerebahan                                     : Tahan
Ketahanan penyakit                      : Tahan terhadap penyakit bulai dan toleran
                                                        terhadap karat daut.

DESKRIPSI JAGUNG HIBRIDA VARIETAS BISI-18
Asal                                               : Adalah F1 silang tunggal antara galur
                                                        murni FS46 sebagai induk betina dan galur
                                                        murni FS17 sebagai induk jantan 
Golongan                                      : Galur Murni
Umur 50% keluar rambut              : Dataran rendah 57 hari
                                                        Dataran tinggi 70 hari
Umur masak fisiologis                  : Dataran rendah 100 hari
                                                        Dataran tinggi 125 hari
Batang                                           : Besar, kokoh, dan tegak
Warna batang                                : Hijau
Tinggi tanaman                             : 230 cm
Tinggi tongkol                               : 115 cm
Daun                                             : Medium dan  tegak
Warna                                            : Hijau gelap
Keragaman tanaman                     : Seragam
Bentuk malai                                 : Kompak dan agak tegak
Warna sekam                                 : Ungu kehijauan
Warna anthera                               : Ungu kemerahan
Warna rambut                               : Ungu kemerahan
Tipe biji                                         : Semi mutiara
Warna biji                                      : Oranye kekuningan
Jumlah baris biji                            : 14-16
Penutupan tongkol                        : Baik
Perakaran                                      : Baik
Kerebahan                                     : Tahan
Potensi hasil                                  : 12 Ton/ha pipilan kering
Rata-rata hasil                               : 9,1 Ton/ha pipilan kering
Bobot 1000 biji                             : 303 gram
Ketahanan penyakit                      : Tahan terhadap penyakit bulai, hawar daun
                                                        dan tahan terhadap karat daun.                                                      
Keterangan                                    : Baik ditanam di dataran rendah sampai
                                                         ketinggian 1000 mdpl.
Daerah pengembangan                  : Daerah yang sudah biasa menanam jagung
                                                        hibrida pada musim kemarau dan hujan,
                                                        terutama yang menghendaki varietas
                                                        berumur genjah-sedang.
Pemulia                                         : Nasib W. W., Putu Darsana, M. H.
                                                        Wahyudi, Purwoko




3.         
BAB VII. KESIMPULAN
1. Metode pemuliaan tanaman jagung yang dilaksanakan di PT BISI International Tbk, Kediri, Jawa Timur untuk mendapatkan varietas jagung hibrida yaitu dengan persilangan konvensional dengan sistem persilangan hibrida siang tunggal dengan menggunakan dua tetua galur inbrida.  sehingga mahasiswa mendapatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai pemuliaan tanaman jagung secara langsung.
2. Penyusunan program perakitan varietas jagung hibrida di PT BISI International meliputi Inbreed Developement, Eevaluasi Galur, Perakitan jagung hibrida, dan uji hibrida. Seleksi yang digunakan dalam program tersebut adalah seleksi galur murni dan seleksi ear to row dengan variabel pengamatan fenotip jagung.
























DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida. Balai Penelitian Tanaman Serealia. <http://pangan.litbang.deptan.go.id/file/file/inotek/Perbenihanjagunghibrida.pdf>. Diakses pada 1 Januari 2016.
Baihaki, A. 1989. Phenomena Heterosis. Dalam Kumpulan Materi Perkuliahan Latihan
           Teknik Pemuliaan Tanaman dan Hibrida. Balittan Sukamandi,
 Balitbang Pertanian
           Deptan, dan Fakultas Pertanian, UNPAD.
Bandung.
Hallauer, A. R. and J. B. Miranda. 1986. Quantitative Genetics in Maize Breeding. Second edition. Iowa State University Press. Iowa.
Jones, D.F. 1918. The effect of inbreeding and cross breeding upon development of maize. Corn. Agric. Exp. Station Bulletin. O. 207.
Morris, M. 1995. Asia’s public and private maize seed industries changing. Asian Seed 2:3-4.
Poehlman, J.M. and D.A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops. 4th ed. Iowa State University
           Press, Ames, Iowa, p. 473.
Purwono dan Hartono R. 2008. Bertanam Jagung Unggul. Penebar Swadaya, Jakarta.
Palliwal. R.L. 2000. Tropical Maize Morphology. In: Tropical Maize: Improvement and Production. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome.
BPS (Badan Pusat Statistik. 2016. Produksi Jagung enurut Provinsi (ton) 1993-2015. https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/868. Diakses pada 10 Oktober 2016.
Shull, G.H. 1908. The composition of field maize. Report of American Breeder’s Association, 4: 296-301.
Takdir, A., S. Sunarti, dan M.J. Mejaya. 2007. Pembentukan Varietas Jagung Hibrida dalam
           Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Balai Penelitian tanaman Serealia.
           Sulawesi Selatan.
Wong, C. C. 1991. Inbreeding depression after three generations of selfing in five maize varieties. B. Agric. Sc. Project Report. Universiti Pertanian Malaysia. Malaysia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar