LAPORAN PRAKTIKUM
PEKARANGAN DAN BUDIDAYA
TANAMAN BUAH
ACARA II
MENYEMAI BENIH BUAH

Disusun Oleh :
LABORATORIUM HORTIKULTURA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ACARA
II
MENYEMAI
BENIH BUAH
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Salah satu
definisi biji secara botani adalah ovule yang masak yang terdiri dari embrio,
integument, dan endosperm. Beberapa biji dilengkapi dengan pericarp misalnya
pada chenes, cryopsis dan lemma/palea pada rerumputan.
Seed unit adalah istilah yang digunakan untuk menyebutkan biji-biji yang
sebenarnya adalah buah misalnya pada serealia dan rerumputan. Seed unit ada
pada padi, jagung, gandum dan biji-biji rerumputan.
Perkecambahan
biji ataupun benih adalah proses
pengaktifan kembali aktifitas pertumbuhan embrio di dalam biji yang terhenti
untuk kemudian membentuk bibit. Untuk terjadinya perkecambahan diperlukan
syarat internal dan eksternal. Syarat internal adalah pem- bentukan embrio yang
sehat dan normal, sedang kan syarat eksternal yang utama : adanya air yang
cukup, suhu yang sesuai, cukup oksigen dan adanya cahaya. Dalam pengujian di
laboratorium, daya berkecambahnya benih diartikan sebagai mekar dan
berkembangnya bagian-bagian penting dari embrio suatu benih yang menunjukkan
kemampuannya untuk tumbuh secara normal pada lingkungan yang sesuai.
Menyemai benih
merupakan menumbuhkan benih tanaman
buah menjadi bibit untuk mengatasi permasalahan kurangnya bibit buah-buahan.
Usaha pembibitan tanaman buah-buahan merupakan usaha untuk memenuhi permintaan
perkebunan terhadap bibit
terutama bibit berlabel. Dengan mencoba menyemai benih buah-buahan tersebut
dapat diketahui persemaian yang baik untuk benih buah-buahan. Oleh karena itu,
pada praktikum ini akan dilakukan kegiatan “Menyemai Benih Buah”.
B. Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah mengenal dan mempelajari cara membuat persemaian serta
menyemai dan menumbuhkan beberapa macam benih buah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Biji
merupakan ovule yang dewasa yang terbentuk satu atau lebih di dalam satu ovary,
tapi hanya satu biji terbentuk dalam ovari pada monokotil. Setiap biji minimal
terdiri dari dua bagian,yaitu embryo dan kulit biji (Seed coat atau testa). Embryo terbentuk atau berasal dari telur
yang dibuahi (zygote) dengan
mengalami pembelahan sel di dalam embryo sac. Kulit biji terbentuk dari
integumen (satu atau lebih) dari ovule. Pada legume, umumnya terdapat dua lapis
kulit biji yaitu lapisan sebelah dalam tipis dan lunak dan lapisan sebelah luar
tebal dan keras (Copeland, 1976).
Perkecambahan
atau germination adalah merupakan suatu rangkaian peristiwa penting yang
terjadi sejak benih mengalami dormansi sampai pada bibit yang sedang tumbuh.
Peristiwa perkecambahan ini akan sangat bergantung kepada viabilitas benih,
kondisi lingkungan yang cocok, dan pada beberapa jenis tanaman perkecambahan
ini juga sangat bergantung kepada usaha pemecahan dormansi pada benih.
Faktor-faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi perkecambahan adalah suhu dan
ketersediaan air yang ada di sekitar lokasi perkecambahan (Harjadi, 1991).
Faktor endogen yang dapat mempengaruhi perkecambahan
benih adalah bahwa tiap-tiap benih dari berbagai jenis tanaman memiliki
kandungan yang berbeda-beda baik karbohidrat, lipid, hormon, dan bahkan ada beberapa benih
yang mengandung senyawa inhibitor. Jumlah karbohidrat sebagai cadangan makanan
yang dicerminkan dari ukuran benih, sering kali menjadi salah satu faktor penentu
terhadap kemampuan benih untuk berkecambah. Pada benih dari tanaman tertentu,
terdapatnya senyawa inhibitor juga dapat menghambat perkecambahan atau bahkan menyebabkan
benih mengalami dormansi, sehingga perlu adanya perlakuan-perlakuan khusus untuk merangsang
perkecambahan benih tersebut. Sebaliknya dari segi faktor
lingkungan (eksogen), seringkali diperlukan syarat-syarat khusus untuk perkecambahan
benih dan pertumbuhan bibit. Pada umumnya faktor lingkungan yang sangat dominan untuk
perkecambahan dan pertumbuhan bibit terutama adalah
kelembaban media tanam dan intensitas cahaya (Irianto, 2012).
Penanganan
benih Durian mencakup pencucian secara hati-hati untuk membuang kulit biji yang
berlendir dan membuang bagian perikarp yang berupa tanduk. Perlakuan ini akan
memperbaiki perkecambahan. Kemudian, benih disemai sewaktu masih segar. Jika diperlukan
penyimpanan jangka pendek, benih tidak boleh dibiarkan mengering. Benih yang
memilki 40% dari kandungan air aslinya dan disimpan dalam wadah plastik yang
kedap, dengan suhu udara 20oC masih mampu berkecambah selama 3
bulan. Dalam kondisi yang memadai perkecambahan dapat diawali setelah 10 hari
dan mencapai persentase perkecambahan 80-100% dalam jangka waktu 35-40 hari
setelah disemai (Anonim, ? ).
Perbanyakan
cara generatif yaitu melalui biji tanaman banyak menghadapi kendala, salah satu
kendalanya adalah sifat permeabilitas kulit biji tanaman sehingga menyebabkan
adanya sifat dormansi pada biji. Dormansi adalah keadaan dimana sebuah biji
dikatakan hidup tetapi tidak dapat berkecambah. Hal ini disebabkan oleh faktor
- faktor dalam biji itu sendiri, kemungkinan kulit biji yang kedap air dan
udara atau karena adanya zat penghambat perkecambahan (Kamil, 1980 dalam Nurshanti,
2013).
Dormansi
biji dapat diatasi dengan perlakuan mekanis dan kimia. Secara mekanis
diantaranya yaitu dengan skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok
kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah
kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki
sumbat gabus. Dengan perlakuan kimia, tujuannya adalah menjadikan agar kulit
biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Perlakuan perendaman di
dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih (Sutopo,
2010). Perkecambahan pada biji pohon Judas benih dapat dilakukan dengan
perlakuan stratifikasi lembab dingin dan skarifikasi asam. Panjang periode
lebih 1 bulan menentukan durasi perendaman dalam asam sulfat yang dibutuhkan
untuk perkecambahan biji maksimal
(Pipinis et al., 2011).
III.
METODOLOGI
Praktikum Budidaya Tanaman Buah
Acara II yaitu “Menyemai Benih Buah” dilaksanakan pada tanggal 8 Maret 2017 di
Laboratorium Hortikultura, Departemen
Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada. Bahan yang
diperlukan dalam praktikum ini adalah biji pepaya dengan aril dan tanpa aril,
biji buah naga, biji nangka dikupas dan
tidak dikupas, dan biji tomat dicuci dan tidak dicuci, biji melon dicuci dan tidak dicuci, biji rambutan dan biji dari jambu biji,
tanah, dan kertas label. Sedangkan alat yang digunakan antara lain cetok, bak
persemaian, dan gembor.
Langkah
kerja yang dilakukan adalah bak persemaian diisi dengan campuran tanah dan
pasir 1:1 sebagai media persemaian. Bak-bak persemaian tersebut sebelumnya
telah dibuat lubang di bagian dasarnya. Kemudian benih buah disemaikan pada bak
persemaian yang telah diisi campuran tanah dan pasir, dengan jarak 5 cm x 5 cm.
Setelah benih ditanam, disiram media tanam dengan air dan dapat pula
disemprotkan obat-obatan. Penyiraman untuk setiap perlakuan dilakukan seminggu
sekali sampai bibit siap disapih (umur 3-4 minggu). Di luar waktu yang
ditetapkan untuk perlakuan, penyiraman dilakukan dengan air biasa. Diusahakan
banyaknya air penyiraman sama untuk semua bak-bak persemaian. Pemeliharaan
persemaian adalah tanggung jawab praktikan. Pengamatan dilakukan terhadap tanaman
dalam setiap ulangan. Pengamatan meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, berat segar
bibit di akhir pengamatan. Dibuat grafik pertumbuhannya dan dibandingkan antar
perlakuan dalam satu jenis komoditas serta dibandingkan antara tanaman semusim
dan tahunan.
IV. HASIL
PENGAMATAN
A. Tinggi
tanaman
No.
|
Komoditas
|
Tinggi Tanaman
|
|||||||
Dicuci/kupas
|
Tidak dicuci
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Buah
Naga
|
0
|
0.12
|
0.24
|
0.22
|
0
|
0.23
|
0.37
|
0.57
|
2
|
Melon
|
0
|
0.15
|
0.74
|
3.04
|
0
|
0.17
|
2.22
|
3.38
|
3
|
Jambu
Biji
|
0
|
0
|
0.33
|
0.51
|
0
|
0
|
0.09
|
0.25
|
4
|
Pepaya
|
0
|
0
|
0
|
0.57
|
0
|
0
|
0
|
0.44
|
5
|
Nangka
|
0
|
0
|
0.53
|
5.83
|
0
|
0
|
0.07
|
4.48
|
6
|
Rambutan
|
0
|
0
|
2.78
|
7.46
|
0
|
0
|
2.05
|
3.39
|
B. Jumlah
daun
No.
|
Komoditas
|
Jumlah Daun
|
|||||||
Dicuci/Dikupas
|
Tidak dicuci/Tidak dikupas
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Buah
Naga
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Melon
|
0
|
0
|
0.55
|
0.82
|
0
|
0.02
|
0.5
|
0.82
|
3
|
Jambu
Biji
|
0
|
0
|
0
|
0.15
|
0
|
0
|
0.05
|
0.2
|
4
|
Pepaya
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.25
|
5
|
Nangka
|
0
|
0
|
0
|
0.45
|
0
|
0
|
0
|
0.15
|
6
|
Rambutan
|
0
|
0
|
0
|
1.6
|
0
|
0
|
0
|
0
|
V. PEMBAHASAN
Penyemaian benih tanaman buah yaitu
kegiatan menindahkan benih buah ke dalam bak perkecambahan yang terdapat media
tanah dengan campuran tanah dan pasir 1:1. Tujuan dari persemaian agar memperoleh
bibit tanaman yang unggul karena dengan penyemaian tanaman dikondisikan agar
dapat beradaptasi dengan lingkungan. Pemindahan/penanaman
bibit berupa semai dari persemaian ke lapangan dapat dilakukan setelah
semai-semai dari persemaian tersebut sudah kuat (siap ditanam), misalnya untuk Pinus merkusii setelah tinggi semai
antara 20-30 cm atau umur semai 8 – 10 bulan. Pengadaan bibit/semai melalui
persemaian yang dimulai sejak penaburan benih merupakan cara yang lebih
menjamin keberhasilan penanaman di lapangan. Selain pengawasannya mudah,
penggunaan benih-benih lebih dapat dihemat dan juga kualitas semai yang akan
ditanam di lapangan lebih terjamin bila dibandingkan dengan cara menanam benih
langsung di lapangan.
Persemaian
(nursery) adalah tempat atau areal
untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi
bibit/semai yang siap ditanam di lapangan. Kegiatan di persemaian merupakan
kegiatan awal di lapangan dari kegiatan penanaman tanaman buah karena itu
sangat penting dan merupakan kunci pertama di dalam upaya mencapai keberhasilan
penanaman tanaman buah. Penanaman benih ke lapangan dapat dilakukan secara
langsung (direct planting) dan secara
tidak langsung yang berarti harus disemaikan terlebih dahulu di tempat
persemaian. Penanaman secara langsung ke lapangan biasanya dilakukan apabila
biji-biji (benih) tersebut berukuran besar dan jumlah persediaannya melimpah.
Meskipun ukuran benih besar tetapi kalau jumlahnya terbatas, maka benih
tersebut seyogyanya disemaikan terlebih dulu.
Teknik
penyemaian dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
a. Bak penyemaian.
Pada bak penyemaian, tidak memerlukan
ruang yang luas, mudah,
dan hanya diperlukan bak-bak sebagai
tempat penyemaian benih.
b. Lahan penyemaian.
Pada lahan penyemaian dilakukan
persiapan yaitu dipilih lahan yang gembur dan sudah mendapat pengairan serta
mudah dikeringkan, disamping itu mudah diawasi untuk penyemaian.
Cara penyemaian adalah sebagai
berikut tanah dicangkul sedalam 20-30 cm sambil dibersihkan dari rumput-rumput,
batu-batu dan sisa pepohonan dan benda keras lainnya. Kemudian tanah dihaluskan
sehingga menjadi gembur dan dibuat bedengan. Penyemaian benih dapat dilakukan
dengan cara menyebar untuk ukuran biji kecil atau menata biji buah-buahan yang
berukuran lebih besar.
Keuntungan
dari penyemaian adalah
a.
Pemeliharaan
bibit mudah karena tidak perlu memotong tanaman cukup disiram.
b.
Didapat
bibit yang bagus dan seragam karena dengan menyemai dapat menyeleksi tanaman
atau bibit yang tumbuh.
c.
Tidak
diperlukan lahan yang luas karena hanya perlu wadah kecil sudah dapat menyemai
benih.
d.
Murah
karena hanya dengan biji dan
perakaran tanaman hasil semai biji kuat sehingga dapat digunakan sebagai batang
bawah tanaman yang akan disambung, dan keuntungan lainnya adalah mudah
pemeliharaannya.
Kekurangan dari penyemaian adalah
a. Diperlukan pekerjaan dan biaya ekstra yang kadang-kadang
cukup tinggi.
b. Pekerjaan pencabutan bibit sering menimbulkan kerusakan
pada akar dan menyebabkan kematian bibit.
Bibit
dalam polibag dapat dipindahkan ke lahan jika kondisinya sehat dan
pertumbuhannya bagus. Hal ini tercermin dari pertumbuhan batang yang kokoh,
perakarannya banyak dan kuat, juga adanya helaian daun dekat pucuk tanaman yang
telah menebal dan warnanya hijau tua. Penyemaian perlu dilakukan perawatan
meliputi untuk bibit dari biji, penyiraman dilakukan secara teratur setiap pagi
hari. Sebaiknya persemaian diberi naungan yang tidak terlalu rapat dan
menghadap ke arah timur guna mencegah penguapan air yang terlalu cepat. Pemindahan
bibit dari kotak persemaian ke polibag biasanya sudah melalui proses seleksi
bibit yang unggul dan berkualitas serta mampu beradaptasi dalam lingkungannya.
Dormansi
biji dapat diatasi dengan
a. Perlakuan mekanis.
Secara mekanis diantaranya yaitu dengan
skarifikasi. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit
biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit
biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat
gabus.
b. Perlakuan kimia.
Dengan perlakuan kimia, tujuannya
adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses
imbibisi. Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan
penyerapan air oleh benih.
Pada praktikum ini, perlakuan yang
dilakukan yaitu dengan skarifikasi yaitu dengan memotong ataupun menghilangkan
bagian biji dan membersihkan lapisan kulit pelindung seperti aril. Contohnya
pada sirsak yang dipotong bagian ujungnya, pepaya dan tomat yang dicuci atau
dihilangkan arilnya, dan nangka yang dikupas kulitnya.
Dalam menyemai benih
buah, ada banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan persemaian yaitu dalam
hal perkecambahan. Faktor yang mempengaruhinya yaitu
1.
Faktor Internal
a. Tingkat
Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat
kemasakan fisiologisnya tidak mempunyai
viabilitas tinggi. Bahkan pada beberarapa jenis tanaman menyebabkan tidak dapat
berkecambah. Benih yang belum masak secara fisiologis belum memiliki cadangan
makanan yang cukup dan embrio belum sempurna. Contoh benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill) yang belum
masak dapat berkecambah serta menghasilkan tananaman normal. Tetapi benih
tersebut tidak memiliki kekuatan tumbuh dan ketahanan terhadap keadaan yang
tidak baik seperti pada benih masak.
b. Ukuran Benih
Benih yang berukuran besar diduga memiliki
cadangan makanan lebih banyak dibandingkan benih yang kecil, serta embrionya
juga besar. Makin besar/berat suatu benih maka kandungan kabrbohidrat, protein,
lemak dan mineral yang diperlukan untuk perkecambahan semakin banyak pula. Maka
benih besar dan berat akan menghasilkan kecambah yang besar pula.
c. Dormansi
Benih yang mengalami dormansi tidak mau
berkecambah meskipun sebenarnya hidup dan kondisi lingkungan optimum (sesuai).
Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : impermeabilitas
kulit biji terhadap air atau gas, resistensi kulit biji terhadap pengaruh
mekanis dan lain-lain. Dormansi benih akan dibahas lebih luas pada bab
berikutnya.
d.
Penghambat Perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat
menghambat perkecambahan benih, misalnya herbisida, lendir yang melapisi biji
tomat. Biji pada buah tomat yang masak tidak akan berkecambah dalam buah,
meskipun suhu, kelembaban dan kadar oksigennya sesuai. Apabila biji dikeluarkan
dari buah, dikeringkan kemudian ditanam, biji itu akan segera berkecambah. Hal
ini disebabkan karena dalam biji tomat mengandung inhibitor yaitu zat dapat
menghambat pertumbuhan pada tanaman. Buah tomat (Solanum lycopersicum) mengandung asam absisat (ABA) yang merupakan
zat penghambat (inhibitor) perkecambahan. Lendir dalam buah tomat merupakan
bagian yang mengandung ABA.
2.
Faktor Luar
a. Air
Syarat penting berlangsungnya
perkecambahan yaitu adanya air. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan
air pada benih yaitu sifat pelindung kulit benih dan jumlah air yang tersedia
disekitarnya. Sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada
jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu.
Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam
benih hingga 80 - 90 % dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 - 55
%. Kondisi media yang terlalu basah akan dapat menghambat aerasi dan merangsang
timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan atau bakteri.
b. Temperatur
Temperatur yang paling optimum untuk
perkecambahan benih antara 20-35°C. Temperatur antara 0-5°C kebanyakan benih
gagal berkecambah atau terjadi kerusakan yang menyebabkan abnormal. Benih
jagung memerlukan suhu minimum untuk berkecambah antara 8-10°C, suhu optimum
32-35°C, dan suhu maksimum 40-44°C. Sementara itu benih gandum hitam suhu
minimum untuk berkecambah antara
3-5°C, suhu optimum 25-31°C, dan suhu maksimum 30-40°C.
c. Oksigen
Saat perkecambahan, berlangsung proses
respirasi disertai peningkatan pengambilan oksigen, pelepasan karbondioksida,
dan air serta energi berupa panas. Terbatasnya oksigen yang dipakai akan
mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.
d. Cahaya
Benih yang dikecambahkan pada keadaan
kekurangan cahaya atau gelap dapat mengalami etiolasi. Etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang
tidak normal pada hipokotil atau epikotil dan kecambah berwarna pucat serta
lemah.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan harus
bersifat gembur, mempunyai kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme
penyebab penyakit terutama cendawan “damping
off”.

Gambar
1. Grafik tinggi tanaman buah naga
Berdasarkan
grafik di atas didapatkan bahwa tinggi
tanaman nangka baru terlihat pada pengamatan ke 2. Pada minggu pertama, benih nangka baru
mengalami perkecambahan dengan dimulai imbibisi benih. Dari perlakuan dikupas
dan tidak dikupas, tinggi tanaman yang
tidak dicuci lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang dikupas. Hal ini bisa terjadi mungkin dikarenakan tanpa
pencucian masih terdapat cairan bekas daging buah yang memicu imbibisi dan
terjadinya perkecambahan lebih cepat.

Gambar
2. Grafik tinggi tanaman pepaya
Berdasarkan
grafik tinggi tanaman pepaya, perlakuan pepaya tanpa aril memiliki pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan pepaya dengan arilnya. Hal ini dikarenakan pepaya tanpa aril telah dihilangkan bagian yang
menghambat sehingga imbibisi bisa lebih baik. Hasil ini berbeda dengan pepaya
dengan arilnya, lapisan tipis pelindung benih pepaya akan menghambat masuknya
air. Dengan demikian, perlakuan pepaya tanpa aril akan memberikan hasil
perkecambahan dan pertumbuhan yang baik untuk dijadikan bibit pepaya.

Gambar
3. Grafik tinggi tanaman melon
Berdasarkan
grafik tinggi tanaman melon, perlakuan melon
tanpa aril memiliki pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan melon dengan arilnya. Hal ini
dikarenakan melon
tanpa aril telah dihilangkan bagian yang menghambat sehingga imbibisi bisa
lebih baik. Hasil ini berbeda dengan melon dengan arilnya, lapisan tipis
pelindung benih melon
akan menghambat masuknya air. Dengan demikian, perlakuan melon tanpa aril akan
memberikan hasil perkecambahan dan pertumbuahan yang baik untuk dijadikan bibit
melon.

Gambar
4. Grafik tinggi tanaman jambu biji
Berdasarkan
grafik tinggi tanaman jambu biji, kedua perlakuan baru tumbuh pada pengamatan ke
3. Pada perlakuan jambu biji dicuci, memiliki pertumbuahan
yang lebih baik dibandingkan dengan jambu
biji tidak dicuci.
Hal ini dikarenakan jambu biji
yang dicuci, akan mempercepat imbibisi benih sehingga akan mempercepat
perkecambahan. Dengan demikian, perlakuan jambu
biji dicuci akan memberikan hasil perkecambahan dan
pertumbuahn yang baik untuk dijadikan bibit jambu
biji.

Gambar
5. Grafik tinggi tanaman nangka
Berdasarkan
grafik tinggi tanaman nangka,
kedua perlakuan baru tumbuh pada pengamatan ke 3. Pada perlakuan nagka dicuci,
memiliki pertumbuahan yang lebih baik dibandingkan dengan nangka tidak dicuci. Hal ini dikarenakan nangka yang dicuci, akan
mempercepat imbibisi benih sehingga akan mempercepat perkecambahan. Dengan
demikian, perlakuan nangka dicuci
akan memberikan hasil perkecambahan dan pertumbuahn yang baik untuk dijadikan
bibit nangka.

Gambar
6. Grafik tinggi tanaman rambutan
Berdasarkan
grafik tinggi tanaman rambutan,
kedua perlakuan baru tumbuh pada pengamatan ke 3. Pada perlakuan rambutan dicuci, memiliki pertumbuahan
yang lebih baik dibandingkan dengan rambutan
tidak dicuci. Hal ini dikarenakan rambutan yang dicuci, akan
mempercepat imbibisi benih sehingga akan mempercepat perkecambahan. Dengan
demikian, perlakuan rambutan dicuci
akan memberikan hasil perkecambahan dan pertumbuahn yang baik untuk dijadikan
bibit rambutan.

Gambar
7. Grafik jumlah daun tanaman buah naga

Gambar
8. Grafik jumlah daun tanaman melon
Berdasarkan grafik jumlah
daun melon, kedua perlakuan tidak
menunjukkan perbedaan hasil
jumlah daun. Hal ini dikarenakan pengamatan yang dilakukan kurang lama karena
daun melon akan keluar ketika biji
terangkat ke atas dan membentuk daun dalam bijinya. Akan tetapi, pada praktikum
ini, daun pada melon
belum muncul karena biji belum terlalu terangkat ke atas.

Gambar 9. Grafik jumlah daun tanaman jambu biji
Berdasarkan grafik jumlah
daun jambu biji, perlakuan tanpa dicuci menunnujukkan jumlah daun yang lebih
besar dibandingkan dengan perlakuan dicuci/dikupas.
VI. KESIMPULAN
1. Persemaian adalah tempat atau areal
untuk kegiatan memproses benih (atau bahan lain dari tanaman) menjadi
bibit/semai yang siap ditanam di lapangan.
2. Faktor yang mempengaruhi keberhasilan persemaian
yaitu dalam hal perkecambahan.
Perkecambahan dipengaruhi oleh faktor internal (tingkat kemasakan benih, ukuran
benih, dormansi, penghambat perkecambahan) dan faktor eksternal (air,
temperatur, oksigen, cahaya, medium).
3. Benih dengan perlakuan skarifikasi seperti tomat dicuci,
nangka dikupas, sirsak dipotong, dan pepaya tanpa aril memberikan hasil
pertumbuhan bibit yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Copeland, L.O. 1976. Principles of Seed and
Technology. Burgess Publishing Company, Minnesota.
Harjadi, S.S. 1991. Dasar-dasar Agronomi. Gramedia, Jakarta.
Irianto. 2012. Fenofisiologi perkecambahan dan pertumbuhan bibit
duku (Lansium domesticum Corr.).
Journal Bioplanted
1 : 23-31.
Nurshanti, D.F.
2013. Tanggap perkecambahan benih palem ekor tupai (Wodyetia bifurcate) terhadap lama perendaman dalam air. Jurnal
Ilmiah AgrIBA 2 : 216-224.
Pipinis, E., E.
Milios, P. Smiris, and C. Gioumousidis. 2011. Effect of acid scarification and
cold moist stratification on the germination of Cercis siliquastrum L. seeds. Turk J. Agriculture 35: 259-264.
Sutopo, L. 2010.
Teknologi Benih. PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar