Senin, 19 Maret 2018


LAPORAN PRAKTIKUM
PEKARANGAN DAN BUDIDAYA TANAMAN BUAH

ACARA IV
MENANAM BIBIT TANAMAN BUAH DALAM POT



Disusun Oleh :
Nama               : Ari Murti Ahmadi
NIM                : 13388
Gol                  : C3
Asisten            : Aprillia Dwi K.
  Novelas Anandayu
  Maria Kissadona



LABORATORIUM HORTIKULTURA
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ACARA IV
MENANAM BIBIT TANAMAN BUAH DALAM POT

I.     PENDAHULUAN
A.  Latar belakang
Pada umumnya masyarakat di perkotaan banyak menanam tanaman buah dalam pot dikarenakan keterbatasan lahan lingkungan perkotaan. Metode tabulampot ini bisa menguntungkan karena bisa memanen hasil tanaman dari pekarangan yang sempit tersebut dengan menatanya dalam pot. Untuk dapat menumbuhkan dan membuahkan tabulampot maka jenis tanaman buah yang ditanam dalam pot mempunyai ciri-ciri yaitu pertumbuhan tanaman relatif, berbuah sepanjang tahun,ukuran buah relatif kecil, dan letak buah umumnya di ranting.
Tanaman buah yang biasanya ditanam dalam pot adalah jeruk (keprok, siam dan manis), mangga, belimbing, rambutan sampai ke nangka. Mereka yang halaman rumahnya terbatas namun ingin punya banyak tanaman, mulai tertarik untuk mengembangkan tanaman hias dan tanaman buah dalam pot. Tanaman-tanaman tersebut akan melambung harganya apabila dijual dalam kondisi berbunga atau berbuah. Keberhasilan dalam membuahkan tabulampot sangat ditentukan oleh persiapan dalam pemilihan bibit. Bibit tanaman buah dapat diperoleh melalui perbanyakan generatif maupun vegetatif.
Metode tabulampot menguntungkan masyarakat yang hidup di daerah perkotaan yang cenderung memiliki lahan yang sempit. Pembudidayaan tanaman buah dalam pot sama hal dengan tanaman buah di kebun atau tanah. Membutuhkan pemeliharaan sehingga perkembangan tanaman dapat baik. Oleh karena itu, pada praktikum ini akan dilakukan acara “Menanam Bibit Tanaman Buah dalam Pot” dengan tujuan agar mengetahui cara penanaman tanaman buah dalam pot yang benar dan menumbuhkan tanaman buah dalam pot yang dapat berbuah sepanjang musim.

B.  Tujuan
Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut:
1.    Mengenal dan mempelajari cara – cara menanam bibit tanaman buah dalam pot (tabulampot).
2.    Menumbuhkan bibit tanaman buah dalam pot.


II.  TINJAUAN PUSTAKA
Tanaman buah adalah tanaman yang menghasilkan buah yang dimakan (konsumsi) dalam keadaan segar, baik sebagai buah meja atau bahan terolah dan secara umum tidak tahan disimpan lama. Buah merupakan produk tanaman hortikultura yang dikenal mudah rusak, sehingga diperlukan suatu teknologi untuk mempertahankan mutu buah (Syukri, 2008). Tabulampot adalah miniatur pohon buah yang memiliki media terbatas. Mengingat serba keterbatasan tersebut, terkadang pertumbuhannya lamban. Bahkan tak kunjung berbuah karena suplai hara dari medianya sangat kurang. Sebab itu, wajar kiranya jika tabulampot harus dipupuk, dirangsang atau diperlakukan apa saja agar bisa tumbuh normal dan berbuah sebagaimana pohon di lahan terbuka (Anonim, 2004).
Srikaya merupakan tumbuhan yang serbaguna, buahnya dapat dimakan dan merupakan sumber bahan pengobatan, serta produk industri. Kandungan alkaloid dari srikaya membuktikan dapat digunakan sebagai antioksidan. Kemudian biji srikaya adalah salah satu bagian tanaman srikaya yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi insektisida botanis. Tanaman ini mudah didapat dan banyak ditanam di kebun-kebun di Indonesia. Biji srikaya mengandung 42-45% lemak, annonain dan skuamosin (golongan asetogenin) serta bersifat racun kontak dan perut terhadap serangga (Wardhana et al., 2005).
Dalam budidaya tanaman buah-buahan dalam pot, kesuburan tanah bukan faktor pengendali yang amat penting. Artinya kesuburan tanah dapat disesuaikan agar tanaman bisa berbunga dan berbuah. Sebaliknya, lingkungan tumbuh yang berupa tinggi tempat, kelembapan udara, suhu dan curah hujan merupakan faktor pengendali yang sangat menentukan agar tanaman bisa berbunga dan berbuah (Redaksi Trubus, 2000).
Kesalahan dalam menentukan jenis tanaman buah yang akan dibudidayakan dengan sistem tabulampot merupakan salah satu penyebab kegagalan dalam proses pembungaan dan pembuahannya. Apabila telah diketahui habitat dan sysrat tumbuh tanaman buah tersebut, budidaya dengan sistem tabulampot harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman sehingga pertumbuhan dan perkembangannya optimal. Artinya, bila kebutuhan tanaman buah tersebut belum sesuai, langkah terbaik yang harus dilakukan adalah segera memenuhi kebutuhan yang belum terpenuhi tersebut. atau bila lokasi penanamannya tidak cocok, segera dipindahkan ke lokasi yang sesuai dengan habitat asalnya. Sebagai contoh, misalnya tabulampot yang menghendaki sinar matahari penuh, bila ternyata penempatannya selama ini ditutupi naungan harus segera dipindahkan ke tempat terbuka sehingga kebutuhannya akan sinar matahari terpenuhi dengan baik (Endah, 2004).
Tanaman memiliki mekanisme kompleks untuk merasakan perubahan lingkungan dan merespon perkembangan untuk memaksimalkan produktivitas. Tanaman berkembang dari  meristem, kelompok sel induk yang terus-menerus menghasilkan organ baru di seluruh siklus hidup. Pertumbuhan tunas dimulai oleh meristem apikal yang memproduksi primordia daun, serta jaringan-jaringan batang. Meristem ketiak terdapat pada daun yang menempel pada batang. Untuk membentuk membentuk tunas lateral maka diperlukan pemangkasan supaya dominasi pucuk bisa menyebar ke tunas yang berada pada ketiak daun (Whipple et al., 2011).
Pemangkasan dapat menjaga keseimbangan antara pertumbuhan cabang dan buah. Jumlah cabang pada tanaman tomat akan berpengaruh terhadap mutu buah maupun mutu benih. Cabang tanaman yang sedikit dimungkinkan mutu buah dan benih meningkat. Asimilat yang terbentuk sepenuhnya dapat disimpan pada buah maupun biji dan menyebabkan buah maupun biji menjadi lebih besar, sehingga mutu buah maupun benih meningkat. Sebaliknya apabila jumlah cabang pada tanaman tomat banyak, maka asimilat banyak dipergunakan untuk pertumbuhan tunas tunas baru, sehingga asimilat yang tersimpan pada buah maupun biji berkurang dan selanjutnya rnenyebabkan asimilat yang disimpan pada buah dan biji lebih sedikit. Oleh karena asimilat yang disimpan pada buah sedikit, dapat mengakibatkan mutu buah maupun benih menurun (Lewis, 1990 dalam Wartapa et al., 2009).
Pemeliharaan tanaman buah lebih ditujukan untuk memeliharan kesehatan tanaman secara keseluruhan dengan melakukan pemangkasan bersamaan dengan pemberian pupuk, dan umumnya harus dilakukan pasca tanaman menyelesaikan periode berbuah, saat di mana energi tanaman terkuras habis untuk membesarkan buah, dimulai saat pentil buah terbentuk hingga buah masak fisiologis. Pemangkasan dilakukan dengan memangkas habis semua ujung-ujung ranting tempat keluarnya bunga/buah (contoh mudah adalah pada tanaman mangga, rambutan, dan kelengkeng). Pemangkasan ujung-ujung ranting akan merangsang keluarnya tunas-tunas baru yang jumlahnnya akan lebih banyak dari jumlah tunas sebagai ujung ranting. Selain itu akan memudahkan pemeliharaan dengan mempertahankan tinggi tanaman yang tetap pendek, tidak tinggi menjulang atau tumbuh terlalu melebar ke arah samping sehingga menhabiskan banyak tempat untuk menunjang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan. Pangkas habis pula semua tunas air yang muncul serta membuang semua ranting kering yang mati. Ranting kering ini biasanya menjadi tempat yang menyenangkan bagi pertumbuhan beberapa jenis hama, khususnya hama penggerek batang (Dwidjoseputro, 1990).
Pemupukan bertujuan mengganti dan menyediakan bahan makanan bagi tanaman sekaligus memperbaki struktur dan produktivitas tanah. Dosis pupuk untuk tanaman srikaya di setiap daerah berbeda tergantung pada kandungan kimia dan hara tanah. Untuk mendapatkan hasil maksimum dari budi daya srikaya maka pemupukan harus dilakukan secara kontinu. Srikaya tidak mampu menyediakan sendiri bahan makanan untuk pertumbuhannya. Makanan untuk tanaman srikaya dapat disediakan dari air dan dari udara. Makanan yang berasal dari udara antara lain unsur hydrogen dan karbon, sedangkan yang diikat dari dalam tanah adalah unsur nitrogen, fosfor, kalium, magnesium, sulfur, besi, mangan, seng, tembaga, boron, molibdenum, dan klor. Beberapa unsur pokok utama yang dibutuhkan adalah NPK tersebut. Dalam satu tahun dilakukkan enam kali pemupukan, yaitu empat kali di musim basah dan dua kali di musim kering. Pemupukan tersebut dilakukan dengan memberikan pupuk kandang satu kali, kemudian satu bulan kemudian dipupuk dengan pupuk NPK. Contoh pupuk NPK adalah 15%N, 15%P, dan 15%K (Lasarus, 2013).


III.   METODOLOGI
            Praktikum Budidaya Tanaman Buah Acara IV yaitu “Menanam Bibit Tanaman Buah dalam Pot” dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 29 Maret 2017 di Laboratorium Hortikultura, Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang diperlukan dalam praktikum ini adalah bibit tanaman buah belimbing (Averrhoa carambola), pot, furadan, tanah dan pupuk. Sedangkan alat yang digunakan antara lain cerok, gembor dan alat – alat bercocok tanam lainnya.
      Cara kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut media tanam dibuat dari campuran tanah kebun : pasir : pupuk kandang (1:1:1) atau (2:1:2), kemudian disiram dengan benlate dan satu sendok NPK (15:15:15). Kemudian dilakukan pengisian ke dalam pot meliputi dasar pot diisi dengan pecahan genting atau batu bata atau kerikil hingga mencapai ketinggian ⅓ bagian pot (5 cm). Furadan ditaburkan pada media tanam secukupnya, media tanam diisikan ke dalam pot sehingga mencapai ketinggian ½ tinggi pot. Bibit tanaman buah yang telah dilepaskan dari keranjang atau kantong plastik beserta tanahnya diambil, dipotong sebagian akar yang berlebihan. Kantung plastik dirobek dengan pisau tajam. Bibit ditanam di tengah pot dengan posisi tegak. Media tanam diisikan hingga wadah tampak penuh (± 1 cm dari bibir pot), kemudian padatkan pelan-pelan pada bagian pangkal batang tanaman. Bila perlu supaya posisi bibit tetap tegak dan tidak goyah, diberi pengapit di kanan kiri bibit. Setelah itu diberi perlakuan satu diberi pupuk dan satunya tidak diberi pupuk. Kemudian tabulampot disiram dengan air hingga medianya cukup casah dan lembab. Tabulampot diletakkan di tempat teduh selama beberapa waktu hingga tampak segar. Setelah tabulampot tumbuh kuat dan bertunas pindahkan ke tempat yang diinginkan. Bibit dipelihara dengan penyiraman secara rutin. Penyiraman dilakukan dengan gembor sehingga air dapat jatuh secara lembut. Bila sudah ada akar yang keluar melalui lubang pot, penyiraman bisa segera dihentikan. Pengamatan dilakukan terhadap variabel pertumbuhan setiap minggu sekali selama satu setengah sampai dua bulan.


IV.   HASIL PENGAMATAN
Tabel 1. Tinggi Tanaman Buah Dalam Pot Per-Komoditas
No.
Komoditas
Tinggi Tanaman (cm)
I
II
III
1
Srikaya
140
160
160
2
Jambu Biji
50
50
50
3
Belimbing
103
117
126
4
Jeruk Purut
155.25
162.25
162.25
5
Mangga
132.5
132.5
137.5

Tabel 2. Jumlah Daun Tanaman Buah Dalam Pot Per-Komoditas
No.
Komoditas
Jumlah Daun
I
II
III
1
Srikaya
104
117
101
2
Jambu Biji
49
3
0
3
Belimbing
62.5
70
37
4
Jeruk Purut
205.5
205.5
205.5
5
Mangga
38.5
38.5
59

Tabel 3. Jumlah Cabang Tanaman Buah Dalam Pot Per-Komoditas
No.
Komoditas
Jumlah Cabang
I
II
III
1
Srikaya
8
9
9
2
Jambu Biji
3
7
8
3
Belimbing
7.5
8
9
4
Jeruk Purut
28.5
28.5
28.5
5
Mangga
2
2
3.5













V.  PEMBAHASAN
            Tanaman Buah dalam Pot atau Tabulampot, yaitu tanaman buah yang ditanam di dalam pot dan dapat menghasilkan buah. Tabulampot adalah istilah yang baru sekitar sepuluh tahun terakhir muncul di masyarakat. Tanaman buah yang lazim ditanam dalam pot adalah jeruk (keprok, siam dan manis), mangga, belimbing, rambutan sampai ke nangka. Teknik ini mulai berkembang pada tahun 80-an. Pada saat polybag belum ditemukan, petani penangkar bibit biasanya memindahkan benih yang sudah disemai ke dalam  keranjang agar tidak rusak pada saat dibawa. Pada saat itu petani beberapa penangkar tanaman buah seringkali mengalami kerugian ketika bibit tanaman buah yang ditangkarkan tidak juga laku, sementara bibit semakin tumbuh besar. Agar bibit tanaman yang tak laku tersebut tidak berkembang menjadi pohon, mereka memindahkan bibit tersebut ke dalam pot atau drum bekas. Awalnya tidak ada yang istimewa dalam perawatan, diluar dugaan ternyata tanaman menjadi cepat berbuah bahkan lebih sering dari tanaman yang ditanam langsung di tanah. Hal yang kemudian terus dikembangkan menjadi teknik tabulampot. Tabulampot  yang menggunakan media pot sebagai media tanam untuk buah-buahan ini merupakan solusi bagi mereka yang memiliki lahan terbatas namun membutuhkan tanaman buah disekitar rumah mereka, baik untuk memenuhi kebutuhan, psikologis, maupun kesehatan.
Budidaya tanaman buah dalam pot (tabulampot) banyak disukai karena memiliki beberapa kelebihan / keuntungan terutama bagi penghobi tanaman buah yang tinggal di daerah perkotaan, diantaranya :
a.    Pemanfaatan lahan atau halaman sempit.
b.    Mudah dipindah-pindah tanpa merusak tanaman.
c.    Pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak akan merusak bangunan di sekitarnya.
d.   Sumber gizi dan vitamin bagi keluarga.
e.    Berfungsi sebagai tanaman hias.
f.     Dapat diatur masa berbunga dan berbuah.
Merawat tabulampot kadang membutuhkan seni tersendiri dan pemahaman lebih terhadap jenis tanaman, karena masing-masing tanaman memiliki karakteristik berbeda. Jadi perlakuannya juga berbeda.
Banyak jenis tanaman buah yang dapat dijadikan tabulampot, dalam memilih dan memeliharanya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
1.      Jenis bibit tanaman buah.
Banyak jenis tanaman yang bisa dijadikan tabulampot antara lain anggur, belimbing, jambu biji, jambu air, jeruk (keprok, nipis, manis, purut, siam dan sitrun), durian, kedondong, mangga, rambutan dan sawo. Ada dua cara mendapatkan bibit tanaman yaitu generatif (dari biji) dan vegetatif (stek, cangkok, okulasi, sambung, kultur jaringan). Untuk tabulampot dipilih bibit berasal dari pembiakan vegetatif karena cepat berbuah dan kualitas buah terjamin. Ciri dari bibit cangkok biasanya batang pendek tetapi percabangannya banyak. Ciri dari bibit okulasi adalah adanya bekas luka tempelan dan bekas pangkasan pada batang utamanya. Ciri dari bibit sambung adalah adanya bekas luka sambungan berbentuk V.
2.      Agroklimat (tanah dan iklim).
Tanah (media tanam) secara umum adalah campuran tanah subur, pupuk kandang dan pasir dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Sebagian tanaman memerlukan media tanam dengan campuran yang salah satu bagiannya lebih banyak. Tanah yang dipakai adalah tanah subur dengan ciri berwarna hitam gelap, fungsinya untuk tempat tumbuh dan berdiri kokohnya tanaman. Pupuk kandang yang umum dipakai adalah kotoran sapi. Pakailah pupuk kandang yang sudah masak, dengan ciri tidak basah, tidak panas dan remah (kalau digenggam hancur). Fungsi pupuk kandang adalah sebagai sumber makanan bagi tanaman dan sebagai pengikat air, agar media tidak cepat kering. Pasir yang dipakai adalah pasir sungai dan disaring agar besar butirannya rata. Fungsi pasir ini untuk mempermudah mengalirnya kelebihan air dalam media tanam dan mengurangi mengerasnya media tanam. Fungsi pasir ini dapat diganti dengan serbuk gergaji atau sekam padi, tetapi bahan ini cepat lapuk, kelebihannya bobot yang ringan, memudahkan memindah tabulampot.
Faktor iklim yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah suhu, kelembaban, curah hujan dan banyaknya sinar matahari. Curah hujan dan sinar matahari dapat diatur dengan pemberian naungan dan pengaturan penyiraman. Suhu dan kelembaban hanya dapat diatur dengan penggunaan rumah kaca, tanpa rumah kaca berarti harus menyesuaikan dengan kedua faktor tersebut. Suhu dan kelembaban udara sangat tergantung pada ketinggian tempat dari permukaan laut. Dipilih tanam yang dapat tumbuh dan berbunga pada iklim yang sesuai dengan daerah kita.
3.      Pot.
Pot dipilih yang ringan agar mudah memindah-mindahkannya, kuat agar tahan lama dan serasi dengan ukuran serta bentuk tanamannya. Pot harus berlubang di dasarnya agar bisa membuang kelebihan air siraman. Pot sebaiknya mempunyai kaki agar terlihat tetesan air buangan untuk mengontrol kelancaran drainase dan mencegah tembusnya akar tanaman langsung ke tanah.
4.      Penanaman
Penanaman sangat menentukan dalam pertumbuhan nantinya. Penanaman sebaiknya dilakukan pada saat suhu udara tidak tinggi, yaitu pagi atau sore hari, sehingga tanaman gampang beradaptasi dengan lingkungan barunya.
5.      Perawatan atau pemeliharaan tanaman
Perawatan atau pemeliharaan tanaman buah dalam pot terdiri dari:
·         Penyiraman, dilakukan apabila media tanam mulai kering, 1 atau 2 kali sehari tergantung suhu udara. Siramlah tanaman sampai terlihat air keluar pada lubang drainase pot. Penggemburan dilakukan apabila media tanam sudah mulai mengeras. Lakukan dengan hati-hati jangan sampai merusak akar.
·         Pemupukan, dilakukan untuk menambah kesuburan media tanam. Pupuk yang umum dipakai adalah Urea (menyuburkan daun, mempercepat pertumbuhan), TSP (mempercepat pertumbuhan akar, merangsang pembungaan) dan KCl (memperkokoh batang, mencegah rontoknya bunga dan buah, memperkuat tanaman terhadap serangan hama). Untuk lebih praktis, pakailah pupuk lengkap yang disemprotkan di daun dengan cara pemakaian yang biasanya sudah tertera pada kemasan.
·         Pemangkasan, dilakukan untuk membentuk tajuk tanaman agar bagus dan memperbanyak cabang dan ranting, sehingga memungkinkan jumlah bunga dan buah lebih banyak. Pemangkasan juga untuk membuang cabang-cabang yang tidak produktif atau cabang liar.
·         Pembungaan, dapat dirangsang dengan 2 cara yaitu memanipulasi lingkungan dan menggunakan perangsang kimia. Memanipulasi lingkungan adalah mengkondisikan lingkungannya seperti di alam dimana biasanya musim buah diawali dengan musim kering dan disusul dengan musim hujan. Tanaman dikurangi penyiramannya seminimal mungkin sampai beberapa hari, kemudian disiram bersamaan dengan pemberian pupuk untuk merangsang keluarnya bunga. Merangsang pembungaan dengan bahan kimia adalah penggunaan retardan (penghambat pertumbuhan vegetatif), sehingga cadangan makanannya dipaksa untuk dijadikan bunga dan buah. Retardan yang sering digunakan antara lain paklobutrazol.
·         Pengendalian hama dan penyakit tanaman ada 3 cara, yaitu fisik (dengan menggunakan alat, api atau tangan untuk mematikan hama/penyakit tanaman), kimia (menggunakan obatkimia yang biasanya disemprotkan) dan biologi (dengan menggunakan musuh/pemangsa alami dari hama/penyakit). Untuk tanaman dalam pot, pengendalian hama/penyakit tanaman lebih praktis dengan cara fisik.
6.    Pergantian media tanam dan pot
Pergantian media tanam dan pot dilakukan apabila media tanam sudah sangat padat dengan akar tanaman dan pertumbuhan tanaman sangat lambat. Pada saat pergantian media tanam juga dilakukan pemangkasan akar, sehingga terbentuk rambut akar (ujung akar) baru yang berfungsi menyerap unsur hara dalam media tanam. Bersamaan dengan itu juga dilakukan pemangkasan tajuk/daun untuk mengimbangi pemangkasan akarnya. Pergantian pot biasanya dilakukan bersamaan dengan pergantian media tanam. Pergantian pot dilakukan untuk mengganti pot yang rusak atau mengganti ukuran yang lebih besar, karena tanamannya bertambah besar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan grafik sebagai berikut:
Gambar 1. Grafik tinggi tanaman tabulampot
Berdasarkan grafik tinggi tanaman di atas, didapatkan bahwa pertumbuhan tanaman memiliki laju yang positif, dimana tanaman belimbing menunjukkan pertambahan tinggi tanamannya dalam 3 minggu pengamatan. Hal ini menunjukkan bahwa pemindahan tanaman berjalan dengan benar sehingga absorbs air dan unsur hara dapat berjalanj dengan baik, sehingga proses metabolism tanaman berjalan dengan normal. Hal ini dikarenkan akar yang telah dipindah ke pot akan mencari unsur hara sehingga tanaman akan meresponnya dengan pertumbuhan yang lebih cepat. Hal tersebut diperlancar dengan pemberian pupuk yang akanakan memberikan hasil pertumbuhan lain seperti jumlah cabang dan jumlah daun. Hal ini berbeda dengan tanaman yang tanpa dipupuk karena pertumbuhan hanya sedikit dan tidak secepat dengan perlakuan dipupuk. Akar tanaman tanpa dipupuk akan mencari lebih jauh unsur hara sehingga akar akan memanjang. Dengan demikian, hasil tinggi tanaman ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa tanaman yang dipupuk akan memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang baik.
Gambar 2. Histogram jumlah daun tabulampot
Berdasarkan histogram jumlah daun tanaman buah belimbing, terdapat penyimpangan jumlah daun yaitu terdapat penurunan dari minggu kedua menuju minggu ketiga. Hal ini dapat terjadi mungkin dikarenakan pemilihan bibit yang kurang bagus. Perubahan kenampakan tanaman baru terlihat pada pengamatan kedua dimana daun tanaman menguning dan layu. Secara perlakuan, tanaman diberi perlakuan perawatan yang sama, yaitu penyiraman dan pemupukan. Selain itu tidak diketahui ada beberapa hama dan penyakit.
Gambar 3. Histogram jumlah cabang tabulampot
Berdasarkan histogram jumlah cabang tabulampot, jumlah cabang yang diamati relative stagnan. Hal ini dikarenakan tanaman yang dipindahkan sudah relative besar danpertambahan cabang tanaman tahunan membutuhkan waktu yang relative lebih lama, sehingga seolah-olah tidak terjadi pertambahan jumlah cabang.

VI.   KESIMPULAN
1.      Cara menanam bibit tanaman buah dalam pot yaitu dengan memasukkan polibag ke dalam pot yang telah diberi media yang sesuai.
2.      Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menanam tanaman buah dalam pot antara lain jenis bibit, agroklimat, pot, penanaman, pemeliharaan, dan pergantian media tanam dan pot.
3.      Pertumbuhan bibit mengalami kemajuan dengan terbentuknya banyak cabang, bunga, dan buah setelah dilakukan pindah tanam ke dalam pot dan diberi pupuk.
4.      Hasil pemberian pupuk berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam tabulampot.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2004. Agar tabulampot seaduhai bonsai. Agrobis 595: 37.

Dwidjoseputro. 1990. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Endah, J. 2004. Membuat Tabulampot Rajin Berbuah. PT Agromedia Pustaka, Tangerang.

Lasarus. 2013. Penyiraman dan pemupukan tanaman srikaya. <http://cybex.deptan.go.id/penyuluhan/penyiraman-dan-pemupukan-tanaman-srikaya>.  Diakses 2 Mei 2017.

Redaksi Trubus. 2000. Kunci Membuahkan Tabulampot. Penerbit Swadaya, Jakarta.

Syukri, A. B. 2008. Agroteknologi Tanaman Buah-buahan. USU press, Medan.

Wardhana, A.H., A. Husein dan J. Manurung. 2005. Efektifitas ekstrak biji srikaya (Annona squamosa L) dengan pelarut air, metanol dan heksan terhadap mortalitas larva caplak Boophilus microplus secara in vitro. JITV 10 : 134-142.

Wartapa, A.,Y. Effendi, dan Sukardi. 2009. Pengaturan jumlah cabang utama dan penjarangan buah terhadap hasil dan mutu benih tomat varietas Kaliurang (Lycopersicum esculentunt Mill.). Jumal Ilmu-iltnu Pertanian 5: 150-163.

Whipple, C.Y., T.H. Kebrom, A.L. Weber, F.Yang, D. Hall, R.Meeley, R.Schmidt, J.Doebley, T. P. Brutnell, and D. P. Jackson. 2011. Promotes apical dominance in maize and responds to shade signals in the grasses. Proceedings of the National Academy of Sciences 108: 506-512.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar