Senin, 19 Maret 2018
LAPORAN PRAKTIKUM
PEKARANGAN DAN BUDIDAYA
TANAMAN BUAH
ACARA III
MENYAPIH BIBIT TANAMAN
BUAH
Disusun Oleh :
Nama :
Ari Murti Ahmadi
NIM :
13388
Gol :
C3
Asisten :
Aprillia Dwi K.
Novelas Anandayu
Maria Kissadona
LABORATORIUM HORTIKULTURA
DEPARTEMEN BUDIDAYA
PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2017
ACARA III
MENYAPIH BIBIT TANAMAN
BUAH
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Bibit merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan budidaya tanaman. Tanaman yang sehat dan
berproduksi optimal berasal dari bibit tanaman yang sehat, kuat, ditanam dengan
baik serta dilakukan perawatan dengan baik. Bibit tanaman yang jelek tidak
mungkin menghasilkan tanaman yang mampu berproduksi secara optimum di lapangan
walaupuan dilakukan penanaman dan perawatan yang baik, demikian juga bibit yang
baik tidak akan berproduksi dengan baik apabila penanaman dan pemeliharaannya
tidak dilakukan dengan baik. Oleh karena itu melakukan pembibitan merupakan
kunci awal keberhasilan suatu agribisnis tanaman.
Untuk mendapatkan bibit
yang baik, sehat dan normal pertumbuhannya diperlukan tempat, sarana prasarana,
dan metode pembibitan yang baik yang disesuaikan dengan karakteristik dan
persyaratan tumbuh tanaman yang dibibitkan. Keuntungan pembibitan antara lain
seleksi bibit dapat dilakukan sebelum ditanam di lapangan dan perawatan bibit
lebih mudah. Rangkaian kegiatan melakukan pembibitan ini meliputi : menetapkan
lokasi pembibitan, membuat bedengan pembibitan, membuat naungan pembibitan,
memilih benih, memberi perlakukan benih, menyemai benih dan pemeliharaan bibit.
Kegiatan penyapihan
biasanya dilakukan untuk menghindarkan bibit tanaman yang saling berdesakan
saat penyemaian. Rapatnya penebaran biji saat persemaian dapat menimbulkan
akar-akar tanaman saling berkompetisi untuk mendapatkan unsur hara oleh karena
itu dilakukan penyapihan. Penyapihan bertujuan untuk mengurangi resiko tanaman
mati di lapangan dan berdesak-desakan, dan agar pertumbuhan tanaman tidak
terganggu, normal. Untuk mengurangi resiko penyapihan, maka diperlukan upaya –
upaya untuk mencegahnya seperti media tanam disiram air telebih dahulu sebelum
bibit dicabut dan pencabutan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Oleh karena
itu, pada praktikum ini akan dilakukan penyapihan bibit tanaman buah.
B.
Tujuan
Tujuan
dari praktikum ini adalah mengenal dan mempelajari cara-cara penyapihan bibit
tanaman buah
II. TINJAUAN PUSTAKA
Buah-buahan
merupakan salah satu bahan pangan yang memiliki nilai gizi dan vitamin bagi
yang mengkonsumsinya. Meningkatnya permintaan akan buah-buahan sejalan dengan
peningkatan hasil pendapatan masyarakat dan jumlah penduduk yang semakin
bertambah serta meningkatnya pemahaman pentingnya nilai gizi bagi kesehatan.
Tingginya permintaan akan buah-buahan, baik untuk dikonsumsi segar maupun
sebagai bahan baku industri merupakan peluang bagi produsen buah-buahan salah
satunya pengembangan Wani Bali (Mangifera caesia Jack) (Rai et al.,
2000 cit. Mahardika et al., 2013).
Persemaian atau
pembibitan merupakan salah satu gatra kegiatan yang dilakukan dalam budidaya
pohon hutan. Di dalam persemaian, bibit bisa diberi perlakuan sesuai kebutuhan
dan dirawat agar menghasilkan bibit yang berkualitas sehingga bibit mampu
tumbuh dengan baik apabila ditanam di lokasi penanaman. Perlakuan bibit pada
saat di persemaian di antaranya berupa penyapihan bibit dengan periode waktu
penyapihan yang tepat dan penggunaan media sapih yang sesuai untuk pertumbuhan
bibit (Indriyanto, 1998).
Syarat media
tumbuh yang baik untuk pembibitan buah-buahan adalah ringan,murah,mudah
didapat, porus (gembur) dan subur (kaya unsur hara). Penggunaan media tumbuh
yang tepat akan menentukan pertumbuhan optimum bibit yang ditangkarkan.
Komposisi media tanam untuk mengisi polybag dapat digunakan campuran tanah, pupuk
kandang dan sekam padi dengan perbandingan 1:1:1. Ukuran polybag yang banyak
digunakan di pembibitan buah-buahan biasanya berukuran 15x20 cm (diameter x
tinggi) sampai batang bawah dapat disambung atau diokulasi (sekitar 3-4 bulan
setelah tanam biji). Tiga sampai empat bulan setelah itu, bibit dapat
dipindahkan ke polybag berukuran 20x30 cm.Tiga sampai empat bulat berikutnya
bibit dipindah ke polybag ukuran 30x40 cm. Hal ini diperlukan karena polybagnya
sudah tidak memadai lagi untuk perkembangan akarnya, sedangkan bibit masih
belum siap ditanam. Akibat makin menyempitnya ruang tumbuh akar, kondisi
kesuburan bibitnya jadi menurun, bahkan setelah beberapa lama pertumbuhannya
seolah-olah berhenti (Prastowo et al.,
2006).
Media tanam yang
baik harus mempunyai sifat fisik yang baik, dan kelembaban harus tetap dijaga
serta saluran drainasenya juga harus baik. Keseimbangan antara udara dengan
kelembaban berpengaruh penting terhadap pertumbuhan akar. Kelembaban udara
berpengaruh terhadap absorbsi air dan unsur hara pada pertumbuhan bibit wani
serta suhu yang baik di daerah sekitar perakaran akan membantu proses
pembelahan sel di daerah perakaran secara aktif (Susanto, 1994).
Pertumbuhan batang
bibit didukung oleh adanya penyediaan makanan didalam media tanam dan hasil
dari proses fotosintesis daun pada bibit. Pembesaran batang bibit dipengaruhi
oleh adanya hormon auksin alami pada daun muda, sehingga dengan penambahan IBA
dari luar pada bibit tidak akan memberikan pengaruh yang nyata. Pemberian ZPT
dimaksudkan untuk mempercepat proses fisiologi pada tanaman yang memungkinkan
tersedianya bahan pembentuk organ-organ vegetatif, sehingga dapat meningkatkan
pemanfaatan zat hara yang tersedia (Wareing and Philips, 1976).
Tanaman memiliki
mekanisme kompleks untuk merasakan perubahan lingkungan dan merespon
perkembangan untuk memaksimalkan produktivitas. Tanaman berkembang dari meristem, kelompok sel induk yang
terus-menerus menghasilkan organ baru di seluruh siklus hidup. Pertumbuhan
tunas dimulai oleh meristem apikal yang memproduksi primordia daun, serta
jaringan-jaringan batang. Meristem ketiak terdapat pada daun yang menempel pada
batang (Whipple et al., 2011).
III.
METODOLOGI
Praktikum Pekarangan dan Budidaya
Tanaman Buah Acara III yaitu “Menyapih Bibit Tanaman Buah” dilaksanakan pada
tanggal 5 April 2017 di Laboratorium Hortikultura dan Rumah Kaca, Departemen Budidaya Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Bahan yang diperlukan
dalam praktikum ini adalah bibit tanaman dari acara 2 yang telah berumur 4-6
minggu yaitu buah naga,
melon, jambu biji, pepaya, nangka dan rambutan,
tanah, pupuk NPK, polibag, furadan/dithane. Sedangkan alat yang digunakan
antara lain alat – alat bercocok tanam.
Cara
kerja yang dilakukan yaitu polibag diisi dengan campuran tanah, pasir, pupuk NPK
dengan perbandingan 1:1:1. Kemudian bibit buah dicabut beserta tanahnya di
sekitar perakaran bibit dari bak persemaian. Sebelum bibit dicabut, sebaiknya
persemaian disiram dengan air terlebih dulu. Bibit ditanam di polibag yang
telah diisi dengan media tanam dengan satu bibit dalam setiap polibag.
Pemeliharaan dilakukan terhadap bibit sapihan ini meliputi penyiraman,
penyiangan gulma, dan pengendalian hama serta penyakit. Pengamatan yang
dilakukan meliputi jumlah daun, jumlah cabang, dan tinggi tanaman.
IV.
HASIL
PENGAMATAN
Tabel 1. Tinggi Tanaman
No.
|
Komoditas
|
Tinggi Tanaman
|
|||||||
Dicuci/kupas
|
Tidak dicuci
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Buah
Naga
|
0.8
|
0.93
|
1.28
|
1.14
|
0.63
|
0.90
|
1.16
|
1.14
|
2
|
Melon
|
6
|
8.78
|
10.91
|
12.58
|
6.48
|
8.36
|
9.11
|
10.43
|
3
|
Jambu
Biji
|
1.88
|
2
|
2.39
|
2.44
|
1.36
|
1.43
|
2.26
|
2.56
|
4
|
Pepaya
|
3.23
|
4
|
6
|
6.29
|
2.48
|
3.23
|
3.91
|
4.43
|
5
|
Nangka
|
12.16
|
14
|
17.54
|
17.39
|
11.26
|
14.81
|
16.69
|
17.24
|
6
|
Rambutan
|
6.39
|
7
|
9.81
|
10.45
|
9.88
|
10.89
|
12.04
|
12.93
|
Tabel 2. Jumlah Daun
No.
|
Komoditas
|
Jumlah Daun
|
|||||||
Dicuci/Dikupas
|
Tidak
dicuci/Tidak dikupas
|
||||||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
I
|
II
|
III
|
IV
|
||
1
|
Buah
Naga
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
Melon
|
1.75
|
2
|
3
|
3.13
|
2
|
2.63
|
2.63
|
3
|
3
|
Jambu
Biji
|
1.25
|
2.25
|
2.88
|
3.38
|
3.18
|
3
|
3.13
|
4
|
4
|
Pepaya
|
1.88
|
2.88
|
4.5
|
4.63
|
1
|
1.88
|
3.25
|
3
|
5
|
Nangka
|
1.63
|
2
|
2.38
|
2.63
|
1.13
|
1.63
|
2.38
|
2.88
|
6
|
Rambutan
|
2
|
2.25
|
3.25
|
3.88
|
3.38
|
3.75
|
3.25
|
3.5
|
V. PEMBAHASAN
Menyapih bibit adalah
memisahkan bibit-bibit dari tempat persemaian ke tempat lain. Biasanya benih
yang disemaikan dalam kotak atau bak persemaian, sebelum bibit dipindahkan ke
lapangan bibit perlu disapih karena biasanya bibit tumbuh cepat. Salah satu keuntungan
penyapihan bibit adalah semua bibit yang disapih dapat digunakan sebagai bahan
tanam terutama pada benih yang harganya mahal atau jumlahnya terbatas.
Bibit
hasil semaian yang ditanam langsung di tanah atau pot/polibag, kondisinya masih
agak lemah sehingga daya adaptasi di lingkungan yang baru lebih lambat. Hal ini
dapat menyebabkan stres pada tanaman sehingga mudah terserang penyakit.
Disamping itu jika tanaman terserang hama, bagian tanaman yang dimakan adalah
batang sebab teksturnya masih lunak. Kerusakan batang akan mengakibatkan proses
transportasi hara dari akar dan hasil fotosintesis dari daun tidak dapat
tersalurkan ke seluruh tubuh tanaman maka pertumbuhan tanaman akan terganggu
bahkan dapat menyebabkan tanaman tesebut mati.
Sebagai
tindakan pencegahan, diperlukan penyapihan bibit dengan memisahkan bibit-bibit
dari tempat persemaian ke tempat lain. Penyapihan
dimaksudkan agar tanaman sudah cukup besar dan kuat sebelum ditanam di
tanah/pot sehingga daya adaptasi menjadi lebih baik. Begitu juga jika hama
(siput) datang, biasanya yang dimakan daun, sehingga tanaman tetap hidup.
Pemindahan/pemisahan bibit dilakukan
dengan mengangkat bibit
secara hati-hati dari persemaian beserta media yang ada di sekitar
perakarannya. Diusahakan tidak ada akar bibit yang putus atau rusak agar kondisinya tetap baik saat
ditanam di media sapih. Untuk bibit yang tumbuh di bedeng semai tidak perlu dipindahkan
semuanya, hanya untuk penjarangan. Sementara itu, sisanya tetap dibiarkan
tumbuh di bedeng semai dan disapih sampai cukup besar untuk disambung,
diokulasi, atau ditanam di lahan. Bibit yang tumbuh secara individual di dalam polibag tidak perlu
dipindahkan sampai siap tanam di lahan. Bahkan, jika dijadikan batang bawah,
penyambungan atau penempelan batas atas dapat dilakukan saat bibit masih berada di
dalam polibag.
Dari hasil pengamatan yang
dilakukan, parameter yang diamati yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, dan jumlah
cabang. Parameter tinggi tanaman disajikan dalam bentuk grafik dan dijadikan
sebagai grafik pertumbuhan tanaman. Parameter jumlah daun dan jumlah cabang
disajikan dalam bentuk histogram. Berikut ini grafik tinggi tanaman dan
histogram jumlah daun dari keenam
tanaman.
Gambar
1. Grafik tinggi tanaman buah naga
Pada grafik tinggi tanaman buah naga
di atas, didapatkan bahwa pertumbuhan tanaman terus naik setelah penyapihan.
Perlakuan buah naga
tidak dicuci menunjukkan hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan nangka
yang dicuci. Hal ini dikarenakan pertumbuhan buah naga setelah pindah tanam dari bak
perkecambahan dalam kondisi yang baik sehingga pertumbuhan lebih lanjut pada
polybag akan lebih cepat lagi. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa pertumbuhan buah naga
akan baik dengan mencuci arilnya karena arilnya itu merupakan lendir yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman nangka.
Gambar
2. Grafik tinggi tanaman melon
Hasil grafik tinggi tanaman dari
nangka menunjukkan bahwa pertumbuhan terus naik pada kedua perlakuan. Perlakuan
melon dikupas memiliki pertumbuhan
yang lebih baik dibandingkan dengan nangka tidak dikupas. Hal ini dikarenakan
pada saat perkecambahan benih melon lebih cepat berkecambah karena benih cepat
dalam melakukan imbibisi. Setelah itu disapih juga pertumbuhannya lebih baik.
Oleh karena itu, pada perlakuan melon dikupas memiliki pertumbuhan yang lebih
baik daripada melon tidak dikupas.
Gambar
3. Grafik tinggi tanaman pepaya
Pada grafik tinggi tanaman pepaya,
pertumbuhan tanaman dari kedua perlakuan hampir sama, tetapi pada pengamatan terakhir
perlakuan pepaya tanpa aril lebih tinggi dari pada pepaya aril. Bibit yang
disapih memiliki respon yang baik saat pindah tanam dipolibag. Pada hasil
pengamatan terakhir, rendahnya perlakuan pepaya aril dipengaruhi oleh bibit itu
sendiri (internal) dan eksternal misalnya kurangnya air, pengamatan yang kurang
teliti, dan lain-lain.
Gambar
4. Grafik tinggi tanaman jambu biji
Pada grafik tinggi tanaman jambu
biji di atas, didapatkan bahwa perlakuan jambu biji dipotong pertumbuhannya
lebih baik dari jambu biji tidak dipotong. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan
dari perkecambahan biji jambu biji. Pada perlakuan dipotong, biji akan cepat
imbibisi sehingga pertumbuhannya akan cepat dan ini akan berpengaruh pada
pertumbuhan bibit setelah disapih. Berbeda dengan perlakuan jambu biji tidak
dipotong yang hasil pertumbuhannya lebih lambat. Hal ini akan mempengaruhi
produksi bibit apabila dijual dalam skala yang besar.
Gambar
5. Grafik tinggi tanaman nagka
Pada grafik tinggi tanaman nangka di atas, didapatkan
bahwa perlakuan nangka dipotong
pertumbuhannya lebih baik dari nangka
tidak dipotong. Hal ini dipengaruhi oleh kecepatan dari perkecambahan nangka. Pada perlakuan
dipotong, biji akan cepat imbibisi sehingga pertumbuhannya akan cepat dan ini
akan berpengaruh pada pertumbuhan bibit setelah disapih. Berbeda dengan
perlakuan nangka
tidak dipotong yang hasil pertumbuhannya lebih lambat. Hal ini akan
mempengaruhi produksi bibit apabila dijual dalam skala yang besar.
Gambar
6. Grafik tinggi tanaman rambutan
Pada grafik tinggi tanaman rambutan, pertumbuhan tanaman
dari kedua perlakuan hampir sama, tetapi pada pengamatan terakhir perlakuan rambutan tanpa aril lebih tinggi
dari pada rambutan
aril. Bibit yang disapih memiliki respon yang baik saat pindah tanam dipolibag.
Pada hasil pengamatan terakhir, rendahnya perlakuan rambutan aril dipengaruhi oleh
bibit itu sendiri (internal) dan eksternal misalnya kurangnya air, pengamatan
yang kurang teliti, dan lain-lain.
Gambar
7. Grafik jumlah daun nangka
Dari hasil grafik jumlah daun, perlakuan nangka
dicuci lebih rendah dari perlakuan nangka tidak dicuci. Hal ini hampir sama
dengan hasil pertumbuhan tanaman di atas. Hal ini dikarenakan pertumbuhan nangka
setelah pindah tanam dari bak perkecambahan dalam kondisi yang baik sehingga
pertumbuhan lebih lanjut pada polybag akan lebih cepat lagi. Apabila
dibandingkan dengan histogran jumlah cabang nangka, perlakuan dicuci
menunjukkan hasil yang lebih tinggi daripada tidak dicuci. Hasil ini
menunjukkan bahwa nangka tidak dicuci memilki jumlah daun yang banyak tetapi
cabangnya sedikit dan sebaliknya untuk nangka dicuci. Kemungkinan pengaruh
cabang akan menentukan jumlah daun yang dihasilkan.
Gambar
8. Grafik jumlah daun dan pepaya
Dari hasil histogram jumlah daun,
perlakuan pepaya aril lebih tinggi
dari perlakuan pepaya tanpa aril. Hal ini hampir sama dengan hasil pertumbuhan
tanaman di atas. Jumlah daun yang banyak juga akan mempengaruhi tinggi tanaman
sehingga pertumbuhan bibit dalam polibag akan baik. Kebanyakan pepaya hanya
membutuhkan satu batang tanpa cabang karena akan mempengaruhi hasil buahnya.
Gambar
9. Grafik jumlah daun melon
Pada histogram jumlah daun melon,
perlakuan dikupas memilki jumlah daun yang sedikit dibandingkan dengan
perlakuan tidak dikupas. Hal ini dikarenakan pada saat perkecambahan benih melon
lebih cepat berkecambah karena benih cepat dalam melakukan imbibisi. Setelah
itu disapih juga pertumbuhannya lebih baik. Hasil ini berbeda dengan histogram
jumlah cabang melon, perlakuan dikupas akan memiliki cabang yang lebih banyak
dibandingkan dengan perlakuan tidak dikupas. Hal ini hampir sama dengan hasil
yang ditunjukkan pada tanaman melon. Kemungkinan pengaruh cabang akan
menentukan jumlah daun yang dihasilkan.
Gambar
10. Grafik jumlah daun jambu biji
Pada tanaman jambu biji, jumlah daun
dan jumlah cabang dari jambu biji perlakuan dipotong lebih tinggi dari
perlakuan tidak dipotong. Hasil ini sama dengan pertumbuhan tanaman jambu biji
pada grafik tinggi tanaman jambu biji di atas. Hal ini dipengaruhi oleh
kecepatan dari perkecambahan biji jambu biji. Pada perlakuan dipotong, biji
akan cepat imbibisi sehingga pertumbuhannya akan cepat dan ini akan berpengaruh
pada pertumbuhan bibit setelah disapih. Berbeda dengan perlakuan jambu biji
tidak dipotong yang hasil pertumbuhannya lebih lambat. Hal ini akan
mempengaruhi produksi bibit apabila dijual dalam skala yang besar.
Gambar
12. Grafik jumlah daun buah naga
Dalam proses penyapihan, pekerjaan
yang sering menyulitkan dan menimbulkan kerugian adalah pada saat pencabutan
bibit. Pada waktu bibit dicabut sebagian akar mengalami kerusakan dan
tidak jarang pertumbuhan bibit
selanjutnya akan terganggu. Apabila tidak dilakukan usaha-usaha pencegahannya,
kemungkinan bibit yang disapih akan mati. Untuk mencegah gangguan tersebut
perlu dilakukan tindakan sebagai berikut :
·
Sebelum bibit dicabut,
bak persemaian harus disiram dengan air sampai
basah
·
Bibit dicabut dengan
hati-hati jika perlu menggunakan solet untuk mengangkat tanah disekitar bibit
·
Pencabutan bibit
dilakukan pada sore atau pagi hari dan bibit segera ditanam ditempat
penyapihan.
Faktor yang sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pertumbuhan semai adalah kemampuan semai dalam memproduksi akar.
Selanjutnya dikatakan pula bahwa walaupun kondisi tempat tumbuh seperti suhu
tanah dan ketersediaan air dalam tanah atau media cukup memadai namun semai
akan hidup secara optimal jika semai mempunyai kemampuan fisiologis yang baik
dalam memproduksi akar baru dan iklim sebagai salah satu faktor lingkungan
fisik yang sangat penting dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Hal ini
memberikan gambaran bahwa ada saat atau periode di mana semai secara fisiologis
berada dalam kondisi yang siap untuk disapih serta memproduksi akar baru.
Kesiapan dan kemampuan fisiologis semai suatu jenis untuk
dapat disapih tentunya sangat dipengaruhi oleh umur semai. Semai yang masih
terlalu muda biasanya mempunyai akar yang relatif lemah dan mudah rusak selama
proses penyapihan yaitu mulai pengangkatan semai sampai dengan penanaman ke
dalam media sapih, selain itu karena batangnya masih relatif sukulen (memiliki
kandungan air yang sangat tinggi), semai akan lebih mudah stres oleh adanya
proses penguapan (transpirasi) yang berasal dari seluruh bagian semai yang
kemudian akan berpengaruh pada pertumbuhan semai pada periode selanjutnya,
sebagai akibat dari hilangnya sebagian cairan dari seluruh bagian semai. Semai
yang terlalu muda masih sangat rentan terhadap gangguan, baik gangguan internal
berupa kehilangan cairan maupun kerusakan yang bersifat mekanis selama
proses penyapihan, sedangkan semai yang relatif tua akan terkendala dalam
pembuatannya. Semai yang relatif tua atau telat disapih umumnya tidak mempunyai
pertumbuhan yang baik. Setelah disapih, semai biasanya mengalami stagnansi
sehingga pertumbuhannya menjadi sangat lambat. Pada fase bibit, semua jenis
tanaman tidak tahan intensitas cahaya penuh, butuh 30-40%, diatasi dengan
naungan.
VI.
KESIMPULAN
1. Cara penyapihan bibit dilakukan dengan
memisahkan bibit-bibit dari tempat persemaian ke tempat lain, seperti polibag.
2. Penyapihan dimaksudkan agar saat tanaman
ditanam di lapangan memiliki daya adaptasi tinggi sehingga tidak mudah mati
terserang hama.
3. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa
pertumbuhan tanaman nangka dicuci, melon dikupas, pepaya tanpa aril, dan jambu
biji dipotong memiliki pertumbuhan yang baik.
DAFTAR
PUSTAKA
Indriyanto. 1998.
Pengaruh periode dan media penyapihan terhadap kualitas pertumbuhan bibit
mahoni. Jurnal Manajemen Hutan Tropika 4 : 23 – 28.
Mahardika, K.D.,
N. Rai, W. Wiratmaja. 2013. Pengaruh komposisi campuran bahan media tanam dan
konsentrasi iba terhadap pertumbuhan bibit Wani Ngumpen Bali (Mangifera caesia Jack). E-Jurnal
Agroekoteknologi Tropika 2 : 126-134.
Prastowo, N.H.,
J.M. Roshetko, G. E.S. Maurung, E. Nugraha, J.M. Tukan. F. Harum. 2006. Teknik
Pembibitan dan Perbanyakan Vegetatif Tanaman Buah. World Agroforestry Centre
(ICRAF) dan Winrock International, Bogor.
Susanto, Q.D.
1994. Tanaman Kakao dan Pengolahan
Hasil. Kanisius. Yogyakarta.
Wareing, P.F. dan
I.D.J. Philips. 1976. The Control of Growth and Differentiation in Plants.
Pergamon Press, Toronto.
Whipple, C.Y.,
T.H. Kebrom, A.L. Weber, F.Yang, D. Hall, R.Meeley, R.Schmidt, J.Doebley, T. P.
Brutnell, and D. P. Jackson. 2011. Promotes apical dominance in maize and responds
to shade signals in the grasses. Proceedings of the National Academy of
Sciences 108: 506-512.
Langganan:
Postingan (Atom)