Senin, 23 Mei 2016

MAKALAH ILMU GULMA IDENTIFIKASI Cyperus rotundus

Gulma adalah suatu tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya,tumbuhan yang tumbuh disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atausemua tumbuhan yang tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanamsehingga kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991). Namun pengertian itu mengalami perubahan dimana para ahli gulma yang lain mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak diinginkan dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Tumbuhan yang biasa menjadi gulma mempunyai beberapa ciri khas yaitu pertumbuhanya cepat, mempunyai daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, dan mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim. Selain itu gulma pada umumnya mempunyai daya berkembang biak yang sangat baik secara generatif atau vegetatif maupun kedua-duanya dengan alat perkembangbiakanya mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang. Gulma  juga mempunyai biji sifat dormansi yang memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Rumput teki (Cyperus rotundus) adalah gulma yang paling berbahaya di dunia pertanian. Keberadaan rumput teki ini selalu ada pada area tanaman pangan seperti pada tanaman padi (Oryza sativa), tanaman jagung (Zea mays), tanaman kedelai (Glicyne max.), tanaman ubi jalar (Ipoemea batatas), dan tanaman ubi kayu (Manihot esculenta). Rumput teki ini juga ada di sekitar tanaman holtikultura seperti Bawang merah (Allium ascalonicum), Bawang putih (Allium sativum), wortel (Daucus carrota), dan kentang (Solanum tuberosum). Adapun rumput teki ini tumbuh di sekitar tanaman perkebunan seperti kopi (Coffea arabica), tebu (Saccharum officinarum), dan tembakau (Nicotiana tabacum). Keberadaan rumput teki pada daerah tersebut selalu menimbulkan dampak negatif yaitu berkurangnya hasil panen dan produksi.
Kerugian yang banyak dialami di sektor pertanian ini, mendorong adanya upaya dalam pengendalian gulma. Pengendalian gulma pada prinsipnya adalah suatu usaha yang digunakan untuk mengubah keseimbangan ekologis sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma, namun tidak berpengaruh pada tanaman budidaya. Berbagai usaha sudah banyak dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma,diantaranya adalah dengan cara mekanik, kultur teknis dan kimiawi dengan menggunakan herbisida.
II. ISI
            Cyperus rotundus tergolong tekian herba menahun memiliki tinggi antara 0,1-10 cm. Batang berbentuk segitiga  tajam. Daun 4-10 helai berjejal pada pangkal batang dengan pelepah daun yang  tertutup  tanah, helaian daun bentuk garis dengan permukaan atas berwarna hijau tua  mengkilat, ujung daun meruncing, lebar helaian 2-6 mm, panjang 10-60 kali lebarnya. Daun pembalut 2-4, tepi kasar, tidak merata, pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung dengan panjang 3-10 cm. Bunga berbentuk bulir majemuk, anak bulir terkumpul menjadi bulir yang pendek dan tipis, berkelamin dua. Benang sari berwarna kuning cerah. Tangkai putik bercabang tiga. Umbi  sebesar  kelingking,  bulat  atau  lonjong,  berkerut atau bertekuk,  bila   diraba agak berduri. Bagian luar umbi berwarna cokelat dan bagian  dalam umbi berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah, rasanya agak pahit (astuti, 2006)
Cyperus rotundus mempunyai banyak nama umum yang berbeda beda antar daerah. Di Indonesia Cyperus rotundus dikenal dengan berbagai macam nama di daerah seperti Teki (Jawa Tengah), Mota (madura), Koreha Wai (Sumbawa), Rukut Teki (Sulawesi), (Wuta Minahasa) (Astuti,2006). Adapun kunsi determinasi pada Cyperus rotundus yaitu 1b-2b-3b-4a-5b… 20. Cyperaceae sebagai kunci famili dan  1b-2b-3a………………………3. Cyperus sebagai kunci spesies. Menurut Steenis (1997) dalam Astuti (2006), klasifikasi cyperus rotundus adalah sebagai berikut:
Divisi                     : Spermatophyta
Sub divisi              : Angiospermae
Kelas                     : Monocotyledonae
Ordo                      : Cyperales
Famili                    : Cyperaceae
Genus                    : Cyperus
Spesies                  : Cyperus rotundus L.

Rumput teki merupakan salah satu jenis gulma yang keberadaanya akan mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya. Dikatakan sebagai gulma karena nilai positif rumput teki cenderung lebih sedikit dibanding nilai negatifnya. Rumput teki (Cyperus rotundus) mampu bersaing atau berkompetisi dengan tanaman budidaya serta memiliki sifat toleran yang tinggi. Rumput tersebut bersaing dalam hal memperoleh syarat tumbuh, baik unsur hara, ruang tumbuh, air, dan cahya. Dalam kompetisi dengan tanaman budidaya, rumput teki cenderung mendominasi karena rumput tersebut mampu mengeluarkan senyawa-senywa kimia yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman budidaya. Senyawa tersebut dikenal dengan istilah alelokimia, meliputi polifenol, flavonoid, alkaloid, dan lain sebagainya. Oleh karena rumput ini perlu dikendalikan populasinya. Pengendalian rumput teki dapat dibagi menjadi 3 yaitu :
1.      Pengendalian nabati
ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengendalikan gulma rumput teki (Cyperus rotundus), dengan konsentrasi anjuran 50% ekrak dari daun ketapang (Riskitavani dan Purwani, 2013)
2.      Secara mekanik
Melakukan pengumpulan umbi saat pengolahan tanah yang kemudian dibakar (Soejono,2015)
3.      Pengendalian secara kimia
Penyemprotan herbisida sistemik, contohnya aplikasi glifosfat pada saat pertumbuhan vegetativ lambat agar herbisida dapat terakumulasi pada umbi bersama fotosintat (Soejono,2015)

            Sebagian besar jenis-jenis Cyperus adalah higrofili dan tumbuh di daerah-daerah lembab atau basah pada ketinggian rendah dan menengah. Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindungi dari sinar matahari pada lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan atau lahan pertanian. Rumput tersebut mampu tumbuh pada berbagai macam jenis tanah dengan ketinggian tempat 1-1.000 mdpl. Umumnya rumput teki tumbuh liar di Afrika Selatan, Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia, dan Kawasan Asia Tenggara. Rumput teki banyak dijumpai pada daerah dengan curah hujan >1.000 mm/tahun, serta memiliki kelembaban 60-85%. Tumbuhan tersebut dapat tumbuh dengan baik pada suhu rerata 250 C, pH tanah 4 – 7,5. Tumbuhan teki tergolong dalam tanaman yang memiliki jalur fotosintesis C4, sehingga akan lebih efisien dalam memanfaatkan air, suhu dan sinar matahari. Oleh sebab itu, biasanya tumbuhan tersebut akan lebih mampu bersaing dalam memperoleh sinar matahari, meski dalam keadaan mendung dibanding tanaman budidaya (Budiyanto, 2013). Cyperus rotundus juga dapat tumbuh di padang rumput basah musiman, tanah-tanah pertanian yang beririgasi, padang rumput basah dan sepanjang aliran air. Jenis tersebut juga tahan terhadap daerah yang sama sekali kering tetapi tidak bertoleransi terhadap naungan. Fotoperiode pendek 8-12 jam mendukung pembentukan umbi, sedangkan fotoperiode panjang mendukung pertumbuhan vegetatif lainnya.
            Cyperus pada umumnya tersebar diseluruh dunia, tetapi yang terbesar ditemukan di daerah tropik. Cyperus esculentus mempunyai persebaran yang sangat luas mulai dari Mediterranea sampai Afrika bagian selatan, dari India keseluruh Asia Tenggara sampai Australia dan melimpah di Amerika; seringkali tersebar dengan sengaja bersama-sama dengan tanaman pertanian lainnya. Di Malesia, jenis tersebut jarang ditemukan dan hanya dikoleksi dari Jawa. Juga dibudidayakan untuk diambil umbinya yang enak dimakan dan di beberapa daerah dimana jenis tersebut menjadi gulma secara cepat. Bentuk budidayanya diduga asli dari Mediterranea. Penyebaran teki dapat secara vegetatif yaitu melalui perkembangbiakan vegetatif. Kebanyakan penyebaran teki dibantu oleh hewan, angin, air yang membawa biji teki.
            Perbanyaakan teki umumnya dilakukan secara vegetatif dengan umbi akar (tuber root). Umbi akar teki menyimpan cadangan makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan tunas. Pada umbi tersebut juga terdapat calon tunas, sehingga prkembangbiakan dapat terjadi melalui pertumbuhan tunasnya. Iqbal et al. (2012) mengemukakan bahwa sebagian besar umbi teki mengandung senyawa alelopat yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman lain, meliputi ferulic, caffeic, hydoxil benzoic, syringic, chlorogenic, dan p-coumaric acid. Umbi teki tidakmampu membentuk tunas atau berkecambah apabila dilakukan solarisasi, pengolahan tanah maupun pemberian naungan, sehingga hal tersebut dapat menjadi salah satu cara pengendalian gulma teki. Iqbal et al. (2012) menambahkan bahwa pemanasan atau pengeringan umbi teki pada suhu >420 C mengakibatkan umbi teki kehilangan viabilitasnya. Kondisi tersebut dapat terjadi karean berbagai enzim maupun hormon yang berperan dalam aktivitas perkecambahan mengalami degradasi. Di samping itu, jaringan pada umbi teki telah banyak mengalami plasmolisis dan kadar air pada jaringan tanaman juga semakin rendah. Hal ini akan berakibat pada hilangnya kemampuan umbi untuk bertunas. Adapun menurut Evgenia dan Hershenhorn (2013) menyebutkan bahwa perlakuan pendiginan (vernalisasi) pada suhu 40 C selama 4 hari memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bertunasnya umbi teki. Proses pertunasan akan berlangsung lebih cepat, yang tentunya akan diikuti dengan semakin banyaknya jumlah tunas yang dihasilkan. Kondisi tersebut berakibat pada semakin tingginya potensi hidup tumbuhan teki dan penyebaran yang akan semakin mudah dan meluas.
Gulma juga dapat berperan sebagai inang alternatif hama dan patogen, sehingga ketika tanaman tidak ada, hama dan patogen dapat hidup dan bertahan pada inang alternatifnya. Pada virus penyebaran sangat ditentukan oleh tersedianya sumber inokulum dan vektor yang menularkan virus tersebut. Selain inokulum berupa benih terinfeksi dan vektor, tumbuhan pengganggu/gulma juga dapat menjadi sumber inokulum bagi penyebaran virus kerdil kedelai sendiri. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki dan mempunyai pengaruh negatif pada tanaman pertanian, antara lain memiliki daya kompetisi dan sebagai inang alternatif dari patogen tumbuhan (Triharso cit. Tuhumury, 2009). Di samping itu, gulma juga dapat berguna sebagai inang alternatif dari musuh alami. 
a)      Soybean Stunt Virus (SSV)
Soybean Stunt Virus (SSV) merupakan penyebab penyakit kerdil pada pertanaman kedelai. Infeksi virus pada beberapa kultivar kedelai memperlihatkan variasi gejala antara lain tanaman kerdil, daun berkerut, belang dan malformasi. Penyakit kerdil kedelai ditularkan melalui biji, cairan tanaman sakit dan vektor (serangga) (Sulandari et al.; Kuswardhana & Kartaatmadja cit. Tuhumury, 2009).  Untuk mengatasi kendala SSV tersebut dilakukan deteksi secara serologi yang potensial untuk mendeteksi keberadaan patogen tumbuhan. Teknik serologi bersifat cepat, sensitif, spesifik serta didasarkan pada reaksi antigen dan antibodi (Tuhumury, 2009).
b)      Curvularia sp.
Jenis cendawan ini merupakan penyebab penyakit bercak daun yang menyerang pada stadium pembibitan tanaman kelapa dan kelapa sawit dengan prosentase mencapai
38% (Solehudin et al. cit. Susanto dan Prasetyo, 2013). Penyakit dapat menyebabkan kematian bibit kelapa sawit apabila penyakit ini tidak dikendalikan. Pengendalian penyakit bercak daun sangat berkaitan dengan kesehatan bibit kelapa sawit. Bibit kelapa sawit yang dalam kondisi lemah akibat kurang pemupukan dan penyiraman akan menjadi faktor predisposisi penyakit bercak daun. Kelembapan yang tinggi pada bibit kelapa sawit akibat terlambatnya pindah tanam dari pembibitan pre nursery ke main nursery juga akan memperparah penyakit ini (Purba et al. cit. Susanto dan Prasetyo, 2013).
c)      Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan Rice Tungro Spherical Virus (RSBV)
Hasil penelitian Yulianto et.al dalam Anonim (2016) yang menyatakan bahwa Jussiaea repens, Trianthema portulacastrum, P. niruri, C. rotundus, M. vaginalis, dan Leersia hexandra mampu menjadi inang alternatif bagi RTBV maupun RTSV. Untuk menekan perkembangan penyebaran virus tungro oleh wereng hijau secara dini, maka harus dilakukan eradikasi sumber inokulum virus tungro, termasuk gulma sebagai inang alternatifnya. Dengan mengendalikan gulma, berarti juga mengendalikan serangga vektor sekaligus virus tungro yang terbawa oleh wereng hijau (Anonim, 2016).
d)     Jangkrik predator (Anaxipha longipennis)
Soegiarto dan Baco dalam Aminatun (2012), gulma dapat menarik kehadiran musuh alami dengan menyediakan polen bagi parasitoid dewasa. Selain sebagai tempat berlindung dan sumber pakan tambahan, tumbuhan liar atau gulma juga seringkali dipilih sebagai tempat bertelur. Hasil penelitian Karindah, et al. dalam Aminatun (2012)  menjelaskan bahwa beberapa jenis gulma diperlukan bagi jangkrik predator (Anaxipha longipennis) sebagai tempat bertelur atau berkembang biak, yaitu Monochoria vaginalis, Cyperus rotundus, Cyperus iria, Echinocloa colonum, Echinocloa crus-galli, Eleusine indica, Fimbristylis miliacea, Imperata cylindrica dan Limnocharis flava (Aminatun, 2012).

Selain sebagai inang, gulma juga memiliki manfaat. Berikut  manfaat umbi rumput teki bagi kesehatan dan kecantikan (Firdaus, 2015):
a)      Merangsang ASI (Air Susu Ibu)
Dapat memakai umbi rumput teki yang di tumbuk, begitupun hentikan pendarahan pada rahim.
b)      Perbaikan siklus menstruasi
Ambil umbi teki secukupnya dan bersihkan, lalu iris ukuran sedang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, lalu keringkan irisan umbi tersebut dengan cara diangin-anginkan jangan terkena sinar matahari. Kemudian seduhlah 6-9 gram dari umbi tadi dengan air mendidih, tutup hingga agak dingin, kemudian diminum airnya tanpa ampasnya (Anonim, 2016).
c)      Menyembuhkan keputihan
Caranya yaitu dengan meminum air rebusan umbi rumput teki.
d)     Memperlancar buang air besar
e)      Menyembuhkan kencing batu
Disiapkan umbi dari rumput teki, lalu dibersihkan. Kemudian, umbi rumput teki dihaluskan, dan direbus sampai mendidih. Hasil dari rebusan umbi rumput teki tersebut diminum dengan teratur sampai tanda-tanda kencing batu hilang.
f)       Mempercepat sistem pembekuan darah
Tempelkan rumput teki di bagian badan yang terluka, lalu tunggulah sampai luka itu merasa jadi kering, lalu bersihkan dengan memakai air bersih.
g)      Sebagai obat anti nyamuk
Ekstrak akar teki bermanfaat untuk pengusir nyamuk Anopheles terhadap vektor culicifacies, A stephenai dan Culex quinquefasciatus. Ekstrak dapat diterapkan sebagai langkah perlindungan pribadi yang efektif terhadap gigitan nyamuk.
h)      Menurunkan demam
Berdasarkan pada penelitian bahwa ektrak etanol yang didapat dari umbi teki ini dapat mengobati panas atau demam, hal ini setara dengan 6 kali lipat obat modern natrium salisilat. Dan untuk menghilangkan rasa sakit, setiap senyawa tripen IV B 5mg/kg BB dari ekstrak etanol umbi teki setara dengan 30 mg/kg BB mecit asam asetilsalisilat obat modern. Caranya : Ambil umbi teki secukupnya dan bersihkan, lalu iris ukuran sedang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, lalu keringkan irisan umbi tersebut dengan cara diangin-anginkan jangan terkena sinar matahari. Kemudian seduhlah 6-9 gram dari umbi tadi dengan air mendidih, tutup hingga agak dingin, kemudian diminum airnya tanpa ampasnya (Anonim, 2016).
i)        Sebagai obat penenang
Umbi yang di rebus serta air rebusannya diminum dapat dipakai sebagai obat berberapa penyakit.
j)        Antioksidan
Studi ekstrak rimpang akar teki memberikan dampak penangkapan radikal anion superoksida, radikal OH, NO radikal, H2O2, serta kelat logam.
k)      Anti obesitas
Ekstrak umbi dapat merangsang lipolisis. Dampak kenaikan berat tubuh mungkin saja beberapa dimediasi lewat aktivasi SS3-AR. Hasil tunjukkan ekstrak umbi mempunyai potensi sebagai suplemen herbal untuk mengontrol berat tubuh.
l)        Bisa mengobati beragam penyakit kulit (eksim, panu, kutu air, ruam serta beragam jenis penyakit kulit lainnya)
Daun teki dirajang, lalu sisi kulit yang alami penyakit kulit dikompres sampai merasa dingin. Dilakukan berkali-kali sampai penyakit kulit itu sembuh.
m)    Mengobati gangguan pencernaan(seperti rasa mual dan nyeri pada lambung) Pemanfaatan rumput teki yang digunakan untuk memperlancar gangguan pencernaan telah dibuktikan secara tradisional dan ilmiah. Caranya : Aturannya seperti diatas, yaitu ambilah 3 gram serbuk umbi tadi yang sudah dikeringkan, lalu seduh dengan air mendidih, kemudian minum airnya. Lakukan setiap pagi sampai kondisi membaik (Anonim, 2016).
n)      Berguna bagi kecantikan
Umbi Rumput Teki atau Extrapone nutgrass ini, salah satu bahan nomer satu untuk menghilangkan flek-flek hitam dengan cepat, kantung mata, kulit kendur serta keriput. Langkah membuatnya umbi rumput teki basah di bersihkan bersih, lalu langsung di tumbuk leburkan, selepas itu peras hingga bersih, air perasan bakal mempunyai endapan pati (bila menumbuk dalam jumlah banyak, tiriskan airnya serta jemur endapan ekstrak umbi rumput teki sampai kering) yang bermanfaat untuk jadikan masker.
o)      Anti biotik
Bagian umbi dicuci bersih, dikupas, kemudian direbus dalam air mendidih hingga menjadi empuk sekitar 20 menit. Lalu ditambahkan sedikit garam, angkat, dan ditiriskan. Selanjutnya umbi digeprek hingga pipih, dijemur di bawah sinar matahari hingga kering. Setelah itu umbi di goreng dan ditiriskan
p)      Obat sariawan
Seluruh bagian tekian dicuci bersih, dan ditiriskan sampai airnya kering. Lalu dimasukkan ke dalam panci dan direbus dengan air sebanyak 600 cc di atas kompor sampai mendidih selama 30 menit dan dibiarkan sampai airnya kira – kira tinggal 300 cc dan didinginkan. Selanjutnya, air rebusan disaring dan ditampung dalam gelas, air rebusan siap diminum. Pemberian air rebusan rumput teki dilakukan sebanyak 2 kali sehari.
q)      Anti-hipertensi
Ekstrak akar teki menunjukkan efek menurunkan tekanan darah pada tikus yang bertindak pada sistem saraf pusat dan perifer sehingga mengubah tahanan perifer dan mekanik jantung (Anonim, 2016).
r)       Anti-diabetes
Aktivitas antidiabetes ekstrak akar teki secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah dan menunjukkan aktivitas antioksidan pada tikus diabetes (Anonim, 2016).
s)       Efek mengurangi stres
Efek fisiologis dari campuran herbal dengan akar teki padatekanan darah, norepinefrin, kortisol dan variabel psikologis yang membantu mengurangi gejala fisiologis dan psikologis yang terkait dengan stres (Anonim, 2016).
t)       Anti-hipertensi
Ekstrak akar teki menunjukkan efek menurunkan tekanan darah pada tikus yang bertindak pada sistem saraf pusat dan perifer sehingga mengubah tahanan perifer dan mekanik jantung (Anonim, 2016).
u)      Kegiatan antimikroba
Studi menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap K pneumonia, A niger dan S aureus (Anonim, 2016).
v)      Anti-Obesitas
Ekstrak umbi mampu merangsang lipolisis. Efek kenaikan berat badan mungkin sebagian dimediasi melalui aktivasi SS3-AR. Hasil menunjukkan ekstrak umbi memiliki potensi sebagai suplemen herbal untuk mengontrol berat badan (Anonim, 2016).
w)    Anti-inflamasi
Studi menunjukkan ekstrak rimpang akar teki menunjukkan sifat anti-inflamasi untuk penyakit yang dimediasi oleh kelebihan produksi NO dan O2 (Anonim, 2016).
x)      Anti-mikroba
Berbagai ekstrak rimpang dievaluasi terhadap enam mikroba patogen penting (S. epidermis, B. cereus, P. aeruginosa, E. coli, A. niger, dan C. albicans). Ekstrak etanol menunjukkan aktivitas antibakteri tertinggi. Semua ekstrak tidak efektif terhadap strain jamur yang diuji (Anonim, 2016).
y)      Analgesik
Studi ekstrak akar teki menunjukkan efek analgesik dengan metode tail-flick, aktivitas antimikroba, dan non-toksisitas pada konsentrasi yang berbeda dalam bioassay pada udang laut (Anonim, 2016).

 

            Studi fitokimia sebelumnya pada umbi rumput teki mengandung adanya alkaloid, flavonoid, tanin, pati, glikosida dan furochromones, saponin dan seskuiterpenoid (Lawal, 2009). Seperti pada tanaman lain umbi rumput teki memiliki banyak kandungan kimia yang dapat menunjukkan aktivitas farmakologi, namun komponen aktif utama tampaknya menjadi seskuiterpen. Ini adalah aromatik, molekul. Di antara seskuiterpen utama yang diidentifikasi dalam rimpang umbi rumput teki sejauh ini adalah: α-cyperone, β-selinene, cyperene, cyperotundone, patchoulenone, sugeonol, kobusone dan isokobusone. Umbi rumput teki juga mengandung terpene lainnya, seperti pinene komponen tanaman sering terjadi (monoterpene), dan beberapa turunan sesquiterpenes, seperti cyperol, isocyperol, dan cyperone (Subhuti cit.Yudistyawan, 2012). Umbi rumput teki mengandung alkaloid sebanyak 0,3-1%, minyak atsiri sebanyak 0,3-1%, flavonoid 1-3% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya (Achyad dan Rasyidah dalam Sholihah cit.Yudistyawan, 2012).

a)      Flavonoid

            Senyawa flavonoida adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam. Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagai zat warna kuning yang ditemukan di tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Lenny cit.Yudistyawan, 2012). Flavonoid mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tanaman mulai dari fungus sampai angiospermae. Efek flavonoid terhadap macam-macam organisme sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tanaman yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional (Yudistyawan, 2012).

            Flavonoid dapat bekerja sebagai inhibitor kuat pernapasan. Beberapa flavonoid menghambat fosfodiesterase, flavonoid lain menghambat aldoreduktase, monoamina oksidase, protein kinase, balik transkriptase, DNA polimerase dan lipooksigenase. Penghambatan lipooksigenase dapat menimbulkan pengaruh yang lebih luas karena pengaruh lipooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan. Flavonoid bertindak sebagai penampung yang baik radikal hodroksi dan superoksida. Flavonoid tertentu dalam makanan tampaknya menurunkan agregasi platelet dan dengan demikian mengurangi pembekuan darah tetapi, jika dipakai pada kulit, flavonoid lain menghambat perdarahan (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).

            Flavonoid berfungsi sebagai antiradang dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan lipoksigenase dapat memberi harapan untuk pengobatan gejala peradangan dan alergi. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya radang melaui dua cara yaitu menghambat asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel endothelial dan menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses radang. Terhambatnya pelepasan asam arakhidonat dari sel inflamasi akan menyebabkan kurang tersedianya substrat arakhidonat bagi jalur sikloogsigenase dan jalur lipooksigenase, asam hidroksieikosatetraionoat, leukotrien disisi lain (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).

b)      Alkaloid

            Senyawa yang mengandung nitrogen mempunyai sifat alkaloid dan sering sekali digolongkan ke dalam golongan alkaloid meskipun kerangka karbonnya menunjukkan bahwa senyawa ini turunan isoprenoid. Anggota terpenting dalam golongan ini adalah alkaloid nakonitum dan alkaloid steroid. Beberapa alkaloid diterpenoid kompleks yang strukturnya serupa dengan akonitina dan veatkina terdapat dalam berbagai spesies Acontium, Delphinium, dan Garrya. Steroid dan alkaloid steroid yang dimodifikasi biasanya terdapat sebagai Glikosida C-3 atau ester. Struktur seperti ini jelas sangat menyerupai struktur saponin. Seperti senyawa 10 isoprenoid yang tidak mengandung nitrogen, diantara alkaloid ini ada senyawa penolak serangga dan senyawa antifungus (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).

c)      Seskuiterpenoid

            Seskuiterpenoid merupakan senyawa terpenoid yang dihasilkan oleh tiga unit isopren yang terdiri dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Anggota seskuiterpenoid yang penting adalah farnesol, alkohol yang tersebar luas. Senyawa ini mempunyai bioaktivitas yang cukup besar diantaranya adalah sebagai antifeedant, antimikroba, antibiotik, toksin, serta regulator pertumbuhan tanaman dan pemanis (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).

d)     Tanin

            Sejenis kandungan tanaman yang bersifat fenol mempunyai rasa sepat. Beberapa tanin terbukti mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, menghambat pertumbuhan tumor, menghambat enzim seperti „reverse‟ transkiptase dan DNA topoisomerase. Tanin yang lainnya dapat meracuni hati (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).

e)      Saponin

            Saponin adalah senyawa aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa saponin bekerja sebagai antimikroba juga. Diantara banyak efek yang dilaporkan, efek yang ditunjang dengan baik oleh bukti ialah penghambatan jalur ke steroid anak ginjal, tetapi senyawa ini menghambat juga dehidrogenase jalur prostaglandin (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).

f)       Minyak Atsiri

            Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, 11 sulingan minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. Para ahli biologi menganggap, minyak atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk bersaing dengan tanaman lain dalam mempertahankan ruang hidup (Anonim cit.Yudistyawan, 2012). Minyak atsiri mengandung sitral dan eugenol yang berfungsi sebagai anastetik dan antiseptik (Dalimarta cit. Yudistyawan, 2012). Antiseptik adalah obat yang meniadakan atau mencegah keadaan sepsis, zat ini dapat membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Ganiswara cit. Yudistyawan, 2012).

g)      Antipiretik

            Menurut Dorland dalam Yudistyawan (2012) antipiretik merupakan suatu agen yang menghilangkan atau menurunkan demam. Antipiretik menurunkan suhu tubuh dengan jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2 (Mycek cit.Yudistyawan, 2012). Aspirin merupakan salah satu contoh obat antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan normal haya terpengaruh sedikit (Katzung cit.Yudistyawan, 2012). Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS dalam asetilasi (dan juga inaktivasi) siklooksigenase irreversible (Mycek cit. Yudistyawan, 2012). Antiinflamasi nonsteroid menghambat siklooksigenase yang mengubah asam arakidonat menjadi PGG2 dan PGH2 (Nogrady cit. Yudistyawan, 2012). Aspirin menghambat aktivitas siklooksigenase dengan mengurangi pembentukan prostaglandin dan juga memodulasi beberapa aspek inflamasi dan prostaglandin bertindak sebagai mediator (Mycek cit.Yudistyawan, 2012). Prostaglandin diduga berperan penting dalam patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Secara invitro terbukti bahwa prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI1) dapat menyebabkan eritema, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal (Wilmana dan Gan cit. Yudistyawan, 2012).


KESIMPULAN
Rumput teki (Cyperus rotundus) adalah gulma yang paling berbahaya di dunia pertanian. Pengendalian teki yang dapat dilakukan yaitu pengendalian nabati, mekanik, dan secara kimiawi. Cyperus pada umumnya tersebar diseluruh dunia, tetapi yang terbesar ditemukan di daerah tropik. Perbanyaakan teki umumnya dilakukan secara vegetatif dengan umbi akar (tuber root). Teki dapat berperan sebagai inang alternatif hama dan patogen, sehingga ketika tanaman tidak ada, hama dan patogen dapat hidup dan bertahan pada inang alternatifnya. Namun Teki juga memiliki manfaat karena kandungan kimia yang terkandung didalamnya. Berdasarkan Studi fitokimia teki mengandung Flavonoid, Alkaloid, Seskuiterpenoid, Tanin, Saponin, Minyak, Atsiri, Antipiretik.





DAFTAR PUSTAKA
Aminatun, T. 2012. Pengendalian serangga hama tanaman padi dengan konservasi musuh             alami. Majalah Ilmiah Populer “WUNY” Teknik UNY. <     http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Tien%20Aminatun,%20S.Si. ,M.Si./Teknik%20Pengendalian%20Serangga%20Hama%20Tanaman%20Padi_WU            NY%202012.pdf>. Diakses 15 Mei 2016.
Anonim, 2016. Gulma Sebagai Inang Alternative Penular Virus Tungro. <http://lolittungro.            litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/188-gulma-sebagai-inang-alternative-penular-        virus-tungro>. Diakses 15 Mei 2016.
Anonim. 2016. Akar Teki. . Diakses 16 Mei 2016.
Anonim, 2016. Manfaat Dan Khasiat Rumput Teki Bagi Kesehatan Tubuh. dalan.com/manfaat-dan-khasiat-rumput-teki-bagi-kesehatan-tubuh/>. Diakses 16 Mei            2016.
Ashton, F. M. dan F. J. Monaco, 1991, Weed Science: Principle and Practice John. Willey and Sons. Inc N. Y.
Astuti, M.S. 2006.Isolasi Dan Identifikasi Komponen Minyak Atsiri Umbi Teki (Cyperus Rotundus L.).Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.  
Budiyanto. 2013. Klasifikasi Rumput Teki (Cyperus rotundus). /2013/10/klasifikasi-rumput-teki-cyperus-rotundus.html>. Diakses 15 Mei 2016.
Evgenia, D dan J. Hershenhorn. 2013. Effect of low temperature on purple nutsedge (Cyperus rotundus) reproductive biology. Journal of Weed Science 61:239—243.
Firdaus, M. 2015. 13 manfaat umbi rumput teki bagi kesehatan dan kecantikan. <http://www.  manfaatbuah.asia/uncategorized/13-manfaat-umbi-rumput-teki-bagi-kesehatan-dan-           kecantikan/>. Diakses 15 Mei 2016.
Iqbal, J., S. Hussain, A. Ali dan A. Javaid. 2012. Biology and management of purple nutsedge (Cyperus rotundus L.). The Journal of Animal and Plant Sciences 22:384—389.
Riskitavani, D.V. Dan Purwani, K.I., 2013, Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia Catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus Rotundus). Jurnal Sains Dan Seni Pomits 2 (2)
Soejono, A.T Dan Mangoensoekarjo S., 2015, Ilmu Gulma Dan Pengelolaan Pada Tanaman Budidaya, Gadjah Mada University Press,. Yogjakarta.
Susanto,  A. dan A.E. Prasetyo. 2013. Respons curvularia lunata penyebab penyakit bercak           daun kelapa sawit terhadap berbagai fungisida. Jurnal Fitopatologi 9:165-166.
Tuhumury, G.N.C. 2009. Reaktivitas antibodi monoklonal dalam mendeteksi virus kerdil kedelai pada gulma dengan das-elisa. Jurnal Budidaya Pertanian 5: 89.

Yudistyawan, H.K. 2012. Efek ekstrak umbi rumput teki (Cyperus rotundus L) sebagai     antipiretik pada tikus wistar jantan yang diinduksi vaksin DPT-Hb. Bagian            Farmakologi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Jember. Skripsi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar