I.
PENDAHULUAN
Gulma adalah suatu
tumbuhan lain yang tumbuh pada lahan tanaman budidaya,tumbuhan yang tumbuh
disekitar tanaman pokok (tanaman yang sengaja ditanam) atausemua tumbuhan yang
tumbuh pada tempat (area) yang tidak diinginkan oleh sipenanamsehingga
kehadirannya dapat merugikan tanaman lain yang ada di dekat atau disekitar
tanaman pokok tersebut (Ashton, 1991). Namun pengertian itu mengalami perubahan
dimana para ahli gulma yang lain mengatakan bahwa gulma disebut juga sebagai
tumbuhan pengganggu atau tumbuhan yang belum diketahui manfaatnya, tidak
diinginkan dan menimbulkan kerugian yang lebih besar.
Tumbuhan yang biasa
menjadi gulma mempunyai beberapa ciri khas yaitu pertumbuhanya cepat, mempunyai
daya bersaing yang kuat dalam perebutan faktor-faktor kebutuhan hidup, dan
mempunyai toleransi yang besar terhadap suasana lingkungan yang ekstrim. Selain
itu gulma pada umumnya mempunyai daya berkembang biak yang sangat baik secara
generatif atau vegetatif maupun kedua-duanya dengan alat perkembangbiakanya
mudah tersebar melalui angin, air maupun binatang. Gulma juga mempunyai biji sifat dormansi yang
memungkinkan untuk bertahan hidup dalam kondisi yang tidak menguntungkan.
Rumput teki (Cyperus rotundus) adalah gulma yang
paling berbahaya di dunia pertanian. Keberadaan rumput teki ini selalu ada pada
area tanaman pangan seperti pada tanaman padi (Oryza sativa), tanaman jagung (Zea
mays), tanaman kedelai (Glicyne max.),
tanaman ubi jalar (Ipoemea batatas), dan tanaman ubi kayu (Manihot esculenta). Rumput teki ini juga
ada di sekitar tanaman holtikultura seperti Bawang merah (Allium ascalonicum), Bawang putih (Allium sativum), wortel (Daucus
carrota), dan kentang (Solanum
tuberosum). Adapun rumput teki ini tumbuh di sekitar tanaman perkebunan seperti
kopi (Coffea arabica), tebu (Saccharum officinarum), dan tembakau (Nicotiana tabacum). Keberadaan rumput
teki pada daerah tersebut selalu menimbulkan dampak negatif yaitu berkurangnya
hasil panen dan produksi.
Kerugian yang banyak
dialami di sektor pertanian ini, mendorong adanya upaya dalam pengendalian
gulma. Pengendalian gulma pada prinsipnya adalah suatu usaha yang digunakan
untuk mengubah keseimbangan ekologis sehingga dapat menekan pertumbuhan gulma,
namun tidak berpengaruh pada tanaman budidaya. Berbagai usaha sudah banyak
dilakukan untuk menekan pertumbuhan gulma,diantaranya adalah dengan cara mekanik,
kultur teknis dan kimiawi dengan menggunakan herbisida.
II.
ISI
Cyperus
rotundus tergolong tekian herba menahun memiliki tinggi antara 0,1-10 cm.
Batang berbentuk segitiga tajam. Daun
4-10 helai berjejal pada pangkal batang dengan pelepah daun yang tertutup
tanah, helaian daun bentuk garis dengan permukaan atas berwarna hijau
tua mengkilat, ujung daun meruncing,
lebar helaian 2-6 mm, panjang 10-60 kali lebarnya. Daun pembalut 2-4, tepi
kasar, tidak merata, pangkal tertutup oleh daun pelindung yang berbentuk tabung
dengan panjang 3-10 cm. Bunga berbentuk bulir majemuk, anak bulir terkumpul
menjadi bulir yang pendek dan tipis, berkelamin dua. Benang sari berwarna
kuning cerah. Tangkai putik bercabang tiga. Umbi sebesar
kelingking, bulat atau
lonjong, berkerut atau
bertekuk, bila diraba agak berduri. Bagian luar umbi
berwarna cokelat dan bagian dalam umbi
berwarna putih, berbau seperti rempah-rempah, rasanya agak pahit (astuti, 2006)
Cyperus rotundus mempunyai
banyak nama umum yang berbeda beda antar daerah. Di Indonesia Cyperus rotundus dikenal dengan berbagai
macam nama di daerah seperti Teki (Jawa Tengah), Mota (madura), Koreha Wai
(Sumbawa), Rukut Teki (Sulawesi), (Wuta Minahasa) (Astuti,2006). Adapun kunsi
determinasi pada Cyperus rotundus yaitu
1b-2b-3b-4a-5b… 20. Cyperaceae sebagai kunci famili dan 1b-2b-3a………………………3. Cyperus sebagai kunci
spesies. Menurut Steenis (1997) dalam Astuti (2006), klasifikasi cyperus rotundus adalah sebagai berikut:
Divisi :
Spermatophyta
Sub
divisi :
Angiospermae
Kelas
: Monocotyledonae
Ordo : Cyperales
Famili
: Cyperaceae
Genus : Cyperus
Spesies :
Cyperus rotundus L.
Rumput
teki merupakan salah satu jenis gulma yang keberadaanya akan mengganggu
pertumbuhan tanaman budidaya. Dikatakan sebagai gulma karena nilai positif
rumput teki cenderung lebih sedikit dibanding nilai negatifnya. Rumput teki (Cyperus rotundus) mampu bersaing atau
berkompetisi dengan tanaman budidaya serta memiliki sifat toleran yang tinggi.
Rumput tersebut bersaing dalam hal memperoleh syarat tumbuh, baik unsur hara,
ruang tumbuh, air, dan cahya. Dalam kompetisi dengan tanaman budidaya, rumput
teki cenderung mendominasi karena rumput tersebut mampu mengeluarkan
senyawa-senywa kimia yang mampu menghambat pertumbuhan tanaman budidaya.
Senyawa tersebut dikenal dengan istilah alelokimia, meliputi polifenol, flavonoid,
alkaloid, dan lain sebagainya. Oleh karena rumput ini perlu
dikendalikan populasinya. Pengendalian rumput teki dapat dibagi menjadi 3 yaitu
:
1.
Pengendalian
nabati
ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif untuk mengendalikan gulma rumput teki (Cyperus rotundus), dengan konsentrasi
anjuran 50% ekrak dari daun ketapang (Riskitavani dan Purwani, 2013)
2.
Secara
mekanik
Melakukan pengumpulan umbi saat pengolahan tanah yang
kemudian dibakar (Soejono,2015)
3.
Pengendalian
secara kimia
Penyemprotan
herbisida sistemik, contohnya aplikasi glifosfat pada saat pertumbuhan
vegetativ lambat agar herbisida dapat terakumulasi pada umbi bersama fotosintat
(Soejono,2015)
Sebagian besar jenis-jenis Cyperus
adalah higrofili dan tumbuh di daerah-daerah lembab atau basah pada ketinggian
rendah dan menengah. Rumput teki tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit
terlindungi dari sinar matahari pada lapangan rumput, pinggir jalan, tegalan
atau lahan pertanian. Rumput tersebut mampu tumbuh pada berbagai macam jenis
tanah dengan ketinggian tempat 1-1.000 mdpl. Umumnya rumput teki tumbuh liar di
Afrika Selatan, Korea, Cina, Jepang, Taiwan, Malaysia, Indonesia, dan Kawasan
Asia Tenggara. Rumput teki banyak dijumpai pada daerah dengan curah hujan
>1.000 mm/tahun, serta memiliki kelembaban 60-85%. Tumbuhan tersebut dapat
tumbuh dengan baik pada suhu rerata 250 C, pH tanah 4 – 7,5.
Tumbuhan teki tergolong dalam tanaman yang memiliki jalur fotosintesis C4,
sehingga akan lebih efisien dalam memanfaatkan air, suhu dan sinar matahari.
Oleh sebab itu, biasanya tumbuhan tersebut akan lebih mampu bersaing dalam
memperoleh sinar matahari, meski dalam keadaan mendung dibanding tanaman
budidaya (Budiyanto, 2013). Cyperus
rotundus juga dapat tumbuh di padang rumput basah musiman, tanah-tanah
pertanian yang beririgasi, padang rumput basah dan sepanjang aliran air. Jenis
tersebut juga tahan terhadap daerah yang sama sekali kering tetapi tidak
bertoleransi terhadap naungan. Fotoperiode pendek 8-12 jam mendukung
pembentukan umbi, sedangkan fotoperiode panjang mendukung pertumbuhan vegetatif
lainnya.
Cyperus pada umumnya tersebar
diseluruh dunia, tetapi yang terbesar ditemukan di daerah tropik. Cyperus esculentus mempunyai persebaran
yang sangat luas mulai dari Mediterranea sampai Afrika bagian selatan, dari
India keseluruh Asia Tenggara sampai Australia dan melimpah di Amerika;
seringkali tersebar dengan sengaja bersama-sama dengan tanaman pertanian
lainnya. Di Malesia, jenis tersebut jarang ditemukan dan hanya dikoleksi dari
Jawa. Juga dibudidayakan untuk diambil umbinya yang enak dimakan dan di
beberapa daerah dimana jenis tersebut menjadi gulma secara cepat. Bentuk
budidayanya diduga asli dari Mediterranea. Penyebaran teki dapat secara vegetatif
yaitu melalui perkembangbiakan vegetatif. Kebanyakan penyebaran teki dibantu
oleh hewan, angin, air yang membawa biji teki.
Perbanyaakan teki umumnya dilakukan
secara vegetatif dengan umbi akar (tuber
root). Umbi akar teki menyimpan cadangan makanan yang diperlukan untuk
pertumbuhan tunas. Pada umbi tersebut juga terdapat calon tunas, sehingga
prkembangbiakan dapat terjadi melalui pertumbuhan tunasnya. Iqbal et al. (2012) mengemukakan bahwa
sebagian besar umbi teki mengandung senyawa alelopat yang mampu menghambat
pertumbuhan tanaman lain, meliputi ferulic, caffeic, hydoxil benzoic, syringic,
chlorogenic, dan p-coumaric acid. Umbi teki tidakmampu membentuk tunas atau
berkecambah apabila dilakukan solarisasi, pengolahan tanah maupun pemberian
naungan, sehingga hal tersebut dapat menjadi salah satu cara pengendalian gulma
teki. Iqbal et al. (2012) menambahkan
bahwa pemanasan atau pengeringan umbi teki pada suhu >420 C
mengakibatkan umbi teki kehilangan viabilitasnya. Kondisi tersebut dapat
terjadi karean berbagai enzim maupun hormon yang berperan dalam aktivitas
perkecambahan mengalami degradasi. Di samping itu, jaringan pada umbi teki
telah banyak mengalami plasmolisis dan kadar air pada jaringan tanaman juga
semakin rendah. Hal ini akan berakibat pada hilangnya kemampuan umbi untuk
bertunas. Adapun menurut Evgenia dan Hershenhorn (2013) menyebutkan bahwa
perlakuan pendiginan (vernalisasi) pada suhu 40 C selama 4 hari
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bertunasnya umbi teki. Proses
pertunasan akan berlangsung lebih cepat, yang tentunya akan diikuti dengan
semakin banyaknya jumlah tunas yang dihasilkan. Kondisi tersebut berakibat pada
semakin tingginya potensi hidup tumbuhan teki dan penyebaran yang akan semakin
mudah dan meluas.
Gulma juga dapat berperan sebagai inang alternatif
hama dan patogen, sehingga ketika tanaman tidak ada, hama dan patogen dapat
hidup dan bertahan pada inang alternatifnya. Pada virus
penyebaran sangat
ditentukan oleh tersedianya sumber inokulum dan vektor yang menularkan virus
tersebut. Selain inokulum berupa benih terinfeksi dan vektor, tumbuhan
pengganggu/gulma juga dapat menjadi sumber inokulum bagi penyebaran virus
kerdil kedelai sendiri. Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki dan
mempunyai pengaruh negatif pada tanaman pertanian, antara lain memiliki daya
kompetisi dan sebagai inang alternatif dari patogen tumbuhan (Triharso cit. Tuhumury, 2009). Di samping itu,
gulma juga dapat berguna sebagai inang alternatif dari musuh alami.
a) Soybean Stunt Virus
(SSV)
Soybean Stunt Virus
(SSV) merupakan penyebab penyakit kerdil pada pertanaman kedelai. Infeksi virus
pada beberapa kultivar kedelai memperlihatkan variasi gejala antara lain
tanaman kerdil, daun berkerut, belang dan malformasi. Penyakit kerdil kedelai
ditularkan melalui biji, cairan tanaman sakit dan vektor (serangga) (Sulandari et al.; Kuswardhana & Kartaatmadja cit. Tuhumury, 2009). Untuk mengatasi kendala SSV tersebut
dilakukan deteksi secara serologi yang potensial untuk mendeteksi keberadaan
patogen tumbuhan. Teknik serologi bersifat cepat, sensitif, spesifik serta
didasarkan pada reaksi antigen dan antibodi (Tuhumury, 2009).
b) Curvularia
sp.
Jenis
cendawan ini merupakan penyebab penyakit bercak daun yang menyerang pada
stadium pembibitan tanaman kelapa dan kelapa sawit dengan prosentase mencapai
38%
(Solehudin et al. cit. Susanto dan Prasetyo, 2013).
Penyakit dapat menyebabkan kematian bibit kelapa sawit apabila penyakit ini
tidak dikendalikan. Pengendalian penyakit bercak daun sangat berkaitan dengan
kesehatan bibit kelapa sawit. Bibit kelapa sawit yang dalam kondisi lemah
akibat kurang pemupukan dan penyiraman akan menjadi faktor predisposisi
penyakit bercak daun. Kelembapan yang tinggi pada bibit kelapa sawit akibat
terlambatnya pindah tanam dari pembibitan pre nursery ke main nursery juga akan
memperparah penyakit ini (Purba et al.
cit. Susanto dan Prasetyo, 2013).
c) Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan Rice Tungro Spherical Virus (RSBV)
Hasil penelitian Yulianto et.al dalam
Anonim (2016) yang menyatakan
bahwa Jussiaea
repens, Trianthema portulacastrum, P. niruri, C. rotundus, M. vaginalis, dan Leersia
hexandra mampu menjadi inang alternatif bagi RTBV maupun RTSV. Untuk menekan
perkembangan penyebaran virus tungro oleh wereng hijau secara dini, maka harus
dilakukan eradikasi sumber inokulum virus tungro, termasuk gulma sebagai inang
alternatifnya. Dengan mengendalikan gulma, berarti juga mengendalikan serangga
vektor sekaligus virus tungro yang terbawa oleh wereng hijau (Anonim, 2016).
d) Jangkrik
predator (Anaxipha longipennis)
Soegiarto
dan Baco dalam Aminatun (2012), gulma dapat menarik kehadiran musuh alami
dengan menyediakan polen bagi parasitoid dewasa. Selain sebagai tempat
berlindung dan sumber pakan tambahan, tumbuhan liar atau gulma juga seringkali
dipilih sebagai tempat bertelur. Hasil penelitian Karindah, et al. dalam Aminatun (2012) menjelaskan
bahwa beberapa jenis gulma diperlukan bagi jangkrik predator (Anaxipha
longipennis) sebagai tempat bertelur atau berkembang biak, yaitu Monochoria vaginalis, Cyperus rotundus,
Cyperus iria, Echinocloa colonum, Echinocloa crus-galli, Eleusine indica,
Fimbristylis miliacea, Imperata cylindrica dan Limnocharis flava (Aminatun,
2012).
Selain sebagai inang, gulma juga memiliki manfaat. Berikut
manfaat umbi rumput teki bagi kesehatan dan kecantikan (Firdaus, 2015):
a) Merangsang ASI (Air Susu Ibu)
Dapat memakai umbi rumput teki yang di tumbuk, begitupun hentikan
pendarahan pada rahim.
b)
Perbaikan siklus
menstruasi
Ambil umbi teki secukupnya dan bersihkan, lalu
iris ukuran sedang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, lalu keringkan
irisan umbi tersebut dengan cara diangin-anginkan jangan terkena sinar
matahari. Kemudian seduhlah 6-9 gram dari umbi tadi dengan air mendidih, tutup
hingga agak dingin, kemudian diminum airnya tanpa ampasnya (Anonim, 2016).
c)
Menyembuhkan
keputihan
Caranya yaitu dengan meminum air rebusan umbi rumput teki.
d)
Memperlancar
buang air besar
e)
Menyembuhkan
kencing batu
Disiapkan umbi dari rumput teki, lalu dibersihkan. Kemudian, umbi rumput
teki dihaluskan, dan direbus sampai mendidih. Hasil dari rebusan umbi rumput
teki tersebut diminum dengan teratur sampai tanda-tanda kencing batu hilang.
f)
Mempercepat
sistem pembekuan darah
Tempelkan rumput teki di bagian badan yang terluka, lalu tunggulah sampai
luka itu merasa jadi kering, lalu bersihkan dengan memakai air bersih.
g)
Sebagai obat
anti nyamuk
Ekstrak akar teki bermanfaat untuk pengusir
nyamuk Anopheles terhadap vektor culicifacies, A stephenai dan Culex
quinquefasciatus. Ekstrak dapat diterapkan sebagai langkah perlindungan pribadi
yang efektif terhadap gigitan nyamuk.
h)
Menurunkan demam
Berdasarkan pada penelitian bahwa ektrak etanol
yang didapat dari umbi teki ini dapat mengobati panas atau demam, hal ini
setara dengan 6 kali lipat obat modern natrium salisilat. Dan untuk
menghilangkan rasa sakit, setiap senyawa tripen IV B 5mg/kg BB dari ekstrak
etanol umbi teki setara dengan 30 mg/kg BB mecit asam asetilsalisilat obat
modern. Caranya : Ambil umbi teki secukupnya dan bersihkan, lalu iris ukuran
sedang tidak terlalu tipis dan tidak terlalu tebal, lalu keringkan irisan umbi
tersebut dengan cara diangin-anginkan jangan terkena sinar matahari. Kemudian
seduhlah 6-9 gram dari umbi tadi dengan air mendidih, tutup hingga agak dingin,
kemudian diminum airnya tanpa ampasnya (Anonim, 2016).
i)
Sebagai obat
penenang
Umbi yang di rebus serta air rebusannya diminum dapat dipakai sebagai obat
berberapa penyakit.
j)
Antioksidan
Studi ekstrak rimpang akar teki memberikan dampak penangkapan radikal anion
superoksida, radikal OH, NO radikal, H2O2, serta kelat
logam.
k)
Anti obesitas
Ekstrak umbi dapat merangsang lipolisis. Dampak kenaikan berat tubuh
mungkin saja beberapa dimediasi lewat aktivasi SS3-AR. Hasil tunjukkan ekstrak
umbi mempunyai potensi sebagai suplemen herbal untuk mengontrol berat tubuh.
l)
Bisa mengobati
beragam penyakit kulit (eksim, panu, kutu air,
ruam serta beragam jenis penyakit kulit lainnya)
Daun teki dirajang, lalu sisi kulit yang alami penyakit kulit dikompres
sampai merasa dingin. Dilakukan berkali-kali sampai penyakit kulit itu sembuh.
m)
Mengobati gangguan pencernaan(seperti rasa mual dan
nyeri pada lambung) Pemanfaatan rumput teki yang digunakan untuk memperlancar
gangguan pencernaan telah dibuktikan secara tradisional dan ilmiah. Caranya : Aturannya seperti
diatas, yaitu ambilah 3 gram serbuk umbi tadi yang sudah dikeringkan, lalu
seduh dengan air mendidih, kemudian minum airnya. Lakukan setiap pagi sampai
kondisi membaik (Anonim, 2016).
n)
Berguna bagi
kecantikan
Umbi Rumput Teki atau Extrapone nutgrass ini, salah satu bahan nomer satu
untuk menghilangkan flek-flek hitam dengan cepat, kantung mata, kulit kendur
serta keriput. Langkah membuatnya umbi rumput teki basah di bersihkan bersih,
lalu langsung di tumbuk leburkan, selepas itu peras hingga bersih, air perasan
bakal mempunyai endapan pati (bila menumbuk dalam jumlah banyak, tiriskan
airnya serta jemur endapan ekstrak umbi rumput teki sampai kering) yang
bermanfaat untuk jadikan masker.
o)
Anti biotik
Bagian
umbi dicuci bersih, dikupas, kemudian direbus dalam air mendidih hingga
menjadi empuk sekitar 20 menit. Lalu ditambahkan sedikit garam, angkat, dan
ditiriskan. Selanjutnya umbi digeprek hingga pipih, dijemur di bawah sinar
matahari hingga kering. Setelah itu umbi di goreng dan ditiriskan
p)
Obat sariawan
Seluruh
bagian tekian dicuci bersih, dan ditiriskan sampai airnya kering.
Lalu dimasukkan ke dalam panci dan direbus dengan air sebanyak 600 cc di atas
kompor sampai mendidih selama 30 menit dan dibiarkan sampai airnya kira – kira
tinggal 300 cc dan didinginkan. Selanjutnya, air rebusan disaring dan ditampung
dalam gelas, air rebusan siap diminum. Pemberian air rebusan rumput teki dilakukan sebanyak 2 kali
sehari.
q) Anti-hipertensi
Ekstrak
akar teki menunjukkan efek menurunkan tekanan darah pada tikus yang bertindak
pada sistem saraf pusat dan perifer sehingga mengubah tahanan perifer dan
mekanik jantung (Anonim, 2016).
r) Anti-diabetes
Aktivitas
antidiabetes ekstrak akar teki secara signifikan menurunkan kadar glukosa darah
dan menunjukkan aktivitas antioksidan pada tikus diabetes (Anonim, 2016).
s) Efek
mengurangi stres
Efek
fisiologis dari campuran herbal dengan akar teki padatekanan darah,
norepinefrin, kortisol dan variabel psikologis yang membantu mengurangi gejala
fisiologis dan psikologis yang terkait dengan stres (Anonim, 2016).
t) Anti-hipertensi
Ekstrak
akar teki menunjukkan efek menurunkan tekanan darah pada tikus yang bertindak
pada sistem saraf pusat dan perifer sehingga mengubah tahanan perifer dan
mekanik jantung (Anonim, 2016).
u) Kegiatan
antimikroba
Studi
menunjukkan aktivitas antimikroba terhadap K pneumonia, A niger dan S aureus
(Anonim, 2016).
v) Anti-Obesitas
Ekstrak
umbi mampu merangsang lipolisis. Efek kenaikan berat badan mungkin sebagian dimediasi melalui
aktivasi SS3-AR. Hasil menunjukkan ekstrak umbi memiliki potensi sebagai suplemen herbal untuk mengontrol berat badan
(Anonim, 2016).
w) Anti-inflamasi
Studi
menunjukkan ekstrak rimpang akar teki menunjukkan sifat anti-inflamasi untuk
penyakit yang dimediasi oleh kelebihan produksi NO dan O2 (Anonim,
2016).
x) Anti-mikroba
Berbagai
ekstrak rimpang dievaluasi terhadap enam mikroba patogen penting (S. epidermis,
B. cereus, P. aeruginosa, E. coli, A. niger, dan C. albicans). Ekstrak etanol menunjukkan
aktivitas antibakteri tertinggi. Semua ekstrak tidak efektif terhadap strain
jamur yang diuji (Anonim, 2016).
y) Analgesik
Studi
ekstrak akar teki menunjukkan efek analgesik dengan metode tail-flick,
aktivitas antimikroba, dan non-toksisitas pada konsentrasi yang berbeda dalam
bioassay pada udang laut (Anonim, 2016).
Studi
fitokimia sebelumnya pada umbi rumput teki mengandung adanya alkaloid,
flavonoid, tanin, pati, glikosida dan furochromones, saponin dan
seskuiterpenoid (Lawal, 2009). Seperti pada tanaman lain umbi rumput teki
memiliki banyak kandungan kimia yang dapat menunjukkan aktivitas farmakologi,
namun komponen aktif utama tampaknya menjadi seskuiterpen. Ini adalah aromatik,
molekul. Di antara seskuiterpen utama yang diidentifikasi dalam rimpang umbi
rumput teki sejauh ini adalah:
α-cyperone, β-selinene, cyperene, cyperotundone,
patchoulenone, sugeonol, kobusone dan isokobusone.
Umbi rumput teki juga mengandung terpene lainnya, seperti pinene komponen tanaman sering terjadi (monoterpene), dan beberapa turunan sesquiterpenes, seperti cyperol, isocyperol, dan cyperone
(Subhuti cit.Yudistyawan, 2012). Umbi
rumput teki mengandung alkaloid sebanyak 0,3-1%, minyak atsiri sebanyak 0,3-1%,
flavonoid 1-3% yang isinya bervariasi, tergantung daerah asal tumbuhnya (Achyad
dan Rasyidah dalam Sholihah cit.Yudistyawan,
2012).
a)
Flavonoid
Senyawa flavonoida
adalah suatu kelompok senyawa fenol yang terbesar yang ditemukan di alam.
Senyawa-senyawa ini merupakan zat warna merah, ungu, biru dan sebagai zat warna
kuning yang ditemukan di tumbuh-tumbuhan. Flavonoid mempunyai kerangka dasar
karbon yang terdiri dari 15 atom karbon, dimana dua cincin benzene (C6) terikat
pada suatu rantai propane (C3) sehingga membentuk suatu susunan C6-C3-C6 (Lenny
cit.Yudistyawan, 2012). Flavonoid
mencakup banyak pigmen yang paling umum dan terdapat pada seluruh dunia tanaman
mulai dari fungus sampai angiospermae. Efek flavonoid terhadap macam-macam
organisme sangat banyak macamnya dan dapat menjelaskan mengapa tanaman yang
mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional (Yudistyawan, 2012).
Flavonoid dapat bekerja
sebagai inhibitor kuat pernapasan. Beberapa flavonoid menghambat
fosfodiesterase, flavonoid lain menghambat aldoreduktase, monoamina oksidase,
protein kinase, balik transkriptase, DNA polimerase dan lipooksigenase.
Penghambatan lipooksigenase dapat menimbulkan pengaruh yang lebih luas karena
pengaruh lipooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang menuju hormon
eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan. Flavonoid bertindak sebagai
penampung yang baik radikal hodroksi dan superoksida. Flavonoid tertentu dalam
makanan tampaknya menurunkan agregasi platelet dan dengan demikian mengurangi
pembekuan darah tetapi, jika dipakai pada kulit, flavonoid lain menghambat
perdarahan (Robbinson cit.Yudistyawan,
2012).
Flavonoid berfungsi
sebagai antiradang dengan cara menghambat enzim siklooksigenase dan
lipoksigenase dapat memberi harapan untuk pengobatan gejala peradangan dan
alergi. Mekanisme flavonoid dalam menghambat terjadinya radang melaui dua cara
yaitu menghambat asam arakhidonat dan sekresi enzim lisosom dari sel
endothelial dan menghambat fase proliferasi dan fase eksudasi dari proses
radang. Terhambatnya pelepasan asam arakhidonat dari sel inflamasi akan
menyebabkan kurang tersedianya substrat arakhidonat bagi jalur sikloogsigenase
dan jalur lipooksigenase, asam hidroksieikosatetraionoat, leukotrien disisi
lain (Robbinson cit.Yudistyawan,
2012).
b)
Alkaloid
Senyawa yang mengandung
nitrogen mempunyai sifat alkaloid dan sering sekali digolongkan ke dalam
golongan alkaloid meskipun kerangka karbonnya menunjukkan bahwa senyawa ini
turunan isoprenoid. Anggota terpenting dalam golongan ini adalah alkaloid
nakonitum dan alkaloid steroid. Beberapa alkaloid diterpenoid kompleks yang
strukturnya serupa dengan akonitina dan veatkina terdapat dalam berbagai
spesies Acontium, Delphinium, dan Garrya. Steroid dan alkaloid steroid yang
dimodifikasi biasanya terdapat sebagai Glikosida C-3 atau ester. Struktur
seperti ini jelas sangat menyerupai struktur saponin. Seperti senyawa 10
isoprenoid yang tidak mengandung nitrogen, diantara alkaloid ini ada senyawa
penolak serangga dan senyawa antifungus (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).
c)
Seskuiterpenoid
Seskuiterpenoid
merupakan senyawa terpenoid yang dihasilkan oleh tiga unit isopren yang terdiri
dari kerangka asiklik dan bisiklik dengan kerangka dasar naftalen. Anggota
seskuiterpenoid yang penting adalah farnesol, alkohol yang tersebar luas.
Senyawa ini mempunyai bioaktivitas yang cukup besar diantaranya adalah sebagai
antifeedant, antimikroba, antibiotik, toksin, serta regulator pertumbuhan
tanaman dan pemanis (Robbinson cit.Yudistyawan,
2012).
d)
Tanin
Sejenis kandungan
tanaman yang bersifat fenol mempunyai rasa sepat. Beberapa tanin terbukti
mempunyai aktivitas antioksidan, menghambat pertumbuhan tumor, menghambat
pertumbuhan tumor, menghambat enzim seperti „reverse‟ transkiptase dan DNA
topoisomerase. Tanin yang lainnya dapat meracuni hati (Robbinson cit.Yudistyawan, 2012).
e)
Saponin
Saponin adalah senyawa
aktif permukaan yang kuat yang menimbulkan busa jika dikocok dalam air dan pada
konsentrasi yang rendah sering menyebabkan hemolisis sel darah merah. Beberapa
saponin bekerja sebagai antimikroba juga. Diantara banyak efek yang dilaporkan,
efek yang ditunjang dengan baik oleh bukti ialah penghambatan jalur ke steroid
anak ginjal, tetapi senyawa ini menghambat juga dehidrogenase jalur
prostaglandin (Robbinson cit.Yudistyawan,
2012).
f)
Minyak Atsiri
Minyak atsiri, atau
dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak esensial, minyak
terbang, serta minyak aromatik adalah kelompok besar minyak nabati yang
berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan
aroma yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau
minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, 11 sulingan minyak
atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi. Para ahli biologi menganggap, minyak
atsiri merupakan metabolit sekunder yang biasanya berperan sebagai alat
pertahanan diri agar tidak dimakan oleh hewan (hama) ataupun sebagai agen untuk
bersaing dengan tanaman lain dalam mempertahankan ruang hidup (Anonim cit.Yudistyawan, 2012). Minyak atsiri
mengandung sitral dan eugenol yang berfungsi sebagai anastetik dan antiseptik
(Dalimarta cit. Yudistyawan, 2012).
Antiseptik adalah obat yang meniadakan atau mencegah keadaan sepsis, zat ini
dapat membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Ganiswara cit. Yudistyawan, 2012).
g)
Antipiretik
Menurut
Dorland dalam Yudistyawan (2012) antipiretik merupakan suatu agen yang
menghilangkan atau menurunkan demam. Antipiretik menurunkan suhu tubuh dengan
jalan menghalangi sintesis dan pelepasan PGE2 (Mycek cit.Yudistyawan, 2012). Aspirin merupakan salah satu contoh obat
antipiretik. Aspirin menurunkan suhu yang meningkat, sedangkan suhu badan
normal haya terpengaruh sedikit (Katzung cit.Yudistyawan,
2012). Aspirin adalah asam organik lemah yang unik diantara obat-obat AINS
dalam asetilasi (dan juga inaktivasi) siklooksigenase irreversible (Mycek cit. Yudistyawan, 2012). Antiinflamasi
nonsteroid menghambat siklooksigenase yang mengubah asam arakidonat menjadi
PGG2 dan PGH2 (Nogrady cit. Yudistyawan,
2012). Aspirin menghambat aktivitas siklooksigenase dengan mengurangi
pembentukan prostaglandin dan juga memodulasi beberapa aspek inflamasi dan
prostaglandin bertindak sebagai mediator (Mycek cit.Yudistyawan, 2012). Prostaglandin diduga berperan penting dalam
patogenesis inflamasi, analgesia dan demam. Secara invitro terbukti bahwa
prostaglandin E2 (PGE2) dan prostasiklin (PGI1) dapat menyebabkan eritema,
vasodilatasi dan peningkatan aliran darah lokal (Wilmana dan Gan cit. Yudistyawan, 2012).
KESIMPULAN
Rumput teki (Cyperus rotundus) adalah gulma yang paling berbahaya di dunia
pertanian. Pengendalian teki yang dapat dilakukan yaitu pengendalian nabati,
mekanik, dan secara kimiawi. Cyperus
pada umumnya tersebar diseluruh dunia, tetapi yang terbesar ditemukan di daerah
tropik. Perbanyaakan teki umumnya dilakukan secara vegetatif dengan umbi akar (tuber root). Teki
dapat berperan sebagai inang alternatif hama dan patogen, sehingga ketika
tanaman tidak ada, hama dan patogen dapat hidup dan bertahan pada inang
alternatifnya. Namun Teki juga memiliki manfaat karena kandungan kimia yang
terkandung didalamnya. Berdasarkan Studi fitokimia teki mengandung Flavonoid, Alkaloid,
Seskuiterpenoid, Tanin, Saponin, Minyak, Atsiri, Antipiretik.
DAFTAR PUSTAKA
Aminatun,
T. 2012. Pengendalian serangga hama tanaman padi dengan konservasi musuh alami. Majalah Ilmiah Populer “WUNY”
Teknik UNY. < http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.%20Tien%20Aminatun,%20S.Si. ,M.Si./Teknik%20Pengendalian%20Serangga%20Hama%20Tanaman%20Padi_WU NY%202012.pdf>. Diakses 15 Mei 2016.
Anonim,
2016. Gulma Sebagai Inang Alternative Penular Virus Tungro. <http://lolittungro. litbang.pertanian.go.id/index.php/berita/188-gulma-sebagai-inang-alternative-penular- virus-tungro>. Diakses 15 Mei 2016.
Anonim. 2016. Akar Teki.
. Diakses 16 Mei 2016.
Anonim, 2016. Manfaat Dan
Khasiat Rumput Teki Bagi Kesehatan Tubuh. dalan.com/manfaat-dan-khasiat-rumput-teki-bagi-kesehatan-tubuh/>.
Diakses 16 Mei 2016.
Ashton,
F. M. dan F. J. Monaco, 1991, Weed Science: Principle and Practice John. Willey
and Sons. Inc N. Y.
Astuti, M.S. 2006.Isolasi Dan
Identifikasi Komponen Minyak Atsiri Umbi Teki (Cyperus Rotundus L.).Skripsi. Universitas Sebelas Maret.
Surakarta.
Budiyanto. 2013. Klasifikasi
Rumput Teki (Cyperus rotundus).
/2013/10/klasifikasi-rumput-teki-cyperus-rotundus.html>.
Diakses 15 Mei 2016.
Evgenia, D dan J. Hershenhorn.
2013. Effect of low temperature on purple nutsedge (Cyperus rotundus) reproductive biology. Journal of Weed Science
61:239—243.
Firdaus,
M. 2015. 13 manfaat umbi rumput teki bagi kesehatan dan kecantikan. <http://www. manfaatbuah.asia/uncategorized/13-manfaat-umbi-rumput-teki-bagi-kesehatan-dan- kecantikan/>. Diakses 15 Mei 2016.
Iqbal, J., S. Hussain, A. Ali
dan A. Javaid. 2012. Biology and management of purple nutsedge (Cyperus rotundus L.). The Journal of
Animal and Plant Sciences 22:384—389.
Riskitavani, D.V. Dan Purwani,
K.I., 2013, Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang (Terminalia
Catappa) Terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus
Rotundus). Jurnal Sains Dan Seni Pomits 2 (2)
Soejono, A.T Dan
Mangoensoekarjo S., 2015, Ilmu Gulma Dan Pengelolaan Pada Tanaman Budidaya,
Gadjah Mada University Press,. Yogjakarta.
Susanto, A. dan A.E. Prasetyo. 2013. Respons
curvularia lunata penyebab penyakit bercak daun
kelapa sawit terhadap berbagai fungisida. Jurnal Fitopatologi 9:165-166.
Tuhumury,
G.N.C. 2009. Reaktivitas antibodi monoklonal dalam mendeteksi virus kerdil kedelai pada gulma dengan das-elisa. Jurnal
Budidaya Pertanian 5: 89.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar